Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN

GIGITAN ULAR

NAMA-NAMA KELOMPOK:
1.Sasya Sagemba 17011104057
2.Yovita Lumintang 17011104066
3. Christi Longkutoy 17011104047
4. Junita Saroinsong 17011104052

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
MANADO
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Gigitan
Ular Berbisa. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Gawat Darurat Sistem.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam penulisan makalah ini. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini memberi manfaat serta memberikan informasi yang
berguna bagi kita semua yang membutuhkannya.

Manado,September 2020
Penyusun

Kelompok 10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….....….ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………....1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..….3
C. Tujuan……………………………………………………………………….…3
BAB II PEMBAHASAN
A. Apakah definisi gigitan ular?............................................................................4
B.Bagaimana etiologi gigitan ular?........................................................................4
C. Bagaimana patofisiologi gigitan ular?...............................................................5
D. Apa manisfestasi klinis gigitan ular?.................................................................6
E. Bagaimana penatalaksanaan gigitan ular?.........................................................8
F. Bagaimana Web Of Cause gigitan ular?,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,.6
G. Bagaimana asuhan keperawatan gigitan ular?..................................................,9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………..11
B. Saran……………………………………………………………………….11
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..…12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Racun binatang adalah
merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan beberapa
reaksi toksik yang berbeda pada manusia. Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu
organ, beberapa mempunyai efek pada hampir setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat
membebaskan beberapa zat farmakologis yang dapat meningkatkan keparahan racun yang
bersangkutan.
Insiden kira-kira 8000 orang terkena gigitan ular berbisa setiap tahun di Amerika Serikat,
dengan lebih 98% dari gigitan mengenai ekstremitas. Sejak tahun 1960, rata-rata 14 korban
setiap tahun meninggal di Amerika Serikat karena gigitan ular, dengan 70% kebanyakan di lima
daerah serikat termasuk Texas, Georgia, Florida, Alabama, dan California Selatan.
Bisa dari ular berbisa mengandung hialuronidase, yang menyebabkan bisa dapat menyebar
dengan cepat melalui jaringan limfatik superfisial. Toksin lain yang terkandung dalam bisa ular,
antara lain neurotoksin, toksin hemoragik dan trombogenik, toksin hemolitik, sitotoksin, dan
antikoagulan.
Ular berbisa dibandingkan ular tak berbisa pit viper dinamakan demikian karena memiliki
ciri lekukan yang sensitif terhadap panas terletak antara mata dan lubang hidung pada tiap sisi
kepala. Pit viper juga memiliki pupil berbentuk elips, berlainan dengan pupil bulat yang
memiliki ular jenis tak berbahaya. Sebaliknya, ular karang memiliki pupil bulat dan sedikit
lekukan pada muka. Pit viper memiliki gigi taring panjang dan sederet gigi subkaudal. Ular tak
berbisa banyak memiliki gigi dibanding dengan taring dan mempunyai deret gigi subkaudal.
