Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS SISTEM MUSKOSKELETAL

LBM II KELOMPOK 7

Dosen Pengampu :
Ns. Fitria Endah Janitra, M.Kep.

Ketua : Achmad Mughni Rasyid


Sekretaris : Shofiyana Indah Utami

Disusun oleh:

1. Achmad Mughni Rasyid (30901800002)


2. Ardilla Sheila Damayanti (30901800016)
3. Dani Yolanda Wandasari (30901800034)
4. Durrotun Anisah (30901800052)
5. Feri Wibowo (30901800069)
6. Indah Nurul Pertiwi (30901800088)
7. Lina Arifatun Nisa (30901800105)
8. Nandita Salsabella (30901800125)
9. Putri Damar Yanti (30901800141)
10. Shofiyana Indah Utami (30901800161)
11. Tafrihatul Fauzi (30901800179)
12. Widya Yuliana Sari (30901800197)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2020/2021
Lembar Belajar Mahasiswa 2 (Minggu ke-2)

a. Judul : tulangku….

Skenario
Seorang laki-laki berusia 35 tahun, dirawat dibangsal bedah dengan diagnosis medis fraktur
tertutup pada cruris tibia dextra 1/3 distal post op ORIF hari ke-2. Hasil pengkajian perawat
didapatkan data nyeri skala 6, bengkak pada area punggung kaki, suara ronkhi pada kedua
lapang paru , balutan kotor, leukosit 13.000 . perawat primer (PP) menyususn diagnosis
keperawatan berupa nyeri akut b.d agen cidera fisik. Kemudian PP menginstruksikan kepada
perawat associate (PA) untuk melakukan tindakan keperawatan berupa pengalihan perhatian
dan memberikan relaksasi nafas dalam. Tetapi nyeri yang dirasakan tidak berubah.

STEP 1
Kata Sulit : -
Kata Kunci :
Fraktur

STEP 2
1. Bagaimana hubungan fraktur dengan suara ronkhi pada kedua lapang paru ? (Achmad
Mughni Rasyid)
2. Bagaimana hubungan fraktur dengan jumlah leukosit 13.000 ? (Putri Damar Yanti)
3. Apabila seorang yang terkena fraktur itu bisa diurut? Dan apa perbedaan obat
tradisional dan pengobatan medis? (Nandita Salsabela)
4. Apa terapi keperawatan yang bisa diberikan untuk diagnosa medis fraktur? (Indah
Nurul Pertiwi)
5. Apa komplikasi pada kasus tersebut ? (Ardilla Sheila Damayanti)
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada fraktur ? (Widya Yuliana Sari)
7. Sebutkan tahapan Proses penyembuhan dari fraktur pada kasus tsb ! (Tafrihatul Fauzi)
8. Bagaimana tindakan keperawatan yang harus dilakukan setelah post op ORIF agar
tidak terjadi komplikasi ? (Shofiyana Indah Utami)
9. Mengapa setelah dilakukan tindakan keperawatan pengalihan perhatian dan tarik
napas dalam tetai rasa nyeri tidak berubah ? (Feri Wibowo)
10. Apa jenis fraktur yang dialami dalam scenario tersebut ? (Dani Yolanda)
11. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari dilakukannya tindakan ORIF ? (Durrotun
Anisha)
12. Apa Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan yang harus dilakukan pada
pasien ?
13. Bagaimana cara penilaian nyeri pada fraktur? (Lina Arifatun Nisa)

STEP 3

STEP 4
1. Bagaimana hubungan fraktur dengan suara ronkhi pada kedua lapang paru ?
(Achmad Mughni Rasyid)
Jawab :
Berhubungan karena dari globula lemak yang masuk ke dalam darah akibat
dari tekanan sumsum tulang lebih tinggi dibanding tekanan kapiler,sehingga apabila
globula tersebut bercampur dengan trombosit akan membentuk jadi emboli,
penyumbatan yang terjadi pada arteri pulmonalis itu karena gumpalan dapat
menyebabkan terganggunnya paru” sehingga menimbulkan suara ronkhi akibat
adanya sumbatan pada arteri pulmonalisnya.
Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan akibat fraktur adalah terjadi
banyak penyumbatan pada banyak pembuluh darah kecil mengakibatkan tekanan paru
meningkat, memungkinkan mengakibatkan gagal jantung ventrikel kanan. Edema dan
perdarahan dalam alveoli mengganggu transfor oksigen, mengakibatkan hipoksia,
terjadi peningkatan kecepatan respirasi, nyeri dada prekordial, batuk, dispneu dan
edema paru akut. Selain itu perubahan yang timbul pada sitem pernafasan adalah
respon pernafasan meliputi takipneu, dispneu, krepitasi, mengi, ronkhi, sputum putih
kental banyak, gas darah menunjukan PO2 dibawah 60 mmHg, dengan alkalosis
respiratori lebih dulu dan kemudian asidosis respiratori. (R.Borley, 2008 : 85)
(Shofiyana Indah Utami)

