Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

PEMERIKSAAN FISIK

Disusun oleh:

KELOMPOK 4

1. Anisa Yured (17113130)


2. Choriati Nurmanisa (1711313038)
3. Faizana Harjis (1711313034)
4. Fildzatil Arifa (1711313036)
5. Marta Yosi Astika (1711313020)
6. Miftahurrahmi (1711313040)
7. Minda Putri Suyafri (1711313018)
8. Novantri Wulantika (17113130)
9. Putri Indah Permata (1711313014)
10. Rahtu Suzi Amelia (1711313028)
11. Silvira Yusri (1711313004)
12. Silvira Zuela (1711313030)
13. Sri Dewi Fatimah (1711313012)
14. Velia Atika Areny (1711313016)

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2017/2018
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur Tim Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya
yang telah dilimpahkan kepada Tim Penulis sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pemeriksaan Fisik” yang merupakan salah satu tugas Ilmu
Keperawatan Dasar II pada semester dua. Tak lupa shalawat dan salam semoga tetap tercurah
pada Nabi junjungan kita Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan seluruh
umatnya.

Dalam menyelesaikan makalah ini, Tim Penulis telah banyak mendapat bantuan dan
masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Tim Penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Ns.Dewi Murni,M.Kep selaku Dosen mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar II
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah memberikan tugas mengenai
“Pemeriksaan Fisik” ini sehingga pengetahuan Tim Penulis dalam penulisan makalah ini
makin bertambah dan hal itu sangat bermanfaat.

2. Pihak-pihak yang tidak dapat Tim Penulis sebutkan satu persatu yang telah turut
membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam waktu yang
tepat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun
demikian telah memberikan manfaat bagi Tim Penulis. Akhir kata Tim Penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat menbangun
akan Tim Penulis terima dengan senang hati.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb

Padang, 04 Februari 2018

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Penulisan 1

1.3 Manfaat 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Pemeriksaan Fisik 3

2.2 Keterampilan Pemeriksaan Fisik 3

2.3 Persiapan Pemriksaan Fisik 6

2.3.1 Kontrol Fisik 6

2.3.2 Lingkungan 6

2.3.3 Perlengkapan 6

2.3.4 Persiapan fisik klien 7

2.3.5 Persiapan psikologis pada klien 7

2.3.6 Pemeriksaan pada kelompok usia 7

2.4 Pemeriksaan Fisik Head To Toes 7


2.4.1 Bagian Kulit, Rambut, dan Kuku 7
2.4.2 Pemeriksaan Bagian Kepala dan Leher 9
2.4.3 Pemeriksaan Thoraks 13
2.4.4 Pemeriksaan Sistem Vaskuler Perifer 16
2.4.5 Pemeriksaan Abdomen 17
2.4.6 Pemeriksaan Rektum dan Anus 20
2.4.7 Pemeriksaan Sistem Muskuloskeletal 20
2.4.8 Pemeriksaan Sistem neurologik 21

ii
2.4.9 Pemeriksaan Genetalia dan Rektum 23

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 31

3.2 Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan


masalah kesehatan pasien. Ini merupakan tahap ke tiga dalam pengumpulan data.
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari
riwayat pemeriksaan pasien.

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu elemen penting dari proses menentukan
diagnosis sebuah penyakit. Diagnosis dilakukan untuk mengetahui penyakit pasien, agar dapat
memberikan terapi yang tepat pada pasien tersebut.

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan pada tubuh
pasien dengan melihat keadaan pasien (inspeksi), meraba suatu sistem atau organ yang
hendak diperiksa (perkusi), mengetuk suatu sistem atau organ yang hendak diperiksa
(palpasi), dan mendegarkan menggunakan stetoskop (auskultasi).

Tujuan umum pemeriksaan fisik adalah untuk memperoleh informasi mengenai status
kesehatan pasien. Tujuan definitifnya adalah untuk mengindentifikasi status “normal” dan
kemudian mengetahui adanya kelainan dari keadaan normal tersebut dengan memvalidasi
keadaan dan keluhan dari gejala pasien. Skrining keadaan pasien, dan pemantauan masalah
kesehatan pasien saat ini. Informasi ini penting untuk menjadi catatan/rekam medis
(medicalrecord) pasien, menjadi dasar data awal dari temuan klinis, bahkan selalui diperbarui
dan ditambahkan sepanjang waktu untuk mengetahui riwayat penyakit dari pasien.

1.2Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
 Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Dasar 2
 Untuk membahas materi tentang pemeriksaan fisik.

1
1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
menambah wawasan mengenai pemeriksaan fisik, yang nantinya dapat diterapkan bagi
mahasiswa keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Pemeriksaan Fisik

Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk menentukan status kesehatan pasien,
mengidentifikasi masalah pasien dan mengambil data dasar untuk menurunkan rencana
tindakan keperawatan .

