A. Konsep Dasar
Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki
kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku
rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku
irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar
disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari.
Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak
logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan
prasangka, sangat personal, dan irasional.
Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya
diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan
tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara
berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan
dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan
logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang
rasional.
REBT lebih banyak kesamaannya dengan terapi-terapi yang berorientasi pada
kognitif-tingkah laku-tindakan dalam arti ia menitikbertkan
berfikir,menilai,memutuskan,menganalisis,dan bertindak.REBT sangat didaktik dan direktif
serta lebih banyak berurusan dengan dimensi-dimensi pikiran ketimbang dengan dimensi-
dimensi perasaan.
B. Pandangan Tentang Manusia
Teori Rasional Emotif Behaviour Terapi adalah aliran yang berlandaskan asumsi
bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berfikir rasional dan jujur maupun
berpikir irasional atau jahat. Manusia memiliki kecenderungan untuk memelihara diri,
berbahagia, berpikir dan mengatakan mencintai, bergabung dengan yang lain serta tumbuh
dan mengaktualkan diri dan manusia juga mempunyai kecenderungan untuk berbuat yang
sebaliknya serta manusia juga mempunyai kecenderungan untuk terpaku pada pola-pola
tingkah laku lama yang fungsional dan mencari berbagai cara untuk terlibat dalam sabotase
diri.
Manusia tidak ditakdirkan untuk menjadi korban pengkondisian awal. REBT
menegaskan sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan
bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakatnya,menuru REBT manusia
dilahirkan dengan kecendrungan untuk mendesakka pemenuhan keinginan-keingian
hidupnya;jika tidak segera mencapai apa yang inginn dicapainya,diinginkannya manusia
mempersalahkan dirinya ataupun oraang lain(Ellis, 1973,a, h. 175-176).
REBT menekankan bahwaa manusia berfikir,beremosi,dan bertindak secara
stimulant.jarang manusia bertindak secara simultan.jarang manusia beremosi tanpa
berfikir,sebab perasaan-perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas suatu situasi yang
spesifik.sebagaimana dinyatakan oleh Ellis(1974) “ketika mereka beremosi,mereka juga
berfikir dan bertindak.ketika mereka bertindak ,mereka juga berfikir dan beremosi.ketika
mereka berfikir,mereka juga bertindak.dalam rangka memahami tingkah laku menolak
diri,orang harus memahami bagaimana seseorang beremosi,berfikir,mempersepsi dan
bertindak.untuk memperbaiki pola-pola yang difungsional,seseorang idealnya harus
menggunakan metode-metode perseptual-kognitif,emotif-evocatif dan behaviouristik-
redukatif (Ellis,1973a,h 171).
Menurut Ellis,manusia bukanlah makhluk yang sepenuhnya ditentukan secara
biologis dan didorong oleh naluri-naluri.ia melihat individu sebagai unik dan memiliki
kekuatan untuk memahami keterbatasan-keterbatasan,untuk mengubah pandangan-pandangan
dan nilai-nilai dasar yang telah diintroyeksikannya secara tidak kritis pada masa kanak-kanak
dan untuk mengatasi kecendrungan-kecendrunga menolak diri sendiri.orang-orang memiliki
kesanggupan untuk mengonfrontasikan sistem-sistem nilainya sendiri dan mereinduktrinasi
diri dengan keyakinan-keyakinan,gagasan-gagasan tingkah laku,dan nilai-nilai yang berbeda
sebagai akibatnya,mereka akan bertingkah laku yang berbeda dengan car mereka bertingkah
laku dimasa lampau.jadi,karena bisa berfikir dan bertindak sampai menjadikan dirinya
berubah,mereka bukan korban-korban pengkondisian masa lampau yang pasif.
Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interprestasi
dan filosofi yang didasari maupun tidak disadari oleh individu. hambatan emosional adalah
akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan penuh prasangka.berpikir irrasional itu diawali
dari berpikir yang tidak logis yang diperoleh oleh orang tua dan kultur tempat dibesarkan.
Komponen Proses
rB
Rational Beliefs, yakni
keyakinan-keyakinan yang
rasioanal atau layak dan secara
empirik mendukung kejadian
eksternal ( A )
rC Rational or Reasonable
consequences, yaitu
konsekuensi-konsekuensi yang
rasional atau layak yag dianggap
berasal dari Ri (rB= keyakinan
yang rasional).