Anda di halaman 1dari 13

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Studi Kasus
Studi kasus dilaksanakan mulai tanggal 2 dan 6 Mei 2018 untuk dua subjek. Hasil
studi kasus menguraikan tentang dua asuhan keperawatan pasien demam berdarah dengue
dengan hipertemi di Puskesmas Penebel I. Identitas Pasien 1 dan Pasien 2 diuraian dalam
bentuk tabel:

Tabel 4
Identitas Subjek Asuhan Keperawatan Pasien Demam Berdarah Dengue dengan Hipertermi
di Ruang Rawat Inap Puskesmas Penebel I

Identitas Pasien 1 Pasien 2


Inisial Nama Tn. GA Tn. AP
Umur 45 tahun 25 tahun
No. RM 001321 001411
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
Pekerjaan Wiraswasta Karyawan
Agama Hindu Hindu
Status Menikah Belum menikah
Alamat Banjar Pande Kediri Penebel Kelod

Studi kasus ini dilakukan secara 5 tahap yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Tahapan asuhan keperawatan akan
dijabarkan sebagai berikut:

1. Pengkajian
Pada pengkajian keperawatan pada pasien DBD meilputi keluhan, riwayat kesehatan
dahulu, tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan terapi yang
diperoleh dijabarkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4
Identitas Subjek Asuhan Keperawatan Pasien Demam Berdarah Dengue dengan Hipertermi
di Ruang Rawat Inap Puskesmas Penebel I

Pengkajian Pasien 1 Pasien 2


Keluhan Pasien mengeluh panas naik turun Pasien mengeluh panas naik turun
sejak 3 hari yang lalu. Pasien merasa sejak 3 hari yang lalu disertai
lemah dan kepala pusing, mual dan pusing, mual dan muntah, juga
nafsu makan menurun. merasakan lemas pada tubuhnya.
Riwayat Tidak pernah MRS, operasi dan tidak Tidak pernah MRS, operasi dan
kesehatan memiliki penyakit menular dan tidak memiliki penyakit menular
dahulu menurun serta tidak ada alergi obat. dan menurun serta tidak ada alergi
obat.
Tanda-tanda KU : Baik KU : Baik
vital Kesadaran : CM Kesadaran : CM
TD : 110/80 mmHg TD : 110/70 mmHg
N : 88x/mnt N : 80x/mnt
R : 22x/mnt R : 20x/mnt
S : 380C S : 38,60C
Pemeriksaan Wajah tampak kemerahan, tidak ada Wajah tampak kemerahan, tidak ada
fisik lesi, dan tidak ada benjolan. Pada lesi, dan tidak ada benjolan. Pada
mata skelera tidak ikterik, mata skelera tidak ikterik,
konjungtiva anemis, dan adanyaa konjungtiva anemis, dan adanyaa
edema pada palpebra. Hidung edema pada palpebra. Hidung
simetris, tidak ada pernapasan cuping simetris, tidak ada pernapasan
hidung dan tidak ada epistaksis. Pada cuping hidung dan tidak ada
mulut warna biru bibir pucat dan epistaksis. Pada mulut warna biru
mukosa kering, bibir tampak pecah- bibir pucat dan mukosa kering, bibir
pecah serta nyeri saat menelan, tidak tampak pecah-pecah serta nyeri saat
ada perdarahan gusi. Telinga simetris menelan, tidak ada perdarahan gusi.
kiri kanan, pendengaran baik. Tidak Telinga simetris kiri kanan,
ada pembesaran kelenjar getah pendengaran baik. Tidak ada
bening dan pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar getah bening
limfe. Pada pemeriksaan dada: dan pembesaran kelenjar limfe.
dinding dada tampak simetris, tidak Pada pemeriksaan dada: dinding
ada tarikan dinding dada, fremitus dada tampak simetris, tidak ada
kiri dan kanan sama, perkusi sonor tarikan dinding dada, fremitus kiri
dan saat auskultasi terdengar dan kanan sama, perkusi sonor dan
vesikuler. Pemeriksaan jantung iktus saat auskultasi terdengar vesikuler.
kordis tidak terlihat, iktus kordia Pemeriksaan jantung iktus kordis
teraba, jantung dalam batas normal, tidak terlihat, iktus kordia teraba,
irama jantung regular. Pemeriksaan jantung dalam batas normal, irama
abdomen simetris, nyeri tekan pada jantung regular. Pemeriksaan
ulu hati, bising usus (+). Pada abdomen simetris, nyeri tekan pada
pemeriksaan integument turgor kulit ulu hati, bising usus (+). Pada
kembali cepat, kulit kering dan pemeriksaan integument turgor kulit
tampak kemerahan. Terpasang infuse kembali cepat, kulit kering dan
RL 20 tts/menit pada eksterimitas tampak kemerahan. Terpasang
atas bagian kiri, tidak ada edema, infuse RL 20 tts/menit pada
capillary refill < 3 dtk, nyeri pada eksterimitas atas bagian kiri, tidak
persendian. Pada ekstremitas bawah ada edema, capillary refill < 3 dtk,
akral teraba hangat, capillary refill < nyeri pada persendian. Pada
3, nyeri pada persendian. ekstremitas bawah akral teraba
hangat, capillary refill < 3, nyeri
pada persendian.
Pemeriksaan Hemoglobin : 15.8 g/dl Hemoglobin : 14.2 g/dl
penunjang Leukosit : 5.590/mm3 Leukosit : 4.210/mm3
Hematokrit 47,6% Hematokrit 50,1
Trombosit : 61.100/mm3 Trombosit : 52.000/mm3
Terapi yang IVFD RL 20 tts/mnt IVFD RL 20 tts/mnt
diperoleh Cefotaxime 3 x 1 gr Cefotaxime 3 x 1 gr
Ranitidine 2 x 1 amp Ranitidine 2 x 1 amp
Parasetamol 3 x 500mg Parasetamol 3 x 500mg
Livion B Plex 2 x 1 Livion B Plex 2 x 1
Antacid 3 x 1 Antacid 3 x 1
Tabel 7

