Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdagangan luar negeri mempunyai arti yang sangat penting bagi negara
terbelakang . Memberikan arti perlunya membangun, pengetahuan, dan
pengalaman yang memungkinkan pembangunan serta memberikan sarana untuk
melaksanakannya. Manfaat langsung Suatu negara mengkhususkan diri pada
produksi beberapa barang tertentu sebagai akibat perdagangan luar negeri dan
pembagian kerja, ia dapat mengekspor komoditi yang ia produksi lebih murah itu
untuk di pertukarkan dengan apa yang dihasilkan negara lain dengan biaya lebih
rendah.Manfaat tidak langsung pertama, perdagangan luar negeri membantu
mempertukarkan barang-barang yang mempunyai kemampuan pertumbuhan
rendah dengan barang-barang luar negeri yang mempunyai kemampuan
pertumbuhan rendah dengan barang-barang luar negeri yang mempunyai
kemampuan pertumbuhan tinggi.Kedua,perdagangan luar negeri mempunyai
pengaruh mendidik.
Negara terbelakang kekurangan keterampilan penting tertentu. Kekurangan ini
merupakan rintangan yang lebih besar bagi pembangunan dari pada kekurangan
akan barang-barang modal.Ketiga, perdagangan luar negeri memberikan dasar
bagi pemasukan modal luar negeri kenegara- negara terbelakang. Jika tidak ada
perdagangan luar negeri, modal luar negeri tidak akan mengalir dari negara kaya
ke negara miskin.Akhirnya, keempat, perdagangan luar negeri menguntungkan
negara terbelakang, secara tidak langsung karena meningkatkan persaingan sehat,
dan mengendalikan monopoli yang tidak efisien.
Pandangan yang Berlawanan ,Para ahli ekonomi seperti prebisch, singer
dan myrdal. Mereka berpendapat bahwa secara historis perdagangan luar negeri
justru memperlambat pembangunan negara terbelakang. Sebagaimana dikatakan
myrdal, “akibat wajar perdagangan bebas antara dua negara di mana yang satu
negara industri dan yang lainnya negara terbelakang adalah awal terjadinya suatu
proses kumulatif pemiskinan dan stagnasi negara yans disebut belakangan”.
Biasanya di kemukakan tiga kiat (argumen) dalam menyokong pandangan bahwa
perdagangan internasional menghambat pembangunan. Satu, dampak negatif
pergerakan modal internasional; dua, demonstration effect internasional yang
merugikan; dan ketiga, kemerosotan sekuler imbangan perdangan barang
(“comodity terms of trade”).

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Penting Perdagangan dan Keuangan Internasional


Perdagangan internasional telah memainkan peran yang sangat
penting (meski tidak dapat berdiri sendiri) hampir di sepanjang sejarah
pembangunan di Negara berkembang. Di semua kawasan dunia ketiga,
ekspor untuk produk – produk primer secara tradisional merupakan bagian
yang cukup besar dan penting dari total produk nasional bruto di masing –
masing Negara. Di sejumlah Negara berkembang yang relative kecil, hasil –
hasil pertanian dan berbagai produk primer (primary product) atau komoditi
di peroleh dari hasil penjualan yang dilihat dari GNP moneter. Selain itu, di
Negara dunia ketiga juga mengalami ketergantungan ekspor (export
dependence) dimana produk – produknya diliputi oleh factor resiko dan
factor ketidakpastian yang sangat besar. Oleh karena itu, wajar – wajar saja
bila negara – negara berkembang pada umumnya tidak menghendaki
ketergantungannya itu secara terus menerus.
Selain masalah ketergantungan ekspor, banyak negara berkembang
yang juga tergantung akan impor pada bahan – bahan mentah tertentu, mesin
– mesin dan aneka peralatan modern dan lain – lain yang siap pakai guna
menggerakkan proses industrialisasi dan memenuhi peningkatan konsumsi
dari penduduknya. Bagi sebagian besar negara dunia ketiga, permintaan akan
impor sering kali melampaui kapasitas dalam menciptakan pendapatan devisa
dari kegiatan – kegiatan ekspor. Dimana akan mengakibatkan defisit yang
kronis pada neraca pembayarannya. Oleh karena defisit pada pos neraca
transaksi berjalan tidak bisa lagi ditutup dengan surplus pada pos neraca
modal. Dimana neraca transaksi ( current account ) adalah bagian dari neraca
pembayaran yang khusus mencatat transaksi – transaksi dan selisih antara
penerimaan devisa dari ekspor dan pembayaran devisa untuk impor.
Sedangkan neraca modal (capital account) adalah neraca pembayaran yang
khusus mencatat arus masuk dan keluar dana – dana pinjaman dan investasi