2.2 Keterampilan Pemeriksaan Fisik

- Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis , mulai dari bagian kepala dan berakhir pada
anggota gerak . Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi .
- Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, perawat dapat
menyusun diagnosis keperawatan, yakni daftar masalah keperawatan yang mungkin
disebabkan dari gejala yang timbul pada pemeriksaan fisik tersebut . Beberapa tes akan
dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut .

INSPEKSI

Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengran


dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien

PALPASI

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba . Tangan dan jari-jari
adalah instrument yang sensitive digunakan untuk mengumpulkan data terhadap bagian
bagian tubuh yang mengalami kelainan , misalnya tentang temperatur, turgor, bentuk,
kelembaban, vibrasi, ukuran, adanya tumor, oedema, krepitasi (patah/retak tulang) , dan
lain-lain .

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :

1. Ciptakan lingkungan yang nyaman .


2. Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering.
3. Kuk u jari perawat harus dipotong pendek
4. Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir
3
Palpasi dibagi dua yaitu :

1. Palpasi ringan
Palpasi ringan dilakukan untuk merasakan abnormalitas permukaan. Palpasi ini
dilakukan dengan menekan kulit sedalam 1,5 – 2 cm dengan ujung jari . Tekanlah
sesering mungkin.
2. Palpasi dalam
Palpasi dalam digunakan untuk merasakan ukuran, bentuk, kulunakan, simetri,
dan mobilitas dari organ internal serta massa.

PERKUSI

Perkusi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian


tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek hammer untuk mengetahui
reflek seseorang (dibicarakan khusu) . Juga dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan
dengan kesehatan fisik klien. Misalnya : kembung, batas batas jantung , batas hepar
(mengetahui perkembangan paru dll)

Tujuan perkusi adalah :

1. Mengidentifikasi lokasi
2. Mengidentifikasi ukuran
3. Mengidentifikasi bentuk
4. Mengidentifikasi konsistensi jaringan
5. Menemukan adanya cairan di rongga tubuh

Cara melakukan perkusi :

1. Gunakan satu atau dua jari ( umumnya jari telunjuk dan jari tengah) untuk
mengetuk langsung bagian tubuh yang akan diperkusi .
2. Perhatikan reaksi pasien dengan seksama selama palpasi untuk mengetahui
adanya nyeri tekan.

Metode perkusi :

1. Perkusi langsung
Melibatkan pengetukan permukaan tubuh secara langsung dengan satu atau dua
jari.
2. Perkusi tidak langsung

4
Menempatkan jari tengah tanagan non dominan ( pleksimeter) diatas permukaan
tubuh, dengan telapak tangan dan jari-jari tangan yang lain tidak berada
dipermukaan kulit, ujung jari tengah tangan dominan (pleksor) mengetuk bagian
dasar sendi distal dari pleksimeter .

Suara-suara yang dijumpai pada perkusi anatara lain adalah :

1. Senor : suara perkusi jaringan yang normal


2. Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di derah paru-paru
pada pneumonia
3. Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti padaperkusi daerah jantung ,
perkusi daerah hepar.
4. Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong,
misalnya daerah cavern paru, pada klien asthma kronik.
5. Flatness : ketukan pada otot

AUSKULTASI

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara


mendengarkan suara yang dihalsikan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang
disebut stetoskop . Hal-hal yang didengar adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan
bising usus.

Prinsip melakukan auskultasi adalah :

1. Tentukan bagian tubuh yang akan di auskultasi . Yakinkah bahwa bagian tersebut
tidak tertutup baju, selimut da lain-lain
2. Pakai stetoskop , pasangkan kedua cur pieces ke dalam telinga hingga benar-benar
masuk, tetapi tidak menekan .
3. Pilih bagian stetoskop yang akan digunakan (diafragma atau bel) . Bel digunakan
untuk memeriksa toraks, sedangkan diafragma atau membrane digunakan untuk
memriksa abdomen.
4. Letakkan bel atau diafragma stetoskop kekulit pasien dengan ringan. Jika terlalu
kuat menekannya kulit akan meredam , suara berfrekuensi renda
5. Dengarkan suara bagian tubuh yang di auskultasi dengan seksama dan
identifikasikan suaratersebut.

5
2.3 Persiapan Pemriksaan Fisik

Persiapan linkungan, perlengkapan, dank lien yang benar akan memungkinkan


pemeriksaan fisik yang lancer. Pendekatan yang kurang teratur akan menghasilkan kesalahan
dan temuan yang tidak lengkap.

2.3.1 Kontrol infeksi

Selama pemriksaan beberapa klien dapat memiliki lesi kulit atau luka basah. Unutk itu
gunakan standar kehati-hatian selama pemeriksaan. Gunakan sarung tangan untuk
mengurangi kontak dengan mikroorganisme. Jika klien memiliki luka basah, gunakan gaun
dan perlengkapan pelindungan lainnya. Ikuti prosedur hygiene sesuai standar.

2.3.2 Lingkungan

Pemriksaan fisik membutuhkan privasi. Sebaiknya dilakukan di ruangan pemeriksaan,


namun dapat juga digunakan ruangan rawat klien. Dirumah klien, biasanya pemeriksaan
dilakukan di kamar tidur klien.