2. Bagaimana hubungan fraktur dengan jumlah leukosit 13.000 ? (Putri)


Jawab :
 Leukosit meningkat sebagai respon stress normal setelah terjadi trauma karena
fraktur pada cruris tibia dextra. Menurut Doengoes (2000:762) (Tafrihatul
Fauzi)
 Leukosit dapat meninggi karena tubuh menahan untuk terjadinya infeksi
(Nandita Salsabela)

3. Apa terapi keperawatan yg bisa diberikan untuk diagnosa medis fraktur? (Indah
Nurul Pertiwi)
Jawab :
 Terapi untuk mengurangi rasa nyeri, pelatihan relaksasi dan nafas dalam
(keperawatan)
 Pemberian obat farmakologis : obat anti nyeri (medis) (Dani Yolanda)
4. Apa komplikasi pada kasus tersebut ? (Dilla)
Jawab :
 Menurut Noor Helmi (2012) :
a. Komplikasi awal
 Syok
Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
 Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh tidak adanya nadi, CRE (Capillary
Refill Time) menurun, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
 Sindrom kompartemen
Suatu kondisi dimana terjadi terjebaknya otot, tulang, saraf dan pembuluh darah
dalam jaringan parut akibat suatu pembengkakan dari edema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.
 Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
 Sindrom emboli lemak
Komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang.
b. Komplikasi lama
 Delayed Union
Kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk
sembuh atau tersambung dengan baik.
 Non-union
Disebut non-union apabila fraktur tidak sembuh dalam waktu antara 6-8 bulan dan
tidak terjadi konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu).
 Mal-union
Keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang
berbentuk angulasi, varus/valgus, pemendekan, atau menyilang.
(Tafrihatul Fauzi)
 Atrofi Sudeck
Komplikasi ini biasanya ditemukan akibat kegagalan penderita untuk mengembalikan
fungsi normal tangan atau kaki setelah penyebuhan trauma. Penderita mengeluh nyeri
hebat pada tangan dan kaki jika digerakkan. Sendi menjadi kaku, jaringan lunak
membengkak dan kulit menjadi lembab, berbintik-bintik, licin, dan mengkilat.
Gambaran radiologik menunjukkan adanya peningkatan derajat disuse osteoporosis.
(Achmad Mughni Rasyid)

5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada fraktur ? (Widya Yuliana Sari)


Jawab :
 Foto radiologi : untuk menentukan lokasi dan luasnya
 Anteriogram : untuk mengetahui kerusakan pada vaskuler/darah
 CCT : dilakukan jika kerusakan pada otot banyak (Nandita Salsabella)

6. Sebutkan tahapan Proses penyembuhan dari fraktur pada kasus tsb ! (Tafrihatul
Fauzi)
Jawab :
Inflamasi karena berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya bengkak
dan nyeri. Proliferasi sel : terbentuknya benang-benang fibrib pada jendalan darah
pembentukan kalus : tumbuh tulang rawan mencapai sisi lain sampai celah sudah
terhubung, penulangan kalus : terjadi dalam 2-3 minggu, remodeling/tulang dewasa
tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati ke susunan
structural sebelumnya. (Indah Nurul Pertiwi)

7. Apa tindakan keperawatan yang harus dilakukan setelah post op ORIF agar
tidak terjadi komplikasi ? (Shofiyana Indah Utami)
Jawab :
Disesuaikan dengan intervensi keperawatan berdasarkan dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditentukan

8. Mengapa setelah dilakukan tindakan keperawatan pengalihan perhatian dan


tarik napas dalam tetap rasa nyeri tidak berubah ? (Feri)
Jawab :
Karena data dari pasien tersebut skala nyerinya 6, artinya tingkatan nyerinya sudah
masuk sedang. Jadi, seharusnya perawat berkolaborasi dengan dokter dan farmasi
untuk pemberian obat anti nyeri.

9. Apa jenis fraktur yang dialami dalam scenario tersebut ? (Yolanda)


Jawab :
Fraktur tertutup, karena patahan tulang tidak menembus mukosa kulit (Putri Damar)

10. .Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari dilakukannya tindakan ORIF ?
(Anisa)
Jawab :
Indikasi :
 Fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang apabila ditangani dengan metode
terapi lain, terbukti tidak memberikan haril yang memuaskan
 Fraktur leher femoralis, fraktur lengan bawah distal dan fraktur intraartikuler
disertai pergeseran
Kontraindikasi :
 tulang osteoporotic rapuh menerima implant
 jaringan lunak diatasnya berkualitas lunak
 terdapat infeksi
 pasien dengan penurunan kesadaran (Lina Arifatun Nisa)

