Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Revolusi Perancis merupakan awal terwujudnya demokrasi di barat, dimana
kebebasan hak individu dapat diraih. Dari masa kegelapan dimana sebuah otoritas
tertinggi dipegang oleh para pejabat negara di gereja, yang memiliki kekuasaan dan
hak-hak istimewa untuk menikmati jerih payah keum kelas bawah, dimana banyak
menimbulkan kekacauan terutama dari sektor perekonomian. Terkekangnya masyarakat
kelas bawah atau yang disebut sebagai orang kelas tiga pada sebelum masa Revolusi
Perancis, membuat berbagai pemberontakan yang menimbulkan jatuhnya korban jiwa
akibat tidak adanya kebebasan yang dirasakan pada masa itu.
Pecahnya Revolusi Perancis pada 1789 mengobarkan imajinasi orang Eropa.
Baik pengikut maupun pengamat merasa bahwa mereka sedang hidup dalam suatu
zaman yang sangat penting. Diatas reruntuhan tatanan lama yang didirikan
berlandaskan hak istimewa dan depotisme, suatu era baru sedang terbentuk yang
berjanji mewujudkan cita-cita Pencerahan. Pembebasan ini membebaskan pemikiran
manusia dari takhayul dan tradisi, kemenangan kebebasan atas tirani dan pembentukan
lembaga-lembaga keadilan.tampak hak-hak dasar individu yang saat itu merupakan hal
yang tabu, sekarang akan berkuasa di bumi, dan masa depan tampak begitu penuh
harapan.1
Revolusi Perancis merupakan sebuah masa peralihan politik dan sosial dalam
sejarah Perancis. Pada saat itu, kaum demokrat dan para pendukung republikanisme
bersatu menjatuhkan sistem pemerintahan monarki abosolut, yang dianggap terlalu
kaku dan memberikan keistimewaan berlebih pada keluarga kerajaan dan golongan
bangsawan. hal tersebut di karenakan raja Louis XVI , hidup mewah dan memboroskan
investasi atau harta kerajaan ketika sebagian besar rakyatnya hidup dalam kemiskinan.
lalu rakyat menghendaki pemerintahan yang memerhatikan hak-hak mereka. Dalam
Revolusi Perancis, mereka menggunakan slogan “Persamaan, Kebebasan, dan
Persaudaraan” (Liberte, Egalite, Fraternite). Revolusi Perancis berakhir pada November
1799 dengan dibubarkannya monarki absolut Perancis, yang diganti dengan bentuk
negara monarkis terbatas dan selanjutnya menjadi republik.

1
Perry, Marvin. 2013. Peradaban Barat: Dari Revolusi Perancis Hingga Zaman Global, Kreasi Wacana,
Bantul. Hlm. 4
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, makalah ini akan membahas mengenai:
1. Apa yang terjadi pada masa Revolusi Perancis?
2. Bagaimana sejarah menceritakan mengenai Revolusi Perancis hingga
terciptanya sebuah demokrasi?
3. Bagaimana dampak dari Revolusi Perancis?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Pemikiran Politik Barat
2. Memperjelas materi yang dipaparkan dalam presentasi di kelas
3. Membuat kerangka berpikir agar mudah memberikan penjelasan dari rumusan
masalah

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini antara lain:
1. Memperluas wawasan Mahasiswa/i mengenai sejarah Revolusi Perancis hingga
terciptanya demokrasi di Barat.
2. Menambah pengetahuan mengenai pemikiran-pemikiran politik di Barat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Rezim Lama dan Tingkatan-Tingkatan Sosial