Intervensi Asuhan Keperawatan Pasien Deman Berdarah Dengue dengan

Hipertensi Di Ruang Rawat Inap Puskesmas Penebel I

Intervensi Pasien 1 Pasien 2


Tujuan Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam keperawatan 3x24 jam
diharapkan termoregulasi diharapkan termoregulasi
normal normal
kriteria hasil Tidak ada peningkatan suhu Tidak ada peningkatan suhu
tubuh tubuh
Tidak ada hipertermia Tidak ada hipertermia
Tidak ada sakit kepala Tidak ada sakit kepala
Tidak ada sakit otot Tidak ada sakit otot
Tidak ada perubahan warna Tidak ada perubahan warna
kulit kulit
Tidak ada dehidrasi Tidak ada dehidrasi

Intervensi Pantau suhu dan tanda-tanda Pantau suhu dan tanda-tanda


vital lainnya vital lainnya
Monitor warna kulit dan suhu Monitor warna kulit dan suhu
Berikan obat atau cairan iv Berikan obat atau cairan iv
(misal (misal
antipiretik,agenantibakteri,dan antipiretik,agenantibakteri,dan
agen antimenggigil) agen antimenggigil)
Monitor penurunan tingkat Monitor penurunan tingkat
kesadaran kesadaran
Tutup pasien dengan selimut Tutup pasien dengan selimut
atau pakaian ringan,tergantung atau pakaian ringan,tergantung
pada fase demam(yaitu pada fase demam(yaitu
memberikan selimut hangat memberikan selimut hangat
untuk fase untuk fase
dingin,menyediakan pakaian dingin,menyediakan pakaian
atau linen tempat tidur untuk atau linen tempat tidur untuk
demam) demam)
Dorong konsumsi cairan Dorong konsumsi cairan
Fasilitasi istirahat Fasilitasi istirahat
Kompres hangat pasien pada Kompres hangat pasien pada
lipatan paha dan aksila lipatan paha dan aksila

4. implementasi

Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawata yangdilakukan berdsarkan dari


rencana atau intervensi yang telah dibuat, tujuan melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan intervensi keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai.