11. Bagaimana cara penilaian nyeri pada fraktur? (Lina Arifatun Nisa)
Jawab :
 Berdasarkan ekspresi wajah :
 Wajah 1: Tersenyum karena tidak merasa sakit sama sekali.
 Wajah 2: Sakit hanya sedikit.
 Wajah 3: Sedikit lebih sakit.
 Wajah 4: Jauh lebih sakit.
 Wajah 5: Jauh lebih sakit banget.
 Wajah 6: Sangat sakit luar biasa hingga pasien menangis
 Berdasarkan skala angka :
 0 : normal atau tidak nyeri
 1 : nyeri seperti gatal, nyut-nyut.
 2 : nyeri ringan sepeti melilit atau terpukul.
 3 : nyeri sangat terasa seperti rasa perih.
 4 : nyeri yang dalam seperti keram.
 5 : nyeri nyeri yang menusuk.
 6 : nyeri yang intens seperti terbakar.
 7 : nyeri sangat intens dan masih bisa dikontrol klien.
 8 : nyeri yang mengerikan
 9 : nyeri yang menyiksa dan tak tertahankan.
 10 : sangat nyeri dan tidak bisa diungkapkan, tidak dapat dikontrol klien.
(Lina Arifatun Nisa)

12. Apabila seorang yang terkena fraktur itu bisa diurut? Dan apa perbedaan obat
tradisional dan pengobatan medis? (Nandita)
Jawab :
Jika fraktur tidak boleh tiurut, karena peluang untuk patah kembali ada.
Pengobatan :

 Non medis : tidak menggunakan obat farmakologis


 Medis : dilakukan di rumah sakit atau pelayanan kesehatan dengan tindakan
(Indah Nurul Pertiwi)

13. Apa Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan yang harus dilakukan
pada pasien ?
Jawab :
Diagnosa Keperawatan :
1) Nyeri b.d agen pencedera fisik
DS : -
DO : Data skala nyeri 6, bengkak pada area punggung kaki.
Intervensi :
Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas
nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
 Identisikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pegetahuan dan keyaninan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplomenter yang sudah diberikan
 Monitor penggunaan efek samping analgetik

Teraupetik

 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri
 Ajarkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakoogis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

(Putri Damar Yanti)

2) Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang


DS : Nyeri saat bergerak
DO : Gerakan terbatas, fisik lemah
Intervensi :
Observasi
 Identifikasi adanya keluhan nyeri atau keluhan fisik lainnya
 Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
 Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum melakukan
ambulasi
 Monitor kondisi umum sebelum melakukan ambulasi
 Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi

Teraupetik

 Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu


 Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam menigkatkan
ambulasi
Edukasi

 Jelaskan dan tujuan prosedur ambulasi


 Anjurkan melakukan ambulasi dini
 Anjurkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan

(Tafrihatul Fauzi)

3) Resiko infeksi b.d leukosit mencapai 13.000


DS : -
DO : Leukosit 13.000
Intervensi :
Observasi
 Monitor tanda dan gejala lokal dan sistemik

Teraupetik

 Batasi jumlah pengunjung


 Berikan perawatan kulit pada area edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptic pada pasien dengan resiko tinggi

Edukasi

 Jelaskan tanda dan gejala infeksi


 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
 Ajarkan cara meningkatkan nutrisi
 Ajarkan cara meingkatkan asupan cairan

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

(Durrotun Anisah)
4) Gangguan intregitas jaringan b.d fraktur
DS : -
DO : Fraktur tertutup pada cruris tibia dextra 1/3 distal
Intervensi :
Observasi
 Monitor karakteristik luka
 Monitor tanda-tanda infeksi

Teraupetik

 Lepaskan balutan dan plester secara perlahan


 Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai
kebutuhan
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
 Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
 Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien
 Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari fan protein 1,25-1,5
g/kgBB/hari
 Berikan suplemen vitamin dan mineral, sesuai indikasi
 Berikan terapi TENS (stimulasi saraf transcutaneous), jika perlu

Edukasi :

 Jelaskan tanda dan gejala infeksi


 Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
 Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri

Kolaborasi

 Kolaborasi prosedur debridement


 Kolaborasi antibiotic, jika perlu

(Putri Damar Yanti )


KONSEP MAPPING

DEFINISI ETIOLOGI PATOFISIOL


OGI

NYERI AKUT

KLASFIK
PENATALAKSANA ASI MANIFESTASI
KLINIS

ASUHAN
KEPERAWATAN
SUMBER BELAJAR

Rinaldi Aditya Asrizal Closed Fracture 1/3 Middle Femur Dextra Medula Unila 2014
Volume 2, nomor 3, page 94-100
Jurnal media keperawatan: politeknik kesehatan makasar Vol.09 No 02 2018 E-issn :
2622-0148, p-issn 2087-0035
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia hal 172, Standar Luaran Keperawatan
Indonesia hal 145, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia 201 dan 251
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia hal 304, Standar Luaran Keperawatan
Indonesia hal 183, Standar Luaran Keperawatan Indonesia hal 278
Standar Diagnosa Keperawtan Indonesia hal 282, Standar Luaran Keperawatan
Indonesia hal 33, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia hal 328
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia hal 124, Standar Luaran Keperawatan
Indonesia hal 22, Standar Intervemsi Keperawatan Indonesia hal 65

Anda mungkin juga menyukai