Revolusi Perancis
Revolusi Perancis
PENDAHULUAN
1
Perry, Marvin. 2013. Peradaban Barat: Dari Revolusi Perancis Hingga Zaman Global, Kreasi Wacana,
Bantul. Hlm. 4
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, makalah ini akan membahas mengenai:
1. Apa yang terjadi pada masa Revolusi Perancis?
2. Bagaimana sejarah menceritakan mengenai Revolusi Perancis hingga
terciptanya sebuah demokrasi?
3. Bagaimana dampak dari Revolusi Perancis?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ibid, hlm. 4
3
Ibid, hlm. 7
3
Tingkatan ketiga terdiri dari kaum borjuis, kaum petani, dan para buruh
perkotaan. Menjelang 1789kaum borjuis telah naik secara sosial melalui pembelian
suatu jabatan yudisial ataau politik dengan menyandang gelar kebangsawanan. Mereka
mengusahakan suatu parlemen yang akan membuat undang-undang untuk bangsa;
sesuatu konstitusi yang akan membatasi kekuasaan raja dan menjamin kebebasan
berpikir, peradilan yang adil, toleransi religius; dan pembaruan administratif yang akan
melenyapkan pemborosan. Sedangkan para buruh perkotaan berjuang untuk bertahan
hidup dalam menghadapi kekurangan makanan dan naiknya harga-harga, khususnya
harga bahan-bahan pokok. Kekurangan material mendorong kaum miskin perkotaan
melakukan kekerasan yang mempengaruhi jalannya revolusi.4
Berikut ini merupakan agenda yang terjadi pada masa Revolusi Perancis.5
Waktu Kejadian
Juli 1788 Pemanggilan Ketiga Tingkatan
17 Juni 1789 Tingkatan Ketiga memproklamirkan diri sebagai
Majelis Nasional
14 Juli 1789 Penyerbuan Bastille
Akhir Juli 1789 Ketakutan besar
4 Agustus 1789 Para bangsawan menyerahkan hak-hak istimewa mereka
20 April 1792 Lembaga legislatif menyatakan perang terhadap Austria
21-22 September 1792 Penghapusan monarki
Juni 1793 Kaum Jacobin menggantikan kaum Gorindin sebagai
kelompok dominan di dalam Konvensi Nasional
27 Juli 1794 Robespierre dipenggal
4
Ibid, hlm. 8 - 10
5
Ibid, hlm. 6
4
justru membuka jalan bagi revolusi yang dilakukan oleh Tingkatan Ketiga, yang
menghancurkan Rezim Lama beserta kebangsawanan dan hak-hak istimewanya.6
Hancurnya rezim lama, dibarengin dengan munculnya para filsif seperti Denis
Diderot dan J.d’ Alembert dan Voltaire. Muncul dengan paham rasionalismenya yang
merupakan paham yang menganggap bahwa pikiran merupakan sumber segala
kebenaran, sehingga segala sesuatu yang tidak masuk akal dianggap tidak benar. Paham
ini tercipta atas dasar adanya adanya gerakan renaissance dan humanisme yang
menentang kekuasan kaum Gereja di Eropa.
Jean Jacques Rousseau dengan paham romantismenya yang merupakan paham
yang menjunjung tinggi perasaan dan menghargai naluri manusia. Paham ini muncul
atas dasar keadaan rakyat pada masa Rousseau hidup yang memandang bahwa manusia
pada saat itu lebih banyak yang tertindas oleh para petinggi pemerintahan.
6
Ibid, hlm. 10 - 11
7
Ibid, hlm. 14 - 15
8
Ibid, hlm. 16
5
2.2.b Penyerbuan Bastille
Pada Juli 1789, ketegangan di Paris semakin tinggi karena tiga alasan. Pertama,
pemanggilan Estates General telah menimbulkan harapan untuk pembaruan. Kedua,
harga makanan poko melambung tinggi. Ketiga, ketakutan terhadap komplotan
bangsawan untuk menghancurkan Majelis Nasional.
Pada 14 Juli, 900 orang penduduk Paris berkumpul di depan Bastille, sebuah
kubu yang digunakan sebagai penjara dan merupakan simbol hinaan depotisme
kerajaan, untuk mendapat bubuk mesiu dan menyingkirkan meriam yang mengancam
kelas-pekerja yang padat penduduk. Sewaktu ketegangan memuncak, penduduk Paris
menggempur dan merebut Bastille. Jatuhnya Bastille berakibat pada suatu simbol
Rezim lama telah jatuh, sejumlah bangsawan yang memusuhi revolusi memutuskan
untuk kabur, raja yang ketakutan mengatakan kepada Majelis Nasional akan menarik
pasukan yang mengepung Paris. Aksi revolusioner penduduk Paris secara langsung
menyelamatkan Majelis Nasional dan juga revolusi borjuis.9
Sementara itu, Necker semakin dimusuhi oleh keluarga kerajaan Perancis karena
dianggap memanipulasi opini publik secara terang-terangan. Ratu Marie Antoinette,
adik Raja Comte d'Artois, dan anggota konservatif lainnya dari dewan privy mendesak
Raja agar memecat Necker sebagai penasihat keuangan. setelah Necker menerbitkan
laporan keuangan pemerintah kepada publik, Raja memecatnya, dan segera
merestrukturisasi kementerian keuangan tidak lama berselang. Kebanyakan warga Paris
menganggap bahwa tindakan Louis secara tak langsung ditujukan pada Majelis dan
segera memulai pemberontakan terbuka setelah mereka mendengar kabar tersebut pada
keesokan harinya.