2.3.3 Perlengkapan

 Sikat servis (jika dibutuhkan)  Cairan papanicolaou (Pap) (jika


 Kapas dibutuhkan)
 Handuk kertas sekali pakai  Hammer refleks
 Duk  Oksimeter denyut nadi
 Snellen chart  Penggaris
 Senter/penlight  Timbangan dengan pengukur
 Formulir (lab, fisik) tinggi badan

 Handscoon (steril dan bersih)  Wadah specimen, slide, spatula

 Gaun pemeriksaan kayu atau plastik, dan alat fiksasi


sitologis (jika dibutuhkan)
 Oftalmoskop
 Sfigmomanometer dan cuff
 Otoskop
 Alat pulasan steril
 Tisu
 Stetoskop
 Depresor lidah
 Meteran pengukur
 Garpu tala
 Thermometer
 Speculum vagina
 Jam tangan digital
 Cairan pelumas larut air

6
2.3.4 Persiapan fisik klien
Kenyamanan fisik klien sangat penting untuk berlangsungnya pemeriksaan fisik yang
baik. Tanyakan apakah klien ingin ke kamar mandi sebelum memulai pemeriksaan.
Persiapan fisik meliputi pakaian dan duk yang tepat bagi klien. Setelah itu atur posisi klien
sesuai kebutuhan pemeriksaan.

2.3.5 Persiapan psikologis pada klien


Penjelasan yang baik akan memberikan klien informasi tentang hal yang diharapkan
dan prosedur yang dilakukan sehingga antara perawat dank lien dapat bekerja sama.
Berikan penjelasan yang sederhana dan mudah dimengerti.

2.3.6 Pemeriksaan pada kelompok usia


Pendekatan dan wawancara yang berbeda dibutuhkan untuk kelompok usia yang
berbeda. Pada anak, perawatharus bersikap sensitive dan mengantisipasi reaksi mereka
terhadap pemeriksaan sebagai pengalaman yang baru dan aneh. Pemeriksaan pediatrik
rutin berfokus pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, terutama pengasuhan
anak-anak yang menerima pengasuhan yang baik tanpa masalah kesehatan yang seirus
(Hockenberry dan Wilson, 2007).

2.4 Pemeriksaan Fisik Head To Toes


2.4.1 Bagian Kulit, Rambut, dan Kuku

a. Kulit

1) Inspeksi
Warna bervariasi tergantung ras:
 Normal : dari putih kemerahan sampai coklat atau hitam
 Penyimpangan dari normal : jika ada penambahan atau pengurangan pigmentasi : pucat,
kemrahann, kuning (ikterus), kebiruan.
Lesi kulit :
 Distribusi dan lokasi
 Ukuran
 Konsistensi
7
2) Palpasi

 Suhu dengan merasakan kehangatan kulit dengan punggung tangan.


 Kelembaban. Contoh: kering dehidrasi
 Tekstur, normal: halus, lunak, lentur.
 Turgor, normal, elastisitas, caranya dengan cubitan pada kulit perut jika normal pada
posisi semula setelah cubitan dilepas. Dehidrasi turun jika lambat pada keadaan semula.
 Odema yaitu terkumpulnya cairan tubuh di jaringan lebih banyak dari jumlah
semestinya. Kulit menjadi cekung setelah ditekan.

b. Rambut

1) Data riwayat klien:

 Penggunaan hair dryer pengering rambut.


 Kemoterapi = alopecia
 Adanya penyakit tertentu
 Distribusi rambut: lebat, jarang
 Rambut ketombe: gatal-gatal, kulit kepala kering
2) Pengkajian rambut meliputi:
 Warna: normal jika hitam mengkilat dan bersih.
 Tekstur: kasar atau halus berminyak atau kering, tebal lebat atau jarang. Adanya infeksi
pada kulit kepala.

c. Kuku

1) Inspeksi :
 Bentuk, normal jika convex cueve sudut antara kuku dengan dasar kuku 160o
 Tekstur normal, jika lembut
 Warna normal jika dasar kuku: pink.

2) Palpasi : Menekan kuku dengan ibu jari dan telunjuk maka dasar kuku kembali
berwarna pink setelah tekanan dilepas.

3) Masalah pada Kuku:

 Clubbing finger: kondisi dimana sudut antara kuku dengan dasar kuku: 180 atau lebih.

8
 Paronychia, yaitu: peradangan pada jaringan sekitar kuku.

2.4.2 Pemeriksaan Bagian kepala dan leher

1) Pemeriksaan kepala dan leher

a. Data riwayat pasien :

 Masalah sebelumnya : Benjolan, nyeri leher, kaku, gatal.