2
asing. Karena kondisi defisit terjadi secara terus menerus, maka dengan
sendirinya jumlah utang luar negeri dari negara tersebut semakin besar.
Pada tahun 1980-an, kombinasi masalah lonjakan defisit
perdagangan menimbulkan akselerasi pelarian modal ke luar negeri yang
menyusutkan cadangan devisa dan telah memaksa banyak pemerintah dunia
ketiga untuk memberlakukan program – program stabilisasi serta serangkaian
kebijakan moneter dan fiskal yang ketat. Dalam hal ini, kelebihan
pengeluaran devisa tidak berkaitan dengan ketidakmampuan pemerintah
negara – negara dunia ketiga dalam menangani soal – soal financial,
melainkan lebih banyak diakibatkan oleh kerapuhan perekonomian mereka
terhadap gejolak – gejolak ekonomi global.
Jadi perdagangan dan keuangan internasional itu merupakan salah
satu cabang ilmu ekonomi yang paling tua sekaligus yang paling
controversial. Dimana hubungan perdagangan dan keuangan internasional
khususnya dalam konteks pembangunan terjadi karena, begitu pesatnya
kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi yang telah menjadikan
dunia ini sebagai sebuah “global village”.

B. Arti Penting Perdagangan bagi Pembangunan :


1. Arti Penting Ekspor Bagi Negara – negara Berkembang
Volume, nilai dan struktur perdagangan dunia telah mengalami
banyak perubahan. Dimana pada gilirannya mengakibatkan penurunan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di banyak negara berkembang
yang bersangkutan dan disertai dengan peningkatan jumlah pengangguran,
serta meluasnya kemiskinan. Bagi sebagian negara berkembang yang
berpendapatan rendah dan menengah, ekspor komoditi – komoditi primer
masih menyumbangkan lebih dari tiga perempat pendapatan ekspor.
Meskipun angka – angka volume dan nilai ekspor negara – negara
dunia ketiga secara keseluruhan serta laju pertumbuhannya itu merupakan
indicator yang sangat penting, namun angka – angka agregat itu cenderung
menutupi arti penting relative perdagangan terhadap kondisi dan kemantapan
perekonomian di masing – masing negara berkembang itu sendiri.

3
Pemahaman tentang arti penting relative atas pendapatan ekspor komoditi
bagi setiap negara berkembang itu dilihat dari segi posisi atau letak
geografisnya. Namun, pendapatan nasional dari berbagai negara dunia ketiga
ternyata bergantung kepada hubungan perdagangan internasional dari pada
negara – negara yang paling maju.
Dimensi krisis atas saldo neraca perdagangan barang dari negara
dunia ketiga berkaitan erat dengan dominannya komoditi primer dalam total
komposisi ekspor. Meski telah ada peningkatan dalam ekspor produk –
produk manufactur dari dunia ketiga yang meliputi sekitar tiga perempat dari
total produk tersebut. Sedangkan untuk negara – negara berkembang, masih
mengandalkan pendapatan ekspornya dari komoditi primer atau bahan
mentah tradisional. Namun secara riil, nilai ekspor komoditi dari dunia ketiga
itu cenderung terus menurun, dan ini bertolak belakang dengan terus
meningkatnya nilai riil ekspor produk manufactur dari negara – negara maju
dalam periode yang sama.

