Anda di halaman 1dari 3

1.

Judul
Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah Lumpur (Sludge) pada Industri Gula

5 2. Sumber Sludge
Sludge pada industri gula dihasilkan dari sisa penanganan air limbah Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) yang berupa gumpalan lumpur atau flok, sisa endapan lumpur dari clarifier, dan endapan lumpur
aktif di biological treatment dan biasanya ditampung dan dikeringkan di sludge drying bed. Sludge
merupakan hasil samping dari proses pengolahan limbah sistem lumpur aktif. Produksi sludge setiap
10 hari pada umumnya 10-50 % dari beban COD air limbah yang diolah (Supriyatno 1993).

3. Kandungan Sludge
Limbah sludge mengandung berbagai jenis mikroorganisme dan senyawa organik yang dapat diuraikan
oleh mikroorganisme. Sludge memiliki kadar kelembaban dan kadar nitrogen yang tinggi untuk
15 mendukung proses degradasi bahan organik . Sludge akan selalu diproduksi sebagai hasil dari
pertumbuhan bakteri atau mikroorganisme pengurai selama proses berlangsung. Secara biologis,
mikroorganisme tersebut terdiri dari kelompok procaryotic dan kelompok eukaryotic. Komposisi dasar
sel terdiri atas sekitar 90% organik dan 10% anorganik. Fraksi kimiawi tersebut secara kimiawi dapat
dirumuskan sebagai C5H7O2N atau perumusan yang lebih kompleks sebagai C60H87O23N12P,
20 sehingga kandungan C sebesar 53% dan C/N empiris 4.3. Basis fraksi kandungan bahan anorganik yang
10% terdiri atas beberapa senyawa dan komposisi seperti pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Komposisi 10 % fraksi anorganik sludge


Komponen Persentase (%)
P2O5 50
SO3 15
Na2O 11
CaO 9
MgO 8
K2O 6
Fe2O3 1

25 4. Pengolahan Sludge

Sludge merupakan hasil samping dari proses pengolahan limbah sistem lumpur aktif. Produksi sludge
setiap hari pada umumnya 10-50 % dari beban COD air limbah yang diolah (Supriyatno 1993). Sebelum
dimanfaatkan, sludge harus diolah terlebih dahulu agar diperoleh hasil yang memuaskan diantaranya
30 dengan proses penggumpalan melalui penampungan lumpur hasil pengendapan kemudian hasil
penyaringan dibuang. Sludge dapat dibentuk menjadi suatu produk yang disebut dengan wet spray
dengan kandungan kadar kering 2 %. Kadar air di dalam sludge dapat juga ditekan dengan filter press
atau belt press sehingga menghasilkan produk dengan kadar air 40 %. Pemanfaatan sludge dapat
ditambahkan dengan zat penstabil seperti CaO dengan dosis sebesar 5% dari berat kering (L’Hermite
1988).

5. Pemanfaatan Sludge
5
Pemanfaatan sludge sebagai pupuk tanaman (kompos) merupakan salah satu solusi alternatif yang dapat
dilakukan sebagai upaya untuk pengelolaan dan pemanfaatan limbah padat industri gula agar dapat
bersinergi dengan lingkungan. Pengomposan dipandang sebagai alternatif pengolahan limbah padat dan
sludge yang lebih baik dan cukup sederhana. Selain ramah lingkungan, pengomposan juga hanya
10 membutuhkan biaya investasi yang relatif lebih murah dan dapat menguntungkan bagi perusahaan.
Sludge memiliki kadar kelembaban dan kadar nitrogen yang tinggi untuk mendukung proses degradasi
bahan organik sehingga mempermudah proses pengomposan. Hal tersebut dilakukan agar mendapatkan
kualitas proses pengomposan yang baik dan sesuai dengan kadar unsur kompos yang ideal untuk
kesuburan tanah. Pengomposan dapat mengembalikan bahan organik dari sludge ke dalam tanah
15 sehingga dapat membantu memulihkan kesuburan tanah atau lahan perkebunan. Bahan organik berperan
penting dalam pengaturan kadar air, aerasi, pemantap struktur, sumber hara tanaman, meningkatkan
kapasitas tukar kation, dan sumber energi aktivitas mikroorganisme dalam tanah. Menurut Wardhana
(2004) bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi
oleh mikroorganisme, sehingga akan sangat bijaksana apabila buangan yang termasuk ke dalam
20 kelompok ini tidak dibuang ke air atau lingkungan karena akan mencemari dan meningkatkan populasi
mikroorganisme di dalam air. Bertambahnya populasi mikroorganisme ini tidak menutup kemungkinan
untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia. Limbah padat organik
sebaiknya dikumpulkan untuk diproses menjadi pupuk buatan (kompos) yang berguna bagi tanaman.
Pembuatan kompos ini berarti mendaur ulang limbah organik yang akan berdampak positif bagi
25 lingkungan hidup manusia. Pengomposan tidak terlepas dari kandungan unsur karbon dan nitrogen (nilai
C/N) dalam bahan organik yang ada dalam bahan baku pembentuknya. Unsur-unsur yang terdapat dalam
bahan organik tersebut sangat berperan penting dalam peningkatan kesuburan tanah. Nilai C/N tersebut
dimiliki oleh sludge yang menjadi faktor penentu kandungan karbon dan nitrogen dalam bahan
organiknya sebagai indikator pengomposan (composting). Nilai C/N yang semakin besar menunjukkan
30 bahwa bahan organik (karbon) belum terdekomposisi sempurna. Sebaliknya, nilai C/N yang semakin
rendah menunjukkan bahwa bahan organik sudah terdekomposisi dan hampir menjadi humus
(kandungan nitrogen tinggi).

35

LEK MISALE AREP DITAMBAHI SUBBAB PEMBAHASAN YO TERSERAH, MALAH APIK


6. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan: - sludge pada industri gula dihasilkan dari sisa penanganan air limbah Instalasi
5 Pengolahan Air Limbah (IPAL)
- Sludge memiliki kadar kelembaban dan kadar nitrogen yang tinggi untuk mendukung
proses degradasi bahan organik
- Pemanfaatan sludge sebagai pupuk tanaman (kompos) merupakan salah satu solusi
alternatif yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk pengelolaan dan pemanfaatan limbah padat
10 industri gula agar dapat bersinergi dengan lingkungan.
Saran: (TOLONG DIISI SARANE)

Anda mungkin juga menyukai