 Sakit kepala, nyeri muka, injuri
 Diagnosa sebelumnya masalah tiroid
b. Kepala
Inspeksi :
 Ukuran, bentuk, simetris
 Trauma,benjolan
Palpasi : Nodules/massa dengan menggunakan ujung jari: gerakan rotasi.
c. Muka
 Catat ekspresi wajah.
 Inspeksi: Kulit warna, distribusi rambut, struktur muka (mata, hidung, mulut, telinga),
ukuran simetris.
 Palpasi Sinus pada wajah.

d. Leher: Inspeksi otot leher (sternoceidornastoid dan trapezius) bengkak atau massa

e. Trakhea :

 Berdiri di depan klien dan letakkan kedua jempol perawat di kedua sisi trachea di atas
tonjolan suprasternal.
 Dengan mantap telusuri dengan menggunakan jempol, dengan kecepatan yang sama
sepanjang pinggiran atas klavikula klien sampai perawat merasakan otot
sternokleidomastoid.
 Jempol yang lain harus menutupi garis tengah trakhea, sehingga jarak tetap sama
 Trakhea letaknya di tengah (normal)

f. Kelenjar Tiroid:

 Inspeksi: Bentuk, besarnya, jika pembesaran telah nyata.


 Palpasi :
 Perawat berada di belakang pasien.
9
 Kedua tangan (jari telunjuk dan tengah) diletakkan pada kedua sisi isthmus kemudian
raba permukaan kelenjar dan pasien diminta menelan. Bila dirasa ada sesuatu yang dapat
diraba saat menelan, kelenjar thiroid akan ikut naik turun.
 Palpasi: bentuk, simetris atau tidak, diraba keras atau tidak, atau berbenjol.

2) Pemeriksaan mata

a) Data riwayat klien:

 Kapan pasien terakhir berkunjung ke ahii mata.


 Adakah riwayat keluarga dengan penyakit dan sakit mata.
 Apakah pasien sedang menjalani pengobatan mata.
 Apakah pasien menggunakan lensa kontak atau kacamata.
 Apakah ada gejala: pandangan mata kabur, nyeri, perih di mata.
 Penglihatan dekat: letakkan chart 30,5-33,5 cm di depan mata pasien. Bila mengeluh
kabur berarti kemampuan membaca tidak akurat.
 Persepsi terhadap warna. Deteksi adanya buta warna.

b) Posisi cardinal:

 Duduk tepat dihadapan pasien langsung.


 Katakan pada pasien untuk kosentrasi saat perawat mengangkat benda berbentuk silinder
(misalnya: pensil).
 Gerakkan di depan hidung pasien untuk melihat benda yang perawat gerakkan sesuai
posisi kardinal.
 Geser ke arah tengah setiap selesai 1 gerakan, lanjutkan tes.
 Mata pasien harus sesuai gerakannya
 Catat kondisi abnormal seperti nistagmus atau deviasi mata terhadap arah obyek.

c) Ketajaman penglihatan / visus :

Menggunakan snellen chart, untuk mata normal 6/6.

d) Tekanan bola mata (tekanan intra ocular)

 Dengan dua jari telunjuk pemeriksa bandingkan tekanan intraocular (TIO) bola mata kiri-
kanan sama.
 Dengan cara tekanan pada bola mata atas dengan kelopak mata tertutup, normal kiri-
kanan sama.

10
e) Pupil dan refleks cahaya

 Pupil normal: bulat, sama besar (isokhor), diameter kira-kira 3mm.


 Bila disinari, diameter mengecil.
 Kiri dan kanan, refleks cahaya langsung atau tidak langsung .

f) Konjungtiva

 Tekan kelopak mata bagian bawah dengan jempol atau jari.


 Instruksikan agar pasien melihat ke atas, kiri, kanan.

g) Palpebral conjungtiva:

 Angkat kelopak mata atas dan tekan bagian bawah dalam dengan cotton buds sehingga
kelopak mata terbuka (bila ada benda asing).
 Instruksikan pasien untuk melihat ke bawah.
 Untuk kembali ke posisi semula, turunkan kelopak mata dan instruksikan pasien melihat
ke atas jika tidak turun, usap kelopak mata sampai turun.

3) Pemeriksaan Telinga :

a) Data riwayat klien:

Riwayat keluarga tentang masalah pendengaran.

Keluhan: nyeri, pengeluaran cairan

Kesulitan pendengaran yang mempengaruhi aktivitas kegiatan sehari-hari.

Riwayat pengobatan

Adanya tingkat kebisingan yang tinggi pada lingkungan pekerjaan.

b) Pengkajian :

a. Daun telinga:

 Inspeksi: warna, normal tekstur lembut, ukuran, posisi


 Palpasi: tekstur, elastisitas.
b. Liang telinga dan membran :
 Dewasa : luruskan liang telinga ke belakang dengan menarik pinna ke atas dan ke
belakang
 Anak kurang dari 3 tahun : tarik pinna ke bawah dan kebelakang
Inspeksi :
11
 Jika ada serumen : bersihkan dulu baru periksa membrane tympani.
 Membrane tympani yang utuh dengan posisi baik akan memantulkan reflex cahaya
politzer.

c. Fungsi pendengaran

 Bicara kers atau suara bisikan


 Detik arloji
 Gesekan tangan pada telinga pasien, sama kuat untuk kedua telinga
 Menggunakan garputala :
 Tes Rinne
 Tes Weber
 Tes Schwabach