Tabel 8

Implementasi asuhan keperawatan pasien demam berdarah dengue dengan

Hipertermi di ruang rawat inap puskesmas penebel I

Pasien 1 Pasien 2
Patau suhu dantanda-tanda vital lainnya Patau suhu dantanda-tanda vital lainnya
(38,0) (38,0)
Monitor warna kulit dan suhu Monitor warna kulit dan suhu
Berikan obat atau cairan IV (paracetamol Berikan obat atau cairan IV (paracetamol
500mg dan cairan IV 20tts/mnt) 500mg dan cairan IV 20tts/mnt)
Monitor penurunan tingkat kesadaran Monitor penurunan tingkat kesadaran
Menyelimuti pasien selimut atau pakaian Menyelimuti pasien selimut atau pakaian
ringan,tergantung pada fase demam(yaitu ringan,tergantung pada fase demam(yaitu
memberikan selimut hangat untuk fase memberikan selimut hangat untuk fase
dingin,menyediakan pakaian atau linen dingin,menyediakan pakaian atau linen
tempat tidur untuk demam) tempat tidur untuk demam)
Dorong konsumsi cairan setiap jam 1,5-2 Dorong konsumsi cairan setiap jam 1,5-2 liter
liter dalam 24 jam. dalam 24 jam
(air putih,the,susu) (air putih,the,susu)
Fasilitasi istirahat Fasilitasi istirahat
Kompres hagat pasie pada lipata paha da Kompres hagat pasie pada lipata paha da
aksila menggunakan handuk kecil. aksila menggunakan handuk kecil.

5.Evaluasi

Evaluasi dilakuan setiap hari selama 3 hari dalam bentuk SOAP. Berikut adaah hasil evaluasi
yag dilakukan pada kedua partisipan.

Tabel 9

Evaluasi asuhan keperawatan pasien demam berdarah dengue dengan

Hipertermi di ruang rawat inap puskesmas penebel I

Pasien 1 Pasien 2
Evaluasi dilaksanaan pada tanggal 30 april Evaluasi dilaksaakan pada tanggal 8 mei
2018 2018
S : pasien mengatakan badannya sudah tidak S : pasien mengatakan badannya sudah tidak
panas, tidak mual,dan nafsu makan panas, tidak mual,dan nafsu makan
meningkat. Tidak merasakan nyeri otot meningkat. Tidak merasakan nyeri otot
O : tidak ada tanda tanda dehidrasi,kulit O : tidak ada tanda tanda dehidrasi,kulit
kemerahan, TD : 120/70mmhg, N : 80x/mt, R kemerahan, TD : 110/80mmhg, N : 80x/mt, R
: 20x/mt, S : 36,8c : 20x/mt, S : 36c
A : tidak ada penigkatan suhu tubuh A : tidak ada penigkatan suhu tubuh
P : pertahakan kondisi pasien P : pertahakan kondisi pasien