2. Elastisitas Permintaan dan Gejolak Pendapatan Ekspor


Di dalam menjawab pertanyaan mengapa kinerja ekspor mayoritas
negara berkembang senantiasa relative lemah bila dibandingkan dengan
kinerja ekspor negara – negara kaya berkaitan erat dengan petunjuk penting
tentang apa yang disebut sebagai konsep elastisitas permintaan. Sebagian
besar penilitian yang telah dilaksanakan mengenai pola permintaan dunia
telah berhasil di ungkapkan bahwa elastisitas permintaan dari pendapatan
untuk komoditi – komoditi primer relative rendah. Artinya, persentase
kenaikan permintaan lebih kecil dari pada kenaikan pendapatan. Selain itu
juga ada elastisitas permintaan dari harga (price elasticity of demand) atas
penawaran dari komoditi – komoditi primer yang cenderung rendah
(inelastis), maka setiap pergeseran pada kurva permintaan atau kurva
penawaran akan mengakibatkan gejolak harga yang tajam. Dan untuk kedua
fenomena elastisitas inilah yang menjadi sumber atas terciptanya gejolak
pendapatan ekspor (export earnings instability) dimana yang mengakibatkan

4
kian rendah dan sulit dipastikannya pertumbuhan ekonomi dari negara –
negara yang mengalaminya.

C. Dasar – Dasar Pertukaran ( Terms of Trade ) dan Pemikiran Prebisch-


Singer
Masalah penurunan harga relative atas berbagai macam komoditi
primer selama beberapa dekade terakhir ini membawa kita pada dimensi
kuantitatif dimana nilai total atas pendapatan ekspor dari suatu negara tidak
hanya ditentukan oleh volume atau jumlah produk yang dieskpor melainkan
juga oleh harganya. Demikian juga untuk impor, beban pembayaran terhadap
suatu negara tidak hanya ditentukan oleh jumlah atau volume impornya saja
tetapi juga pada harganya. Jelas bila harga produk ekspor dari suatu negara
secara relative menurun jika dibandingkan dengan harga produk impornya,
maka negara tersebut harus menjual lebih banyak demi mendapatkan produk
impornya dalam jumlah yang sama seperti masa – masa sebelumnya, sebelum
terjadi penurunan harga atas produk ekspor. Dalam kalimat lain, biaya
oportunitas (opportunity cost) social atau riil atas suatu unit impor akan
meningkatkan bagi suatu negara bila harga ekspor negara itu mengalami
penurunan relative terhadap harga produk impornya.
Para ekonom memiliki beberapa nama untuk menyebut hubungan
atau rasio antara harga dari satu unit produk ekspor / impor tertentu. Dan
istilah yang paling popular untuk hal tersebut adalah nilai tukar perdagangan
atau dasar – dasar pertukaran (terms of trade) dengan rumusan sebagai
berikut : Px / Pm. Dimana Px dan Pm masing – masing melambangkan
indeks harga ekspor dan impor yang dihitung pada periode perhitungan yang
sama (mis. 1985 = 100). Dasar pertukaran dikatakan menurun jika Px / Pm
menurun atau dengan kata lain bila harga – harga produk ekspor secara
relative mengalami penurunan terhadap produk impor. Dan secara historis,
harga – harga barang primer mengalami penurunan relative terhadap harga –
harga produk manufaktur.
Pada dasarnya, argument – argument yang menentang upaya
pengembangan ekspor produk primer dan yang menitikberatkan pentingnya

5
bagi negara berkembang untuk mendiversifikasi produk – produk manufaktur
demi merambah pasar internasional, banyak bersumber dari terus merosotnya
dasar pertukaran negara – negara berkembang tersebut. Salah satu argument
pesimisme yang paling menonjol dan di kenal adalah dari pemikiran
Prebisch-Singer (Prebisch-Singer tesis) yang diambil dari nama dua pakar
ekonomi pembangunan. Mereka berpendapat bahwa nilai tukar perdagangan
Dunia Ketiga akan menurun akibat rendahnya elatisitas permintaan produk
primer terhadap perubahan pendapatan dan harga – harga.

