PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdagangan luar negeri mempunyai arti yang sangat penting bagi negara
terbelakang . Memberikan arti perlunya membangun, pengetahuan, dan
pengalaman yang memungkinkan pembangunan serta memberikan sarana untuk
melaksanakannya. Manfaat langsung Suatu negara mengkhususkan diri pada
produksi beberapa barang tertentu sebagai akibat perdagangan luar negeri dan
pembagian kerja, ia dapat mengekspor komoditi yang ia produksi lebih murah itu
untuk di pertukarkan dengan apa yang dihasilkan negara lain dengan biaya lebih
rendah.Manfaat tidak langsung pertama, perdagangan luar negeri membantu
mempertukarkan barang-barang yang mempunyai kemampuan pertumbuhan
rendah dengan barang-barang luar negeri yang mempunyai kemampuan
pertumbuhan rendah dengan barang-barang luar negeri yang mempunyai
kemampuan pertumbuhan tinggi.Kedua,perdagangan luar negeri mempunyai
pengaruh mendidik.
Negara terbelakang kekurangan keterampilan penting tertentu. Kekurangan ini
merupakan rintangan yang lebih besar bagi pembangunan dari pada kekurangan
akan barang-barang modal.Ketiga, perdagangan luar negeri memberikan dasar
bagi pemasukan modal luar negeri kenegara- negara terbelakang. Jika tidak ada
perdagangan luar negeri, modal luar negeri tidak akan mengalir dari negara kaya
ke negara miskin.Akhirnya, keempat, perdagangan luar negeri menguntungkan
negara terbelakang, secara tidak langsung karena meningkatkan persaingan sehat,
dan mengendalikan monopoli yang tidak efisien.
Pandangan yang Berlawanan ,Para ahli ekonomi seperti prebisch, singer
dan myrdal. Mereka berpendapat bahwa secara historis perdagangan luar negeri
justru memperlambat pembangunan negara terbelakang. Sebagaimana dikatakan
myrdal, “akibat wajar perdagangan bebas antara dua negara di mana yang satu
negara industri dan yang lainnya negara terbelakang adalah awal terjadinya suatu
proses kumulatif pemiskinan dan stagnasi negara yans disebut belakangan”.
Biasanya di kemukakan tiga kiat (argumen) dalam menyokong pandangan bahwa
perdagangan internasional menghambat pembangunan. Satu, dampak negatif
pergerakan modal internasional; dua, demonstration effect internasional yang
merugikan; dan ketiga, kemerosotan sekuler imbangan perdangan barang
(“comodity terms of trade”).
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
asing. Karena kondisi defisit terjadi secara terus menerus, maka dengan
sendirinya jumlah utang luar negeri dari negara tersebut semakin besar.
Pada tahun 1980-an, kombinasi masalah lonjakan defisit
perdagangan menimbulkan akselerasi pelarian modal ke luar negeri yang
menyusutkan cadangan devisa dan telah memaksa banyak pemerintah dunia
ketiga untuk memberlakukan program – program stabilisasi serta serangkaian
kebijakan moneter dan fiskal yang ketat. Dalam hal ini, kelebihan
pengeluaran devisa tidak berkaitan dengan ketidakmampuan pemerintah
negara – negara dunia ketiga dalam menangani soal – soal financial,
melainkan lebih banyak diakibatkan oleh kerapuhan perekonomian mereka
terhadap gejolak – gejolak ekonomi global.
Jadi perdagangan dan keuangan internasional itu merupakan salah
satu cabang ilmu ekonomi yang paling tua sekaligus yang paling
controversial. Dimana hubungan perdagangan dan keuangan internasional
khususnya dalam konteks pembangunan terjadi karena, begitu pesatnya
kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi yang telah menjadikan
dunia ini sebagai sebuah “global village”.
3
Pemahaman tentang arti penting relative atas pendapatan ekspor komoditi
bagi setiap negara berkembang itu dilihat dari segi posisi atau letak
geografisnya. Namun, pendapatan nasional dari berbagai negara dunia ketiga
ternyata bergantung kepada hubungan perdagangan internasional dari pada
negara – negara yang paling maju.
Dimensi krisis atas saldo neraca perdagangan barang dari negara
dunia ketiga berkaitan erat dengan dominannya komoditi primer dalam total
komposisi ekspor. Meski telah ada peningkatan dalam ekspor produk –
produk manufactur dari dunia ketiga yang meliputi sekitar tiga perempat dari
total produk tersebut. Sedangkan untuk negara – negara berkembang, masih
mengandalkan pendapatan ekspornya dari komoditi primer atau bahan
mentah tradisional. Namun secara riil, nilai ekspor komoditi dari dunia ketiga
itu cenderung terus menurun, dan ini bertolak belakang dengan terus
meningkatnya nilai riil ekspor produk manufactur dari negara – negara maju
dalam periode yang sama.