4) Pemeriksaan hidung

a) Data riwayat klien:

 Riwayat alergi, kesulitan bernafas melalui hidung, infeksi sinus, injuri poda hidung dan
muka, perdarahan pada hidung.
 Riwayat pergobatan
 Mengalami perubahan dalam penciuman

b) Inspeksi:

Simetri (bentuk, kontour, deformitas, bengkak, discoloration (perubahan warna) :

 nasal septum  middle meatus


 nasal airway  inferior turbinate
 middle turbinate  inferior turbinate

c) Inspeksi, palpasi dan perkusi sinus frontal dan maksilaris

d) Palpasi: Letakkan jempol di atas mata (pinggir tulang mata) dan ujung-ujung jari di
kepala, tekan kemudian palpasi.

e) Perkusi

5) Pemeriksaan Mulut

a) Data riwayat klien:

12
 Pola perawatan gigi secara rutin
 Tanggal terakhir mengunjungi dokter gigi
 Adanya lesi (luka besar di sekitar mulut)
 Riwayat pengobatan

b) Inspeksi

 Gigi : lengkap/tanggal/lubang/gigi palsu/karies gigi


 Mukosa mulut, gingivitis
 Lidah : warna, tidak ada lesi/perdarahan, posisi : anjurkan klien mengeluarkan lidah,
menggerakkan ke samping kiri dan kanan.
 Palatuma : warna, simetris, lesi,
 Tonsil: pembesaran/peradangan.

c) Palpasi :

bibir atas dan bawah terhadap gerakannya.

d) Palpasi bibir:

 Tarik ke bawah bibir bagian bawah dan ke atas pada bibir bagian atas, bebas lesi,
sariawan dan oedema.
 Normal : bibir merah muda/merah, lunak,ketegangan otot baik, bebas lesi, sariawan dan
oedema.

e) Palpasi lidah:

 Bungkus ujung lidah dengan kassa 4 x 4 cm dan gerakkan ke kiri dan kanan untuk
menguji batas lateralnya.
 Normal: lidah sedikit kasar dan dapat bergerak secara bebas.

2.4.3 Pemeriksaan Thoraks

1) Thoraks

Inspeksi :

 Amati bentuk toraks: simetris atau ada kelainan bentuk, amati pernafasan pasien.

Palpasi vocal fremitus:

13
 Palpasi pada dinding thoraks dengan menggunakan seluruh telapak tangan dan dada jari
kiri dan kanan dengan maksud meraba dan merasakan getaran dinding sewaktu pasien
mengucapkan "tujuh puluh tujuh" berulang-ulang: getaran yang dirasa disebut 'vocal
fremitus belakang).
 Perabaan dilakukan di seluruh permukaan dada (kiri, kanan, depan,belakang), sifatnya
membandingkan bagian mana yang lebih bergetar atau kurang bergetar.

Palpasi Thoraks:

 Menggunakan ujung-ujung jari dan permukaan telapak tangan.


 Anterior: mulai dari daerah supraklavikular, kemudian infra-klavikular, sternal xiphoid,
rusuk dan aksila.
 Posterior: supraklavikular, bergerak di antara skapula (interse), di bawah (infrase) dan
turun ke dinding lateral thoraks.

Perkusi :

 Letakkan tangan Anda di atas paru-paru (supraklavikular) kemudian turun, bergerak dari
satu sisi ke sisi lain dengan interval 3-5 cm.
 Untuk perkusi thoraks, lateral, mulai dari aksila dan bergerak turun ke sisi pinggir rusuk,
perkusi diantara tulang rusuk.
 Untuk perkusi thoraks posterior, lanjutkan secara zigzag dari supra-skapular ke inter-
skapular,infraskapular.

Auskultasi :

 Mendengarkan suara pada dinding thoraks dengan stetoskop, pasien diminta bernafas
cukup dalam dengan mulut terbuka dan letakkan stetoskop secara sistematik dari atas ke
bawah (gunakan flat – disc diaphragm)
 Auskultasi mulai dari trachea kemudian mengikuti arah seperti pada saat perkusi : suara
nafas.

Vesicular

Terdengar di seluruh lapangan paru, yang normal : sifatnya halus, nada rendah , inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi.

Broncho-Vesicular

14
Terdengar di daerah percaba ngan bronkus dan trakea : sekitar sternum dan
regiointerskapular, nadanya sedang, lebih kasar dibandingkan vesicular, inspirasi sarna
panjang dengan ekspirasi.

Bronchial

Terdengar di daerah trakea (leher) dan supra sterna notch: sifat kasar, nada tnggi,
inspirasi lebih pendek dibanding ekspirasi.

Suara ucapan:

Pasien diminta mengucapkan "tujuh puluh tujuh berulang-ulang setiap sesudah inspirasi
secara berbisik dengan intonasi sama kuat Suara didengarkan.

Suara normal: Intensitas dan kualitas di kiri sama dengan kanan.

