Tabel 4
Identitas Subjek Asuhan Keperawatan Pasien Demam Berdarah Dengue dengan Hipertermi
di Ruang Rawat Inap Puskesmas Penebel I
Studi kasus ini dilakukan secara 5 tahap yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Tahapan asuhan keperawatan akan
dijabarkan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pada pengkajian keperawatan pada pasien DBD meilputi keluhan, riwayat kesehatan
dahulu, tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan terapi yang
diperoleh dijabarkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4
Identitas Subjek Asuhan Keperawatan Pasien Demam Berdarah Dengue dengan Hipertermi
di Ruang Rawat Inap Puskesmas Penebel I
4. implementasi
Tabel 8
Pasien 1 Pasien 2
Patau suhu dantanda-tanda vital lainnya Patau suhu dantanda-tanda vital lainnya
(38,0) (38,0)
Monitor warna kulit dan suhu Monitor warna kulit dan suhu
Berikan obat atau cairan IV (paracetamol Berikan obat atau cairan IV (paracetamol
500mg dan cairan IV 20tts/mnt) 500mg dan cairan IV 20tts/mnt)
Monitor penurunan tingkat kesadaran Monitor penurunan tingkat kesadaran
Menyelimuti pasien selimut atau pakaian Menyelimuti pasien selimut atau pakaian
ringan,tergantung pada fase demam(yaitu ringan,tergantung pada fase demam(yaitu
memberikan selimut hangat untuk fase memberikan selimut hangat untuk fase
dingin,menyediakan pakaian atau linen dingin,menyediakan pakaian atau linen
tempat tidur untuk demam) tempat tidur untuk demam)
Dorong konsumsi cairan setiap jam 1,5-2 Dorong konsumsi cairan setiap jam 1,5-2 liter
liter dalam 24 jam. dalam 24 jam
(air putih,the,susu) (air putih,the,susu)
Fasilitasi istirahat Fasilitasi istirahat
Kompres hagat pasie pada lipata paha da Kompres hagat pasie pada lipata paha da
aksila menggunakan handuk kecil. aksila menggunakan handuk kecil.
5.Evaluasi
Evaluasi dilakuan setiap hari selama 3 hari dalam bentuk SOAP. Berikut adaah hasil evaluasi
yag dilakukan pada kedua partisipan.
Tabel 9
Pasien 1 Pasien 2
Evaluasi dilaksanaan pada tanggal 30 april Evaluasi dilaksaakan pada tanggal 8 mei
2018 2018
S : pasien mengatakan badannya sudah tidak S : pasien mengatakan badannya sudah tidak
panas, tidak mual,dan nafsu makan panas, tidak mual,dan nafsu makan
meningkat. Tidak merasakan nyeri otot meningkat. Tidak merasakan nyeri otot
O : tidak ada tanda tanda dehidrasi,kulit O : tidak ada tanda tanda dehidrasi,kulit
kemerahan, TD : 120/70mmhg, N : 80x/mt, R kemerahan, TD : 110/80mmhg, N : 80x/mt, R
: 20x/mt, S : 36,8c : 20x/mt, S : 36c
A : tidak ada penigkatan suhu tubuh A : tidak ada penigkatan suhu tubuh
P : pertahakan kondisi pasien P : pertahakan kondisi pasien
B. Pembahasan
Pada pembahasan kasus ini peneliti aka membandingkan antara teori degan aplikasi atau
praktik asuha keperawatan pada Tn. GA dan Tn. AP dega kasus yang telah dilakuka seak
2 mei sampai 8 mei 2018. Kegiatan dilakuka meliputi pegkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan,implemetasi keperawata da evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pada pasien Tn. GA dan Tn. AP hasil pengkajian didapatkan demamnaik turun
dari 3 hari yang lalu,merasa lemas,pusing,mual d muntah serta megalami
penurunan nafsu makan.
Menurut ngastyah(2014) peyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa
sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang,nyeri
pada anggta badan,punggung,sendi,kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut
menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 muncul bentuk perdarahan
yang beraneka ragam dimulai dari yag paling ringan berupa perdarahan dibawah
kulit(petekia atau ekimosis), perdarahan gusi,epistaksis,sampai perdarahan yang
hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung,melena,dan juga hematuria
massif.
Hasil analisa peneliti,kasus yag ditemukan pada Tn. GA dan Tn.AP sesuai
dengan teori karena pada teori mengungkapkan penyakit DBD ditandai oleh
demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu
makan berkurang,nyeri pada anggota badan,punggung,sendi,kepala dan perut.