Sebab-sebab Revolusi Perancis dapat dilihat dari struktur masyarakat di dalam
rezim lama. Masyarakat perancis abad ke-8 terbagi dalam tiga golongan atau tingkatan
(estate), yaitu kaum tingkatan pertama, kaum tingkatan kedua, dan kaum tingkatan
ketiga. Kaum imam dan bangsawan yang berjumlah 500.000 orang dari populasi 26juta,
menikmati hak-hak istimewa. Struktur sosial semifeodal razim lama, yang berlandaskan
ketidaksetaraan yang didukung oleh hukum, menghasilkan ketegangan-ketegangan
yang mempercepat revolusi.
Tingkatan pertama memiliki kekuasaan dan hak-hak istimewa gereja Katolik
Perancis membuatnya menjadi negara di dalam negara. Gereja melakukan pekerjaan
yang setara dengan urusan administrasi yang seharusnya dipegang oleh negara. Gereja
mendata kelahiran, perkawinan, dan kematian; mengumpulkan pajak; menyensor buku-
buku yang dianggap membahayakan agama dan moral; menyelenggarakan sekolah-
sekolah; dan menyalurkan pertolongan kepada kaum miskin.2 Namun demikian, gereja
tidak membayar pajak, meski produksi yang dihasilkan dari pekerjaannya tersebut
membuahkan keuntungan yang sangat banyak. Para pendeta papan atas bersikap dan
bergaya hidup yang sama dengan kaum bangsawan yang merupakan asal-usul mereka.
Tingkata kedua, kaum bangsawan adalah golongan yang mempunyai hak
istimewa. Kaum bangsawan memegang posisi tertinggi di dalam gereja, tentara, dan
pemerintahan. Mereka juga tidak membayar pajak, dan banyak terlibat di dalam usaha
seperti perbankan dan keuangan. Kaum bangsawan selalu curiga dan tidak toleran
kepada ide-ide liberal yang dikembangkan para pelopor pencerahan seperti
Montesquieu, Condorcet, dan d’Holbach. Namun ada juga kaum bangsawan yang
menyujui ide-ide dari para pemikir liberal tersebut. Dipengaruhi oleh cita-cita liberal,
sebagian bangsawan ingin mengakhiri depotisme kerajaan dan membentuk
pemerintahan konstitusional. Tetapi mayoritas kaum bangsawan yang ingin
melestarikan hak-hak istimewanya, memusuhi cita-cita liberal dan melawan
pembaruan.3

2
Ibid, hlm. 4
3
Ibid, hlm. 7
3
Tingkatan ketiga terdiri dari kaum borjuis, kaum petani, dan para buruh
perkotaan. Menjelang 1789kaum borjuis telah naik secara sosial melalui pembelian
suatu jabatan yudisial ataau politik dengan menyandang gelar kebangsawanan. Mereka
mengusahakan suatu parlemen yang akan membuat undang-undang untuk bangsa;
sesuatu konstitusi yang akan membatasi kekuasaan raja dan menjamin kebebasan
berpikir, peradilan yang adil, toleransi religius; dan pembaruan administratif yang akan
melenyapkan pemborosan. Sedangkan para buruh perkotaan berjuang untuk bertahan
hidup dalam menghadapi kekurangan makanan dan naiknya harga-harga, khususnya
harga bahan-bahan pokok. Kekurangan material mendorong kaum miskin perkotaan
melakukan kekerasan yang mempengaruhi jalannya revolusi.4

Berikut ini merupakan agenda yang terjadi pada masa Revolusi Perancis.5
Waktu Kejadian
Juli 1788 Pemanggilan Ketiga Tingkatan
17 Juni 1789 Tingkatan Ketiga memproklamirkan diri sebagai
Majelis Nasional
14 Juli 1789 Penyerbuan Bastille
Akhir Juli 1789 Ketakutan besar
4 Agustus 1789 Para bangsawan menyerahkan hak-hak istimewa mereka
20 April 1792 Lembaga legislatif menyatakan perang terhadap Austria
21-22 September 1792 Penghapusan monarki
Juni 1793 Kaum Jacobin menggantikan kaum Gorindin sebagai
kelompok dominan di dalam Konvensi Nasional
27 Juli 1794 Robespierre dipenggal

Administrasi perancis rumit, kacau, dan tidak efektif. Kekacauan finansial


menyumbang kelemahan rezim lama. Pada tahun-tahun terakhir rezim lama, pemerintah
tidak dapat mengumpulkan dana yang cukup untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran.
Kekacauan perancis bukan karena perancis menjadi miskin, tetapi karena sistem pajak
yang tidak efisien dan tidak adil. Pada saat perancis diambang kebangkrutan, sejumlah
menteri raja mengusulkan agar kaum bangsawan dan gereja menyerahkan sebagian
pajak mereka, namun usulan tersebut ditolak. Penolakan kaum bangsawan memaksa
pemerintah, pada Juli 1788, mengadakan rapat Estates General (Badan Perwakilan
Nasional), untuk membahas krisi keuangan. Pemberontakan kaum bangsawan melawan
kerajaan mempunyai akibat yang tidak diperkirakan sebelumnya. Pemberontakan itu