Untuk membedakan ular karang berbisa dengan ular lain yang mirip warnanya, harus diingat
bahwa ular karang memiliki hidung berwarna hitam dan memiliki juga guratan cincin warna
merah yang berdampingan dengan warna kuning.
Prinsip Pertolongan Pertama pada korban gigitan ular adalah, meringankan sakit,
menenangkan pasien dan berusaha agar bisa ular tidak terlalu cepat menyebar ke seluruh tubuh
sebelum dibawa ke rumah sakit. Pada beberapa tahun yang lalu penggunaan torniket dianjurkan.
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan kini dikembangkan metode penanganan yang lebih
baik yakni metode pembalut dengan penyangga. Idealnya digunakan pembalut dari kain tebal,
akan tetapi jika tidak ada dapat juga digunakan sobekan pakaian atau baju yang disobek
menyerupai pembalut. Metode ini dikembangkan setelah dipahami bahwa bisa menyebar melalui
pembuluh limfa dari korban. Diharapkan dengan membalut bagian yang tergigit maka produksi
getah bening dapat berkurang sehingga menghambat penyebaran bisa sebelum korban mendapat
ditangani secara lebih baik di rumah sakit. Pertolongan juga dapat dilakukan pada korban gigitan
ular sebagai berikut:
1. Tenangkan Korban
2. Kurangi gerak sebab gerak yang tidak perlu hanya akan membuat bisa ular menyebar
lebih cepat melalui aliran darah.
3. Amankan korban dari lokasi kejadian, terutama dari gigitan lanjut ular tersebut.
4. Lepaskan semua perhiasan yang menempel di badan, seperti cincin, gelang, kalung, dan
sebagainya sebelum terjadi pembengkakan karena kalau sudah terlanjur bengkak akan sulit
melepaskannya.
5. Ketika membaringkan penderita, usahakan bagian tubuh yang luka diposisikan lebih
rendah dari jantung supaya racun tidak menyebar ke jantung.
6. Bersihkan luka dengan menggunakan sabun dan air matang lalu tutup dengan kain kasa.
7. Jangan mengikat area tubuh tertentu pada korban karena pengikatan sering kali tidak
tepat sasaran dan justru malah mematikan seluruh jaringan di bawah ikatan akibat ikatan yang
terlalu kuat (aliran darah berhenti secara total). Kematian jaringan secara total akan berakibat
amputasi.
8. Jangan tekan area gigitan dengan kompres dingin ataupun berusaha memotong bekas
gigitan dengan pisau. Selain itu, Anda juga tidak diperbolehkan untuk mengisap racun di area
yang tergigit ular dengan mulut.
9. Sebaiknya korban yang baru tergigit ular tidak diberikan apa pun lewat mulut karena bisa
berakibat tersedak ketika pasien kehilangan kesadaran, apalagi untuk memberikan korban minum
kopi atau alkohol karena kopi ataupun alkohol justru dapat mempercepat penyerapan racun ular
oleh tubuh. Selain itu, jangan pula memberikan sembarangan obat tanpa adanya rekomendasi
dari dokter.
10. Jangan mencoba untuk menangkap ular itu, tetapi cobalah untuk mengingat warna dan
bentuknya sehingga Anda dapat menggambarkannya dan dapat membantu dalam perawatan
nantinya.
11. Setelah semua dilakukan, segera larikan ke rumah sakit atau dokter terdekat. Serum anti
bisa ular bisa didapatkan di puskesmas atau tempat praktik dokter. Jika dalam perjalanan korban
mengalami muntah-muntah, tempatkan dalam posisi duduk atau berbaring untuk memastikan
muntahannya tidak menyumbat saluran napas.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah definisi gigitan ular?
2. Bagaimana etiologi gigitan ular?
3. Bagaimana patofisiologi gigitan ular?
4. Apa manisfestasi klinis gigitan ular?
5. Bagaimana penatalaksanaan gigitan ular?
6. Bagaimana Web Of Cause gigitan ular?
7. Bagaimana asuhan keperawatan gigitan ular?

