Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TUTORIAL

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERVOLEMIA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Dasar Profesi (KDP)
Koordinator : Galih Jatnika, S.Kep, Ners, M.Kes
Dosen Pembimbing : Achmad Setya R., S.Kp, MPH

Disusun Oleh :
Dzaky Rizky
214120044

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2020
TINJAUAN TEORI

A. Congestive Heart Failure (CHF)

1. Definisi

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung


memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrien.

Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa


kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal.
Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi
gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.

2. Etiologi
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :

a. Kelainan otot jantung

Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot


jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi
yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup
ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif
atau inflamasi.

b. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya
aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel
jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan
dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.

d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif


Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini
secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan
kontraktilitas menurun.

e. Penyakit jantung lain

Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung


yang sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung.
Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah
yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidakmampuan
jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif
konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afterload.

f. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju
metabolisme (misal: demam), hipoksia dan anemia diperlukan
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai
oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan
abnormalitas elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
3. Manifestasi Klinis CHF
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur
1) pasien, beratnya gagal jantung, etiologi penyakit jantung,
ruang-ruang
2) jantung yang terlibat, apakah kedua ventrikel mengalami
kegagalan serta
3) derajat gangguan penampilan jantung. Pada penderita gagal
jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :
a) Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal
nocturnal dyspnea.
b) Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi,
mual, muntah, asites, hepatomegali, dan edema perifer
4. Penatalaksanaan CHF
Dasar penatalaksanaan pasien gagal jantung adalah:
a. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
b. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan
bahan bahan farmakologis.
c. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi
diuretik diet dan istirahat.
Skenario Kasus 2

Seorang laki-laki berusia 56 tahun dirawat di RS dengan penurunan kesadaran. Hasil


pemeriksaan tanggal 14 Mei 2019 didapatkan TD: 150/103 mmHg, N:
142x/menit, R: 32x/menit, conjunctiva pucat, peningkatan tekanan vena jugular,
ronchi, perut membesar, edema pada kedua kaki, jumlah urin 200 cc sehari.
Klien memiliki riwayat penyakit jantung, hipertensi dan menurut keluarga klien
sehari-hari tidak membatasi konsumsi garam. Hasil pemeriksaan penunjang
didapatkan, Hb: 7.4 gr/dl, Ht: 25%, leukosit 4000 mm 3, gambaran EKG ST
elevasi. Perawat meninggikan kaki klien untuk mengurangi edema dan
selanjutnya melakukan pemasangan infus untuk memberikan furosemide 20 mg
IV. Setelah 4 jam terapi edema pada kedua kaki klien berkurang dan
pengeluaran urine meningkat menjadi 2200 cc.

Assignment

Buatlah asuhan keperawatan meliputi assessment, diagnosa, planning, implementasi


dan evaluasi, (ADPIE) gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan kemudian
demonstrasikan keterampilan pemeriksaan EKG 12 lead dan keterampilan
pemasangan infus!
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

1.1 Biodata

 Identitas klien : Tn.X

 Usia : 56 tahun

1.2 Riwayat sekarang

 Keluhan utama: Saat klien masuk rumah sakit klien mengalami


penurunan keasadaran.

 Riwayat kesehatan sekarang : Congestive Heart Failure (CHF)

 Riwayat penyakit dahulu : klien memiliki riwayat penyakit jantung


dan hipertensi.

 Riwayat alergi : -

 Riwayat keluarga :-

 Riwayat psikososial dan spiritual:-

 Pola aktivitas sehari-hari : Menurut keluarga klien sehari-hari klien


tidak membatasi konsumsi garam, jumlah urin 200 cc sehari.

 Terapi obat-obatan

1.3 Pemeriksaan fisik head to toe

Tanda-tanda vital:

- TD: 150/103 mmHg

- N: 142x /mnt

- R: 32X /mnt
Pemeriksaan Fisik:

- Mata : konjungtiva pucat

- Leher : peningkatan tekanan vena jugular

- Dada : ronchi

- Abdomen : perut membesar

- Ekstremitas bawah : edema pada kedua kaki

1.4 Pemeriksaan penunjang/laboratorium/diagnostik

- Hb : 7,4 gr/Dl

- Ht : 25%

- Leukosit : 4000 mm3

- EKG ST Elevasi
2. Diagnosa keperawatan
 Analisa data

PATHWAY MASALAH
DATA
PENYAKIT KEPERAWATAN
DS: keluarga klien CHF Hipervolemi
mengatakan 
sehari-hari klien Gagal pompa ventrikel
tidak membatasi kiri
konsumsi garam 
Forward failure
DO: 
- Edema pada kedua Renal flow
kaki 
- terdapat peningkatan RAA meningkat

tekanan vena 

jugular Aldosteron meningkat

- ronchi 

- Hb 7,4 gr/dL ADH meningkat

- Ht 25% 

- Jumlah urin 200 cc Retensi Na dan H2O



sehari
Hipervolemia
- EKG ST elevasi

Diagnosa Keperawatan : Hipervolemia berhubungan dengan gangguan aliran


balik vena dibuktikan dengan edema dan peningkatan tekanan vena
jugular.
3. Planing

Standar Standar Luaran Standar Intervensi


Diagnosa Keperawatan Keperawatan Indonesia
Keperawatan Indonesia (Slki) (Siki)
Indonesia
(Sdki)
Hipervolemia Outcome: Setelah dilakukan Intervensi: Manajemen
tindakan keperawatan selama hipervolemia
1x24 jam klien diharapkan
keseimbangan cairan Aktivitas:
meningkat - Pemeriksaan tanda dan
gejala hipervolemia
Indicator: - Monitoring status
- Asupan cairan menurun hemodinamik
(1) - Monitoring intake dan
- Haluaran urin meningkat output cairan
(5) - Tinggikan kaki klien
- Edema menurun (5) - Kolaborasi pemberian
- Asites menurun (1) diuretik
- Tekanan darah membaik
(5)
- Frekuensi nadi membaik
(5)
4. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi Evaluasi

1. Melakukan Pemeriksaan tanda S: -


dan gejala hipervolemia yaitu
pemeriksaan edema dan JVP O: Edema pada kedua kaki klien berkurang,
2. Memonitoring status Pengeluaran urin mingkat menjadi 2200 cc
hemodinamik dengan
melakukan pemeriksaan EKG A: Edema berkurang, pengeluaran urin
dan tekanan darah meningkat
3. Memonitoring intake dan output
cairan P: Masalah terasi sebagian, intervensi
4. Meninggikan kaki klien dilanjutkan :
5. Melakukan kolaborasi - Tinggikan kaki klien untuk
pemberian diuretik : Furosemid - Pemberian diuretik : Furosemid 20 mg IV
20 mg IV
I: - Meninggikan kaki klien untuk mengurangi
edema
- Memberikan diuretik furosemid 20 mg IV

E: Edema berkurang, pengeluaran urin


meningkat

R: -

Anda mungkin juga menyukai