4
Ibid, hlm. 8 - 10
5
Ibid, hlm. 6
4
justru membuka jalan bagi revolusi yang dilakukan oleh Tingkatan Ketiga, yang
menghancurkan Rezim Lama beserta kebangsawanan dan hak-hak istimewanya.6
Hancurnya rezim lama, dibarengin dengan munculnya para filsif seperti Denis
Diderot dan J.d’ Alembert dan Voltaire. Muncul dengan paham rasionalismenya yang
merupakan paham yang menganggap bahwa pikiran merupakan sumber segala
kebenaran, sehingga segala sesuatu yang tidak masuk akal dianggap tidak benar. Paham
ini tercipta atas dasar adanya adanya gerakan renaissance dan humanisme yang
menentang kekuasan kaum Gereja di Eropa.
Jean Jacques Rousseau dengan paham romantismenya yang merupakan paham
yang menjunjung tinggi perasaan dan menghargai naluri manusia. Paham ini muncul
atas dasar keadaan rakyat pada masa Rousseau hidup yang memandang bahwa manusia
pada saat itu lebih banyak yang tertindas oleh para petinggi pemerintahan.

2.2 Tahap Moderat 1789 – 1791


Sewaktu Estates General bersiap-siap untuk bersidang, reformis perancis
menaruh harapan besar untuk regenerasi perancis dan kemajuan kebebasan. Ada
kesepakatan umum bahwa suatu pemerintahan konstitusional sesuai hukum lebih baik
daripada monarki absolut. Tetapi harapan para pembaharu berbenturan dengan maksud
kaum bangsawan yang akhirnya menimbulkan konflik antara kaum bangsawan dengan
kaum Tingkatan Ketiga.7

2.2.a Pembentukan Majelis Nasional


Pada 17 Juni, Tingkatan Ketiga melakukan suatu geran revolusioner. Ia
memproklamirkan diri sebagai Majelis Nasional. Louis XVI memerintahkan Majelis
Nasional memisahkan diri dari golongan-golongan, tetapi Tingkatan Ketiga tetap
kukuh. Kegigihan delegasi dan aksi mengancam penduduk paris yang mendukung
Majelis Nasional memaksa Louis XVI menyerah. Majelis Nasional memerintahkan
kaum bangsawan dan pendeta untuk bergabung. Namun sebagian kaum bangsawan
belum bersedia bergabung karena masih dipengaruhi bangsawan istana untuk
menghentikan revolusi yang baru dimulai.8

6
Ibid, hlm. 10 - 11
7
Ibid, hlm. 14 - 15
8
Ibid, hlm. 16
5
2.2.b Penyerbuan Bastille
Pada Juli 1789, ketegangan di Paris semakin tinggi karena tiga alasan. Pertama,
pemanggilan Estates General telah menimbulkan harapan untuk pembaruan. Kedua,
harga makanan poko melambung tinggi. Ketiga, ketakutan terhadap komplotan
bangsawan untuk menghancurkan Majelis Nasional.
Pada 14 Juli, 900 orang penduduk Paris berkumpul di depan Bastille, sebuah
kubu yang digunakan sebagai penjara dan merupakan simbol hinaan depotisme
kerajaan, untuk mendapat bubuk mesiu dan menyingkirkan meriam yang mengancam
kelas-pekerja yang padat penduduk. Sewaktu ketegangan memuncak, penduduk Paris
menggempur dan merebut Bastille. Jatuhnya Bastille berakibat pada suatu simbol
Rezim lama telah jatuh, sejumlah bangsawan yang memusuhi revolusi memutuskan
untuk kabur, raja yang ketakutan mengatakan kepada Majelis Nasional akan menarik
pasukan yang mengepung Paris. Aksi revolusioner penduduk Paris secara langsung
menyelamatkan Majelis Nasional dan juga revolusi borjuis.9
Sementara itu, Necker semakin dimusuhi oleh keluarga kerajaan Perancis karena
dianggap memanipulasi opini publik secara terang-terangan. Ratu Marie Antoinette,
adik Raja Comte d'Artois, dan anggota konservatif lainnya dari dewan privy mendesak
Raja agar memecat Necker sebagai penasihat keuangan. setelah Necker menerbitkan
laporan keuangan pemerintah kepada publik, Raja memecatnya, dan segera
merestrukturisasi kementerian keuangan tidak lama berselang. Kebanyakan warga Paris
menganggap bahwa tindakan Louis secara tak langsung ditujukan pada Majelis dan
segera memulai pemberontakan terbuka setelah mereka mendengar kabar tersebut pada
keesokan harinya.
Pada suatu ketika para pemberontak mengincar sejumlah besar senjata serta
amunisi di benteng dan penjara Bastille, yang juga dianggap sebagai simbol kekuasaan
monarki. Setelah beberapa jam pertempuran, benteng jatuh ke tangan pemberontak pada
sore harinya. Dan pada akhirnya pemenggalan dan pengarakan kepala dari gubernur
Marquis Bernard de Launaymerupakan bentuk sibol kebencian rakyat terhadap
pemerintah.