B. Pembahasan
Pada pembahasan kasus ini peneliti aka membandingkan antara teori degan aplikasi atau
praktik asuha keperawatan pada Tn. GA dan Tn. AP dega kasus yang telah dilakuka seak
2 mei sampai 8 mei 2018. Kegiatan dilakuka meliputi pegkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan,implemetasi keperawata da evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pada pasien Tn. GA dan Tn. AP hasil pengkajian didapatkan demamnaik turun
dari 3 hari yang lalu,merasa lemas,pusing,mual d muntah serta megalami
penurunan nafsu makan.
Menurut ngastyah(2014) peyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa
sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang,nyeri
pada anggta badan,punggung,sendi,kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut
menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 muncul bentuk perdarahan
yang beraneka ragam dimulai dari yag paling ringan berupa perdarahan dibawah
kulit(petekia atau ekimosis), perdarahan gusi,epistaksis,sampai perdarahan yang
hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung,melena,dan juga hematuria
massif.
Hasil analisa peneliti,kasus yag ditemukan pada Tn. GA dan Tn.AP sesuai
dengan teori karena pada teori mengungkapkan penyakit DBD ditandai oleh
demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu
makan berkurang,nyeri pada anggota badan,punggung,sendi,kepala dan perut.
Pada pemeriksaa fisik pasie 1 dan pasien 2 diperloleh wajah tampak
kemerahan,tidak ada lesi,tidak ada benjolan. Pada mata sklera tidak
ikterik,konjungtiva anemis,da adanya edema pada palpebra. Hidung simetris tidak
ada pernafasan cuping hidung dan tidak ada epistaksis. Pada mulut pada warna
bibir pucat dan mukosa kering. Bibir tampak pecah-pecah serta nyeri saat
menelan, tidak ada perdarahan gusi,telinga simetris kanan kiri,pendengara baik.
tidak ada pembesara kelenjar getah bening dan pembesaran kelenjar limfe. Pada
pemeriksaan dada : dinding dada tampak simetris, tidak ada tarikan dada, frenitus
kiri dan kanan sama,perkusi sonor dan saat auskultasi terdengar vesikuler.
Pemeriksaan iktus jantung kordis tidak terlihat, iktus kordis teraba,jantug dalam
batas normal,irama jantung reguler. Pemeriksaan abdmomen simetris,nyeri tekan
pada ulu hati,bising usus(+). Pada pemeriksaan integument turgor kulit kembali
cepat,kulit kering dan tampak kemerahan. Terpasang infuse RL 20tts/mnt pada
ekskremitas atas kiri,tidak ada edema, capillary refil< 3 dtk, nyeri pada
persedian.pada ekskremitas bawah akral teraba hangat,capilarry refil <3, nyeri
pada persendian.
Susilaningrum dkk (2013) gejala khas DBD berupa perdarahan pada kulit atau
tanda perdarahan lainnya seperti pulpura, perdarahan konjungtiva,epistaksis,
ekimosis,mukosa,gusi,hematemesis,melena.menurut nursalam dkk (2008)
mengatakan kasus DBD ditandai dengan manifestasi klinis perdarahan kulit dapat
berwujud memar atau juga dapat berupa perdarahan spotan mulai dari
petekie(muncul pada hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada
ekskremitas,tubuh dan muka sampai epistaksis dan perdarahan gusi.
Menurut zein dkk(2015) mengatakan bahwa didapatkan jumlah penderita
yang mengalami nyeri abdomen lebih banyak yaitu 34 penderita(68%). Menurut
suriadi&yuliani(2010) mengatakan manifestasi klinis pada pasien DBD adanya
nyeri otot,tulang sendi,abdomen dan nyeri pada persendian sesuai dengan teori.
Adanya tersebut diakibatkan kebocoran plasma endthelium kapiler sehigga
tertumpuknya cairan.
2. Diagnosa keperawatan
Hasil pengkajian dan analisa data terdapat 4 diagnosa keperawata yang muncul
pada kasus hipertermi berhubungan dengan proses penyakit yang ditandai dengan
pasien mengeluh panas naik turun sejak 3 hari lalu, s, 38c, kulit tampak
kemerahan badan pasien terasa hangat. Pada perumusan diagnosa keperawatan
sudah sesuai dengan teori SDKI(2017) yang menyatakan diagnose keperawata
terdiri dari 3 komponen yaitu problem,etiology,symtom.
Pada kasus diatas yang merupakan komponen problem yaitu hipotermi dengan
etiologi dicirikan peggunaan kata “berhubungan dengan’’ yaitu proses penyakit
sedangkan symptom dicira dengan kata “ditandai dengan’’ pada kasus dituliskan
dengan pasien mengeluh panas naik turun sejak 3 hari lalu s, 38c, kulit tampak
kemerahan badan pasien terasa hangat. Jadi dalam perumusan diagnosa sudah
sesuai teori.
3. Intervesi keperawatan

Sebelum dibuat intervensi keperawatan maka terlebih dahulu menetapkan


tujuan dan kriteria hasil. Tujuan asuhan keperawatan dengan masala hipertermia yaitu
setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan termoregulasi normal
dengan kriteria hasil yaitu : tidak ada peningkatan suhu tidak ada hipertermia,tidak
ada perubahan warna kulit,tidak ada sakit kepala,tidak ada sakit otot,tidak ada
dehidrasi. Intervensi yang ditetakan yaitu : patau suhu dan tanda-tanda vital
lainnya,Monitor warna kulit dan suhu,Berikan obat atau cairan IV, Monitor
penurunan tingkat kesadaran, Menyelimuti pasien selimut atau pakaian
ringan,tergantung pada fase demam(yaitu memberikan selimut hangat untuk fase
dingin,menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam).