4
kian rendah dan sulit dipastikannya pertumbuhan ekonomi dari negara –
negara yang mengalaminya.
5
bagi negara berkembang untuk mendiversifikasi produk – produk manufaktur
demi merambah pasar internasional, banyak bersumber dari terus merosotnya
dasar pertukaran negara – negara berkembang tersebut. Salah satu argument
pesimisme yang paling menonjol dan di kenal adalah dari pemikiran
Prebisch-Singer (Prebisch-Singer tesis) yang diambil dari nama dua pakar
ekonomi pembangunan. Mereka berpendapat bahwa nilai tukar perdagangan
Dunia Ketiga akan menurun akibat rendahnya elatisitas permintaan produk
primer terhadap perubahan pendapatan dan harga – harga.
6
atau teori proporsi variable (variable-proportions theory) Hecksher-Ohlin
memungkinkan munculnya dampak – dampak pertumbuhan ekonomi
terhadap pola - pola perdagangan, serta dampak yang ditimbulkan
perdagangan terhadap kondisi perekonomian nasional dan selisih hasil dari
berbagai faktor produksi. Dimana teori kelimpahan faktor produksi
dilandaskan pada dua pemikiran pokok, yaitu :
Setiap jenis produk membutuhkan aneka faktor produksi dalam
proporsi yang berbeda – beda. Proporsi atas faktor – faktor produksi
yang benar – benar digunakan untuk menghasilkan setiap jenis produk
akan ditentukan oleh harga relatifnya. Namun terlepas dari harga
masing – masing faktor produksi, model kelimpahan faktor ini
mengasumsikan bahwa hanya ada dua jenis produk yaitu, yang bersifat
padat modal dan bersifat padat karya.
Setiap negara memiliki kelimpahan faktor produksi yang berlainan.
Sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, memiliki relative banyak
modal per pekerja sehingga merupakan negara – negara yang kaya
modal. Sementara itu banyak negara yang secara relative lebih banyak
mempunyai faktor produksi tenaga kerja dari pada faktor produksi
modal. Secara umum, negara – negara maju memang cenderung kaya
modal, sedangkan di lain pihak negara – negara dunia ketiga
cenderung kaya akan tenaga kerja.
Sebagai contoh :
Kesimpulan yang dapat diambil oleh model perdagangan bebas
neoklasik adalah bahwa semua negara akan diuntungkan seandainya
mau melibatkan diri dalam perdagangan internasional, selain itu
kegiatan perdagangan tersebut juga bermanfaat memperbesar total
ouput dunia. Namun di luar kesimpulan ini, masih ada hal – hal
penting yang harus dibahas, yaitu :
1) Berhubungan dengan meningkatkan biaya oportunitas akibat
pengalihan sumber daya dari jenis komoditi yang satu dengan yang
lainnya dengan intensitas yang berbeda.
7
2) Keseragaman teknologi produksi di semua negara dengan
menyamakan rasio – rasio harga produk domestic dengan harga
rasio perdagangan internasional.
3) Dalam lingkungan domestic, diprediksikan bahwa imbalan
ekonomis bagi pemilik sumber daya akan meningkat seiring
dengan tingginya tingkat permintaan akan sumber daya tersebut.
4) Memungkinkan setiap negara terlibat untuk memperbesar batas –
batas kemungkinan produksinya sekaligus menjamin kebutuhan
konsumsi produk impor yang diyakini dapat merangsang
pertumbuhan ekonomi.
P
C
A
0 Pertanian P
Negara-negara dunia ketiga (tanpa adanya perdagangan, tingkat produksi maupun
konsumsi akan berada dititik A, tetapi jika ada perdagangan internasional, maka
produksi akan berada dititik B, sedangkan konsumsi di C dan ekspor BD, impor
DC.
P
B’
D’ A” C’
8
0 Pertanian
Negara-negara maju (tanpa adanya perdagangan, tingkat produksi maupun
konsumsi akan berada dititik A’, tetapi jika ada perdagangan internasional, maka
produksi akan berada dititik B’, sedangkan konsumsi di C’ dan ekspor B’D’,
impor D’C’.
9
harus berdagang dalam rangka memaksimalkan kesejahteraan
nasionalnya.
5) Untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada
umumnya, setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan
– kebijakan yang berorientasi ke lingkungan internasional.
10
2. Teknologi Baku yang Tersedia Secara Bebas dan Konsep Kedaulatan
Konsumen
Jika dikembangkan dan dikelola dengan baik, teknologi produksi sama
ampuhnya dengan sumber daya financial dalam memaksimalkan
keuntungan bagi siapa saja di dunia ini yang menjadi pemiliknya.