2.2.c Pembaruan Majelis Nasional


Pada tanggal 4 Agustus 1789, Majelis Konstituante Nasional menghapuskan
feodalisme. Keputusan ini dituangkan dalam dokumen yang dikenal dengan Dekrit

9
Ibid, hlm. 17
6
Agustus, yang menghapuskan seluruh hak istimewa kaum Estate Kedua dan hak dime
(menerima zakat) yang dimiliki oleh Estate Pertama. Necker, Mounier, Lally-Tollendal
dan yang lainnya tidak berhasil mencapai kesepakatan dengan senat, yang
keanggotaannya ditunjuk oleh Raja dan dicalonkan oleh rakyat. Sebagian besar
bangsawan mengusulkan agar majelis tinggi dipilih oleh kaum bangsawan. Sidang
segera dilakukan pada hari itu, yaang memutuskan bahwa Perancis akan memiliki
majelis tunggal dan unikameral. Dengan melemahnya perlawanan, Majelis Nasional
meneruskan usaha pembaruan yang dimulai pada musim panas 1789. Pembaruan ini
menghancurkan rezim lama.
1. Penghapusan hak-hak istimewa khusus. Majelis Nasional mengesahkan
kesetaraan yang dituntut oleh kaum borjuis. Struktur aristokratis rezim lama,
telah dilenyapkan.
2. Pernyataan hak-hak asasi manusia. Pemerintahan bukan milik penguasa mana
pun, melainkan milik rakyat secara keseluruhan, dan bahwa tujuannya ialah
melestarikan hak-hak dasar individu.
3. Subordinasi gereja atas negara. Majelis Nasional menghantam hak-hak istimewa
gereja Katolik Romawi dan menyita tanah-tanah gereja lalu menjualnya.
4. Konstitusi untuk perancis. Pada september 1791, Majelis Nasional
mengeluarkan suatu konstitusi yang membatasi kekuasaan raja dan menjamin
semua warga negara perancis mendapat perlakuan yang sama di bawah hukum.
5. Pembaruan administratif dan yudisial. Sistem pengadilan yang distandarisasikan
menggantikan yurisdiksi Rezim Lama dan penjualan yudisial diakhiri.
6. Bantuan untuk bisnis. Majelis Nasional menghapuskan beacukai untuk barang-
barang impor.

2.3 Tahap Radikal 1792 – 1794


Sebuah kontrarevolusi yang tidak dapat didamaikan mengancam revolusi,
memaksa kepemimpinan revolusioner mengambil langkah-langkah ekstrim. Di bawah
Konstitusi 1791, Perancis berfungsi sebagai monarki konstitusional. Raja harus berbagi
kekuasaan dengan Majelis Legislatif yang terpilih, namun ia masih bisa
mempertahankan vetonya dan masih memiliki kemampuan untuk memilih menteri.
Majelis Legislatif pertama kali bertemu pada tanggal 1 Oktober 1791, dan jatuh
dalam keadaan kacau hingga kurang dari setahun berikutnya. Dalam mencba

7
memerintah, majelis itu sama sekali gagal. Majelis itu membiarkan kekosongan
keuangan, ketidakdisiplinan pasukan dan angkatan laut, dan rakyat yang rusak
moralnya oleh huru-hara yang aman dan berhasil.

