Analisis Data
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa tujuan daripada praktikum pipa udara
adalah mengetahui pengaruh pendinginan dan rugi-rugi pada aliran udara. Hasil akhir analisa data
praktikum serta perhitungannya akan direpresentasikan dalam bentuk grafik, dan nantinya akan
ditarik kesimpulan daripada karakteristik aliran yang berbeda-beda.
4.1. PERHITUNGAN
Berdasarkan dari hasil data percobaan yang diperoleh, dapat dilakukan perhitungan sebagai
berikut.
4.1.1 Perhitungan Percobaan Pipa 1
Data percobaan pada percobaan ke 5 :
P = 0.1 kg/cm2
Θ = 15°
Q = 17 SFCH
L=2m
D = 0,005 cm
Kapasitas mengalami perubahan satuan seperti berikut.
Q = Q (SCFH) 𝑥 7.866*10-6 m3/s
= 17 x 7.866*10-6 m3/s
= 0,0001337 m3/s
= 1.963*10-5 m2
f ×l×V 2 ×ρ
1 = 2×D
0,0209 x 2 , x ( 6,8104 )2 x 1,293
= = 251,2531 N/m2
2 x 0,005
( β /90 )×ξ×V 2 ×ρ
2 = 2
90
x 10 x ( 6,8104 )2 x 1,293
90 = 0 N/m2
¿
2
ξ×V 2 ×ρ
3 = 2
Karena sudut putar 15º , maka ξ = 0
0 , 8 x ( 6,8104 )2 x 1,293
= = 23,9886 N/m2
2
Menghitung kerugian total sebagai berikut.
total = 1 + 2 + 3
= 275,2417
Dengan cara sama dengan diatas data - data yang lain dapat dihitung pada tabel berikut :
koefisien ∆P tot
no Sudut (0) ∆P1 (N/m^2) ∆P2 (N/m^2) ∆P3 (N/m^2)
hambatan (N/m^2)
= 20 x 7.866*10-6 m3/s
= 1.963*10-5 m2
f ×l×V 2 ×ρ
1 = 2×D
2
0. 0184×0 . 92×( 64 . 229 ) ×1. 293
−3
= 2×5×10 =140.5838186
N/m2
ξ×V 2 ×ρ
3 = 2
Karena sudut putar 15º , maka ξ = 0.8
2
0.8×( 8.0143 ) ×1,293
= 2 = 33.22 N/m2
Menghitung kerugian total sebagai berikut.
total = 1 + 2 + 3
= 243.0098N/m2
v 2 xL
= f.
D .2 g
8.01432 x 0.92
140.5838186= f. =356.088/1316.695 = 0.18456
0.005 x 2 x 10
Dengan cara sama dengan diatas data - data yang lain dapat dihitung pada tabel berikut:
Data percobaan :
P = 0.1 kg/cm2
Θ = 0°
Q = 20 SFCH
L = 0.92 m
D = 0,5 cm
Kapasitas mengalami perubahan satuan seperti berikut.
Q = Q (SCFH) 𝑥 7.866*10-6 m3/s
= 20 x 7.866*10-6 m3/s
= 15.732*10-5 m3/s
= 1.963*10-5 m2
f ×l×V 2 ×ρ
1 = 2×D
2
0 ,0184×0 . 92× ( 8. 0413 ) ×1 , 293
−3
= 2×5×10 = 140.5838186 N/m2
( β /90 )×ξ×V 2 ×ρ
2 = 2
ξ×V 2 ×ρ
3 = 2
Karena sudut putar 0 , maka ξ = 0
2
0×( 8. 0413 ) ×1.293
= 2 = 0 N/m2
Menghitung kerugian total sebagai berikut.
total = 1 + 2 + 3
= 140.5838 + 0 + 0
= 253.6621 N/m2
v 2 xL
= f.
D .2 g
8.01432 x 0.92
140.5838 = f. =140.5838/1316.695 =0.10677
0.005 x 2 x 10
Dengan cara sama dengan diatas data - data yang lain dapat dihitung pada tabel berikut :
1 0 0 140.5838186 0 0 140.5838
2 25 2.2 140.5838186 115.3446 91.35291 347.2813
3 33 4.5 140.5838186 152.2548 186.8582 479.6969
4 38 9 140.5838186 175.3238 373.7164 689.624
5 43 12 140.5838186 198.3927 498.2886 837.2651
Data percobaan :
P = 0,1kg/cm2
Θ = 5°
Q = 20 SFCH
L=1m
D = 0,5 cm
Kapasitas mengalami perubahan satuan seperti berikut.