Kemajuan teknologi senantiasa memberi pengaruh yang sangat besar
terhadap hubungan perdagangan global.
3. Mobilitas Faktor Internal dan Persaingan Sempurna : Tingkat Hasil yang
Semakin Meningkat, Persaingan Tidak Sempurna dan Pasar – pasar yang
Dikontrol
Teori perdagangan tradisional mengasumsikan bahwa setiap negara bisa
menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan kondisi pada harga –
harga dan pasar – pasar dunia.
4. Tidak adanya Kiprah Pemerintah dalam Hubungan – hubungan
Internasional
Dalam setiap perekonomian domestic, selalu ada daerah – daerah yang
secara ekonomis maju, berdampingan dengan daerah – daerah yang secara
ekonomis terbelakang. Segala bentuk ketimpangan ini, paling tidak secara
teoritis hanya dapat diatasi melalui intervensi pemerintah, karena
mekanisme pasar pada dasarnya memang tidak memperdulikan
ketimpangan – ketimpangan yang bertentangan dengan rasa keadilan
seperti itu. Dan dalam ketimpangan yang ada pada konteks hubungan
ekonomi internasional semakin parah sehubungan dengan adanya
kesenjangan kemampuan pemerintah dari setiap negara dalam
mempromosikan dan melindungi masing – masing kepentingan
nasionalnya sendiri. Jadi inti dari masalah ini adalah bahwasanya teori –
teori tradisional selama ini telah mengabaikan peranan pemerintah yang
sesungguhnya sangat penting dalam arena ekonomi internasional.
5. Perdagangan yang Seimbang dan Penyesuaian Harga Internasional
Dengan asumsi ini dan tidak adanya pergerakan modal secara
internasional, maka teori ini murni dan sama sekali tidak dikenal adanya
11
masalah – masalah neraca pembayaran. Dan pihak yang menderita akibat
akan masalah neraca pembayaran adalah negara berkembang.
6. Keuntungan – keuntungan Perdagangan Bagi Penduduk Suatu Negara
Asumsi terakhir dari teori tradisional tentang perdagangan adalah
bahwasanya segenap keuntungan perdagangan akan dapat dinikmati oleh
seluruh penduduk dari negara – negara yang terlibat. Dan inti dari materi
ini adalah dengan berkembangnya operasi bisnis perusahaan serta semakin
luasnya kepemilikan internasional atas sumber daya, maka angka statistic
agregat atas kinerja dan pendapatan ekspor negara Dunia Ketiga bisa
menyesatkan karena dengan terbatasnya hasil ekspor yang bisa dinikmati
oleh penduduk negara berkembang (penduduk miskin).
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdagangan internasional telah memainkan peran yang sangat penting
(meski tidak dapat berdiri sendiri) hampir di sepanjang sejarah pembangunan di
Negara berkembang. Di semua kawasan dunia ketiga, ekspor untuk produk –
produk primer secara tradisional merupakan bagian yang cukup besar dan penting
dari total produk nasional bruto di masing – masing Negara.
Volume, nilai dan struktur perdagangan dunia telah mengalami banyak
perubahan. Dimana pada gilirannya mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan di banyak negara berkembang yang bersangkutan dan
disertai dengan peningkatan jumlah pengangguran, serta meluasnya kemiskinan.
Bagi sebagian negara berkembang yang berpendapatan rendah dan menengah,
ekspor komoditi – komoditi primer masih menyumbangkan lebih dari tiga
perempat pendapatan ekspor.
B. Saran
Sebaiknya teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli diterapkan sebagai
fundamen agar ekonomi Indonesia bias membaik. Pengelolaan dan tata cara serta
penerapannya harus di aplikasikan kedalam system prekonomian Indonesia
sehingga teori-teori ini tidak menjadi sekedar teori, akan tetapi dapat dipahami
dan diterapkan secara maksimal mengingat ekonomi RI masih lemah.
13
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Yanuar Ikbar, M.A, Ekonomi Politik Internasional 1 : Konsep dan Teori,
Refika Aditama, Bandung, 2006, hal. 41 bid, hal. 41
Lia Amalia, Ekonomi Internasional, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007, hal. 10
Ir. Sahibul Munir, SE, M.Si, Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta, Pusat
Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana (UMB), 2008, hal. 1
http://murtiningsih.blog.uns.ac.id/2009/10/07/teori-perdagangan-internasional/
http://www.scribd.com/doc/46099191/Perkembangan-Perdagangan-Bilateral
http://trionoakhmadmunib.blogspot.com/2011/02/teori-perdagangan-
internasional-smith.html
14