Pada suatu ketika para pemberontak mengincar sejumlah besar senjata serta
amunisi di benteng dan penjara Bastille, yang juga dianggap sebagai simbol kekuasaan
monarki. Setelah beberapa jam pertempuran, benteng jatuh ke tangan pemberontak pada
sore harinya. Dan pada akhirnya pemenggalan dan pengarakan kepala dari gubernur
Marquis Bernard de Launaymerupakan bentuk sibol kebencian rakyat terhadap
pemerintah.
9
Ibid, hlm. 17
6
Agustus, yang menghapuskan seluruh hak istimewa kaum Estate Kedua dan hak dime
(menerima zakat) yang dimiliki oleh Estate Pertama. Necker, Mounier, Lally-Tollendal
dan yang lainnya tidak berhasil mencapai kesepakatan dengan senat, yang
keanggotaannya ditunjuk oleh Raja dan dicalonkan oleh rakyat. Sebagian besar
bangsawan mengusulkan agar majelis tinggi dipilih oleh kaum bangsawan. Sidang
segera dilakukan pada hari itu, yaang memutuskan bahwa Perancis akan memiliki
majelis tunggal dan unikameral. Dengan melemahnya perlawanan, Majelis Nasional
meneruskan usaha pembaruan yang dimulai pada musim panas 1789. Pembaruan ini
menghancurkan rezim lama.
1. Penghapusan hak-hak istimewa khusus. Majelis Nasional mengesahkan
kesetaraan yang dituntut oleh kaum borjuis. Struktur aristokratis rezim lama,
telah dilenyapkan.
2. Pernyataan hak-hak asasi manusia. Pemerintahan bukan milik penguasa mana
pun, melainkan milik rakyat secara keseluruhan, dan bahwa tujuannya ialah
melestarikan hak-hak dasar individu.
3. Subordinasi gereja atas negara. Majelis Nasional menghantam hak-hak istimewa
gereja Katolik Romawi dan menyita tanah-tanah gereja lalu menjualnya.
4. Konstitusi untuk perancis. Pada september 1791, Majelis Nasional
mengeluarkan suatu konstitusi yang membatasi kekuasaan raja dan menjamin
semua warga negara perancis mendapat perlakuan yang sama di bawah hukum.
5. Pembaruan administratif dan yudisial. Sistem pengadilan yang distandarisasikan
menggantikan yurisdiksi Rezim Lama dan penjualan yudisial diakhiri.
6. Bantuan untuk bisnis. Majelis Nasional menghapuskan beacukai untuk barang-
barang impor.
7
memerintah, majelis itu sama sekali gagal. Majelis itu membiarkan kekosongan
keuangan, ketidakdisiplinan pasukan dan angkatan laut, dan rakyat yang rusak
moralnya oleh huru-hara yang aman dan berhasil.
2.3.a Sans-Culottes
Sans-Culottes merupakan orang-orang pemilik toko kecil, tukang, dan pekerja
upah yang memiliki peran penting dalam revolusi khususnya dalam menggempur
Bastille. Para Sans-Culotte mulai menyadari hak istimewa berdasarkan kekayaan
sedang menggantikan hak istimewa berdasarkan keturunan. Mereka meramalkan bahwa
kaum borjuis akan menggantikan kaum bangsawan yang sudah tumbang sebagai kelas
penguasa. Maka dengan ini, kaum Sans-Culotte menuntut agar pemerintah
meningkatkan upah, melakukan pengendalian harga pada persediaan makanan,
mengakhiri kekurangan makanan, dan menetapkan undang-undang untuk mencegah
kekayaan dan kemiskinan yang ekstrim. Untuk mengurangi ketidaksamaan ekonomi,
para Sans-Culotte menuntut pajak yang lebih tinggi untuk yang kaya dan pembagian
tanah kembali. Secara politis, mereka lebih menyukai republik demokratik yang
memberikan suara kepada orang biasa. 10
Meskipun ada tekanan yang dilakukan oleh para bangsawan dan kau pendeta
yang reaksioner, Revolusi Perancis tidak akan mengambil jalan yang radikal setelah
perancis damai. Dibawah kondisi tekanan dari ekonomi dan ancaman akan
membatalkan pembaruan yang telah dilakukan revolusi inilah yang membuatnya
beranjak dari tahap moderat menjadi radikal, yang diacu para sejarawan sebagai
Revolusi Perancis kedua.