1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memahami dan memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gigitan ular
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi gigitan ular
b. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi gigtan ular
c. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi gigitan ular
d. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Manifestasi Klinis gigitan ular
e. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Penatalaksanaan gigitan ular
f. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Web of Cause gigitan ular
g. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan gigitan ular
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario 10
Seorang Laki-laki berusia 40 tahun, pekerjaan seorang petani datang ke IGD dengan keluhan
digigit ular 10 jam sebelum masuk rumah sakit pada kaki kiri, jenis ular loreng putih kuning.
Hasil pengkajian awal ditemukan kesadaran kompos mentis, Tekanan darah 110/70 mmHg,
Frekuensi Nadi 90 kali per menit, irama teratur, isi dan tekanan cukup, Frekuensi Pernafasan
20 kali permenit, teratur, jenis torako abdominal. Suhu tubuh pada aksila didapatkan 36,8°C.
Kaki terasa nyeri, skala nyeri 7 (1-10), tampak dua lubang bekas gigitan yang mengeluarkan
darah, pusing dan muntah darah sebanyak 3 kali. Kaki bengkak sampai ke lutut kemudian
bertambah hingga ke paha. Kemudian kulit melepuh berisi cairan. Hasil Pemeriksaan
laboratorium didapatkan kadar Hemoglobin 9,1 g/dl, leukosit 14.950 sel/mm3, Jumlah
trombosit 54.000, sel/mm3. pemeriksaan PPT > 180, APTT > 180, INR 1,53 D-dimer 813
dan fibrinogen < 6.
2.2 Klasifikasi Istilah
Kesadaran  Compos mentis yaitu kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya, baik
terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan
yang ditanyakan pemeriksa dengan baik. Apatis, yaitu kondisi seseorang yang tampak
segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungannya. Dan untuk nilai GCSnya 15-14.
Torako Abdominal Kontraksi dari otot-otot pernapasan, yaitu otot interkostal dan otot
diafragma, menyebabkan rongga ada mengembang secara maksimal sehingga udara
yang dihirup akan lebih banyak dan bernapas menjadi lebih efektif. Pada wanita
sehat, umumnya pernapasan torakal lebih dominan dan disebut sebagai
pernapasan torakoabdominal. Sedangkan pada pria sehat pernapasan abdomen akan
lebih dominan dan disebut sebagai pernapasan abdominotorakal. Hal tersebut terjadi
karena adanya perbedaan bentuk anatomi dada dan perut antara pria dan wanita.
Kadar Hemoglobin merupakan protein utama tubuh manusia yang berfungsi
mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan perifer dan mengangkut CO2 dari
jaringan perifer ke paru-paru. (Maylina, 2010) Kadar normal Hemoglobin pada pria
dewasa 13g/dL dan pada wanita dewasa 12g/Dl.  Fungsi hemoglobin dalam darah
membawa oksigen ke seluruh tubuh, tepatnya untuk organ dan jaringan tubuh.
Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik unutk
jenis bergranula (polimorfonuklear) dan jaringan limpatik untuk jenis tak berguna
(mononuklear), berfungsi dalam system pertahanan tubuh terhadap infeksi
(Sutedjo,20060.
Trombosit adalah fragmen sitoplasma megakariosit yang tidak berinti dan terbentuk
di sumsum tulang. Fungsi utama trombosit adalah membentuk sumbatan yang
merupakan respons hemostatik normal terjadinya cedera vascular yang dapat terjadi
kebocoran spontan darah melalui pembuluh halus. Fungsi trombosit ada tiga yaitu
perlekatan (adhesi), penggumpalan (agregasi), dan reaksi pelepasan (Hoffbrand,
2016).
Pemeriksaan PPT merupakan pemeriksaan (plasma prothrobin time) digunakan untuk
tes skrining menentukan seseorang memiliki masalah koagulasi. Hasil pemeriksaan
PPT dapat memanjang atau memendek apabila tidak segera dilakukan serta
pengendalian waktu dan suhu alat koagulasi yang tidak tepat maka hasil pemeriksaan
PPT dapat memanjang atau memendek.
Pemeriksaan APTT merupakan Perneriksaan APTT adalah serangkaian tes dari
sistem koagulasi instrinsik dimana fase kontak dari rangkaian jalur koagulasi
diaktivasi sebelum sampel direkalsifikasi dengan adanya pengganti trombosit.
Pemeriksaan INR merupakan INR merupakan rancangan untuk memperbaiki proses
pemantauan terhadap terapi warfarin sehingga INR digunakan sebagai uji
terstandardisasi internasional untuk PT. INR dirancang untuk pemberian terapi
warfarin jangka panjang dan hanya boleh digunakan setelah respons klien stabil
terhadap warfarin.
D-dimer merupakan D-dimer atau fragmen D-dimer (bahasa Inggris: fibrin
degradation fragment) adalah suatu jenis uji sampel darah di laboratorium yang
bertujuan untuk membantu melakukan diagnosis penyakit dan kondisi yang
menyebabkan hiperkoagulabilitas: suatu kecenderungan darah untuk membeku
melebihi ukuran normal.
Fibrinolisis adalah proses penghancuran deposit fibrin oleh system fibrinolitik
sehingga aliran darah akan terbuka Kembali. Proses ini terjadi dengan tujuan untuk
menjaga keseimbangan mekanisme hemostasis dalam tubuh. Enzim utama yang
berperan dalam proses ini adalah plasmin yang merupakan hasil dari aktivitasi
plasminogen.
2.3 Konsep gigitan ular
2.3.1Definisi
Gigitan ular adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa. Racun
ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Racun binatang adalah
merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan
beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia. Sebagian kecil racun bersifat
spesifik terhadap suatu organ, beberapa mempunyai efek pada hampir setiap organ.
Kadang-kadang pasien dapat membebaskan beberapa zat farmakologis yang dapat
meningkatkan keparahan racun yang bersangkutan. Komposisi racun tergantung dari
bagaimana binatang menggunakan toksinya. Racun mulut bersifat ofensif yang
bertujuan melumpuhkan mangsanya, sering kali mengandung faktor letal. Racun ekor
bersifat defensive dan bertujuan mengusir predator, racun bersifat kurang toksik dan
merusak lebih sedikit jaringan.
Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsanya
dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah
yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan
bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian
bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi
tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki
aktivitas enzimatik.