Bronchophoni: Suara terdengar jelas ucapannya dan lebih dibanding di daerah sisi lain.
Pectoriloquy: Suara terdengar jauh dan tidak jelas (nggeryer)

Egophony: Suara bergema seperti seorang yang hidungnya tersumbat (bindeng) dan
terasa dekat.

2) Buah dada/Mammae

Data Riwayat Klien:

Pengkajian:

 Inspeksi :
- Ukuran, bentuk, simetris.
- Lesi pada kulit.
- Warna areola (warna hitam di sekitar puting)
- Puting susu: pengeluaran cairan, ulserasi.
 Palpasi:
- Pasien berbaring dengan sedikit ganjal di punggungnya.
-Palpasi daerah klavikular dan aksila: adanya pembesaran kelenjar limfe
- Palpasi mammae bergantian kiri dan kanan pada setiap kuadran mammae: tekan dengan
lembut.
- Catat jika ditemukan benjolan: bentuk,ukuran, konsistensi, permukaan.

3) Pemeriksaan Jantung

15
a. Data riwayat klien:

 Riwayat keluarga dengan penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi
 Gaya hidup : perokok, pola exercise, tekanan stress
 Adanya gejala : sakit kepala, dispnea,nyeri dada : indikasi penyakit jantung.

b) Perkusi:

Menentukan batas jantung:

 Batas atas jantung: interkostal 2- 3


 Batas kanan: linea sternalis kanan
 Batas kiri: linea medio klavikularis kiri.

c) Auskultasi.:

Mendengarkan bunyi jantung (BJ) :

 BJ I : menutupnya katup mitral dan trikuspidalis


 BJ ll: menutupnya katup aorta dan pulmonalis.

d) Cardiac Ausculgation:

dimulai di daerah aorta:

 Letakkan stetoskop pada tulang intercostae ke-2 sepanjang pinggiran sternal kanan,
pindah ke daerah pulmonik.
 Letakkan pada ruang ke-2 di pinggiran sternal kiri pindah ke daerah trikuspid di ruang
interkostae ke 5 sepanjang pinggiran stemal kiri.
 Dengarkan suara pada daerah mitral letakkan pada interkostae ke-5 dekat garis
midklavikula.

2.4.4 Pemeriksaan Sistem Vaskuler Perifer

a. Data riwayat klien

 Riwayat penyakit jantung


 Gaya hidup: pola exercise, kebiasaan merokok
 Adanya tanda-tanda yang mengindikasikan peripheral vascular disease pada ekstremitas:
nyeri, kram, edema, perubahan temperatur, warna.

b. Pengkajian termasuk:
16
 Pengkajian tekanan darah
 Inspeksi dan palpasi arteri karotis
 Palpasi nadi peripheral
 Inspeksi vena jugularis

2.4.5 Pemeriksaan Abdomen

a) Data Riwayat Klien:

 Insiden nyeri perut: lokasi serangan


 Gejala nek-nek, muntah, diare
 Perubahan dalam nafsu makan
 Tanda spesifik : kesulitan menelan, adanya darah atau mucus (lender) pada feses
 Masalah dan pengobatan sebelumnya : gastritis

b) Pemeriksaan

 Inspeksi
 Auskultasi

c) Pembagian daerah abdomen

Sembilan region :

 Epigastrik  Lumbal kanan


 Hypochondric kiri  Hypogastrik
 Hypochondric kanan  Inguinal kiri
 Umbilical  Inguinal kanan
 Lumbal kiri

17
Empat kuadran :

1) Kuadran kanan atas:


 Liver/hati dan empedu
 Pylorus
 Duodenum
 Kolon asenden & transversal (sebagian)
 Kepala duodenum

2) Kuadran kiri atas :


 Lobus liver
 Badan pancreas
 Sebagian kolon desendendan transversal
3) Kuadran kanan bawah :
 Sekum & apendiks
 Sebagian kolon asenden
4) Kuadran kiri bawah :
 Sigmoid
 Sebagian kolon desenden

d) Inspeksi

 Amati apakah abdomen membuncit/datar

18
 Gambaran/bayangan pembuluh darah vena di kulit abdomen. Normalnya : vena tidak
menonjol
 Benjolan/massa

e) Auskultasi

 Stetoskop diletakkan pada daerah epigastrium dan 4 kuadran abdomen : mendengar


bising usus,normal berkisar 5-35x/menit
 Jika setelah 5 menit tidak terdengar bunyi peristaltik: peristaltik kurang
 Bising usus sebagai patokan makan sehabis operasi, yaitu minimal 5x/menit

f) Palpasi

 Sebelum dilakukan palpasi tanyakan apakah ada bagian perut pasien yang nyeri (spontan)
tanpa palpasi. Jika va, maka bagian perut tersebut dipalpasi paling akhir.
 Palpasi dimulai dengan palpasi umum terhadap seluruh dinding abdomen untuk mencari
tanda nyeri umum.
 Mencari dengan perabaan ada/tidaknya benjolan.
 Periksa dengan tekanan pada region suprapubik,region epigastrika
g) Palpasi Hepar
 Palpasi hepar dengan telapak tangan dan jari kanan mulai dari kuadran kanan bawah
berangsur-angsur naik mengikuti irama nafas dan gembungan perut : rasakan sentuhan
tepi hepar pada jari telunjuk.
 Pembesaran hepar menuju arah inferior, pada keadaan normal hepar berada di belakang
arkus kosta sehingga tidak teraba