10
Ibid, hlm. 21
11
Ibid, hm. 22 - 23
8
dan Prusia ke Perancis. Pada kondoso yang tegang, Brunswick mengeluarkan manifesto
yang menyatakan bahwa jika ada keluarga kerajaan yang dicelakai, maka ia akan
membalasnya dengan lebih ganas kepada penduduk Paris. Namun pada 10 Agustus
1792, penduduk paris yang marah menyerang istana raja dan membunuh ratusan
pengawal berkebangsaan Swiss.
Pada 21-23 September, Konvensi Nasional menghapuskan monarki dan
mendirikan republik. Pada Desember 1792, Louis XVI diadili dengan dihukum mati
karena berkomplot melawan kemerdekaan rakyat perancis. Pemberontakan 10 Agustus,
pembantaian September, penciptaan republik, dan eksekusi mati Louis XVI
menyatakan bahwa revolusi telah jatuh ke dalam radikalisme.
Pemberontakan kontrarevolusi menghancurkan republik yang masih muda.
Banyaknya pemberontakan yang terjadi yang dilakukan oleh penduduk tradisional,
yang masih menjunjung tinggi tradisi katolik mereka di Vendee, Perancis Barat, dan
para federalis yang keberatan atas kekuasaan yang dipegang oleh pemerintah pusat di
Paris membuat sistem republik tidak mampu mengendalikan negara.
12
Ibid, hlm. 24
9
2.3.d Robespierre (1758 – 1794)13
Sambil menempa suatu tentara revolusioner untuk menghadapi musuh-musuh
luar, kaum jacobin berperang melawan oposisi dalam negeri. Salah satu tokoh di dalam
perjuangan ini adalah Maximillien Robespierre, yang memiliki keyakinan terhadap
demokrasi republik. Robespierre dan para jacobin berusaha membangun suatu
kediktatoran sementara dalam usaha menyelamatkan republik dan revolusi. Rezim ini
telah mengusir tentara asing, menahan para kontrarevilusioner, meremukan
pemberontakan federalis, dan mencegah anarki. Dimana unsur-unsur tersebut yang
dapat meruntuhkan sistem republik yang dibawanya.
Namun musuh-musuh Robespierre dalam konvensi, memerintahkan penahanan
Robespierre dan sejumlah pendukungnya. Pada 27 Juli 1794, Thermidor kesembilan
memerintahkan Robespierre dijatuhkan hukuman mati. Hal ini dilatarbelakangi oleh,
reaksi Thermidorean yang bersikap kontrarevolusioner yang menginginkan kembalinya
sistem monarki di perancis. Mereka menyatakan tidak berlakunya konstitusi 1793 dan
mambuat konstitusi baru pada 1795 yang menetapkan kembali persyaratan kekayaan
untuk hak pilih.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
13
Ibid, hlm. 25 - 29
10
Revolusi Perancis adalah suatu periode yang menentukan pembentukan Barat
modern. Ia melaksanakan pemikiran paa pendukung pencerahan, menghancurkan
masyarakat hirarkis dan korporat rezim lama, mendorong kepentingan kaum borjuis,
dan mempercepat pertumbuhan negara modern. Revolusi Perancis melemahkan
aristokrasi. Dengan dilenyapkannya hak-hak feodal dan hak-hak istimewa, kaum
bangsawan menjadi warga negara biasa.
Revolusi Perancis mengubah negara dinastik Rezim lama menjadi negara
modern seperti nasional, liberal, sekuler, dan rasional. Ketika deklarasi hak-hak
manusia dan hak-hak warga negara menyatakan bahwa “sumber kedaulatan pada
dasarnya terletak di dalam bangsa”, maka konsep negara tersebut menjadi demokrasi.
Karena di dalam konsep tersebut, negara adalah milik rakyat secara keseluruhan, dan
individu memiliki hak dan kewajiban yang diatur oleh undang-undang sebagai warga
negara.
Pemikiran liberal pencerahan menemukan ekspresi dalam pembaruan-
pembaruan revolusi. Absolutisme dan monarki ditolak oleh konstitusi yang membatasi
kekuasaan pemerintah dan oleh parlemen terpilih untuk mewakili rakyat.
Revolusi Perancis juga melepaskan dua kekuatan yang berpotensi merusak
negara modern seperti perang total dan nasionalisme. Ini bertentangan dengan cita-cita
rasional dan universal para pembantu revolusi seperti yang tercantum pada Deklarasi
hak manusia. Selain itu, revolusi berusaha merekonstruksi masyarakat berdasarkan
pemikiran pencerahan. Deklarasi hak manusia dan hak warga negara, sangat meresap
pada pembaruan revolusi, menjunjung martabat individu, menuntut penghargaan
individu, memberikan hak-hak dasar kepada setiap orang dan menghalangi negara
untuk memungkiri hak-hak tersebut. 14
DAFTAR BACAAN
Perry, Marvin. 2013. Peradaban Barat: Dari Revolusi Perancis Hingga Zaman Global, Kreasi
Wacana, Bantul. Hlm. 1 – 44
14
Ibid, hlm. 43 - 44
11
the French revolution, Thomas Carlyle, published by random house inc, 1837
12