2.3.a Sans-Culottes
Sans-Culottes merupakan orang-orang pemilik toko kecil, tukang, dan pekerja
upah yang memiliki peran penting dalam revolusi khususnya dalam menggempur
Bastille. Para Sans-Culotte mulai menyadari hak istimewa berdasarkan kekayaan
sedang menggantikan hak istimewa berdasarkan keturunan. Mereka meramalkan bahwa
kaum borjuis akan menggantikan kaum bangsawan yang sudah tumbang sebagai kelas
penguasa. Maka dengan ini, kaum Sans-Culotte menuntut agar pemerintah
meningkatkan upah, melakukan pengendalian harga pada persediaan makanan,
mengakhiri kekurangan makanan, dan menetapkan undang-undang untuk mencegah
kekayaan dan kemiskinan yang ekstrim. Untuk mengurangi ketidaksamaan ekonomi,
para Sans-Culotte menuntut pajak yang lebih tinggi untuk yang kaya dan pembagian
tanah kembali. Secara politis, mereka lebih menyukai republik demokratik yang
memberikan suara kepada orang biasa. 10
Meskipun ada tekanan yang dilakukan oleh para bangsawan dan kau pendeta
yang reaksioner, Revolusi Perancis tidak akan mengambil jalan yang radikal setelah
perancis damai. Dibawah kondisi tekanan dari ekonomi dan ancaman akan
membatalkan pembaruan yang telah dilakukan revolusi inilah yang membuatnya
beranjak dari tahap moderat menjadi radikal, yang diacu para sejarawan sebagai
Revolusi Perancis kedua.

2.3.b Invasi Asing11


Pada Juni 1791, Louis XVI dan keluarga kerajaan, pergi dengan menyamar
meninggalkan Paris ke perancis bagian timur laut untuk bergabung dengan para
bangsawan kontrarevolusioner untuk mengumpulkan dukungan luar negeri melawan
revolusi. Pelarian raja membuat banyak orang perancis yang menentang monarki,
memperkuat posisi kaum radikal untuk mendirikan sebuah republik.
Pada 20 April 1792, perancis menyatakan perang terhadap Austria, yang
bermaksud menumbangkan revolusi. Pangeran Brunswick membawa pasukan Austria

10
Ibid, hlm. 21
11
Ibid, hm. 22 - 23
8
dan Prusia ke Perancis. Pada kondoso yang tegang, Brunswick mengeluarkan manifesto
yang menyatakan bahwa jika ada keluarga kerajaan yang dicelakai, maka ia akan
membalasnya dengan lebih ganas kepada penduduk Paris. Namun pada 10 Agustus
1792, penduduk paris yang marah menyerang istana raja dan membunuh ratusan
pengawal berkebangsaan Swiss.
Pada 21-23 September, Konvensi Nasional menghapuskan monarki dan
mendirikan republik. Pada Desember 1792, Louis XVI diadili dengan dihukum mati
karena berkomplot melawan kemerdekaan rakyat perancis. Pemberontakan 10 Agustus,
pembantaian September, penciptaan republik, dan eksekusi mati Louis XVI
menyatakan bahwa revolusi telah jatuh ke dalam radikalisme.
Pemberontakan kontrarevolusi menghancurkan republik yang masih muda.
Banyaknya pemberontakan yang terjadi yang dilakukan oleh penduduk tradisional,
yang masih menjunjung tinggi tradisi katolik mereka di Vendee, Perancis Barat, dan
para federalis yang keberatan atas kekuasaan yang dipegang oleh pemerintah pusat di
Paris membuat sistem republik tidak mampu mengendalikan negara.

2.3.c Kaum Jacobin12


Saat republik diambang kruntuhan, pada Juni 1793, kaum Jacobin menggantikan
kaum Girondin sebagai kelompok dominan dalam konvensi nasional. Kaum Girondin
lebih menyukai suatu pemerintahan dengan departemen-departemen yang
akanmengendalikan urusan-urusannya sendiri. Sedangkan Jacobin, menginginkan suatu
pemerintahan pusat yang kuat, dengan menjadikan Paris sebagai kekuatan. Kaum
Jacobin mendapat dukungan dari San-Culotte yang mendukung pengendalian sementara
oleh pemerintah untuk menangani kebutuhan perang dan krisis ekonomi. Dalam sebuah
konvensi, sans-culotte bersenjata menuntut penahanan delegasi Girondin yang tidak
memiliki pemahaman yang sama dengan mereka. Mulai saat itulah, Jacobin dapat
mengambil kendali pemerintahan.
Kaum jacobin meneruskan pekerjaan pembaruan. Pada 1793, suatu konstitusi
baru mengungkapkan semangat kaum jacobin untuk demokrasi poltik. Namun
banyaknya pemberontakan pada saat itu, membuat konstitusi tersebut tidak pernah
dilaksanakan. Kaum jacobin akhirnya mengungkapkan humanisme mereka dan hutang
mereka kepada para pendukung pencerahan.