D. Teori Tradisional tentang Perdagangan Internasional


Sebenarnya mengapa manusia berdagang? Pada dasarnya
perdagangan terjadi karena itu memang hal yang saling menguntungkan. Ini
terjadi karena jika seseorang menghendaki sesuatu barang yang tidak ia
miliki tetapi orang lain memilikinya, maka ia bisa mendapatkan dari orang
tersebut. Karena mustahil jika seseorang tersebut membuat segala sesuatu
yang dibutuhkannya. Maka dari itu, mereka bisa memanfaatkan keunggulan
komparatif entah dalam bentuk kekayaan sumber daya tertentu atau
kemampuan alamiah. Atas dasar keunggulan komparatif ini, munculah
spesialisasi. Dimana spesialisasi ini adalah pihak yang menyediakan sesuatu
yang paling dikuasainya. Selain itu prinsip keunggulan komparatif muncul
karena sebagai landasan utama bagi teori perdagangan internasional yang
menegaskan bahwa suatu negara akan memproduksi dan mengekspor jenis –
jenis barang yang biaya relatifnya rendah.
1. Kelimpahan Relatif Faktor (Produksi) dan Spesialisasi Internasional :
Model Neoklasik
Teori – teori klasik perdagangan bebas yang bertumpu pada konsep
keunggulan komparatif pada dasarnya merupakan model – model yang
statis karena hanya didasarkan pada satu variable input / factor produksi
saja. Teori – teori tersebut menonjolkan pendekatan secara menyeluruh
untuk menunjukkan manfaat atas keuntungan yang bisa di dapat oleh
setiap negara yang mau menjalin hubungan perdagangan internasional.
Teori perdagangan kelimpahan faktor (factor-endownment trade theory)

6
atau teori proporsi variable (variable-proportions theory) Hecksher-Ohlin
memungkinkan munculnya dampak – dampak pertumbuhan ekonomi
terhadap pola - pola perdagangan, serta dampak yang ditimbulkan
perdagangan terhadap kondisi perekonomian nasional dan selisih hasil dari
berbagai faktor produksi. Dimana teori kelimpahan faktor produksi
dilandaskan pada dua pemikiran pokok, yaitu :
 Setiap jenis produk membutuhkan aneka faktor produksi dalam
proporsi yang berbeda – beda. Proporsi atas faktor – faktor produksi
yang benar – benar digunakan untuk menghasilkan setiap jenis produk
akan ditentukan oleh harga relatifnya. Namun terlepas dari harga
masing – masing faktor produksi, model kelimpahan faktor ini
mengasumsikan bahwa hanya ada dua jenis produk yaitu, yang bersifat
padat modal dan bersifat padat karya.
 Setiap negara memiliki kelimpahan faktor produksi yang berlainan.
Sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, memiliki relative banyak
modal per pekerja sehingga merupakan negara – negara yang kaya
modal. Sementara itu banyak negara yang secara relative lebih banyak
mempunyai faktor produksi tenaga kerja dari pada faktor produksi
modal. Secara umum, negara – negara maju memang cenderung kaya
modal, sedangkan di lain pihak negara – negara dunia ketiga
cenderung kaya akan tenaga kerja.
Sebagai contoh :
Kesimpulan yang dapat diambil oleh model perdagangan bebas
neoklasik adalah bahwa semua negara akan diuntungkan seandainya
mau melibatkan diri dalam perdagangan internasional, selain itu
kegiatan perdagangan tersebut juga bermanfaat memperbesar total
ouput dunia. Namun di luar kesimpulan ini, masih ada hal – hal
penting yang harus dibahas, yaitu :
1) Berhubungan dengan meningkatkan biaya oportunitas akibat
pengalihan sumber daya dari jenis komoditi yang satu dengan yang
lainnya dengan intensitas yang berbeda.

7
2) Keseragaman teknologi produksi di semua negara dengan
menyamakan rasio – rasio harga produk domestic dengan harga
rasio perdagangan internasional.
3) Dalam lingkungan domestic, diprediksikan bahwa imbalan
ekonomis bagi pemilik sumber daya akan meningkat seiring
dengan tingginya tingkat permintaan akan sumber daya tersebut.
4) Memungkinkan setiap negara terlibat untuk memperbesar batas –
batas kemungkinan produksinya sekaligus menjamin kebutuhan
konsumsi produk impor yang diyakini dapat merangsang
pertumbuhan ekonomi.

P
C
A

D B Rasio harga Domestik, (Pa/Pm)T


Rasio Harga Internasioanl, Pa/Pm

0 Pertanian P
Negara-negara dunia ketiga (tanpa adanya perdagangan, tingkat produksi maupun
konsumsi akan berada dititik A, tetapi jika ada perdagangan internasional, maka
produksi akan berada dititik B, sedangkan konsumsi di C dan ekspor BD, impor
DC.

P
B’

D’ A” C’

Rasio harga internasioanl, Pa/Pm


Rasio harga domestik, (Pa/Pm)R

8
0 Pertanian
Negara-negara maju (tanpa adanya perdagangan, tingkat produksi maupun
konsumsi akan berada dititik A’, tetapi jika ada perdagangan internasional, maka
produksi akan berada dititik B’, sedangkan konsumsi di C’ dan ekspor B’D’,
impor D’C’.