Jenis ular dalam kasus ini adalah ular "welang" mengacu pada warna tubuhnya yang
belang-belang hitam dan putih atau kekuningan. Selain welang, sebutan-sebutan lain
untuk ular ini diantaranya: "ular belang". Istilah "ular belang" sendiri juga sering
digunakan untuk menyebut kerabat terdekat ular ini, yaitu weling (Bungarus candidus).
Secara kasatmata, keduanya memiliki bentuk dan pola warna yang mirip. Istilah
"welang" dan "weling" (dari bahasa Jawa) mengacu pada pola belang-belang berwarna
hitam dan putih (atau hitam dan kekuningan) yang berselang-seling di tubuhnya.
Perbedaannya, pada welang, belang-belang hitamnya utuh berupa "cincin" yang
melingkar dari punggung hingga ke perut. Sedangkan pada weling, belang-belang
hitamnya hanya ada di bagian atas tubuhnya (dorsal), sementara tubuh bagian bawah
(ventral) berwarna putih seluruhnya.

Welang hidup di daerah dataran rendah hingga ketinggian 2500 meter DPL. Habitat
utamanya adalah hutan, rawa-rawa, lahan pertanian, perkebunan. Ular ini kadang-
kadang berkeliaran di sekitar pemukiman atau dekat perairan. Aktif pada malam hari
(nokturnal) dan berkelana di tanah (terestrial). Makanan utamanya adalah ular lain,
termasuk ular tikus dan ular pucuk. Selain ular lain, welang juga memangsa kadal dan
beberapa hewan kecil lainnya.
Welang termasuk ular yang tidak agresif. Jika merasa terganggu, ular ini tidak
membalas dengan menyerang, melainkan menyembunyikan kepalanya di bawah
gulungan badannya

