Anda di halaman 1dari 9

Alexander Hendrik –

Bimo Putra –

Filipo Reynara – 201905000097

Laurentius Rainner – 201905000079

Tugas BHI

Membuat Kerangka Undang – Undang

Kerangka Undang – undang terdiri atas;

A. Judul;

B. Pembukaan;

C. Batang Tubuh;

D. Penutup;

E. Penjelasan [ Jika Diperlukan ];

F. Lampiran [Jika Diperlukan ];

A. Judul :

Memuat keterangan :

 Jenis;
 Nomor;
 Tahun pengundangan atau penetapan ;dan
 Nama peraturan. UU yang dibuat singkat dan mencerminkan isi
 Peraturan UU;
 Judul ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan
 ditengah marjin tanpa diakhiri tanda baca.

Contoh :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2019

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011


TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
B. Pembukaan :
 Frasa TUHAN YANG MAHA ESA

Ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan di tengah marjin.

 Jabatan Pembentukan Peraturan Undang – undang

Ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan ditengah marjin dan diakhiri
dengan tanda baca koma.

Contoh:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

 Konsiderans :
 Diawali dengan kata MENIMBANG
 Memuat uraian singkat mengenai pokok – pokok pikiran yang menjadi latar belakang/
alasan pembuatan Undang – undang
 Jika memuat lebih dari satu pokok pikiran , tiap-tiap pokok pikiran dirumuskan
dalam rangkaian kalimat yang merupakan kesatuan pengertian;
 Tiap - tiap pokok pikiran diawali dengan huruf abjad dan dirumuskan dalam satu
kalimat yang diawali denagn kata “bahwa” dan diakhiri dengan tanda baca titik koma;

Contoh:

Menimbang:

a. bahwa pembangunan hukum nasional yang terencana, terpadu, dan berkelanjutan harus
benar-benar mencerminkan kedaulatan berada di tangan rakyat dan menjamin
pelindungan hak dan kewajiban segenap rakyat Indonesia berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa untuk memperkuat pembentukan peraturan perundang-undangan yang


berkelanjutan, dibutuhkan penataan dan perbaikan mekanisme pembentukan peraturan
perundang-undangan sejak perencanaan hingga pemantauan dan peninjauan;

c. bahwa Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan masih terdapat kekurangan dan belum menampung perkembangan
kebutuhan masyarakat sehingga perlu diubah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan


huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
 DASAR HUKUM.
 Diawali dengan kata Mengingat;
 Memuat dasar kewenangan pembuatan undang – undang yang memerintahkan
pembatan Undang – undang tersebut
 Undang- undang yang dijadikan sebagai dasar hanya unang- undangnya lebih
tinggi;
 Pencantuman dasar disesuaikan dengan hierarki dan kronologis pengundangan
atau penetapannya
 Dasar pada UUD ditulis dengan menyebutkan frasa UUD 1945 ditulis sesudah
penyebutan terakhir dengan huruf kapital
 Penulisan UU, kedua huruf ditulis dengan huruf kapital;
 UU, PP, PERPRES Perlu dilengkapi dengan pencantuman L.N.RI T.L.N.Ri yang
diletakkan diantara tanda baca kurung;

Contoh:

Mengingat:

1. Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


undangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234).

 Diktum Terdiri Atas:


1. Kata memutuskan
 Ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa spasi/ diakhiri dengan huruf kapital
tanpa spasi / diakhiri senagn tanda baca titik dua serta diletakkan di tengah marjin;
 Pada UU sebelum kata MEMUTUSKAN dicantum frasa yang diletakkan ditengah
marjin

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA


dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:
2. Kata menetapkan;

Dicantumkan sesudah kata memutuskan yang disejajarkan kebawah dengan kata menimbang
dan mengingat huruf awal kata menetapkan ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda baca titik dua.

Contoh Pembukaan:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa………….

b. bahwa………….

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebgmn dimaksud dlm huruf a,

dan huruf b perlu membentuk Undang-Undang tentang……..

Mengingat : 1. Pasal 20,Pasal 21 dan Pasal 22A UUD Neg. RI Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5234).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG HAK ASASI MANUSIA

C. Batang Tubuh
 Memuat semua substansi UU yang dirumuskan dalam pasal – pasal;
 Pada umumnya substansi dalam batang tubuh dikelompokkan kedalam :
1. Ketentuan umum
2. Materi Pokok yang diatur
3. Ketentuan Pidana (jika ada)
4. Ketentuan Peralihan (jika ada)
5. Ketentuan penutup
Ketentuan Umum:

Diletakkan dalam bab pertama, jika tidak dilakukan pengelompokkan bab, ketentuan umum
diletakkan pada pasal awal, yang berisi :

 Batasan pengertian atau definisi


 Singkatan atau akronim yang digunakan dalam peratuan;
 Hal - hal lain yang bersifat umum yang beruhubungan dengan pasal berikutnya
antara lain ketentuan yang mencerminkan asas, maksud, dan tujuan

Frasa Pembuka Dalam Ketentuan Umum Berbunyi:

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan Peraturan


Perundangundangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan, pengundangan.