2. Teori Perdagangan dan Pembangunan : Argumen – argument Tradisional


Rangkuman jawaban – jawaban teoritis dari model perdagangan neoklasik
atas kelima pertanyaan fundamental mengenai perdagangan dan
pembangunan, yang masing – masing di jawab sebagai berikut :
1) Perdagangan merupakan faktor penting guna merangsang pertumbuhan
ekonomi di setiap negara. Perdagangan juga akan memperbesar
kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia, dan
menyediakan akses ke sumber – sumber daya langka dan pasar
internasional untuk berbagai produk ekspor. Dan untuk negara miskin
tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan
perekonomian nasionalnya.
2) Perdagangan cenderung mempromosikan pemerataan atas distribusi
pendapatan dan kesejahteraan domestic maupun internasional. Hal ini
berlangsung melalui suatu proses penyamaan harga – harga faktor
produksi di semua negara, peningkatan pendapatan riil setiap negara
yang terlibat dalam kegiatan perdagangan internasional, serta memacu
efisiensi penggunaan sumber daya di setiap negara yang pada akhirnya
akan meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya dunia secara
keseluruhan.
3) Perdagangan dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha
– usaha pembangunan melalui promosi serta pengutamaan sector –
sector ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif /
keunggulan efisiensi produktivitas di setiap negara.
4) Jika perdagangan dunia yang bebas benar – benar tercipta, maka harga
dan biaya produksi internasional akan mampu berfungsi sebagai
determinan yang pokok mengenai seberapa banyak sebuah negara

9
harus berdagang dalam rangka memaksimalkan kesejahteraan
nasionalnya.
5) Untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada
umumnya, setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan
– kebijakan yang berorientasi ke lingkungan internasional.

E. Kritik – Kritik Terhadap Teori Perdagangan Bebas Tradisional Atas


Dasar Pengalaman Nyata Negara – Negara Dunia Ketiga
1. Sumber Daya Baku, Penyerapan Faktor Produksi Secara Penuh (full
employment), dan Immobilitas Modal dan Tenaga Kerja Terampil Secara
Internasional
Asumsi awal mengenai kondisi statis pertukaran internasional
merupakan jantung dari seluruh teori – teori tradisional mengenai
perdagangan dan keuangan. Namun dalam kenyataannya perekonomian
dunia ditandai oleh perubahan yang serba cepat dan tidak ada sumber daya
yang baku. Hal ini terjadi atas sumber – sumber daya tertentu yang paling
penting bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada
umumnya. Dan dalam menyerap faktor produksi secara penuh (full
employment) terkandung dalam model perdagangan internasional. Dimana
ada dua kesimpulan yang dapat diambil oleh para ekonom berkaitan
dengan masih banyaknya pengangguran di negara berkembang adalah
kurang optimalnya penyerapan sumber daya dalam mengembangkan
peluang kapasitas produktif dan GNP dengan sedikit / tanpa biaya
tambahan riil. Berikut grafik :
Dan immobilitas faktor –faktor produksi secara internasional justru
merupakan unsur yang paling tidak realistis. Ketidakrealistisan ini hanya
bisa dikalahkan oleh asumsi persaingan sempurna. Mobilitas faktor
produksi antar negara mencapai titik puncaknya ketika hadirnya
perusahaan – perusahaan multinasional. Mungkin perkembangan yang
terpenting dalam hubungan ekonomi internasional adalah lonjakan
spektakuler kekuatan dan pengaruh perusahaan raksasa internasional.