Sesuai dengan NIC (2013) tindakan yang dilakukan untuk diagnosa hipertermi
adalah patau suhu dan tanda-tanda vital lainnya,Monitor warna kulit dan suhu,Berikan
obat atau cairan IV, Monitor penurunan tingkat kesadaran, Menyelimuti pasien
selimut atau pakaian ringan,tergantung pada fase demam(yaitu memberikan selimut
hangat untuk fase dingin,menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam).

4. Implementasi keperawatan

Patau suhu dantanda-tanda vital lainnya (38,0),Monitor warna kulit dan


suhu,Berikan obat atau cairan IV (paracetamol 500mg dan cairan IV 20tts/mnt),
Monitor penurunan tingkat kesadaran, Menyelimuti pasien selimut atau pakaian
ringan,tergantung pada fase demam(yaitu memberikan selimut hangat untuk fase
dingin,menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam), Dorong konsumsi
cairan setiap jam 1,5-2 liter dalam 24 jam (air putih,the,susu),Fasilitasi istirahat,
Kompres hagat pasie pada lipata paha da aksila menggunakan handuk kecil.

Menurut penelitian sri purwati, dkk (2008) pengaruh kompres hangat terhadap
perubahan suhu tubuh pada pasie anak hipertermia diruang rawat inap RSUD Dr.
moewardi surakarta, setelah memberi tindakan kompres hangat terhadap perubahan
suhu tubuh. Menurut peneliti melakukan kompres hangat terhadap pasien yang
mengalami hipertermi sama dengan teori, karena pada saat kompres hangat dengan
yang membuat pembuluh darah melebar sehingga panas akan keluar dan bukan masuk
lagi ke dalam tubuh.

Tindakan keperawata yang dilakukan selanjutnya diberikan obat atau cairan


IV(paracetamol,cairan IV RL 20tts/mnt/12jam) dorong konsumsi cairan setiap jam 1
setengah-2 liter dalam 24 jam.

Menurut penelitian andriani, dkk (2014) penatalaksanaan DBD pada pasie


terdiri dari 2 terapi yaitu terapi suportif dan terapi simtomatik. Terapi suprtif pada
penderita DBD berupa pergantian cairan intravena akibat terjadinya dehidrasi.data
terapi suportif terbayak adalah pemberian kristalid sebanyak 62 penderita (83,78%).
Pada terapi DBD derajat 1 dan 2 jenis cairan yang diberikan ialah kristaloid berupa
RI/Asering/NaCl 0,9%. Sedangkan untuk terapi simptomatik ada beberapa jenis yang
diberikan salah satunya teraoi antipirentik. Pada terapi antipirentik ,data hasil
penelitian menunjukkan terapi terbanyak ialah pemberisn parasetamol sebanyak 58
penderita (78,38%).

Ngastyah (2014) mengatakan bahwa pengobatan yang diberikan biasanya


bersifat penurun demam dan menghasilkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi seperti
paracetamol. Pemberian minum pada anak sedikit demi sedikit yaitu 1,5 – 2 liter
dalam 24 jam, infus diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi atau
hematokrin yang cenderung meningkat.

Berdasarkan analisa penelitian,pelaksanaan implementasi dorong pasien untuk


minum dan kolaborasi pemberian obat dan cairan intra vena (IV) sesuai dengan teori.
Karena kekurangan cairan pada tubuh akan menyebabkan oengurangan volume
plasma yang berkaitan terjadinya peningkatan hematokrin dan pengentalan darah,
sehingga bias menyebabkan anak menjadi syok hepovolemik. Kejadian tersebut
terjadi pada fase akut dimana cairan akan keluar dari intraseluler dan ektraseluler dan
masuk pada organ yang berongga.

Implementasi akut berhubungan dengan inflamasi penyakit salah satu


intervensinya yaitu pemberian obat ranitidine pada kedua pasien menurut penelitian
Setianyngrum (2016) mengatakan bahwa penggunaan ranitidine sebanyak 15 pasien
(35,7). Pada pasien DBD dapat terjadi perdarahan spontan, salah satunya pada saluran
cerna. Untuk mencegah terjadinya perdarahan spontan pada saluran cerna sehingga
perlu diberikan obat antitukak.