Pada pemeriksaa fisik pasie 1 dan pasien 2 diperloleh wajah tampak
kemerahan,tidak ada lesi,tidak ada benjolan. Pada mata sklera tidak
ikterik,konjungtiva anemis,da adanya edema pada palpebra. Hidung simetris tidak
ada pernafasan cuping hidung dan tidak ada epistaksis. Pada mulut pada warna
bibir pucat dan mukosa kering. Bibir tampak pecah-pecah serta nyeri saat
menelan, tidak ada perdarahan gusi,telinga simetris kanan kiri,pendengara baik.
tidak ada pembesara kelenjar getah bening dan pembesaran kelenjar limfe. Pada
pemeriksaan dada : dinding dada tampak simetris, tidak ada tarikan dada, frenitus
kiri dan kanan sama,perkusi sonor dan saat auskultasi terdengar vesikuler.
Pemeriksaan iktus jantung kordis tidak terlihat, iktus kordis teraba,jantug dalam
batas normal,irama jantung reguler. Pemeriksaan abdmomen simetris,nyeri tekan
pada ulu hati,bising usus(+). Pada pemeriksaan integument turgor kulit kembali
cepat,kulit kering dan tampak kemerahan. Terpasang infuse RL 20tts/mnt pada
ekskremitas atas kiri,tidak ada edema, capillary refil< 3 dtk, nyeri pada
persedian.pada ekskremitas bawah akral teraba hangat,capilarry refil <3, nyeri
pada persendian.
Susilaningrum dkk (2013) gejala khas DBD berupa perdarahan pada kulit atau
tanda perdarahan lainnya seperti pulpura, perdarahan konjungtiva,epistaksis,
ekimosis,mukosa,gusi,hematemesis,melena.menurut nursalam dkk (2008)
mengatakan kasus DBD ditandai dengan manifestasi klinis perdarahan kulit dapat
berwujud memar atau juga dapat berupa perdarahan spotan mulai dari
petekie(muncul pada hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada
ekskremitas,tubuh dan muka sampai epistaksis dan perdarahan gusi.
Menurut zein dkk(2015) mengatakan bahwa didapatkan jumlah penderita
yang mengalami nyeri abdomen lebih banyak yaitu 34 penderita(68%). Menurut
suriadi&yuliani(2010) mengatakan manifestasi klinis pada pasien DBD adanya
nyeri otot,tulang sendi,abdomen dan nyeri pada persendian sesuai dengan teori.
Adanya tersebut diakibatkan kebocoran plasma endthelium kapiler sehigga
tertumpuknya cairan.
2. Diagnosa keperawatan
Hasil pengkajian dan analisa data terdapat 4 diagnosa keperawata yang muncul
pada kasus hipertermi berhubungan dengan proses penyakit yang ditandai dengan
pasien mengeluh panas naik turun sejak 3 hari lalu, s, 38c, kulit tampak
kemerahan badan pasien terasa hangat. Pada perumusan diagnosa keperawatan
sudah sesuai dengan teori SDKI(2017) yang menyatakan diagnose keperawata
terdiri dari 3 komponen yaitu problem,etiology,symtom.
Pada kasus diatas yang merupakan komponen problem yaitu hipotermi dengan
etiologi dicirikan peggunaan kata “berhubungan dengan’’ yaitu proses penyakit
sedangkan symptom dicira dengan kata “ditandai dengan’’ pada kasus dituliskan
dengan pasien mengeluh panas naik turun sejak 3 hari lalu s, 38c, kulit tampak
kemerahan badan pasien terasa hangat. Jadi dalam perumusan diagnosa sudah
sesuai teori.
3. Intervesi keperawatan
Sesuai dengan NIC (2013) tindakan yang dilakukan untuk diagnosa hipertermi
adalah patau suhu dan tanda-tanda vital lainnya,Monitor warna kulit dan suhu,Berikan
obat atau cairan IV, Monitor penurunan tingkat kesadaran, Menyelimuti pasien
selimut atau pakaian ringan,tergantung pada fase demam(yaitu memberikan selimut
hangat untuk fase dingin,menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam).
4. Implementasi keperawatan
Menurut penelitian sri purwati, dkk (2008) pengaruh kompres hangat terhadap
perubahan suhu tubuh pada pasie anak hipertermia diruang rawat inap RSUD Dr.
moewardi surakarta, setelah memberi tindakan kompres hangat terhadap perubahan
suhu tubuh. Menurut peneliti melakukan kompres hangat terhadap pasien yang
mengalami hipertermi sama dengan teori, karena pada saat kompres hangat dengan
yang membuat pembuluh darah melebar sehingga panas akan keluar dan bukan masuk
lagi ke dalam tubuh.
2. Bagi institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan saalah satu refrensi atau
pembanding dalam penyusunan materi ataupun usaha keperawatan
khususnya hipertermi pada pasien DBD.