10
2. Teknologi Baku yang Tersedia Secara Bebas dan Konsep Kedaulatan
Konsumen
Jika dikembangkan dan dikelola dengan baik, teknologi produksi sama
ampuhnya dengan sumber daya financial dalam memaksimalkan
keuntungan bagi siapa saja di dunia ini yang menjadi pemiliknya.
Kemajuan teknologi senantiasa memberi pengaruh yang sangat besar
terhadap hubungan perdagangan global.
3. Mobilitas Faktor Internal dan Persaingan Sempurna : Tingkat Hasil yang
Semakin Meningkat, Persaingan Tidak Sempurna dan Pasar – pasar yang
Dikontrol
Teori perdagangan tradisional mengasumsikan bahwa setiap negara bisa
menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan kondisi pada harga –
harga dan pasar – pasar dunia.
4. Tidak adanya Kiprah Pemerintah dalam Hubungan – hubungan
Internasional
Dalam setiap perekonomian domestic, selalu ada daerah – daerah yang
secara ekonomis maju, berdampingan dengan daerah – daerah yang secara
ekonomis terbelakang. Segala bentuk ketimpangan ini, paling tidak secara
teoritis hanya dapat diatasi melalui intervensi pemerintah, karena
mekanisme pasar pada dasarnya memang tidak memperdulikan
ketimpangan – ketimpangan yang bertentangan dengan rasa keadilan
seperti itu. Dan dalam ketimpangan yang ada pada konteks hubungan
ekonomi internasional semakin parah sehubungan dengan adanya
kesenjangan kemampuan pemerintah dari setiap negara dalam
mempromosikan dan melindungi masing – masing kepentingan
nasionalnya sendiri. Jadi inti dari masalah ini adalah bahwasanya teori –
teori tradisional selama ini telah mengabaikan peranan pemerintah yang
sesungguhnya sangat penting dalam arena ekonomi internasional.
5. Perdagangan yang Seimbang dan Penyesuaian Harga Internasional
Dengan asumsi ini dan tidak adanya pergerakan modal secara
internasional, maka teori ini murni dan sama sekali tidak dikenal adanya

11
masalah – masalah neraca pembayaran. Dan pihak yang menderita akibat
akan masalah neraca pembayaran adalah negara berkembang.
6. Keuntungan – keuntungan Perdagangan Bagi Penduduk Suatu Negara
Asumsi terakhir dari teori tradisional tentang perdagangan adalah
bahwasanya segenap keuntungan perdagangan akan dapat dinikmati oleh
seluruh penduduk dari negara – negara yang terlibat. Dan inti dari materi
ini adalah dengan berkembangnya operasi bisnis perusahaan serta semakin
luasnya kepemilikan internasional atas sumber daya, maka angka statistic
agregat atas kinerja dan pendapatan ekspor negara Dunia Ketiga bisa
menyesatkan karena dengan terbatasnya hasil ekspor yang bisa dinikmati
oleh penduduk negara berkembang (penduduk miskin).

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdagangan internasional telah memainkan peran yang sangat penting
(meski tidak dapat berdiri sendiri) hampir di sepanjang sejarah pembangunan di
Negara berkembang. Di semua kawasan dunia ketiga, ekspor untuk produk –
produk primer secara tradisional merupakan bagian yang cukup besar dan penting
dari total produk nasional bruto di masing – masing Negara.
Volume, nilai dan struktur perdagangan dunia telah mengalami banyak
perubahan. Dimana pada gilirannya mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan di banyak negara berkembang yang bersangkutan dan
disertai dengan peningkatan jumlah pengangguran, serta meluasnya kemiskinan.
Bagi sebagian negara berkembang yang berpendapatan rendah dan menengah,
ekspor komoditi – komoditi primer masih menyumbangkan lebih dari tiga
perempat pendapatan ekspor.

B. Saran
Sebaiknya teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli diterapkan sebagai
fundamen agar ekonomi Indonesia bias membaik. Pengelolaan dan tata cara serta
penerapannya harus di aplikasikan kedalam system prekonomian Indonesia
sehingga teori-teori ini tidak menjadi sekedar teori, akan tetapi dapat dipahami
dan diterapkan secara maksimal mengingat ekonomi RI masih lemah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Yanuar Ikbar, M.A, Ekonomi Politik Internasional 1 : Konsep dan Teori,
Refika Aditama, Bandung, 2006, hal. 41 bid, hal. 41
Lia Amalia, Ekonomi Internasional, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007, hal. 10
Ir. Sahibul Munir, SE, M.Si, Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta, Pusat
Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana (UMB), 2008, hal. 1
http://murtiningsih.blog.uns.ac.id/2009/10/07/teori-perdagangan-internasional/

http://www.scribd.com/doc/46099191/Perkembangan-Perdagangan-Bilateral
http://trionoakhmadmunib.blogspot.com/2011/02/teori-perdagangan-
internasional-smith.html

14

Anda mungkin juga menyukai