h) Palpasi Lien

 Dengan cara bimanual (2 tangan) jari-jari tangan kiri mengangkat dengan cara mengait
dinding perut kiri atas dari arah belakang, sedang jari tangan kanan meraba klien dari
arah depan.
 Perkusi : Mulai dari kuadran kanan atas ke seluruh permukaan abdomen. Suara normal :
Tympani.

i) Perkusi Ginjal

 Dilakukan pada dinding abdomen belakang pada sudut kosto-vertebral dengan diatasi
telapak tangan kiri
 Lakukan perkusi dengan sisi luar kepalan tangan. Jika ada peradangan akan terasa nyeri.

19
2.4.6 Pemeriksaan Rektum dan Anus

a) Data Ritwayat Klien:

 Riwayat diare, konstipasi, perdarahan re nyeri.


 Tanda klinis saat ini: nyeri saat buang air besar, perdarahan.
 Penggunaan laksative
 Perubahan pola defekasi, pola makan.

b) Pengkajian:

 Posisi pasien: posisi Sim's (posisi miring dengan ganjal banta) atau dorsal recumbent
(seperti ibu melahirkan tetapi posisi kaki menapak)
 Inspeksi: hemorhoid, lesi kemerahan.

c) Palpasi : pakai sarung tangan dengan lubricant masukkan jari telunjuk ke anus, palpasi
adanya massa.

d)Genetalia : genetalia eksterna

Pria :

 Kulit sekitar kelamin : infeksi


 Testis kiri-kanan : peradangan
 Mulut uretra : pengeluaran cairan/nanah
 Lesi

Wanita :

 Amati vulva secara keseluruhan : benjolan


 Amati secret vagina, normal: jernih, tidak gatal

2.4.7 Pemeriksaan Sistem Muskuloskeletal

a) Data Riwayat Klien:

 Masalah muskuloskeletal sebelumnya: kaku otot, pembengkakan sendi


 Riwayat nyeri dan kehilangan fungsi pergerakan.

b) Pengkajian

20
Menilai Rentang Gerak(Range of Motion):

Periksa kesimetrisan lengan dan tungkai, panjang dan besar. Bandingkan kiri dan kanan.

Nilai gerakan ke berbagai arah: normal/mengalami hambatan/ keterbatasan gerak.

Uji Kekuatan otot:

Periksa tonus, ketegangan otot.

Kekuatan otot dinilai 0-5

2.4.8 Pemeriksaan Sistem neurologik

a) Uji saraf Kranial: Khusus pasien dengan penyakit syaraf :

 N I: N. olfaktorius: penghidu. Fungsi penghidu diperiksa dengan bau-bauan, contoh:


kopi, wangi-wangian dengan cara pasien diminta menyebutkan bau yang sedang dihirup
dengan menutup mata.
 N II : N. opticus Dengan pemeriksaan visus pada setiap mata.
 N III : N. culomotorius N IV: N. Trochlearis, dan N V: N. Abduscent:
 Ketiga syaraf tersebut diperiksa bersama dengan menilai kemampuan :
- Pergerakan bola mata ke segala arah
- Diameter pupil
- Refleks cahaya
 N VI N. Tringeminus
- Sensorik: diperiksa pada permukaan kulit wajah bagian dahi, pipi dan rahang bawah
dengan goresan kapas : mata tertutp
- Motorik : diperiksa kemampuan menggigit : raba kedua tonus musculus massetex saat
pasien diperintahkan menggigit.
 N VII : N . Fascialis
- Motorik : kemampuan mengangkat alis, mengerutkan dahi, mencucurkan bibir,
tersenyum,meringis, bersiul, dan menggembungkan pipi.
- Sensorik : rasa pengecapan permukaan lidah yang dijulurkan (gula, garam,asam)
 N VIII : N. Vestibulo-Acusticus.
- Pusat keseimbangan diperiksa dengan test Rornberg:
- Pasien berdiri tegak dengan mata tertutup:
- Jika terhuyung huyung dan jatuh berarti kesehatan tidak baik.
- Pusat pendengaran
21
 N IX : N. Glosspharyngeus dan N. X/vagus.
Periksa letak uvula (anak tekak) dan kemampuan menelan.
 N XI: N. Accessorius Kemampuan mengangkat bahu kiri dan kanan dan gerakan kepala.
 N XII : N. Hypoglosus.
- Kemampuan menjulurkan lidah pada posisi lurus.
- Gerakan lidah mendarong pipi kiri dan kanan dari dalam.

b) Refleks pada Fisiologis yang Normal

Respon otomatis dari tubuh terhadap rangsangan:

Refleks Bisepas dan Triseps

- Refleks Biseps:
o Ibu jari perawat di atas tendon biseps.
o otot biseps dipukul dengan hammer
o otot biseps berkontraksi dengan jelas.
- Refleks Triseps:
o lengan pasien relaks dimana lengan tersebut didukung oleh perawat.
o Ketika lengan pasien dipukul dengan hammer di atas olecranon process maka lengan
bawah bergerak lurus.