Materi Pokok yang Diatur :

 Pengelompokan materi UU disusun secara sistematis dalam buku,bab, bagian,dan


paragraf yg didasarkan atas dasar kesamaan materi;
 Buku diberi no.urut dengan bilangan dan judul seluruhnya ditulis dengan huruf
kapital

Contoh :

“BAB XA

PEMANTAUAN DAN PENINJAUAN TERHADAP UNDANG-UNDANG”

Ketentuan pidana (jika diperlukan ):

 memuat rumusan yang menyatakan penjatuhan pidana atas Pelanggaran norma


larangan atau perintah;
 ditempatkan dlm bab tersendiri sesdh materi pokok yg diatur atau Seblm bab
ketentuan peralihan.jika tdk ada pasal peralihan Diletakkan seblm ketentuan
penutup;
 jika ketentuan pidana berlk bg siapapun, dirumuskan dgn frase Setiap orang.jika
hanya berlk bg subyek tertentu,subyek Dirumuskan secara tegas,misalnya,org
asing,pegawai negeri,saksi;
 rumusan ketentuan pidana hrs menyatakan secara tegas apakah Pidana yg
dijatuhkan bersifat kumulatif, alternatif, atau Kumulatif alternatif.

Ketentuan peralihan (jika diperlukan )

 ditempatkan diantara Bab ketentuan pidana dan bab ketentuan Penutup.jika tidak
diadakan pengelompokan bab, ditem patkan sebelum pasal Yang memuat
ketentuan penutup;
 memuat penyesuaian terhadap UU yang sudah ada pada saat UU baru mulai
berlaku,untuk menghindari timbulnya Permasalahan hak;
 hindari rumusan dlm ketentuan peralihan yg isinya memuat Perubahan terselubung
atas UU lain.

KETENTUAN PENUTUP

Ditempatkan dalam bab terakhir, jika tidak diadakan pengelompokan bab ditempatkan dalam
pasal (pasal ) terakhir;

Pada umumnya ketentuan penutup memuat mengenai :

 penunjukan organ atau alat perlengkapan yg melaksanakan UU;


 nama singkat;
 status UU yang sudah ada; dan
 saat mulai berlaku UU.

Contoh:

Pasal II

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

D. Penutup
Merpkan bgn akhir perat.peruu dan memuat:
 rumusan perintah pengundangan dan penempatan UU dalam L.n.ri, berita
neg. Ri, lembaran daerah,atau berita daerah.
 penanda tanganan pengesahan atau penetapan UU;
 pengundangan UU;dan
 akhir bagian penutup
Rumusan perintah pengundangan dan penempatan UU Berbunyi sbb :

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini


dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Penandatanganan pengesahan atau penetapan perat.per uu

Memuat :

 tempat/tanggal pengesahan atau penetapan;


 nama jabatan;
 tanda tangan pejabat;dan
 nama lengkap pejabat yg menanda tangani,tanpa gelar dan Pangkat.

Rumusan tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan diletakkan Disebelah kanan;

Nama jabatan dan nama pejabat ditulis dg huruf kapital pada akhir Nama jabatan diberi tanda
baca koma;

Pengundangan perat.per uu memuat :

 tempat dan tanggal pengundangan;


 nama jabatan yg berwenang mengundangkan;
 tanda tangan; dan
 nama lengkap pejabat yg menandatangani, tanpa gelar dan pangkat;

Tempat tgl pengundangan diletakkan disebelah kiri (dibawah penanda Tanganan pengesahan
atau penetapan );

Nama jabatan dan nama pejabat ditulis dengan huruf kapital. Pada akhir nama Jabatan diberi
tanda baca koma;

Pada akhir bagian penutup dicantumkan l.n. atau lembaran daerah,


Contoh:

Disahkan Di Jakarta,

Pada Tanggal 2 Oktober 2019

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

JOKO WIDODO

Diundangkan Di Jakarta,

Pada Tanggal 4 Oktober 2019

PLT. MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

TJAHJO KUMOLO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR 183

E. Penjelasan
- Berfungsi sebagai tafsiran resmi pembentuk UU atas norma Tertentu dalam batang
tubuh. Yang memuat uraian atau jabaran yang akan Memperjelas norma yang diatur
dalam batang tubuh;
- tidak dapat digunakan sebagai dasar hak untuk membuat peraturan lebih lanjut;
- hindari rumusan yg isinya memuat per bahan terselubung terhadap ketentuan UU;
- naskah penjelasan disusun bersama-sama dg penyusunan rancangan UUybs;
- judul penjelasan sama dg judul UU ybs;
- memuat penjelasan umum dan penjelasan demi dirinci dengan Angka romawi dan
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital;

Contoh:
PENJELASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 15 TAHUN 2019

TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Dalam menyusun penjelasan pasal demi pasal harus diperhatikan agar :
1. tdk bertentangan dg materi pokok yg diatur dlm batang tubuh;
2. tdk memperluas atau menambah norma yg ada dlm batang tubuh;
3. tdk mengulangi uraian kata,istilah,atau pengertian yg telah dimuat didlm ketentuan
umum.

pasal atau ayat yg tdk memerlukan penjelasan, ditulis cukup jelas, yg diakhiri dgn
tanda baca titik.
penjelasan pasal demi pasal tidak digabungkan walaupun terdapat beberapa pasal
berurutan yang tidak memerlukan penjelasan.

F. Lampiran
 harus dinyatakan dalam batang tubuh dan pernyataan bahwa lampiran tersebut
merupkan bagian yang tidak terpisahkan dari UU ybs;
 pada akhir lampiran harus dicantumkan nama dan tanda tangan pejabat yg
mengesahkan/ menetapkan UU ybs.

Anda mungkin juga menyukai