Q = Q (SCFH) 𝑥 7.866*10-6 m3/s
= 20 x 7.866*10-6 m3/s
= 15.732*10-5 m3/s
= 1.963*10-5 m2
f ×l×V 2 ×ρ
1 = 2×D
2
0 ,0184×1×( 8 .0413 ) ×1 , 293
−3
= 2×5×10 = 152.8084985 N/m2
( β /90 )×ξ×V 2 ×ρ
2 = 2
ξ×V 2 ×ρ
3 = 2
Karena sudut putar 5º , maka ξ = 0.2
2
0.2×( 8.0413 ) ×1,293
= 2 = 8.3041 N/m2
Menghitung kerugian total sebagai berikut.
total = 1 + 2 + 3
= 184.182 N/m2
v 2 xL
= f.
D .2 g
8.01432 x 0.92
184.182 = f. =184.182 /1316.695 = 0.1398
0.005 x 2 x 10
Dengan cara sama dengan diatas data - data yang lain dapat dihitung pada tabel berikut :
Tekanan (P) kapasitas(Q) koefisien Gaya (F) kecepatan
no
Kg/cm2 N/m2 SCFH m3/s gesek(λ) N aliran(V)m/s
koefisien ∆P tot
no Sudut (0) ∆P1 (N/m^2) ∆P2 (N/m^2) ∆P3 (N/m^2)
hambatan (N/m^2)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
Tekanan (N/m^2)
Grafik 4.1 di atas menggambarkan pengaruh tekanan terhadap besarnya gaya yang
terjadi. Dari grafik dapat diketahui bahwa semakin besar tekanan maka semakin besar
gaya, begitu juga sebaliknya, semakin kecil tekanan maka semakin kecil pula gayanya.
Hal ini dikarenakan semakin besar tekanan pada pipa, maka semakin besar pula gaya
yang dibutuhkan untuk memindahkan fluida. Hal ini sesuai dengan persamaan :
F=PxA
Dimana besarnya gaya (F) berbanding lurus dengan tekanan (P) untuk luasan yang
konstan (luasan pada praktikum tersebut kontstan karena diameter pipa termasuk
konstanta). Karena di praktikum pipa udara kali ini nilai P tidak bervariasi di setiap
percobaan, berdasarkan rumus maka grafik hubungan P terhadap F akan sama seperti
diatas.
0
0
0
0
0
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
P
Dari grafik 4.2 di atas dapat diketahui bahwa kapasitas (Q) bernilai konstan karena saat
praktikum alat Q (SCFH) tidak bekerja dengan maksimal. Seharusnya, semakin besar nilai
kapasitas (Q), maka nilai tekanan (P) akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan ketika tekanan
besar berarti diameter pipa mengecil, sehingga debit air yang dihasilkan juga mengecil. Ini
sesuai dengan persamaan berikut :
Q=VxA Q = V x (F/P)
Dari persamaan rumus di atas dapat disimpulkan bahwa ketika nilai tekanan (P) kecil, maka
nilai kapasitas (Q) semakin besar. Hal ini dikarenakan nilai kapasitas (Q) berbanding terbalik
dengan tekanan (P).
50
40
30
20
10
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.45
Dari grafik 4.3 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar nilai sudut putar (θ) semakin
besar, maka nilai tekanan (P) semakin besar pula dan nilai kapasitas (Q) semakin kecil.
Hal ini dikarenakan ketika sudut putar semakin besar maka besar diameter pipa
semakin mengecil, hal ini berakibat pada meningkatnya tekanan, dan menurutnya debit
air yang dihasilkan. Sesuai dengan persamaan berikut :
ξ×V 2 ×ρ x (Q.P ) 2 x
= 2 2 F .d
nilai koefisien hambatan ( ξ ) (sudut putar katup berbanding lurus dengan niai
koefisien hambatan). Dan ketika nilai koefisien hambatan semakin besar maka
nilai tekanan (P) juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena nilai
tekanan (P) berbanding lurus dengan nilai koefisien hambatan ( ξ ). Pada Pipa
pertama kemungkinan besar terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil sudut.
Karena tidak sesuai dengan rumus yang ada.
4.2.4 Grafik Tekanan (P) dengan 1, 2, 3
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
0.000
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
Dari grafik 4.4 dapat diketahui hubungan tekanan dengan loses yang diakibatkan oleh
panjang pipa. Semakin panjang instalasi pipa, semakin besar loses yang terjadi.
Semakin kecil tekanan yang dibuat, maka semakin besar loses yang terjadi. Hal ini
dikarenakan ketika pipa semakin panjang, maka semakin banyak pula gesekan yang
terjadi antara fluida dengan material pipa, dimana gesekan ini yang mengakibatkan
losses dan mengurangi nilai tekanan yang ada. Didalam rangkaian instalasi pipa udara,
terdapat beberapa loses yang harus diperhitungkan, antara lain loses akibat panjang
pipa (∆P1), belokan dan aksesoris (∆P2), serta akibat dari katup (∆P3). Dalam bagian
ini, dijelaskan mengenai hubungan antara tekanan dengan loses yang terjadi.