2.3.2 Etiologi
Terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan Viperidae. Bisa
ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan perdarahan. Banyak bisa
yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap dilokasi pada anggota badan yang
tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam
waktu 8 jam.
Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada beberapa macam:
a.Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan
merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan stroma
lecethine (dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut
(hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan
timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut, hidung, tenggorokan, dan
lain-lain.
b. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-jaringan sel saraf sekitar luka
gigitan yang menyebabkan jaringan-jaringan sel saraf tersebut mati dengan tanda-tanda
kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis). Penyebaran dan
peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan melumpuhkan
susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular
keseluruh tubuh, ialah melaui pembuluh limfe.
c. Bisa ular yang bersifat Myotoksin
Mengakibatkan radiomilisis yang sering berhubungan dengan maemotoksin.
Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat
kerusakan sel-sel otot.
d. Bisa ular yang bersifat kardiotoksin
Merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.
e. Bisa ular yang bersifat cytotoksin
Dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya
kardiovaskuler.
f. Bisa ular yang bersifat cytolitik
Zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat
gigitan.
g. Enzim-enzim
Termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bias.
2.4 Pengkajian
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 40 tahun
Keluhan Utama : Di gigit ular 10 jam yang lalu sebelum dating ke Rs
Keadaan Umum : Composmentis
1. Primary survey
Airway : Tidak ada sumbatan jalan nafas
Breathing : Tidak menggunakan alat bantu nafas
Circulation : Tekanan darah 110/70 mmHg, Frekuensi Nadi 90 kali per menit, irama teratur,
isi dan tekanan cukup, Frekuensi Pernafasan 20 kali permenit, teratur, jenis torako
abdominal.
Disablity : Tingkat kesadaran kompos mentis
Exsposure :
- Kaki bengkak sampai ke lutut kemudian bertambah hingga ke paha. Kemudian kulit
melepuh berisi cairan.
- Kaki terasa nyeri, skala nyeri 7 (1-10), tampak dua lubang bekas gigitan yang
mengeluarkan darah,
2. Secondary Survey
Pemeriksaan penunjang : didapatkan kadar Hemoglobin 9,1 g/dl, leukosit 14.950 sel/mm3,
Jumlah trombosit 54.000, sel/mm3. pemeriksaan PPT > 180, APTT > 180, INR 1,53 D-dimer
813 dan fibrinogen < 6.
Pemeriksaan tambahan : WBCT dan RPPT untuk melihat apakah terjadi gangguan
hematokrit dan terjadi progresi
2. 5 Penatalaksanaan
 Penaganan Prehospital
1. Tenangkan korban
2. Jangan melakukan pengisapan pada daerah luka gigitan ular.
3. Jangan memberikan zat-zat yang tidak perluh.
4. Langsung di bawah ke fasilitas Kesehatan yang terdekta
 Hospital
1. Kompress luka dengan betadine.
2. Imobilisasi nyeri.
3. Pemberian sabu monovalent 0,5 mg.
4. Pemberian steroid dan antihistamin.
5. Diperkenankan melakukan nebu bila terjadi sesak.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tidak semua ular berbisa pada waktu menggigit menginjeksikan bisa pada
korbannya. Orang yang digigit ular, meskipun tidak ada bisa yang diinjeksikan ke
tubuhnya dapat menjadi panik, nafas menjadi cepat, tangan dan kaki menjadi kaku, dan
kepala menjadi pening. Gejala dan tanda-tanda gigitan ular akan bervariasi sesuai spesies
ular yang menggigit dan banyaknya bisa yang diinjeksikan pada korban.
Korban yang terkena gigitan ular harus segera diberi pertolongan pertama sebelum
dibawa dan dirawat di rumah sakit. Pada umumnya terjadi salah pengertian mengenai
pengelolaan gigitan ular. Untuk mengobati korban gigitan ular dianjurkan menggunakan
serum anti bisa ular.

3.2 Saran
Diharapkan semoga dengan Askep pada gigitan ular hewan berbisa ini yang
merupakan bagian dari Keperawatan Gawat Darurat dapat bermanfaat bagi kami dan
teman-teman dalam melaksanakan asuhan keperawatan, sehingga perawat mengetahui
atau mengerti tentang gangguan yang berhubungan dengan gangguan intergumen pada
klien yang terkena gigitan ular, Dalam rangka mengatasi resiko pada klien yang terkena
gigitan ular maka tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan
klien yang mengalami gigitan ular.
Serta kami menyadari bahwa Askep yang kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami
butuhkan, baik itu dari teman-teman ataupun para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Rapha Publishing. (2017). Self Help Emergency-Buku Panduan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan Sehari-hari..Yogyakarta; EGC.
Prasada, S. 1996. Pertolongan Pertama dan RJP. Edisi II. Jakarta: EGC.
Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai