Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR TULANG

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

JUNITA MAULIA ALI (R011181026)

GABRIELLA ANATASIA BONEFASUS (R011181040)

INTAN SYARIF (R011181310)

PIGNATELLI BYTHREE (R011181358)

KELAS RB

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan
berkat dan rahmat-Nya makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Tumor Tulang” dapat selesai pada tepat waktu.

Makalah ini berisi uraian mengenai definisi, klasifikasi, etiologi,


patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medis, komplikasi hingga
asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit tumor tulang.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing mata


kuliah Keperawatan Medikal Bedah III, Syahrul Ningrat, M.Kep.,
Ns.,Sp.Kep.MB serta teman-teman sekalian yang telah ikut berpartisipasi dalam
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga
saran dan kritik yang membangun diperlukan dalam makalah ini. Kami pun
berharap agar para pembaca dapat menambah wawasan melalui makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Makassar, 14 Oktober 2020

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan..................................................................................................1

1.1. Latar Belakang......................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan..................................................................................2

Bab II Pembahasan...................................................................................................3

2.1. Definisi Tumor tulang Benigna...............................................................3


2.2.Klasifikasi Tumor tulang Benigna............................................................3
2.3.Etiologi Tumor tulang Benigna................................................................6
2.4. Patofisiologi Tumor tulang Benigna........................................................6
2.5.Manifestasi Klinis Tumor tulang Benigna................................................9
2.6.Penatalaksanaan Tumor tulang Benigna...................................................9
2.7.Komplikasi Tumor tulang Benigna........................................................10
2.8.Asuhan Keperawatan Tumor tulang Benigna.........................................10
2.8.1. Pengkajian...............................................................................10
2.8.2. Diagnosis.................................................................................14
2.8.3. Intervensi Keperawatan...........................................................14
2.9.Definisi Tumor tulang Maligna..............................................................19
2.10. Klasifikasi Tumor tulang Maligna.................................................20
2.11. Etiologi Tumor tulang Maligna......................................................24
2.12. Patofisiologi Tumor tulang Maligna..............................................25
2.13. Manifestasi Klinis Tumor tulang Maligna.....................................29
2.14. Penatalaksanaan Tumor tulang Maligna........................................30
2.15. Komplikasi Tumor tulang Maligna................................................31
2.16. Asuhan Keperawatan Tumor tulang Maligna................................31
2.16.1. Pengkajian...............................................................................31
2.16.2. Diagnosis.................................................................................36
2.16.3. Intervensi Keperawatan...........................................................37
2.16.4. Evidance Based.......................................................................48

Bab III Penutup......................................................................................................50

Daftar Pustaka........................................................................................................52
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuloskeletal yang
bersifat neoplastik. Tumor dala arti sempit benjolan, sedangkan setiap
pertumbuhan yang baru dan abnormal disebut neoplasma. Tumor dapat
bersifat jinak dan ganas. Tumor jinak tulang primer yang paling sering
ditemukan adalah osteoma (39,3%), osteokondroma (32,5%), kondroma
(9,8%), dan sisanya adalah tumor tulang jinak yang lain. Tumor tulang
benigna/jinak biasanya tumbuh secara lambat, memiliki batas jelas, memiliki
selubung. Tumor tulang jinak menimbulkan sedikit gejala dan tidak
menyebabkan kematian. Neoplasma primer benigna sistem muskuloskeletal
meliputi, osteoma, osteokondroma, osteoblastoma (giant cell tumor),
enkondroma, fibroma, dan lain sebagainya. Tumor benigna tulang dan
jaringan lunak lebih sering daripada tumor maligna/ganas (Smeltzer, 2011)
Osteosarkoma adalah tumor ganas tulang primer yang berasal dari sel
mesenkimal primitif yang memproduksi tulang dan matriks osteoid.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas tulang primer non hemopoetik yang
paling sering ditemukan. Insiden osteosarkoma pada semua populasi menurut
WHO sekitar 4-5 per 1.000.000 penduduk. Perkiraan insiden osteosarkoma
meningkat menjadi 8-11 per 1.000.000 penduduk per tahun pada usia 15-19
tahun. Osteosarkoma konvensional lebih sering terjadi pada pria daripada
wanita dengan perbandingan 3:2. Hal ini bisa disebabkan masa pertumbuhan
tulang pada pria lebih lama daripada wanita. Tumor ini paling sering diderita
oleh anak-anak usia dekade ke-2 kehidupan, lebih dari 60% pada pasien
kurang dari 25 tahun. Insiden osteosarkoma dapat meningkat kembali pada
usia di atas 60 tahun, sehingga penyakit ini disebut juga memiliki distribusi
yang bersifat bimodal. Predileksi tersering pada: daerah lutut yaitu distal
femur, proksimal tibia, proksimal humerus, osteosarkoma muncul terutama
pada daerah metafisis tulang panjang dengan rasio pertumbuhan yang cepat
meskipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada semua tulang.
(Kemenkes RI, 2019)

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari Tumor tulang Benigna & Maligna?
2. Bagaimana klasifikasi dari Tumor tulang Benigna & Maligna?
3. Bagaimana etiologi dari Tumor tulang Benigna & Maligna?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit Tumor tulang Benigna & Maligna?
5. Bagaimana manifestasi klinis penyakit Tumor tulang Benigna & Maligna?
6. Bagaimana penatalaksanaan Tumor tulang Benigna & Maligna?
7. Bagaimana komplikasi penyakit Tumor tulang Benigna & Maligna?
8. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit Tumor tulang Benigna &
Maligna?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengidentifikasi definisi dari Tumor tulang Benigna & Maligna;
2. Mengidentifikasi klasifikasi Tumor tulang Benigna & Maligna;
3. Mengidentifikasi etiologi dari Tumor tulang Benigna & Maligna;
4. Mengidentifikasi patofisiologi penyakit Tumor tulang Benigna & Maligna;
5. Mengidentifikasi manifestasi klinis penyakit Tumor tulang Benigna &
Maligna;
6. Mengidentifikasi penatalaksanaan penyakit Tumor tulang Benigna &
Maligna;
7. Mengidentifikasi komplikasi dari Tumor tulang Benigna & Maligna;
8. Mengidentifikasi asuhan keperawatan penyakit Tumor tulang Benigna &
Maligna.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tumor Tulang Benigna (Jinak)


Tumor tulang benigna/jinak biasanya tumbuh secara lambat, memiliki
batas jelasmemiliki selubung. Tumor tulang jinak menimbulkan sedikit gejala
dan tidak menyebabkan kematian. Neoplasma primer benigna system
musculoskeletal meliputi, osteoma, osteokondroma, osteoklastoma (giant cell
tumor), enkondroma, fibroma, dan lain sebagainya. Tumor benigna tulang dan
jaringan lunak lebih sering daripada tumor maligna/ganas (Smeltzer, 2011)
2.2 Klasifikasi Tumor Tulang Jinak
1. Osteochondroma
Osteochondroma adalah tumor tulang jinak primer yang paling
umum. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan berlebihan dari tulang rawan
dan tulang di dekat ujung tulang di lempeng pertumbuhan. Ini lebih sering
ditemukan pada tulang panjang kaki, panggul, atau tulang belikat.
Manifestasi klinis termasuk massa yang tidak nyeri, keras, dan
tidak bergerak, tinggi badan di bawah normal sesuai usia yang dimiliki,
satu kaki atau lengan lebih panjang dari yang lain, dan tekanan atau iritasi
pada saat olahraga.
Tidak ada pengobatan yang diperlukan untuk osteochondroma
asimtomatik. Jika tumor tidak menyebabkan nyeri atau gejala neurologis
karena kompresi, biasanya dilakukan reseksi bedah. Pasien harus
menjalani pemeriksaan skrining rutin untuk deteksi dini transformasi
maligna (Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014).
2. Osteoclastoma (giant cell tumor)
Tumor sel raksasa yang mewakili 5% dari semua tumor tulang
primer, adalah lesi yang tidak pasti asalnya yang muncul pada tulang
dewasa, paling sering terdapat di femur distal, tibia, tibia proksimal,
humerus proksimal dan radius distal. Pasien biasanya adalah orang dewasa
muda yang mengeluhkan nyeri di ujung tulang panjang, terkadang ada
sedikit bengkak (Solomon, Warwick, & Nayagam, 2012).
3. Enchondroma
Enchondroma merupakan tumor tulang yang sering pada kartilago
hialin yang tumbuh di tangan, rusuk, femur, tibia, humerus atau
pelvis.tumor ini biasanya asimtomatik, tetapi bisa membesar dan menjadi
nyeri. Enchondroma biasanya ditemmukan secara kebetulan pada x-ray
atau setelah fraktur patologis (Solomon, Warwick, & Nayagam, 2012)
2.3 Etiologi
Tumor tulang sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa
penyebabnya. Peniliti tengah meneliti beberapa factor yang dapat
meningkatkan insidensi terjadinya tumor ini. Salah satu factor tersebut adalah
adanya mutasi kromosom RB-1 dan p53. Selain itu penyebabnya bisa krena
adanya trauma atau infeksi yang berulang misalnya Bone infract, paget
disease. Factor lingkungan berupa paparan radiasi/raadioterapi dosis tinggi
juga merupakan factor predisposisi terjadinya tumor tulang ini (Cancer
Research UK, 2014).
2.4 Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik, karena adanya sel
tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi
terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif. Kelainan gen, faktor
lingkungan, trauma dan infeksi dapat menimbulkan tumbuh atau
berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benigna (jinak) atau
maligna (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak
pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak aringan sehat
sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus
yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat), oleh karena bersimpai
maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi
(Smeltzer & Bare, 2002)
Pathway
Faktor Risiko
(Genetik, Radiasi, Trauma/Infeksi

Sel tumor tumbuh dan berkembang

Tumor Tulang

Sel tumor menginvasi jaringan lunak

Reaksi dari tulang

Respon Osteolitik Respon Osteoblastik

Penimbunan periosteum baru dekat tempat lesi terjadi


Terjadi destruksi tulang

Pertumbuhan tulang abortif


Terjadi destruksi tulang
Adanya massa pada tulang
Spasme otot, Rongga sendi sempit, kerapuhan tulang
Edema menekan jaringan disekitarnya
Massa membesar
Menekan syaraf
Komplikasi : Risiko
Kemampuan gerak Gangguan Citra tubuh
Fraktur patologis
Nyeri Akut
Risiko Cedera Hambatan Mobilitas Fisik

8
2.5 Manifestasi Klinis
 Asimtomatik atau nyeri (ringan, kadang-kadang sampai konstan, berat)
 Pembengkakan di dalam atau sekitar tulang serta pergerakan terbatas
 Teraba massa pada tulang
2.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
 Terapi
Terapi pada tumor jinak tulang baik tumor jaringan lunak maupun
tulang ditentukan oleh ukuran tumor, sifat biologis tumor, kerusakan
pada tulang yang terjadi, gangguan pada struktur disekitarnya dan
keluhan nyeri yang diderita pasien. Umumnya tumor jinak yang
ukurannya kurang dari 3 cm dan tidak aktif cukup dilakukan observasi
saja, begitu juga pada tumor tulang yang tidak aktif (Enneking stage1)
yang kadangkala ditemukan secara kebetulan pada pencitraan foto
sinar-X untuk kegunaan lain seperti osteochondroma, bone cyst,
fibrous dysplasia. Pada tumor jinak yang aktif, tumbuh membesar,
menimbulkan kerusakan tulang sehingga berpotensi menimbulkan
fraktur patologis, menekan jaringan sekitarnya sehingga menimbulkan
gangguan sesuai dengan jaringan yang terganggu serta menimbulkan
nyeri yang mengganggu pada penderita, maka dianjurkan untuk
diambil melalui proses pembedahan.
 Pembedahan
Limb salvage surgery (LSS) merupakan suatu prosedur pembedahan
yang dilakukan untuk menghilangkan tumor, pada ekstremitas dengan
tujuan untuk menyelamatkan ekstremitas. Prosedur LSS merupakan
tindakan yang terdiri dari pengangkatan tumor tulang atau jaringan
lunak secara en-bloc dan rekonstruksi defek tulang atau sendi dengan
megaprostesis (endoprostesis), biological reconstruction (massive
bone graft baik auto maupun allograft) atau kombinasi megaprostesis
dan bone graft.
2. Penatalaksanaan Non Medis

9
 Manajemen nyeri dengan mengajarkan teknik relaksasi untuk
menurun rasa nyeri
 Mengontrol asupan makan klien dengan cara menentukan jumlah
nutrisi , jenis dan cara pemberian nutrisi sesuai dengan kebutuhan
 Terapi latihan fisik: Mobilitas sendi, pengaturan posisi
 Membantu klien perawatan diri: berpindah tempat
2.7 Komplikasi
1. Malignan Tranformation
2. Fraktur Patologik
3. Ansietas, ketakutan, dan stress keluarga mengenai tumor (terutama pada
anak-anak) (Smeltzer, 2011).
2.8 Asuhan Keperawatan
2.8.1 Pengkajian

a) Data Dasar, meliputi:


● Identitas pasien (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi).
● Identitas penanggung (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
alamat, dan hubungan dengan pasien).
b) Riwayat Kesehatan, meliputi:
Data yang penting didapatkan dalam eksplorasi riwayat penyakit
adalah (Mahyudin, A, 2017):
 Umur pasien, Pada bayi dan anak bisa terlihat lesi jinak
dimana terlihat pertumbuhan lokal, kecacatan, pertumbuhan
berlebihan pada ekstremitas atau penurunan fungsi (lipoma,
hemangioma, neurofi broma, hamartoma). Sarkoma jaringan
lunak pada anak sangat jarang dan bila ada, sangat mungkin
adalah rabdomiosarkoma. Pada dewasa rabdomiosarkoma
sangat jarang pada ekstremitas. Sarkoma jaringan lunak lebih
sering terjadi pada dewasa mulai dekade ke-4.
 Lamanya lesi, Pola pertumbuhan sangat penting. Massa yang
telah ada selama beberapa tahun dan tumbuh lambat
umumnya jinak. Pertumbuhan yang cepat menunjukan massa
kemungkian ganas atau infeksi. Kecepatan tumbuh tumor
merupakan hal penting yang harus dievaluasi.
 Nyeri, Penekanan jaringan sekitar oleh tumor jaringan lunak
sering menimbulkan nyeri, tetapi tumor sendiri jarang
menimbulkan nyeri bagi pasien. Perkecualian pada peripheral
nerve sheath tumors dan sarkoma jaringan lunak tumbuh
cepat yang bisa menimbulkan penekanan pada struktur
sekitarnya dan terjadi kompresi intrakompartemen. Infeksi
juga bisa menimbulkan nyeri.
 Riwayat trauma. Trauma kronik yang berulang pada jaringan
lunak bisa menimbulkan fi brosis reaktif, atau miosistis osifi
kan. Bila massa menetap setelah trauma, pemeriksaan
lengkap harus dilakukan untuk menentukan apakah massa
berhubungan dengan trauma (hematoma atau seroma yang
persisten) atau tumor jaringan lunak. Ditanyakan juga tentang
trauma tembus, infeksi yang bisa menimbulkan reaksi
terhadap benda asing yang masuk ke dalamtubuh, dan
menimbulkan massa kalsifi kasi pada jaringan lunak.
 Riwayat keluarga dengan massa jaringan lunak. Hal ini
terutama diamati pada neurofi bromatosis. Pada beberapa
kasus sindroma kanker keluarga (seperti Li-Fraumeni
syndrome yang dikaitkan dengan mutasi p53 allele), angota
keluarga mempunyai resiko tinggi menderita sarkoma
jaringan lunak atau bentuk lain kanker.

c) Pemeriksaan Fisik:
 Inspeksi. Massa jaringan lunak jarang terlihat sebagai
benjolan kecuali bila timbul pada daerah dimana massa
ototnya tidak besar atau tumor superfi sial. Bila tumor di
daerah yang massa ototnya besar seperti daerah paha atau
pada daerah yang berrongga seperti pelvis maka tumor baru
terlihat bila ukurannya sudah besar. Kulit di atas tumor
lebih sering terlihat normal.
 Palpasi.
 Letak tumor. Apakah superfi sial atau profunda (di
bawah fasia / pembungkus otot) sangat penting
ditentukan dalam pemeriksan fisik. Lesi yang terletak
superfi sial kemungkinan besar jinak sedangkan lesi
yang terletak di bawah fasia (profunda) sangat
mungkin ganas. Massa yang terletak di bawah fasia
bergerak bersamaan dengan gerakan otot.
 Ukuran. Ukuran tumor bisa memberikan data tentang
kemungkinan tumor jinak atau ganas. Tumor dengan
ukuran kurang dari 5 cm dan terletak superfi sial
kemungkinan besar merupakan tumor jinak, sebaliknya
setiap tumor yang letaknya di bawah fasia harus
dicurigai sebagai tumor ganas apalagi dengan diameter
lebih dari 5 cm.
 Konsistensi tumor. Konsistensi tumor bisa bervariasi
dari kistik, lunak, dan padat. Konsistensi tumor kistik
dan lunak lebih banyak dikaitkan dengan tumor jinak
sedangkan konsistensi padat sering dikaitkan dengan
tumor ganas.
 Batas tumor. Umumnya tumor superfi sial dengan
pemeriksaan palpasi bisa ditentukan batas atau tepi
tumor. Tumor jinak biasanya berbatas tegas karena
memiliki kapsul sedangkan tumor ganas atau infeksi
batasnya sulit ditentukan. Sedangkan pada tumor
profunda, karena letaknya yang dalam, sulit untuk
ditentukan batasnya.
 Nyeri. Umumnya tumor jaringan lunak tidak nyeri
atau nyeri minimal bila dilakukan manipulasi. Nyeri
lebih sering terjadi akibat tumor menekan organ lain
seperti syaraf.
 Perlekatan. Merupakan informasi yang penting untuk
mengetahui infi ltrasi lokal tumor ke jaringan
sekitarnya. Tumor yang melekat ke jaringan di
bawahnya sebaiknya dicurigai sebagai tumor ganas.
 Suhu kulit. Suhu kulit di atas tumor jaringan lunak
umumnya sama dengan suhu kulit dibagian tubuh
lainnya. Bila pada perabaan suhu lebih hangat dari
jaringan sekitarnya patut dicurigai sebagai tumor
jaringan lunak yang ganas dengan infeksi sebagai
diagnosis differensial.
 Permukaan tumor. Umumnya tumor jaringan lunak
permukaan rata, tidak berdungkul-dungkul.

d) Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
 Tes darah seringkali diperlukan untuk menyingkirkan
kondisi lain, mis. Infeksi atau kelainan tulang metabolik
2. Pemeriksaan diagnostic
 X-Rays : Pemeriksaan ini dapat memberi informasi
tentang asal tumor apakah berasal dari jaringan lunak atau
tulang dan juga informasi kerusakan tulang akibat
penekanan tumor jaringan lunak. Pemeriksaan ini adalah
pemeriksaan paling umum dan mudah. Pemeriksaan ini
biasanya untuk penampakannya yang patognomonik dan
masih perlu melakukaan pemeriksaan lebih lanjut.
 CT Scan : memperluas jangkauan diagnosis x-ray. Ini
menunjukkan ekstensi tumor intraoseus dan ekstraosseus
secara lebih akurat dan hubungannya dengan struktur
sekitarnya.
 MRI : memberikan informasi lebih lanjut. Nilai
terbesarnya adalah dalam penilaian penyebaran tumor di
dalam tulan, ke dalam sendi yang didekatnya, dan ke
dalam jaringan lunak. Pembuluh darah dan hubungan
tumor ke ruang perivaskular didefinisikan dengan baik.
MRI juga berguna untuk menilai tumor jaringan lunak dan
lesi tulang rawan
 Ultrasonografi. Digunakan sebagai pemeriksaan penyaring
pada tumor jaringan lunak, digunakan untuk membedakan
apakah tumor jinak atau ganas, terutama pada tumor yang
kecil dan superfi sial
 PET scan. Merupakan pemeriksaan yang relatif baru saat
ini menggunakan bahan radiofarmaka 18[F]-2-fl uoro2-
deoxy- D-glucose (18F-FDG). FDG bila diinjeksikan ke
dalam tubuh akan terperangkap di dalam sel tumor,
sehingga pemeriksaan ini sangat berguna untuk deteksi
dini keberadaan tumor jaringan lunak
3. Biopsi
Ini adalah metode yang paling pasti untuk mendeteksi tumor
tulang. Biopsi dari tulang dapat diambil oleh dua metode
yaitu inti biopsy jarum atau biopsy terbuka. Biopsi digunakan
untuk mengidentifikasi histologi; penetapan stadium
berdasarkan ukuran tumor, derajat, lokasi tumor (Solomon,
Warwick, & Nayagam, 2012)
2.8.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d massa pada tulang yang menekan syaraf
2. Hambatan mobilitas fisik b.d massa membesar dan kerapuhan
tulang
3. Gangguan citra tubuh b.d terlihat benjolan massa yang membesar
4. Risiko cedera b.d risiko fraktur patologis
2.8.3 Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA OUTCOME IINTERVENSI

Nyeri akut b.d massa pada Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


tulang yang menekan syaraf perawatan selama ...x24
Observasi:
jam hasil yang diharapkan
Domain 12. Kelas 1. Kode
dengan kriteria hasil:  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Diagnosis 00132
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Kontrol Nyeri:
Definisi:  Identifikasi skala nyeri
 Melaporkan nyeri  Identifikasi respons non verbal
Pengalaman sensori dan
terkontrol
emosional tidak Terapeutik:
 Mengenali nyeri kapan
menyenangkan berkaitan
terjadi  Berikan teknik nonfarmakologis untuk
dengan kerusakan jaringan
 Menggunakan mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
aktual atau potensial, yang
tindakan pencegahan hipnosis, akupresure, terapi musik,
digambarkan sebagai
 Mengenali apa yang biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
kerusakan, awitan yang tiba-
terkait dengan gejala teknik imajinasi terbimbing,kompres
tiba atau lambat dengan
nyeri hangat/dingin)
intensitas ringan hingga berat,
dengan berakhirnya dapat  Kontrol lingkungan yang memperberat
 Kemampuan
diantisipasi atau diprediksi, rasa nyeri
menggunakan teknik
dan dengan durasi kurang dari  Fasilitasi istirahat
non farmakologis
3 bulan.  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Batasan Karakteristik:
Edukasi:
 Perilaku ekspresif
 Ekspresi wajah nyeri  Jelaskan penyebab, periode , dan pemicu
 Sikap melindungi area nyeri
nyeri  Jelaskan strategi meredakan nyeri
Faktor yang berhubungan:  Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
Agens cedera biologis mengurasi rasa nyeri

Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

Hambatan mobilitas fisik


Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi:
b.d massa membesar dan
perawatan selama ...x24
kerapuhan tulang Obervasi:
jam hasil yang diharapkan
Domain 4. Kelas 2. Kode dengan kriteria hasil:  identifikasi adanya nyeri atau keluhan
diagnosis 00085 fisik lainnya
Mobilitas Fisik:
 identifikasi toleransi fisik untuk
Definisi:
 Pergerakan ekstremitas melakukan pergerakan
Keterbatasan dalam gerakan cukup meningkat
Terapeutik:
fisik atau satu atau lebih  Kekuatan otot cukup
ekstremitas secara mandiri meningkat  Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
dan terarah
bantu
 Gerakan terbatas
Batasan Karakteristik:  fasilitas melakukan pergerakan
menurun
 libatkan keluarga untuk membantu pasien
 Gangguan sikap dalam meningkatkan pergerakan
berjalan
 Penurunan rentang Edukasi:

gerak
 jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
 Kesulitan membolak
 ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
balik posisi
dilakukan
Faktor yang berhubungan :
Kolaborasi:
Nyeri, penurunan kekuatan
 Konsultasikan pada ahli terapi fisik
otot

Dukungan Ambulasi:
Kondisi terkait:
Observasi:
Gangguan Muskuloskeletal  identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya
 identifikasi toleransi fisik melakukan
ambulasi
 monitor kondisi umum selama
melakukan ambulasi
Terapeutik:
 fasilitasi ambulasi dengan alat bantu
(mis. tongkat, kruk)
 fasilitasi mobilisasi fisik, jika perlu
 libatkan keluarga untuk membantu
pasien meningkatkan ambulasi
Edukasi:
 jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
 anjurkan melakukan ambu;lasi dini
 ajarkan ambulasi sederhana

Kolaborasi:

 Konsultasikan pada ahli terapi fisik

Gangguan citra tubuh b.d


Setelah dilakukan Peningkatan Citra Tubuh:
terlihat benjolan massa
perawatan selama ...x24
yang membesar Observasi:
jam hasil yang diharapkan
(Domain 6. Kelas 3. Kode
dengan kriteria hasil:  Monitor pernyataan yang
Diagnosis 00118)
Definisi: mengidentifikasi citra tubuh mengenai
Citra Tubuh:
Konfusi dalam gambaran fungsi tubuh

mental tentang diri fisik  Penyesuaian  Monitor apakah pasien bisa melihat

individu terhadap perubahan bagian tubuh mana yang berubah

Batasan Karakteristik: tampilan fisik


Terapeutik:
 Perubahan  Penyesuaian

struktur tubuh terhadap perubahan  Bantu pasien untuk mendiskusikan


 Perubahan fungsi status kesehatan perubahan-perubahan (bagian tubuh)
tubuh
 Perubahan pandangan  Penyesuaian disebabkan adanya penyakit atau
tentang penampilan terhadap perubahan pembedahan dengan cara yang tepat
tubuh seseorang fungsi tubuh  Diskusikan persepsi pasien dan
Kondisi Terkait: keluarga tentang perubahan cirta tubuh
 Adanya kepuasan
 Penyakit
dengan fungsi Edukasi:
tubuh
 Anjurkan mengungkapkan gambaran
diri terhadap citra tubuh

Kolaborasi:

 Berkolaborasi dengan keluarga


tentang perawatan perubahan citra
tubuh

Risiko cedera b.d risiko Setelah dilakukan Pencegahan Cedera:


fraktur patologis perawatan selama ...x24
Observasi:
jam hasil yang diharapkan
(Domain 11. Kelas 2. Kode
dengan kriteria hasil:  Identifikasi lingkungan yang
Diagnosis 00035)
berpotensi menyebabkan cedera
Tingkat Cidera:
Definisi:
Terapeutik:
 Tidak adanya
Rentan mengalami cedera
fraktur  Diskusikan mengenai latihan dan
fisik akibat kondisi
 Tidak adanya terapi fisik yang diperlukan
lingkungan yang berinteraksi
gangguan mobilitas  Diskusikan terkait alat bantu mobilitas
dengan sumber adaptif dan
fisik yang sesuai (mis. tongkat atau alat
sumber defensif individu,
bantu jalan)
yang dapat mengganggu  Tidak adanya
kesehatan ekspresi wajah Edukasi:
kesakitan
Batasan karatkteristik:
 Jelaskan alasan intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan keluarga
 Hambatan fisik
 Pajanan pada patogen
 Gangguan psikomotor  Anjurkan berganti posisi secara
perlahan dan duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri

Kolaborasi:

 Berkolaborasi dengan tim kesehatan


lainnya untuk meminimalkan risiko
cedera

2.9 Definisi Tumor Tulang Maligna (Ganas)


Tumor muskuloskeletal maligna primer relatif jarang dan tumbuh dari sel
jaringan ikat dan penyokong (sarkoma) atau dari elemen sumsum tulang
(mieloma). Tumor muskuloskeletal primer maligna meliputi osteosarkoma,
kondrosarkoma, sarkoma ewing, dan fibrosarkoma. Sarkoma jaringan lunak
meliputi liposarkoma, fibrosarkoma jaringan lunak, dan rabdomiosarkoma.
Tumor tulang biasanya bermetastasis ke tulang. Sarkoma osteogenik
(osteosarkoma) merupakan tumor tulang primer maligna yang paling sering
dan paling fatal. Ditandai metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini
menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke
paru ketika pasien pertama kali berobat. Sarkoma osteogenik tampak lebih
sering pada pria pada kelompok umur 10 sampai 25 tahun (pada tulang yang
sedang tumbuh cepat) dan pada kelompok lebih tua yang menderita penyakit
Paget atau akibat pajanan radiasi. bermanifestasi sebagai nyeri,
pembengkakan, keterbatasan gerak, dan kehilangan berat badan (dianggap
sebagai temuan yang mengerikan). Masa tulang dapat teraba, nyeri tekan dan
tak bisa digerakkan, dengan peningkatan suhu kulit di atas massa dan
ketegangan vena, Lesi primer dapat mengenai; Namun tempat yang paling
sering adalah distal femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus.
Tumor maligna kartilago hialin dinamakan kondrosarkoma dan merupakan
tumor tulang maligna primer kedua tersering. Tumor ini merupakan tumor
besar, tumbuh lambat yang mengenai orang dewasa (pria lebih sering dari
wanita). Tempat tumor tersering adalah pelvis, rusuk, femur, humerus,
vertebra, skapula, dan tibia, Metastasis ke tulang jarang, hanya terjadi kurang
dari separo pasien. Bila tumor ini berdiferensiasi baik, eksisi blok luas atau
amputasi ekstremitas yang terkena dapat menyebabkan peningkatan angka
ketahanan hidup. Tumor ini dapat kambuh (LeMone, Burke, & Bauldoff,
2016)
2.10 Klasifikasi
Tumor tulang maligna terbagi menjadi dua, yaitu: tumor tulang maligna
primer dan sekunder.
Tumor tulang maligna primer:

1. Osteosarcoma

(a) (b) (c) (d)


Osteosarcoma. (a) Situs metafisis; peningkatan kepadatan, erosi kortikal dan
reaksi periosteal merupakan karakteristik. (b) Spikula sinar matahari dan
segitiga Codman; (c) pasien yang sama setelah radioterapi. (d) Tumor yang
didominasi osteolitik (Solomon, Warwick, & Nayagam, 2012).

Sarkoma osteogenik (osteosarkoma) merupakan tumor tulang primer maligna


yang paling sering dan paling fatal. Ditandai metastasis hematogen awal ke paru.
Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah
menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat. Sarkoma osteogenik
tampak lebih sering pada pria pada kelompok umur 10 sampai 25 tahun (pada
tulang yang sedang tumbuh cepat) dan pada kelompok lebih tua yang menderita
penyakit Paget atau akibat pajanan radiasi.
2. Chondrosarcoma
(a) (b) (d)

(c)
Kondrosaroma sentral (a) Foto rontgen khas kondrosarkoma sentral
femur.
(b) Dalam hal ini pasien disajikan dengan fraktur patologis humerus.
Sinar-X menunjukkan penghalusan tulang dengan bintik-bintik sentral
klasifikasi. Di lokasi fraktur, lesi meluas ke jaringan lunak. (c) Reseksi
radikal dilakukan. Pucat berkilau jaringan tulang rawan ditemukan di
rongga meduler dan, di beberapa tempat, menyebar ke luar korteks.
Sebagian besar tulang ditempati oleh jaringan hemoragik. (d) Bagian
histologis menunjukkan lobulus sel tulang rawan yang sangat atipikal,
termasuk sel binukleat.
Chondrosarcoma adalah salah satu tumor ganas yang paling umum
yang berasal dari tulang. Insiden tertinggi adalah dalam dekade keempat
dan kelima dan laki-laki terpengaruh lebih sering daripada wanita
(Solomon, Warwick, & Nayagam, 2012)
3. Ewing’s sarcoma
Sarkoma Ewing diyakini muncul dari endotel sel di sumsum tulang. Ini
paling sering terjadi antara usia 10 dan 20 tahun, biasanya di tulang
tubular dan terutama di tibia, fibula atau tulang selangka.
Pasien datang dengan rasa sakit - sering berdenyut dalam karakter - dan
bengkak. Penyakit umum dan demam, disertai dengan pembengkakan
yang hangat dan lembut. LED yang meningkat, mungkin menunjukkan
diagnosis osteomyelitis (Solomon, Warwick, & Nayagam, 2012).
4. Fibrosarcoma

(a) (b)
Fibrosarcoma (a) Area tulang kehancuran di femoralis kondilus tidak
ada hal khusus yang membedakan. (b) Hasil biopsi menunjukkan
fibroblastik yang sangat atipikal jaringan.

Fibrosarcoma jarang ditemukan pada tulang; itu lebih mungkin


untuk muncul di jaringan yang sebelumnya abnormal (infark tulang,
berserat displasia atau setelah iradiasi). Pasien - biasanya dewasa -
keluhan nyeri atau bengkak; mungkin ada fraktur patologis.
Formasi sel tumor berbentuk spindle dengan ikatan silang pada bundelan
serat kolagen, tidak adanya tipe lain pada pemeriksaan histopatologis,
femur, tibia. Usia bervariasi 5-50 tahun (Solomon, Warwick, &
Nayagam, 2012).
5. Multiple Myeloma

Tumor ganas yang paling sering ditemukan akibat proliferasi dari


sel-sel plasma. Tumor ini sangat jarang terlihat pada orang-orang yang
berusia dibawah 40 tahun. (Prince, 2006). Gejala yang paling sering
timbul adalah nyeri tulang, dan lokasi nyeri seringkali pada tulang iga
dan tulang belakang. Dapat teraba lesi tulang terutama pada tulang
tengkorak dan klavikula. Lesi-lesi tulang punggung menyebabkan
vertebra kolaps dan kadang kadang menjepit syaraf spinal. Pengobatanya
memerlukan berbagai usaha sebab multiple mieloma menyerang banyak
organ. Harapan untuk dapat hidup dalam waktu yang sama bergantung
pada stadium penyakit pada saat diagnosa ditegakkan (Prince, 2006).
Tumor tulang maligna sekunder, yaitu dari metastase tumor (tumor
payudara, bronkus, prostat, dan ginjal). Di tulang juga sering muncul
penyebaran dari kanker lain. Pada satu dari antara empat penderita
kanker baru, terdapat metastasis tulang. Pada 10% penderita muncul
dengan
‘fraktur spontan’; bervariasi dari tungkai patah sampai fraktur kompresi
dari ruas tulang punggung. Patah tulang disebut ‘spontan karena patah
‘tanpa’ sebab atau oleh peristiwa kecil, tanpa kekerasan. beban dari berat
badan dan tegangan normal dari otot pun dapat membuat badan ruas
tulang punggung melemah karena kanker, roboh.
2.11 Etiologi
Penyebab pasti dari kanker tulang belum diketahui hingga saat ini.
Seringkali, suatu bagian dari tubuh tumbuh dengan sangat cepat sehingga
menyebabkan kelainan dalam proses perkembangan, yang akhirnya
berpotensi menjadi tumor. Selain itu, tumor tulang juga dapat dipicu oleh
beberapa hal, seperti:
a. Genetika atau faktor keturunan. (ada kelainan genetik yang disebut
sindrom Li-Fraumeni
b. Riwayat kanker sebelumnya
c. Cedera pada tulang.
d. Dampak dari pengobatan antikanker yang digunakan pada anak-anak.
e. Dampak dari pengobatan radiasi (overdosis).
f. Metastasis (kanker yang menyebar) ke tulang
g. Pernah menderita hernia umbilikalis
h. Menderita penyakit Paget, yaitu suatu kondisi dimana tulang menjadi
lemah

Berikut beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor resiko dari tumor
tulang.

1) Usia
Pada kasus tumor tulang memang sedikit berbeda dengan kasus
kanker pada organ lainnya, insidensi tumor tulang lebih sering di jumpai
pada remaja. Seperti osteosarkoma yang secara umum dijumpai pada
remaja dan dewasa muda. Sangat jarang dijumpai pada saat sebelum usia
remaja dan kelihatannya berhubungan dengan pertumbuhan tulang pada
saat remaja (Cancer Research UK, 2014)
2) Riwayat kanker sebelumnya
Riwayat kanker sebelumnya dapat menjadi faktor resiko yang pasti
terjadinya kanker tulang karena dikhawatirkan sudah terjadi metastase ke
tulang. Dan apabila ini didapati tumor tulang dengan riwayat kanker
maka disebut sebagai tumor tulang yang sekunder (National Cancer
Institute, 2008).
3) Riwayat pengobatan kanker
Terpapar radiasi dapat menyebabkan tumor pada tulang. Di
sebutkan bahwa apabila didapati riwayat radioterapi pada area tubuh
yang terdapat tulang, maka ini meningkatkan resiko untuk terjadinya
osteosarcoma pada area tersebut. Resiko ini kecil kemungkinan pada
kebanyakan orang, tetapi beresiko tinggi pada remaja yang terpapar
radioterapi dengan dosis tinggi. (Cancer Research UK, 2014).
4) Penyakit tulang lainnya
Paget’s disease di tulang meningkatkan resiko terjadinya
osteosarcoma, ini terjadi pada pasien dengan usia diatas 60 tahun.
Kondisi langka yang disebut Ollier’s disease (disebut juga
enchondromatosis) meningkatkan resiko berkembangnya
chondrosarcoma. Orang dengan Ollier’s disease mengalami tumor jinak
pada tulang nya, dan 3 dari 10 orang yang terkena Ollier’s disease akan
menjadi chondrosarcoma (Cancer Research UK, 2014).
5) Genetik
Sebuah sindrom yang disebut sebagai Li-Fraumeni syndrome yang
mana terjadi karena kesalahan gen yang turunkan dari orang tua,
meningkatkan resiko terjadinya beberapa kanker, termasuk kanker tulang
(Cancer Research UK, 2014).
2.12 Patofisiologi
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan
respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan
tulang). Respon osteolitik merupakan proses destruksi atau penghancuran
tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor
maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi
terjadi, sehingga
terjadi pertumbuhan tulang yang absortif. Beberapa tumor tulang sering
terjadi dan lainnya sangat jarang. Beberapa tidak menimbulkan masalah,
sementara lainnya ada yang segera mengancam jiwa.
Tumor tulang tidak diketahui, tetapi ada kaitan antara peningkatan
aktivitas tulang dan terjadinya tumor tulang primer, tumor tulang sering
terjadi ketika pertumbuhan tulang primer pada puncaknya pada remaja atau
terstimulasi berlebihan selama penyakit, seperti penyakit Pager.
Tumor tulang maligna menyerbu dan menghancurkan jaringan tulang yang
berdekatan dengan menghasilkan zat yang memicu resorpsi tulang atau
dengan menganggu suplai darah tulang. Tumor tulang benigna tidak seperti
maligna, memiliki pola pertumbuhan simetris dan terkendali. Karena mereka
tumbuh, mereka mendorong terhadap jaringan tulang yang berdekatan.
Kelemahan struktur tulang ini hingga menjadi tidak mampu menangani stres
pada penggunaan yang biasa, sering kali menyebabkan fraktur patologis
(LeMone, Burke, & Bauldoff, 2016)
Pathway

27
Destruksi / penghancuran Penatalaksanaa Pertumbuhan tulang Terlihat
tulang n medis abnormal benjolan

Kurang
Spasme otot, kekuatan tulang pengetahuan
serta kerapuhan tulang
Ansietas tentang penyakit Gangguan Citra Tubuh
dan program
terapeutik
Kemampuan gerak menurun Defisien Pengetahuan

Hambatan Mobilitas Fisik

Hipermetabolik Teraba massa pada ekstremitas


Resiko fraktur patologik yang tertekan

Sel normal memecah


protein dan cadangan Edema menekan
Resiko Cedera nutrisi pembuluh darah

BB menurun Menekan syaraf


Keletihan

Ketidakseimbangan nutrisi :
Kekurangan energi,
kurang dari kebutuhn tubuh
lemas Nyeri Kronis
2.13 Manifestasi Klinis
Pasien dengan tumor tulang datang dengan masalah yang berhubungan
dengan tumor tulang yang sangat bervariasi. dapat tanpa gejala atau dapat
juga nyeri (ringan dan kadang-kadang sampai konstan dan berat), kecacatan
yang bervariasi, dan pada suatu saat adanya pertumbuhan tulang yang jelas.
Kehilangan berat badan, malaise, dan demam dapat terjadi. Tumor kadang
baru terdiagnosis saat terjadinya patah tulang patologik.
Bila terjadi kompresi korda spinalis, dapat berkembang lambat atau cepat.
Defisit neurologik (mis. nyeri progresif, kelemahan, parestesia/kesemutan,
paraplegia/hilangnya kemampuan tubuh untuk menggerakkan anggota tubuh
bagian bawah, retensi urine) harus diidentifikasi awal dan ditangani dengan
laminektomi dekompresi untuk mencegah cedera korda spinalis permanen
(LeMone, Burke, & Bauldoff, 2016).

Tanda dan gejala utama dari tumor tulang maligna/kanker tulang ialah:
a. Nyeri (ringan dan kadang-kadang sampai konstan dan berat). Penderita
kanker tulang akan merasakan nyeri pada area tulang yang terkena.
awalnya, nyeri hanya terasa sesekali, namun akan menjadi semakin
sering seiring pertumbuhan kanker. Nyeri akan semakin terasa saat
bergerak, dan biasanya memburuk di malam hari.
b. Pembengkakan. pembengkakan dan peradangan muncul di area sekitar
tulang yang terkena kanker. apabila pembengkakan terjadi di tulang
dekat persendian, penderita akan sulit menggerakkan sendi.
c. Tulang rapuh. Kanker tulang menyebabkan tulang menjadi rapuh. Bila
semakin parah, cedera ringan saja dapat menyebabkan patah tulang.
Gejala lain yang dapat menyertai tiga tanda utama di atas ialah:
a. berat badan menurun tanpa sebab
b. berkeringat di malam hari
c. tubuh mudah lelah
d. demam
e. sensasi kebas atau mati rasa, bila kanker terjadi di tulang belakang dan
menekan saraf

29
f. sesak napas, bila kanker menyebar ke paru-paru.
2.14 Penatalaksaan
Sasaran penatalaksanaan adalah menghancurkan atau pengangkatan tumor,
Ini dapat dilakukan dengan eksisi bedah (berkisar dari eksisi lokal sampai
amputasi dan disartikulasi), radiasi bila tumor bersifat radiosensitif, dan
kemoterapi (preoperatif, pascaoperatif, dan anjuran untuk mencegah
mikromestastasis). Sasaran utama dapat dilakukan dengan eksisi luas dengan
teknik grafting restoratif, ketahanan dan kwalitas hidup merupakan
pertimbangan penting pada prosedur yang mengupayakan mempertahankan
ekstremitas yang sakit.
Pengangkatan tumor secara bedah sering memerlukan amputasi ekstremitas
yang sakit, dengan tinggi amputasi di atas tumor agar dapat mengontrol lokal
lesi primer. Prosedur mempertahankan ekstremitas hanya mengangkat tumor
dan jaringan di sekitarnya. Bagian yang direksi diganti dengan prostesa yang
telah diukur, artroplasti sendi total, atau jaringan tulang dari pasien sendiri
(autograft) atau dari donor kadaver (alograft). Jaringan lunak dan pembuluh
darah mungkin memerlukan grafting akibat luasnya eksisi. Komplikasi yang
mungkin timbul termasuk infeksi, pelonggaran atau dislokasi prostesis, non-
union alograft, fraktur, devitalisasi kulit dan jaringan lunak, fibrosis sendi,
dan kambuhan tumor. Fungsi dan rehabilitasi setelah pertahanan ekstremitas
bergantung pada kemampuan memperkecil komplikasi dan dorongan positif.
Karena adanya bahaya metastasis pada tumor maligna, maka kombinasi
kemoterapi dimulai sebelum dan dilanjutkan setelah pembedahan sebagai
usaha mengeradikasi lesi mikrometastasis. Harapannya adalah kombinasi
kemoterapi mempunyai efek yang lebih tinggi dengan tingkat toksitas yang
rendah sambil menurunkan kemungkinan resistensi terhadap obat. Terdapat
peningkatan angka bertahan hidup (60%) pada pengangkatan dan pemberian
kemoterapi (doksorubisin hidroklorida dan sisplatin atau metotreksat)
osteosarkoma yang masih terlokalisasi.
Sarkoma jaringan lunak diatas dengan radiasi, eksisi dengan
mempertahankan eksremitas, dan kemoterapi ajuvan.
Penanganan kanker tulang metastasis adalah paliatif, dan sasaran
terapeutiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan pasien
sebanyak mungkin. Terapi tambahan disesuaikan dengan metode yang
digunakan untuk menangani kanker asal. Fiksasi interna fraktur patologik
dapat mengurangi kecacatan dan nyeri yang timbul. Bila perlu, tulang besar
dengan lesi metastasis dapat diperkuat dengan fiksasi interna profilaksis.
Pembedahan dapat diindikasikan pada fraktur tulang panjang.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan salin normal intravena, diuretika, mobilisasi, dan obat-
obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonim, atau kortikosteroid (LeMone,
Burke, & Bauldoff, 2016).
2.15 Komplikasi
Komplikasi kanker tulang keras atau osteosarkoma pada stadium lanjut
dpat berupa metastase atau penyebaran ke paru atau organ lain. Akibatnya,
organ yang mendapat serangan metastase akan mengalami gangguan.
Berdasar data pengkajian, komplikasi potensial yang dapat timbul antara
lain.
 Penyembuhan luka lambat
 Defisiensi nutrisi
 Infeksi
2.16 Asuhan Keperawatan

2.16.1 Pengkajian
a) Data Dasar, meliputi:
 Identitas pasien (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi).
 Identitas penanggung (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
alamat, dan hubungan dengan pasien).
b) Riwayat Kesehatan, meliputi:
Data yang penting didapatkan dalam eksplorasi riwayat penyakit
adalah (Setiyawan, 2013):

 Umur. Insiden tumor tulang berhubungan erat dengan umur


pasien. Setiap dekade memiliki hubungan dengan jenis tumor
tertentu. Pada dekade pertama, tumor jinak yang bisa
ditemukan adalah simple bone cyst, eusinofi lik granuloma,
sedangkan tumor ganas yang paling sering adalah sarkoma
Ewing. Pada dekade kedua tumor jinak yang bisa didapatkan
misalnya adalah osteokondroma, osteoid osteoma, sedangkan
tumor ganas yang paling sering terjadi adalah osteosarkoma.
Dengan mengetahui umur dari pasien, bisa diketahui
kemungkinan jenis tumor yang timbul.
 Lamanya lesi. Tumor ganas ditandai dengan pertumbuhan
yang cepat dalam beberapa bulan. Bila terdapat benjolan atau
tumor yang tumbuh sangat cepat dalam 1 sampai 3 bulan,
maka harus dipikirkan kemungkinan infeksi.
 Nyeri. Lesi tanpa nyeri atau nyeri ringan umumnya
merupakan karakter dari tumor jinak kecuali jika terjadi
fraktur patologis. tumor ganas tulang sering didahului dengan
keluhan nyeri. Nyeri bisa bervariasi dalam hal onset, durasi
dan beratnya, tetapi secara umum nyeri lebih berat pada tumor
ganas tulang dibandingkan dengan tumor jinak tulang.
 Kondisi umum penderita. Pada tumor ganas kondisi
penderita lemah dan tampak sakit tergantung dari staging dari
tumor tersebut.

c) Pemeriksaan Fisik

 Inspeksi. Pada inspeksi tumor tulang bisa terlihat sebagai


benjolan. Umumnya benjolan terdapat pada daerah dekat
persendian dan sangat jarang di bagian tengah ekstremitas.
Pada tumor ganas tulang permukaan kulit bisa tampak
mengkilap karena pertumbuhan tumor yang cepat, ditambah
dengan pelebaran pembuluh darah balik (venektasi), dan bisa
tampak kemerahan.
 Palpasi. Pada pemeriksaan palpasi, beberapa hal yang perlu
diuraikan adalah:
 Letak tumor. Tumor tulang bisa timbul pada daerah epifi
sis, metafisis dan diafisis. Lokasi terbanyak terjadinya
tumor tulang adalah pada darah metafisis.
 Konsistensi tumor. Tumor tulang bisa teraba padat atau
keras. Pada tumor ganas tulang perabaan padat umumnya
terjadi akibat ekspansi tumor ke jaringan lunak yang
teraba. Perabaan keras umumnya terdapat pada
ostekondroma, dimana tumor timbul pada daerah metafi
sis dan menonjol pada satu sisi tulang sehingga dapat
dengan mudah diraba.
 Ukuran tumor. Tumor dengan ekspansi di dalam tulang
dan tumor yang telah ekspansi ke dalam jaringan lunak
sekitarnya, dinilai dengan cara mengukur diameter
ekstremitas yang terkena. Sedangkan tumor yang
menonjol pada bagian tertentu dari tulang yang dinilai
hanya bagian yang menonjol.
 Permukaan. Permukaan tumor tulang pada perabaan
umumnya rata kecuali pada osteokondroma bisa
berdungkul dungkul.
 Batas tumor. Batas tumor dinilai pada daerah transisi
antara tumor dengan jaringan yang sehat. Pada tumor
ganas tulang yang pada umumnya telah ekspansi ke
jaringan lunak. Tumor jinak yang menonjol keluar dari
salah satu bagian tulang seperti osteokondroma batasnya
bisa ditentukan.
 Nyeri. Pada tumor ganas tulang, biasanya tumor terasa
nyeri bila ditekan dengan derajat nyeri ringan sampai
berat. Nyeri juga bisa terjadi spontan akibat kerusakan
tulang.
 Suhu. Pada tumor ganas tulang perabaaan kulit di atas
tumor terasa hangat akibat dari meningkatnya
vaskularisasi tumor disertai dengan pelebaran pembuluh
darah di daerah kulit.
d) Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium memberikan data
yang penting dan bisa menggambarkan kondisi umum penderita.
Pemeriksaan laboratorium pada tumor ganas tulang bervariasi
sesuai dengan staging dari tumor. Anemia merupakan hasil yang
sering ditemukan pada tumor ganas. Pada osteosarkoma akan
didapatkan peningkatan alkali fosfatase dan laktat dehidrogenase
yang tinggi. Serum alkali fosfatase yang tinggi menggambarkan
peningkatan aktivitas osteoblas, sedangkan laktat dehidrogenase
menunjukan derajat kerusakan jaringan yang terjadi akibat dari
tumor. Pemeriksaan untuk menilai fungsi hepar dan ginjal
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan metastasis pada kedua
organ tersebut. Pada multipel mieloma bisa dilakukan
pemeriksaan serum elekroforesis dan protein bence jones. Dalam
mencari sumber tumor primer pada metastasis bisa dilakukan
pemeriksaan tumor marker seperti CEA dan PSA.
Diagnosis diferensial didasarkan pada riwayat, pemeriksaan
fisik, dan penunjang diagnostik seperti CT, pemindaian tulang,
myelogram, arterigrafi, MRI, biopsi, dan essai biokimia darah dan
urine. Fosfatase alkali biasanya meningkat pada sarkoma
osteogenik. Pada karsinoma metastasis dari prostat akan terjadi
peningkatan fosfatase asam serum. Hiperkalsemia terjadi pada
kanker tulang metastasis dari payudara, paru dan ginjal. Gejala
hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia,
mual, muntah, poliuria, disritmia jantung, kejang, dan koma.
Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi
Bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus
dilakukan dengan sangat hati-hati untuk mencegah terjadinya
penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksisi tumor.
Foto sinar-x dada dilakukan untuk menentukan adanya
metastasis paru. Pentahapan bedah tumor muskuloskeletal
didasarkan pada derajat tumor dan tempat (intrakompartemen atau
ekstrakompartemen) selain pada metastasisnya. Pentahapan
diperlukan untuk perencanaan penatalaksanaan.
Selain dari tanda dan gejala yang dikeluhkan dan didapat
melalui dari hasil pemeriksaan fisik, perlu juga dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk memastikan suatu
diagnosa/penyakit. pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
ialah:

a. Foto Rontgen. Pemeriksaan foto rontgen dilakukan untuk


mengetahui kerusakan tulang yang terjadi akibat kanker, serta
ada tidaknya pertumbuhan tulang yang baru. Pemeriksaan foto
Rontgen juga dapat memperlihatkan apakah gejalayang
dialami pasien disebabkan oleh kanker tulang atau kondisi
lain, seperti patah tulang.
b. Computerised tomography (CT) scan. CT Scan adalah
pemeriksaan sinar-X dengan bantuan komputer untuk
menghasilkan gambar bagian tubuh dalam bentuk tiga
dimensi. CT Scan biasanya dilakukan untuk melihat apakah
kanker telah menyebar ke organ lain.
c. Magnetic Resonance Imagin (MRI). MRI digunakanm untuk
melihat dengan lebih jelas ukuran kanker, dan tingkat
penyebarannya di dalam atau di area sekitar tulang.
d. Pemeriksaan Nuklir. Jika diperlukan, akan digabungkan
pemeriksaan sinar-X dengan penyuntikkan bahan radioaktif ke
dalam pembuluh darah. Bahan radioaktif akan diserap lebih
cepat oleh tulang yang terkena kanker, dan membantu melihat
area yang terkena secara lebih jelas.
e. Biopsi. Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan tulang
yang terkena kanker untuk diperiksa dengan mikroskop. Ini
merupakan metode paling akurat dalam mendiagnosis kanker
tulang. Selain dapat menentukan jenis kanker tulang, biopsi
juga dapat mendeteksi stadium dan penyebaran kanker. Biopsi
dapat dilakukan dengan operasi lubang kunci atau dengan
bedah terbuka.
Selama periode diagnostik, perawat harus menjelaskan uji
diagnostik yang akan dilakukan dan memberikan dukungan
psikologik dan emosional kepada pasien dan keluarganya. Dikaji
kemampuan mengatasi masalah dan didorong memanfaatkan
sistem pendukung.

Staging

a. Stadium I. Pada tahap ini, kanker masih di satu area tulang


b. Stadium II. Pada tahap ini, sel kanker sudah mulai membesar
c. Stadium III. Pada tahap ini, kanker sudah menyebar ke lebih
dari satu area pada tulang yang sama
d. Stadium IV. Pada tahap ini, kanker telah menyebar ke organ
lain di dalam tubuh, speerti paru-paru, hati, atau otak.

2.16.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri kronik b.d proses patologik, massa dan prosedur pembedahan


2. Keseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d
hipermetabolik, berat badan menurun drastic
3. Hambatan Mobilitas Fisik b.d kondisi patologik, kurang
kemampuan dalam bergerak
4. Gangguan Citra Tubuh b.d pembengkakan akibat tumor, prosedur
penanganan (bedah)
5. Risiko Cedera b.d fraktur patologik yang berhubungan dengan
tumor
6. Defisien Pengetahuan b.d ketidaktahuan atau kurang paham
terkait proses penyakit dan program terapeutik
7. Ansietas b.d penatalaksanaan medis, kurang pengetahuan
penanganan
8. Keletihan b.d peningkatan metabolik, penurunan berat badan,
kekurangan energy
2.16.3 Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA OUTCOME INTERVENSI

Nyeri kronik b.d proses Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


patologik, massa dan perawatan ...x24 jam,
prosedur pembedahan kriteria hasil yang Observasi:
(Domain 12 Kelas 1 Kode diharapkan ialah:  Identifikasi karakteristik, durasi,
Diagnosis 00133) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Kontrol Nyeri:  identifikasi skala nyeri
Definisi: Pengalaman sensorik  Klien mengenali  identifikasi reaksi nyeri non verbal
dan emosional tidak kapan nyeri  identifikasi pengaruh nyeri terhadap
menyenangkan dengan terjadi kualitas hidup
kerusakan jaringan aktual atau  Klien  monitor efek samping analgesik
potensial, atau digambarkan menggunakan  identifikasi faktor yang
sebagai suatu kerusakan tindakan memperberat dan memperingan
(International Association for pengurangan nyeri
the Study of Pain); awitan yang nyeri tanpa
tiba-tiba atau lambat dengan analgesik Terapeutik:
intensitas ringan hingga berat,  Pasien  Berikan teknik nonfarmakologis
terjadi konstan atau berulang menggunakan untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
yang berakhirnya tidak dapat analgesik yang TENS, hipnosis, akupresur, terapi
diantisipasi atau diprediksi. dan direkomendasikan musik, biofeedback, aromaterapi,
berlangsung lebih dari 3 bulan.  Klien melaporkan teknik imajinasi terbimbingng,
perubahan gejala kompres hangat/dingin)
Batasan Karakteristik: nyeri pada  fasilitasi istirahat dan tidur
 Hambatan kemampuan profesional  pertimbangkan jenis dan sumber
meneruskan aktivitas kesehatan nyeri dalam pemeilihan strategi
sebelumnya
meredakan nyeri
 Bukti nyeri dengan
menggunakan standar
Edukasi:
daftar periksa nyeri
 Jelaskan penyebab, periode, dan
 Ekspresi wajah nyeri
pemicu nyeri
 jelaskan strategi meredakan nyeri
 Keluhan tentang  anjurkan memonitor nyeri secara
intensitas nyeri mandiri
 Keluhan tentang  anjurkan menggunakan analgetik
karakteristik nyeri secara tepat
 ajarkan teknik nonfarmakologis
Kondisi Terkait: untuk mengurangi rasa nyeri
 Gangguan
muskuloskeletal kronis Kolaborasi
 Fraktur  kolaborasi pemberian analgetik,
 Infiltrasi tumor jika perlu
Keseimbangan Nutrisi: Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi:
Kurang dari Kebutuhan perawatan ...x24 jam,
Tubuh b.d hipermetabolik, kriteria hasil yang Observasi:
berat badan menurun drastis diharapkan ialah:  Identifikasi status nutrisi
(Domain 2 Kelas 1 Kode  identifikasi alergi dan intoleransi
Diagnosis 00002) Status Nutrisi: makanan
 Asupan gizi tidak  identifikasi kebutuhan kalori dan
Definisi: Asupan nutrisi tidak menyimpang jenis nutrien
cukup untuk memenuhi  asupan makanan  monitor asupan makanan
metabolik tidak  monitor berat badan
menyimpang  monitor hasil pemeriksaan
Batasan Karakteristik:  asupan cairan laboratorium
 Penurunan berat badan tidak
 berat badan 20% atau menyimpang Terapeutik:
lebih di bawah rentang  tingkat energi  Fasilitasi menentukan pedoman diet
berat badan ideal tidak (mis. piramida makanan)
 enggan makan menyimpang  berikan suplemen makanan, jika
perlu
Faktor berhubungan:
 asupan diet kurang Edukasi:
 faktor biologis  ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
 kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.

Hambatan Mobilitas Fisik b.d Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi:


kondisi patologik, kurang perawatan ...x24 jam,
kemampuan dalam bergerak kriteria hasil yang Observasi:
(Domain 4 Kelas 2 Kode diharapkan ialah:  Identifikasi adanya nyeri atau
Diagnosis 00085) keluhan fisik lainnya
Pergerakan:  Identifikasi intoleransi fisik
Definisi: Keterbatasan dalam  gerakan sendi melakukan pergerakan
gerakan fisik atau satu atau tidak terganggu  monitor kondisi umum selama
lebih ekstremitas secara mandiri  pasien mampu melakukan mobilisasi
dan terarah bergerak dengan
mudah Terapeutik:
Batasan Karakteristik:  kesimbangan  Fasilitasi aktivitas mobilisasi
 penurunan rentang gerak tidak terganggu dengan alat batu
 ketidaknyamanan  berjalan tidak  fasilitasi melakukan pergerakan
 gangguan sikap berjalan terganggu  libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
Faktor yang berhubungan: pergerakan
 Nyeri
 Fisik tidak bugar Edukasi:
 Jelaskan tujuan dan prosedur
Kondisi Terkait: mobilisasi
 kerusakan integritas  anjurkan melakukan mobilisasi dini
struktur tulang  ajarkan mobilisasi sederhana
 gangguan
muskuloskeletal Dukungan Ambulasi:
Observasi:
 identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
 identifikasi toleransi fisik
melakukan ambulasi
 monitor kondisi umum selama
melakukan ambulasi

Terapeutik:
 fasilitasi ambulasi dengan alat
bantu (mis. tongkat, kruk)
 fasilitasi mobilisasi fisik, jika perlu
 libatkan keluarga untuk membantu
pasien meningkatkan ambulasi

Edukasi:
 jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
 anjurkan melakukan ambu;lasi dini
 ajarkan ambulasi sederhana
Gangguan Citra Tubuh b.d
Setelah dilakukan Peningkatan Citra Tubuh (5220)
pembengkakan akibat
perawatan selama ...x24
tumor, prosedur penanganan Aktivitas-aktivitas :
jam hasil yang
(bedah)
diharapkan dengan Observasi
Domain 6. kelas 3. kode
kriteria hasil:
diagnosis 00118
- Identifikasi dampak dari budaya
Citra Tubuh pasien, agama, ras, jenis kelamin, dan usia
Definisi
terkait dengan citra diri
Konfusi dalam gambaran  Pasien dapat

mental tentang diri-fisik menyesuaikan antara - Monitor frekuensi dari pernyataan


individu realitas tubuh dan yang mengkritisi diri
ideal tubuh dengan
penampilan tubuh
Batasan karakteristik:  Pasien dapat - Monitor apakah pasien bisa melihat
 Tidak ada bagian tunuh mendeskripsikan bagian tubuh yang berubah
 perubahan fungsi tubuh bagian tubuh yang
- Monitor penyataan yang
 perubahan gaya hidup terkena dampak
mengidentifikasi citra tubuh mengenai
 trauma terhadap bagian
ukuran dan berat badan
tubuh yang tidak
berfungsi - Identifikasi kelompok pendukung
yang tersedia bagi pasien

Terapeutik

 Gunakan bimbingan antisipatif


menyiapkan pasien terkait demgan
perubahan-perubahan citra tubuh
yang telah diprediksikan
 Bantu pasien untuk mendiskusikan
perubahan-perubahan bagian tubuh
disebabkan adanya penyakit atau
pembedahan dengan tepat
 Tentukan apakah perubahan fisik
saat ini apakah berkontribusi pada
citra diri pasien
 Bantu pasien memisahkan
penampilan fisik dari perasaan
pribadi dengan cara yang tepat
 Bantu pasien untuk
mengidentifikasi bagian dari
tubuhnya yang memiliki persepsi
positif terkait dengan tubuhnya
 Bantu pasien untuk
mengidentifikasi tindakan-
tindakanyang akan meningkatkan
penampilan
 Bantu pasien untuk menurunkan
dampak dari adanya perubahan
bentuk melalui pakaian, rambut
palsu, atau kosmetik dengan cara
yang tepat)

Edukasi

 Ajarkan keluarga untuk melihat


pentingnya respon mereka
perubahan tubuh pasien dan
penyesuaian di masa depan dengan
cara yang tepat

Resiko Cedera b.d fraktur


Setelah dilakukan Identifikasi Risiko
patologik yang berhubungan
perawatan selama ...x24
dengan tumor Observasi
jam hasil yang
(Domain 11. kelas 2. kode
diharapkan dengan  Kaji ulang data yang didapatkan dari
diagnosis 00035)
kriteria hasil: pengkajian risiko secara rutin

Definisi  Identifikasi adanya sumber-sumber


Keparahan Cedera
Rentan mengalami cedera fisik agensi untuk membantu
Fisik
akibat kondisi lingkungan yang menurunkan factor risiko

berinteraksi dengan sumber  Tidak ada lecet pada  Identifikasi risiko biologis,

adaptif dan sumber defensif kulit lingkungan dan perilaku serta


hubungan timbal balik
individu, yang dapat  Tidak ada memar
menganggu kesehatan.  Indentifikasi sumber koping yang
 Fraktur ekstermitas
digunakan
membaik
Faktor risiko  Tidak ada gangguan Terapeutik
Kurang sumber nutrisi imobilitas
Hambatan fisik  Implementasikan aktivitas-aktivitas
pengurangan risiko
 Rencanakan monitor risiko
kesehatan dalam jangka panjang
 Recanakan tindak lanjut strategi
dan aktivitas dalam jangka panjang
 Gunakan rancangan yang saling
menguntungkan dengan tepat
 Pertimbangkan ketersediaan dan
kualitas sumber-sumber yang ada
(mis. Keluarga, Tingkat
pendidikan, financial)
 Instruksikan factor resiko dan
rencana untuk mengurangi factor
risiko

Edukasi

 Diskusikan dan ajarkan aktivitas-


aktivitas pengurangan resiko
dengan individu atau kelompok

Kolaborasi

 Inisiasi rujukan kepada porsonil


kesehatan dan/atau agensi dengan
tepat

Defisien Pengetahuan b.d Edukasi Proses Penyakit


Setelah dilakukan
ketidaktahuan atau kurang
perawatan selama ...x24
paham terkait proses penyakit Observasi:
jam hasil yang
dan program terapeutik  Identifikasi kesiapan dan kemampuan
diharapkan dengan
(Domain 5. Kelas 4. Kode menerima informasi
kriteria hasil:
Diagnosis 000126) Terapeutik:
Tingkat Pengetahuan:  jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
Definisi: kesepakatan
 Perilaku sesuai
 berikan kesempatan untuk bertanya
anjuran meningkat
Ketiadaan atau defisien  perilaku sesuai Edukasi:
informasi kognitif yang dengan pengetahuan  jelaskan penyebab dan faktor risiko
berkaitan dengan topik tertentu, meningkat penyakit
atau kemahiran.  jelaskan patofisiologi munculnya
 Kemampuan
penyakit
menjelaskan
Batasan Karakteristik:  jelaskan tanda dan gejala
pengetahuan tentang
 Kurang pengetahuan  jelaskan kemungkinan terjadinya
suatu topik
komplikasi
meningkat
Faktor yang berhubungan:  ajarkan cara meredakan atau
 Kurang informasi mengatasi gejala yang dirasakan
 kurang sumber
pengetahuan Edukasi Program Pengobatan

Observasi:
 Identifikasi pengetahuan tentang
pengobatan yang direkomendasikan
 identifikasi penggunaan pengobatan
tradisional dan kemungkinan efek
terhadap pengobatan
Terapeutik:
 Berikan dukungan untuk menjalani
program pengobatan dengan baik dan
benar
 libatkan keluarga untuk memberikan
dukungan pada pasien selama
pengobatan
Edukasi:
 Jelaskan manfaat dan efek samping
pengobatan
 jelaskan strategi mengelola efek
samping obat
 informasikan fasilitas kesehatan yang
dapat digunakan selama pengobatan
 anjurkan memonitor perkembangan
keefektifan pengobatan

Edukasi Prosedur Tindakan

Observasi:
 identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik:
 Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kebutuhan
Edukasi:
 jelaskan tujuan dan manfaat tindakan
yang akan dilakukan
 jelaskan perlunya tindakan dilakukan
 jelaskan keuntungan dan kerugian jika
tindakan dilakukan
 anjurkan bertanya jika ada sesuatu
yang tidam dimengerti sebelum
tindakan dilakukan
 anjurkan kooperatif saat tindakan
dilakukan
 ajarkan teknik untuk
mengantisipasi/mengurangi
ketidaknyamanan akibat tindakan, jika
perlu
Ansietas b.d penatalaksanaan Reduksi Ansietas
Setelah dilakukan
medis, kurang pengetahuan
perawatan selama ...x24
penanganan Observasi
jam hasil yang
(Domain 9 Kelas 2 Kode  Identifikasi saat tingkat ansietas
diharapkan dengan
Diagnosis 00146) berubah
kriteria hasil:
 identifikasi kemampuan mengambil
Tingkat Pengatahuan: keputusan
Defisini: Perasaan tidak  Perilaku sesuai
nyaman atau kekhawatiran yang anjuran Terapeutik
samar disertai respons otonom  Pertanyaan  Ciptakan suasana terpeutik untuk
(sumber seringkali tidak tentang masalah menumbuhkan kepercayaan
spesifik atau tidak diketahui yang dihadapi  gunakan pendekatan yang tenang
oleh individu); perasaan takut  persepsi yang dan meyakinkan
yang disebabkan oleh antisipasi keliru terhadap  motivasi mengidentifikasi situasi
terhadap bahaya. hal ini masalah yang memicu kecemasan
merupakan isyarat kewaspadaan berkurang  temanni pasien yuntuk mengurangi
yang memperingatkan individu kecemasan, jika memungkinkan
akan adanya budaya dan  menjalani

memampukan individu untuk pemeriksaan yang


Edukasi
bertindak menghadapi ancaman tidak tepat
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
berkurang
yang mungkin dialami
Batasan Karakteristik:  informasikan secara faktual
 Gelisah mengenai diagnosi, pengobatan,
 Khawatir tentang prognosis
perubahan dalam  anjurkan keluarga agar tetap
peristiwa hidup bersama pasien, jika perlu
 distres  latih teknik relaksasi
 Ketakutan  latih kegiatan pengalihan untuk
 Sangat Khawatir mengurangi ketegangan
 Keletihan
Faktor yang Berhubungan: Kolaborasi
 ancaman kematian  Kolaborasi pemberian obat
 ancaman pada status antiansietas, jika perlu.
terkini
 stresor
Keletihan b.d peningkatan Aktivitas-aktivitas
Setelah dilakukan
metabolik, penurunan berat Manajemen Energi:
perawatan selama ...x24
badan, kekurangan energi Observasi:
jam hasil yang
(Domain 4. Kelas 3. Kode  Monitor kelelahan fisik dan
diharapkan dengan
Diagnosis 00093) emosional
kriteria hasil:
Definisi: Tingkat Kelelahan:  Monitor intake/asupan nutrisi untuk
Keletihan terus menerus dan mengetahui sumber energi yang
 Tidak adanya
penurunan kapasitas kerja fisik adekuat
kelelahan
dan mental pada tingkat yang Terapeutik:
 Tidak adanya
lazim  Anjurkan aktivitas distraksi yang
kelesuan
Batasan Karakteristik: menenangkan
 Mampu
 Tidak mampu  Bantu pasien untuk menjadwalkan
melakukan
mempertahankan periode istirahat
aktivitas fisik
aktivitas fisik pada Edukasi:
sehari-hari
tingkat yang biasanya  Menyarankan melakukan tirah
 Peningkatan kebutuhan  Adanya baring
istirahat keseimbangan  Menyarankan untuk melakukan
 Kelelahan kegiatan dan aktivitas secara bertahap
 Letargi istirahat  Ajarkan strategi koping untuk
 Kekurangan energi mengurangi kelelahan
Faktor yang berhubungan: Kolaborasi:
 Fisik kurang bugar  Kolaborasikan dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan
makanan

2.16.4 Evidance Based


Pembahasan Tentang Tumor Tulang

Berdasarkan hasil penilitian oleh Endang Wahyuti dkk tahun 2015


pada jurnal yang bertujuan Hubungan Penerapan Manajemen Nyeri
Non Farmakologi dengan Kepuasan Pasien Post Operatif di Ruang
Edelweiss dan Seruni RSUD Taman Husada Kota Bontang
menyatakan bahwa Pasien post operasi sebagian besar dilakukan
managemen nyeri non farmakologi berjumlah 23 orang (76,7%).
Kepuasan pasien post operasi sebagian besar responden puas
berjumlah 21 orang (70%). Ada hubungan antara managemen nyeri
non farmakologi dengan kepuasan pasien post operasi di RSUD Taman
Husada Kota Bontang(p value = 0,001 dan α = 0,05). Penelitian ini
Untuk diagnosa nyeri akut b.d Nyeri akut b.d massa pada tulang yang
menekan syaraf terdapat Tindakan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri. Sehingga, kita bisa simpulkan bahwa program
ini tidak signifikan memberi efek nyata secara langsung dalam waktu
cepat namun mampu mengatasi masalah kognitif secara perlahan-lahan
tapi pasti.

Lampiran :
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tumor tulang benigna/jinak biasanya tumbuh secara lambat,
memiliki batas jelas, memiliki selubung. Tumor tulang jinak menimbulkan
sedikit gejala dan tidak menyebabkan kematian. Neoplasma primer
benigna system musculoskeletal meliputi, osteoma, osteokondroma,
osteoklastoma (giant cell tumor), enkondroma, fibroma, dan lain
sebagainya. Tumor benigna tulang dan jaringan lunak lebih sering
daripada tumor maligna/ganas. (brunner suddarth). Penyebab tumor tulang
jinak belum diketahui secara pasti namun diperkirakan karena adanya
mutasi kromosom RB-1 dan p53. Selain itu penyebabnya bisa karena
adanya trauma atau infeksi yang berulang misalnya Bone infract, paget
disease. Factor lingkungan berupa paparan radiasi/raadioterapi dosis tinggi
juga merupakan factor predisposisi terjadinya tumor tulang ini (Cancer
Research UK, 2014). Manifestasi klinis dari tumor tulang jinak yaitu
asimtomatik atau nyeri (ringan, kadang-kadang sampai konstan, berat),
pembengkakan di dalam atau sekitar tulang serta pergerakan terbatas,
teraba massa pada tulang.
Tumor muskuloskeletal maligna primer relatif jarang dan tumbuh
dari sel jaringan ikat dan penyokong (sarkoma) atau dari elemen sumsum
tulang (mieloma). Tumor muskuloskeletal primer maligna meliputi
osteosarkoma, kondrosarkoma, sarkoma ewing, dan fibrosarkoma.
Sarkoma jaringan lunak meliputi liposarkoma, fibrosarkoma jaringan
lunak, dan rabdomiosarkoma. Tumor tulang biasanya bermetastasis ke
tulang. Sarkoma osteogenik (osteosarkoma) merupakan tumor tulang
primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Penyebab terjadinya
tumor tulang ganas yaitu genetika atau faktor keturunan (ada kelainan
genetik yang disebut sindrom Li-Fraumeni),riwayat kanker sebelumnya,
cedera pada tulang, dampak dari pengobatan antikanker yang digunakan
pada anak-anak, dampak dari pengobatan radiasi (overdosis), metastasis
(kanker yang menyebar) ke tulang, pernah menderita hernia umbilikalis,
penderita penyakit Paget, yaitu suatu kondisi dimana tulang menjadi
lemah.
Manifestasi klinis berupa nyeri (ringan dan kadang-kadang sampai
konstan dan berat), pembengkakan, tulang rapuh, berat badan menurun
tanpa sebab, berkeringat di malam hari, tubuh mudah lelah, demam,
sensasi kebas atau mati rasa, bila kanker terjadi di tulang belakang dan
menekan saraf, sesak napas, bila kanker menyebar ke paru-paru. Asuhan
keperawatan pada tumor tulang seperti pada umumnya mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
3.2 Saran
Dari penjelasan di atas, terdapat beberapa penjelasan terkait asuhan
keperawatan pada pasien dengan tumor tulang yang menurut penulis
sangat perlu untuk dipahami oleh perawat agar memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas, dan perawat juga perlu menerapkan peran-
peran agar tujuan meningkatkan kesehatan klien tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria M, et.al. (2016). Nursing interventions classification (NIC)


edisi bahasa Indonesia, edisi keenam. Singapore: Elsevier.

Boughman, Diane C.; Hackley, JoAnn C. 2000. Keperawtan Medikal-Bedah Buku


Saku dari Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC

Cancer Research UK. (2014). Risk and causes of bone cancer.

Herdman, T. Heather dan Shigemi Kamitsuru. (2018). Nanda-I diagnosis


keperawatan definisi dan klasifikasi 2018-2020. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Jom, Wim De. 2001. Kanker? Apakah Itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan
Dukungan Keluarga. Jakarta: Arcan

M. Black, J., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen


Klinis untuk Hasil yang Diharapkan (8 ed., Vol. 3). Singapura: Elsevier.

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Panduan Penatalaksanaan Osteosarkoma.

Komite Penanggulangan Kanker Nasional. 2019. Panduan penatalaksanaan


osteosarkoma. Indonesia: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

LeMone, P., Burke, K., & Bauldoff, G. (2016). Buku ajar keperawatan medikal
bedah (5 ed., Vol. 4). Jakarta: EGC.

Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical-
surgical nursing : assessment and management of clinical problems (14
ed.). Elsevier.

Mahyudin, A. (2017). Diagnosis dan terapi tumor muskuloskeletal


(Multidiciplinary Approach). Jakarta: Sagung Seto.
Moorhead, Sue, et.al. (2016). Nursing outcomes classification (NOC) pengukuran
outcomes kesehatan edisi bahasa Indonesia, edisi kelima. Singapore:
Elsevier.
National Cancer Insitute. (2008). Bone Cancer - National Cancer Institute.

Pertami, S. B., Munawaroh, S., & Rosmala, N. W. D. (2019). PENGARUH


ELEVASI KEPALA 30 DERAJAT TERHADAP SATURASI OKSIGEN
DAN KUALITAS TIDUR PASIEN STROKE. Health Information:
Jurnal Penelitian, 11(2), 134-145.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Prince, S.A., Lorraine MC. W., (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 6. Vol. 2. Jakarta: EGC.

Setiyawan. (2013). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–


1699.

Smeltzer, S. (2011). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth (12 ed.).


Jakarta: EGC.

Smeltzer, S., & Bare, B. (2002). Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner
& Suddarth (8 ed., Vol. 3). Jakarta: EGC.

Solomon, L., Warwick, D., & Nayagam, S. (2012). Apley's System of


Orthopaedics and Fractures (9 ed.). UK: Hodder Arnold.

Suratun; Heryati; Manurung, Santa; dkk. 2008. Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
Wahyuti, E., Dirdjo, M. M., & Ismahmudi, R. (2015). Hubungan Penerapan
Manajemen Nyeri Non Farmakologi dengan Kepuasan Pasien Post
Operatif di Ruang Edelweiss dan Seruni RSUD Taman Husada Kota
Bontang.

Anda mungkin juga menyukai