Tekanan dan
300.0000
250.0000
200.0000
150.0000
100.0000
50.0000
0.0000
0.1 0.1 0.2 0.2 0.3 0.3 0.4 0.4 0.5 0.5
Jika sebelumnya dijelaskan mengenai loses yang diakibatkan panjang pipa, maka
gambar diatas menunjukkan loses yang diakibatkan oleh belokan dengan aksesorisnya
(∆P2). Pada grafik 4.5 membuktikan bahwa semakin banyak belokan dan aksesoris pada
pipa menyebabkan tekanan semakin menurun, hal ini dikarenakan ketika semakin
banyak belokan dan akesoris lainnya, maka semakin banyak pula gesekan fluida dengan
material pipa, sehingga menimbulkan losses, dan mengurangi tekanan yang ada.
Mengenai nilai loses yang terjadi akibat belokan, dapat dilihat pada tabel due banding.
Penjelasan mengenai grafik hubungan tekanan dengan ∆P2, tidak jauh beda dengan
penjelasan sebelumnya diakibatkan oleh panjang pipa (∆P1). Semakin kecil tekanan
yang dibuat, maka semakin besar loses yang terjadi. Pada percobaan pertama pada
pipa 1 kemungkinan besar terjadi kesalahan pada pembacaaan data.
Tekanan dan
600.0000
500.0000
400.0000
300.0000
200.0000
100.0000
0.0000
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
Yang terakhir ialah loses yang diakibatkan pada bukaan katup. Bukaan katup sangat
berpengaruh pada tekanan yang terjadi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
apabila semakin besar sudut yang digunakan pada bukaan katup, maka akan semakin
kecil luas penampang yang dilalui oleh udara. Hal itu mengakibatkan terjadi tekanan.
Hal ini juga dapat dibuktikan dengan melihat grafik 4.6. Tekanan sebenarnya terjadi
karena akibat terjadi back flow sebelumnya. Besar nilai loses yang diakibatkan karena
bukaan katup, dapat dilihat pada table due valve opening.
Dapat dilihat dari grafik bahwa, ΔP1(rugi akibat gesekan)akan semakin kecil seiring
bertambahnya tekanan, maka kecepatannya akan semakin menurun, dimana rugi gesek
ini sebanding dengan kecepatan, berdasarkan persamaan :
λ×l ×V 2× ρ
ΔP1= 2× D ,
( β /90 )×ξ×V 2 ×ρ
2 = 2
ξ×V 2 ×ρ
3 = 2
Sehingga semakin kecil kecepatan, semakin kecil pula rugi geseknya. Begitu juga
dengan ΔP2 (rugi akibat belokan) akan semakin meningkat seiring bertambahnya
tekanan. Sedangkan untuk ΔP3(rugi akibat katup) bertambah seiring bertambahnya
koefisien hambatannya, walaupun kecepatannya menurun, namun kenaikan koefisien
hambatan menyebabkan rugi akibat belokan dan akibat katup juga mengalami
peningkatan. Pada pembacaan percobaan pertama pipa 1 kemungkinan terjadi
kesalahan pembacaan, karena tidak sesuai dengan yang seharusnya.
300
250
200 Pipa 1
Pipa 2
∆P1
150 pipa 2 es
pipa 3 es
100
50
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kapasitas
Dari gambar grafik 4.9 diatas, seharusnya pada grafik ini dapat diketahui hubungan
kapasitas dengan loses yang diakibatkan oleh panjang pipa. Pada normalnya Semakin
panjang instalasi pipa, semakin besar loses yang terjadi. Semakin besar loses yang
terjadi, maka semakin besar pula kapasitas udara yang mengalir. Hal ini dikarenakan
ketika losses akibat panjang pipa semakin besar mengakibatkan tekanan mengecil, dari
tekanan yang kecil inilah kapasitas semakin besar Didalam rangkaian instalasi pipa
udara. Tetapi dikarenakan rusaknya komponen pengukur SCFH kami anggap SCFH
sebesar 20 pada semua percobaan sehingga kami tidak dapat mengukur kapasitas.
terdapat beberapa loses yang harus diperhitungkan, antara lain loses akibat panjang
pipa (∆P1), belokan dan aksesoris (∆P2), serta akibat dari katup (∆P3). Dalam bagian
ini, dijelaskan mengenai hubungan antara kapasitas dengan loses yang terjadi.
250
200
Pipa 1
150 Pipa 2
∆P2
pipa 2 es
100 pipa 3 es
50
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kapasitas
Jika sebelumnya dijelaskan mengenai loses yang diakibatkan panjang pipa, maka grafik
4.10 di atas menunjukkan loses yang diakibatkan oleh belokan dengan aksesorisnya
(∆P2). Mengenai nilai loses yang terjadi akibat belokan. Penjelasan mengenai grafik
hubungan kapasitas dengan ∆P2, tidak jauh beda dengan penjelasan sebelumnya yang
diakibatkan oleh panjang pipa (∆P1). Seharusnya Semakin kecil loses yang terjadi,
maka semakin kecil juga kapasitas udara yang mengalir dalam instalasi pipa. Hal ini
dikarenakan ketika losses akibat panjang pipa semakin besar mengakibatkan tekanan
mengecil, dari tekanan yang kecil inilah kapasitas semakin besar. Tetapi dikarenakan
rusaknya komponen pengukur SCFH kami anggap SCFH sebesar 20 pada semua
percobaan sehingga kami tidak dapat mengukur kapasitas.
Kapasitas dan ∆P3
600
500
400
Pipa 1
300 Pipa 2
∆P3
pipa 2 es
200 pipa 3 es
100
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kapasitas
Dalam grafik 4.11 di atas menunjukkan hubungan antara kapasitas dengan loses yang
diakibatkan oleh katup (ΔP3), seharusnya semakin rendah nilai kapasitas, maka semakin
tinggi nilai loses yang terjadi, tetapi semakin tingggi nilai kapasitas, maka semakin
rendah loses yang timbul. Hal ini dikarenakan apabila semakin besar sudut yang
digunakan pada bukaan katup, maka akan semakin kecil luas penampang yang dilalui
oleh udara. Hal itu mengakibatkan terjadi tekanan. Sehingga kapasitas menurun. Tetapi
dikarenakan rusaknya komponen pengukur SCFH kami anggap SCFH sebesar 20 pada
semua percobaan sehingga kami tidak dapat mengukur kapasitas.
4.2.5 Grafik Kapasitas (Q) dengan Gaya (F)
0.6
pipa 2
0.4 pipa 2 dengan es
0.2 pipa 3 dengan es
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kapasitas (Q)
Dari grafik 4.7 di atas seharusnya menunjukkan hubungan antara kapasitas aliran fluida
(Q) dan besarnya gaya (F) yang terjadi adalah berbanding terbalik. Tetapi karena kita
menggunakan besar SCFH yang sama karena alat praktikum tidak berfungsi dengan baik,
sehingga Kapasitas setiap kali percobaan tetap sama. Seharusnya, jika nilai kapasitas
(Q) semakin besar, maka nilai gaya (F) akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan ketika
kapasitas air meningkat maka gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan fluida semakin
kecil karena sudah ada gaya yang dihasilkan oleh pompa, selain itu ketika kapasitas air
besar, maka diameter pipa juga besar, sehingga tekanannnya mengecil. Berdasarkan
persamaan yang ada dapat di ketahui bahwa Q = V x A, sedangkan untuk mendapatkan
nilai F dapat dicari dari persamaan F = P x A. Sehingga didapatkan persamaan baru Q =
V x (F/P), dari persamaan ini dapat kita simpulkan bahwa besarnya kapasitas aliran
fluida berbanding terbalik dengan gayanya. Sehingga pernyataan ini telah sesuai dengan
grafik yang diperoleh dari percobaan ini.
50
40
pipa 1
Sudut Putar
30 pipa 2
pipa 2 dengan es
20 pipa 3 dengan es
10
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kapasitas (Q)
Dari grafis 4.8 di aatas, seharusnya kita bisa mengetahui hubungan grafik antara
kapasitas (Q) dengan sudut putar (θ). Tetapi karena kita menggunakan besar SCFH yang
sama karena alat praktikum tidak berfungsi dengan baik, sehingga Kapasitas setiap kali
percobaan tetap sama. Seharusnya, apabila nilai dari sudut putar katup bernilai kecil,
maka kapasitas udara yang mengalir mempunyai nilai yang besar, tetapi apabila sudut
putar dari katup bernilai besar, maka kapasitas udara yang mengalir mempunyai nilai
yang kecil. Hal tersebut diakibatkan karena sudut putar dari katup mempengaruhi besar
kecilnya luasan penampang pipa yang dialiri udara, sehingga berdampak pula pada
kapasitas yang dihasilkan. Formula dibawah ini akan membuktikan hal tersebut.
Q=vxA
Apabila kecepatan aliran udara (v) dianggap konstan, maka apabila sudut putar bernilai
besar, maka luas penampang (A) akan bernilai kecil yang mengakibatkan kapasitas
aliran udara pun kan menjadi kecil juga.