12
Ibid, hlm. 24
9
2.3.d Robespierre (1758 – 1794)13
Sambil menempa suatu tentara revolusioner untuk menghadapi musuh-musuh
luar, kaum jacobin berperang melawan oposisi dalam negeri. Salah satu tokoh di dalam
perjuangan ini adalah Maximillien Robespierre, yang memiliki keyakinan terhadap
demokrasi republik. Robespierre dan para jacobin berusaha membangun suatu
kediktatoran sementara dalam usaha menyelamatkan republik dan revolusi. Rezim ini
telah mengusir tentara asing, menahan para kontrarevilusioner, meremukan
pemberontakan federalis, dan mencegah anarki. Dimana unsur-unsur tersebut yang
dapat meruntuhkan sistem republik yang dibawanya.
Namun musuh-musuh Robespierre dalam konvensi, memerintahkan penahanan
Robespierre dan sejumlah pendukungnya. Pada 27 Juli 1794, Thermidor kesembilan
memerintahkan Robespierre dijatuhkan hukuman mati. Hal ini dilatarbelakangi oleh,
reaksi Thermidorean yang bersikap kontrarevolusioner yang menginginkan kembalinya
sistem monarki di perancis. Mereka menyatakan tidak berlakunya konstitusi 1793 dan
mambuat konstitusi baru pada 1795 yang menetapkan kembali persyaratan kekayaan
untuk hak pilih.

2.4 Dampak Revolusi Perancis


Dalam bidang bolitik; negara menjadi Republik, berkembang paham demokrasi
modern, timbulnya rasa nasionalisme, dan undang-undang menjadi kekuasaan tertinggi.
Bidang ekonomi; penghapusan sistempajak feodal dan monopoli dihapuskan, para
petani diperbolehkn miliki tanah, dan industri-industri besar mulai berdiri. Bidang
sosial; penyetaraan pendidikan dan pengajaran sudah merata di semua lapisan
masyarakat, sistem feodalisme dihapuskan, hak asasi manusia dijadikan dasar Code
Napoleon.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

13
Ibid, hlm. 25 - 29
10
Revolusi Perancis adalah suatu periode yang menentukan pembentukan Barat
modern. Ia melaksanakan pemikiran paa pendukung pencerahan, menghancurkan
masyarakat hirarkis dan korporat rezim lama, mendorong kepentingan kaum borjuis,
dan mempercepat pertumbuhan negara modern. Revolusi Perancis melemahkan
aristokrasi. Dengan dilenyapkannya hak-hak feodal dan hak-hak istimewa, kaum
bangsawan menjadi warga negara biasa.
Revolusi Perancis mengubah negara dinastik Rezim lama menjadi negara
modern seperti nasional, liberal, sekuler, dan rasional. Ketika deklarasi hak-hak
manusia dan hak-hak warga negara menyatakan bahwa “sumber kedaulatan pada
dasarnya terletak di dalam bangsa”, maka konsep negara tersebut menjadi demokrasi.
Karena di dalam konsep tersebut, negara adalah milik rakyat secara keseluruhan, dan
individu memiliki hak dan kewajiban yang diatur oleh undang-undang sebagai warga
negara.
Pemikiran liberal pencerahan menemukan ekspresi dalam pembaruan-
pembaruan revolusi. Absolutisme dan monarki ditolak oleh konstitusi yang membatasi
kekuasaan pemerintah dan oleh parlemen terpilih untuk mewakili rakyat.
Revolusi Perancis juga melepaskan dua kekuatan yang berpotensi merusak
negara modern seperti perang total dan nasionalisme. Ini bertentangan dengan cita-cita
rasional dan universal para pembantu revolusi seperti yang tercantum pada Deklarasi
hak manusia. Selain itu, revolusi berusaha merekonstruksi masyarakat berdasarkan
pemikiran pencerahan. Deklarasi hak manusia dan hak warga negara, sangat meresap
pada pembaruan revolusi, menjunjung martabat individu, menuntut penghargaan
individu, memberikan hak-hak dasar kepada setiap orang dan menghalangi negara
untuk memungkiri hak-hak tersebut. 14

DAFTAR BACAAN

Perry, Marvin. 2013. Peradaban Barat: Dari Revolusi Perancis Hingga Zaman Global, Kreasi
Wacana, Bantul. Hlm. 1 – 44

14
Ibid, hlm. 43 - 44
11
the French revolution, Thomas Carlyle, published by random house inc, 1837

12

Anda mungkin juga menyukai