Menurut penelitian pemberian obat ranitidine untuk mengatasi nyeri pada


pasien 1 dan 2 sesuai dengan teori karena pada pasien DBD Tn GA dan Tn. AP
mengalami nyeri perut dan nyeri tekan pada ulu hati,apabila tidak diatasi bias
penyebab perdarahan saluran pencernaan. Perdarahan saluran cerna terjadi akibat
anak tidak makan, dan mual muntah sehingga akan meningkatkan asam lambung
mengakibatkan terkikis dinding lambung hingga lambung menjadi berdarah.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang dilaksanakan pada studi kasus ini menggunakan metode SOAP.
Evaluasi pada pasien 1 (Tn GA) dilaksanakan pada tanggal 30 April 2018. S: pasien
mengatakan badannya sudah tidak panas, tidak mual dan nafsu makan meningkat.
Tidak merasakan nyeri otot. O: tidak ada tanda-tanda dehidrasi, kulit tidak
kemerahan TD: 110/80 MMHG, N: 80 X/MNT, R: 20 X/MNT , S: 36 0C A: tidak ada
peningkatan suhu tubuh. P: pertahankan kodisi pasien
Masalah hipertermia sudah teratasi dibuktikan dengan hasil evaluasi sudah
memenuhi kreteria hasil yaitu tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada
hipertermia, tidak ada sakit kepala , tidak ada sakit otot , tidak ada perubahan kulit,
dan tidak ada dehidrasi. Masalah hipertermi pada Tn GA dan Tn Ap teratasi pada
hari ketiga asuhan (hari ke 6 demam). Hal tersebut sesuai dengan peniltian Suci
Wati (2012) criteria hasil tercapai pada diagnosis hipertermi pada hari rawatan ke
tiga yaitu suhu dalam batas normal 360c. pada penelitian Suci Wati pasien masuk
pada demam hari ke 5. Menurut SOdJaS (2011) mengatakan fase penyembuhan yang
terjadi pada hari ke 6 dan ke 7 , ditunjukkan adanya keadaan umum membaik dan
demam sudah turun sebagai bagian dari reasi tahap ini.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil studi kasus ini maka penulis dapat menarik kesimpulan
yang dijabarkan sebai berikut:
1. Hasil Pengkajian yang diperoleh dari pasien 1 dan pasien 2 yaitu :
Pasien mengeluh badan panas sejak 3 hari yang lalu, pusing, mual
muntah, serta lemas. Suhu pada pasien 1 yaitu 380c dan pasien 2 suhu :
38,60c.
2. Diagnosa keperawatan pada kedua pasien yaitu hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan pasien mengeluh
panas naik turun sejak 3 hari yang lalu, suhu : 38,0c, kulit tampak
kemerahan pada badan pasien teraba hangat.
3. Intervensi yang dibuat memiliki tujuan yaitu setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan termoregulasi normal
dengan kriteria hasil : Tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada
peningkatan hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot,
tidak ada perubahan warna kulit, dan tidak ada dehidrasi
4. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang
diteerapkan sebelumnya
5. Evaluasi menggunakan metode SOAP dengan hasil masalah
hipertermia teratasi dibuktikan dengan hasil evaluasi memenuhi
kriteria hasil : Tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada hipertermia
( suhu pasien 1 36,80c dan pasien 2 suhu 360c), tidak ada sakit kepela,
tidak ada sakit otot , tidak ada perubahan warna kulit, dan tidak ada
dehidrasi.
B. Saran
1. Bagi kasus dan keluarga kasus
Diharapkan pasien DBD selalu memperhatikan nasehat dan saran dari
tenaga kesehatan untuk meningkatkan pemenuhan nutrisi dan cairan
guna mencegah dehidrasi serta tidak merasa ragu untuk mengatakan
segala keluhan yang dirasakan pasien saat menjalani perawatan di
ruangan rawat inap puskesmas penebel 1.

2. Bagi institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan saalah satu refrensi atau
pembanding dalam penyusunan materi ataupun usaha keperawatan
khususnya hipertermi pada pasien DBD.

3. Bagi peneliti selanjutnya


Diharapkan peneliti selanjutnya meningkatkan pengetahuan dan
wawasan tentang pasien DBD dengan masalah hipertermi sehingga
dapat melakukan pengkajian lebih mendalam dan asuhan lebih
konprehensif pada pasien DBD dengan masalah hipertermi dengan
tujuan mendapat perawatan yang lebih berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai