LBM II KELOMPOK 7
Dosen Pengampu :
Ns. Fitria Endah Janitra, M.Kep.
Disusun oleh:
a. Judul : tulangku….
Skenario
Seorang laki-laki berusia 35 tahun, dirawat dibangsal bedah dengan diagnosis medis fraktur
tertutup pada cruris tibia dextra 1/3 distal post op ORIF hari ke-2. Hasil pengkajian perawat
didapatkan data nyeri skala 6, bengkak pada area punggung kaki, suara ronkhi pada kedua
lapang paru , balutan kotor, leukosit 13.000 . perawat primer (PP) menyususn diagnosis
keperawatan berupa nyeri akut b.d agen cidera fisik. Kemudian PP menginstruksikan kepada
perawat associate (PA) untuk melakukan tindakan keperawatan berupa pengalihan perhatian
dan memberikan relaksasi nafas dalam. Tetapi nyeri yang dirasakan tidak berubah.
STEP 1
Kata Sulit : -
Kata Kunci :
Fraktur
STEP 2
1. Bagaimana hubungan fraktur dengan suara ronkhi pada kedua lapang paru ? (Achmad
Mughni Rasyid)
2. Bagaimana hubungan fraktur dengan jumlah leukosit 13.000 ? (Putri Damar Yanti)
3. Apabila seorang yang terkena fraktur itu bisa diurut? Dan apa perbedaan obat
tradisional dan pengobatan medis? (Nandita Salsabela)
4. Apa terapi keperawatan yang bisa diberikan untuk diagnosa medis fraktur? (Indah
Nurul Pertiwi)
5. Apa komplikasi pada kasus tersebut ? (Ardilla Sheila Damayanti)
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada fraktur ? (Widya Yuliana Sari)
7. Sebutkan tahapan Proses penyembuhan dari fraktur pada kasus tsb ! (Tafrihatul Fauzi)
8. Bagaimana tindakan keperawatan yang harus dilakukan setelah post op ORIF agar
tidak terjadi komplikasi ? (Shofiyana Indah Utami)
9. Mengapa setelah dilakukan tindakan keperawatan pengalihan perhatian dan tarik
napas dalam tetai rasa nyeri tidak berubah ? (Feri Wibowo)
10. Apa jenis fraktur yang dialami dalam scenario tersebut ? (Dani Yolanda)
11. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari dilakukannya tindakan ORIF ? (Durrotun
Anisha)
12. Apa Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan yang harus dilakukan pada
pasien ?
13. Bagaimana cara penilaian nyeri pada fraktur? (Lina Arifatun Nisa)
STEP 3
STEP 4
1. Bagaimana hubungan fraktur dengan suara ronkhi pada kedua lapang paru ?
(Achmad Mughni Rasyid)
Jawab :
Berhubungan karena dari globula lemak yang masuk ke dalam darah akibat
dari tekanan sumsum tulang lebih tinggi dibanding tekanan kapiler,sehingga apabila
globula tersebut bercampur dengan trombosit akan membentuk jadi emboli,
penyumbatan yang terjadi pada arteri pulmonalis itu karena gumpalan dapat
menyebabkan terganggunnya paru” sehingga menimbulkan suara ronkhi akibat
adanya sumbatan pada arteri pulmonalisnya.
Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan akibat fraktur adalah terjadi
banyak penyumbatan pada banyak pembuluh darah kecil mengakibatkan tekanan paru
meningkat, memungkinkan mengakibatkan gagal jantung ventrikel kanan. Edema dan
perdarahan dalam alveoli mengganggu transfor oksigen, mengakibatkan hipoksia,
terjadi peningkatan kecepatan respirasi, nyeri dada prekordial, batuk, dispneu dan
edema paru akut. Selain itu perubahan yang timbul pada sitem pernafasan adalah
respon pernafasan meliputi takipneu, dispneu, krepitasi, mengi, ronkhi, sputum putih
kental banyak, gas darah menunjukan PO2 dibawah 60 mmHg, dengan alkalosis
respiratori lebih dulu dan kemudian asidosis respiratori. (R.Borley, 2008 : 85)
(Shofiyana Indah Utami)
3. Apa terapi keperawatan yg bisa diberikan untuk diagnosa medis fraktur? (Indah
Nurul Pertiwi)
Jawab :
Terapi untuk mengurangi rasa nyeri, pelatihan relaksasi dan nafas dalam
(keperawatan)
Pemberian obat farmakologis : obat anti nyeri (medis) (Dani Yolanda)
4. Apa komplikasi pada kasus tersebut ? (Dilla)
Jawab :
Menurut Noor Helmi (2012) :
a. Komplikasi awal
Syok
Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh tidak adanya nadi, CRE (Capillary
Refill Time) menurun, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
Sindrom kompartemen
Suatu kondisi dimana terjadi terjebaknya otot, tulang, saraf dan pembuluh darah
dalam jaringan parut akibat suatu pembengkakan dari edema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.
Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
Sindrom emboli lemak
Komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang.
b. Komplikasi lama
Delayed Union
Kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk
sembuh atau tersambung dengan baik.
Non-union
Disebut non-union apabila fraktur tidak sembuh dalam waktu antara 6-8 bulan dan
tidak terjadi konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu).
Mal-union
Keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang
berbentuk angulasi, varus/valgus, pemendekan, atau menyilang.
(Tafrihatul Fauzi)
Atrofi Sudeck
Komplikasi ini biasanya ditemukan akibat kegagalan penderita untuk mengembalikan
fungsi normal tangan atau kaki setelah penyebuhan trauma. Penderita mengeluh nyeri
hebat pada tangan dan kaki jika digerakkan. Sendi menjadi kaku, jaringan lunak
membengkak dan kulit menjadi lembab, berbintik-bintik, licin, dan mengkilat.
Gambaran radiologik menunjukkan adanya peningkatan derajat disuse osteoporosis.
(Achmad Mughni Rasyid)
6. Sebutkan tahapan Proses penyembuhan dari fraktur pada kasus tsb ! (Tafrihatul
Fauzi)
Jawab :
Inflamasi karena berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya bengkak
dan nyeri. Proliferasi sel : terbentuknya benang-benang fibrib pada jendalan darah
pembentukan kalus : tumbuh tulang rawan mencapai sisi lain sampai celah sudah
terhubung, penulangan kalus : terjadi dalam 2-3 minggu, remodeling/tulang dewasa
tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati ke susunan
structural sebelumnya. (Indah Nurul Pertiwi)
7. Apa tindakan keperawatan yang harus dilakukan setelah post op ORIF agar
tidak terjadi komplikasi ? (Shofiyana Indah Utami)
Jawab :
Disesuaikan dengan intervensi keperawatan berdasarkan dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditentukan
10. .Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari dilakukannya tindakan ORIF ?
(Anisa)
Jawab :
Indikasi :
Fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang apabila ditangani dengan metode
terapi lain, terbukti tidak memberikan haril yang memuaskan
Fraktur leher femoralis, fraktur lengan bawah distal dan fraktur intraartikuler
disertai pergeseran
Kontraindikasi :
tulang osteoporotic rapuh menerima implant
jaringan lunak diatasnya berkualitas lunak
terdapat infeksi
pasien dengan penurunan kesadaran (Lina Arifatun Nisa)
11. Bagaimana cara penilaian nyeri pada fraktur? (Lina Arifatun Nisa)
Jawab :
Berdasarkan ekspresi wajah :
Wajah 1: Tersenyum karena tidak merasa sakit sama sekali.
Wajah 2: Sakit hanya sedikit.
Wajah 3: Sedikit lebih sakit.
Wajah 4: Jauh lebih sakit.
Wajah 5: Jauh lebih sakit banget.
Wajah 6: Sangat sakit luar biasa hingga pasien menangis
Berdasarkan skala angka :
0 : normal atau tidak nyeri
1 : nyeri seperti gatal, nyut-nyut.
2 : nyeri ringan sepeti melilit atau terpukul.
3 : nyeri sangat terasa seperti rasa perih.
4 : nyeri yang dalam seperti keram.
5 : nyeri nyeri yang menusuk.
6 : nyeri yang intens seperti terbakar.
7 : nyeri sangat intens dan masih bisa dikontrol klien.
8 : nyeri yang mengerikan
9 : nyeri yang menyiksa dan tak tertahankan.
10 : sangat nyeri dan tidak bisa diungkapkan, tidak dapat dikontrol klien.
(Lina Arifatun Nisa)
12. Apabila seorang yang terkena fraktur itu bisa diurut? Dan apa perbedaan obat
tradisional dan pengobatan medis? (Nandita)
Jawab :
Jika fraktur tidak boleh tiurut, karena peluang untuk patah kembali ada.
Pengobatan :
13. Apa Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan yang harus dilakukan
pada pasien ?
Jawab :
Diagnosa Keperawatan :
1) Nyeri b.d agen pencedera fisik
DS : -
DO : Data skala nyeri 6, bengkak pada area punggung kaki.
Intervensi :
Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas
nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri non verbal
Identisikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pegetahuan dan keyaninan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplomenter yang sudah diberikan
Monitor penggunaan efek samping analgetik
Teraupetik
Teraupetik
(Tafrihatul Fauzi)
Teraupetik
Edukasi
Kolaborasi
(Durrotun Anisah)
4) Gangguan intregitas jaringan b.d fraktur
DS : -
DO : Fraktur tertutup pada cruris tibia dextra 1/3 distal
Intervensi :
Observasi
Monitor karakteristik luka
Monitor tanda-tanda infeksi
Teraupetik
Edukasi :
Kolaborasi
NYERI AKUT
KLASFIK
PENATALAKSANA ASI MANIFESTASI
KLINIS
ASUHAN
KEPERAWATAN
SUMBER BELAJAR
Rinaldi Aditya Asrizal Closed Fracture 1/3 Middle Femur Dextra Medula Unila 2014
Volume 2, nomor 3, page 94-100
Jurnal media keperawatan: politeknik kesehatan makasar Vol.09 No 02 2018 E-issn :
2622-0148, p-issn 2087-0035
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia hal 172, Standar Luaran Keperawatan
Indonesia hal 145, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia 201 dan 251
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia hal 304, Standar Luaran Keperawatan
Indonesia hal 183, Standar Luaran Keperawatan Indonesia hal 278
Standar Diagnosa Keperawtan Indonesia hal 282, Standar Luaran Keperawatan
Indonesia hal 33, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia hal 328
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia hal 124, Standar Luaran Keperawatan
Indonesia hal 22, Standar Intervemsi Keperawatan Indonesia hal 65