Refleks Patela :

- pasien duduk di tepi tempat tidur/meja dengan tungkai tergantung bebas


- Hammer dipukulkan di daerah bawah patela:
- Normalnya tungkai bawah menendang ke depan

Refleks Achilles:

- Perawat mendukung kaki pasien dengan tangan kiri dan kanan memukul hammer pada
tendon Achilles
- Respon normal : sentakan kaki ke bawah

Refleks Plantar/Babinski:

- Perawat menekan bagian bawah kaki/telapak kaki dengan kuku ibu jari atau bagian agak
runcing dengan hammer(digoreskan)
- Normal : kelima jari kaki menekuk ke bawah

22
- Abnormal : jari kaki mengembang dan ibu jari bergerak ke atas.

2.4.9 Pemeriksaan Genetalia Rektum


a. Pemeriksaan Fisik Genitalia pada Pria

Inspeksi dan palpasi selalu digunakan untuk menilai kelainan genitalia pria dan
traktus urinarius segmen distal. Pemeriksaan meliputi : penis (kelainan pada meatus
urethra, korpus penis, dan glans penis), skrotum (kelainan pada skrotum, testis,
epididimis, dan vas deferens).

Penis dibentuk oleh dua jaringan erektil di bagian dorsal, corpus cavernosa penis
dan satu jaringan erektil yang lebih kecil di bagian ventral, corpus spongiosum penis
dimana didalamnya dilewati oleh urethra. Jaringan ikat yang tebal membungkus
ketiga jaringan erektil tadi sehingga membentuk sebuah silinder. Pada bagian distal
korpus penis membentuk glans penisyang dilalui oleh meatus urethra. Perbatasan
antara glans dan korpus, terdapat retroglandular sulcus atau yang biasa disebut
corona glandis. Lapisan kulit, preputium/foreskin menutupi glans penis. Di bagian
ventral terdapat frenulum, lipatan preputium yang membentang dari meatus uretrhra
menuju corona.

Skrotum merupakan kantung yang dibentuk oleh lapisan yang tipis, kulit yang
berkerut-kerut (rugous skin) yang menutupi lapisan tebal, tunica dartos yang
terdiri dari serat-serat otot polos dan fascia. Skrotum menggantung pada pangkal
penis, dimana bagian kiri lebih rendah dibanding yang kanan karena pada skrotum
yang kiri funiculus spermaticus lebih panjang. Kulit skrotum terbagi dua oleh
median raphe yang memanjang dari bagian ventral korpus penis, melewati
pertengahan skrotum sampai ke anus. Dibagian dalam, kedua skrotum dipisahkan
oleh septal fold dari tunica dartos. Masing-masing skrotum berisi testis, epididimis
dan funiculus spermaticus. Kulit skrotum hiperpigmentasi dan mengandung banyak
folikel sebasea yang dapat menyebabkan timbulnya kista. Kelenturan otot dartos
menentukan ukuran skrotum; paparan suhu eksternal yang dingin menyebabkan
skrotum mengecil, sebaliknya sensasi hangat akan merelaksasikan otot dan
memperbesar ukuran skrotum.

 Pemeriksaan Penis

23
1. Pakai sarung tangan (handscoen) steril
2. Lakukanlah inspeksi penis, perhatikan apakah terdapat kelainan sbb:
a. Edema, biasanya terjadi pada pasien dengan edema anasarkakarena berbagai
sebab. Inflamasi atau obstruksi vena-vena sekitar penis dapat menyebabkan
edema lokal.
b. Kontusio
c. Fraktur corpus
i. Fraktur dan kontusio memberikan tanda pembengkakan, namun sulit dibedakan
bila tidak dilakukan pembedahan.
d. Ulkus penis
Dapat berupa syphiliticchancre, chancroid, lymphogranuloma venereum, herpes
progenitalis, dan behcetsyndrome.
3. Mintalah penderita membuka preputium, perhatikan apakah terdapat phimosis,
paraphimosis, hipospadia, epispadia.
4. Palpasi sepanjang korpus penis, pada bagian ventral, sepanjang corpusspongiosum
dari penoskrotaljunction menuju meatus, pada bagian middorsal, diatas septum
interkorporeal, pada bagian lateral, diatas kedua korpus kavernosum, rasakan adanya
nodul dan plak.
5. Tekan glans penis anteroposterior menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk membuka
dan memeriksa urethra terminal.
6. Tampunglah menggunakan wadah specimen apabila terdapat discharge yang keluar
dari urethra untuk pemeriksaan laboratorium.
 Pemeriksaan Skrotum
1. Pakai sarung tangan (handscoen) steril
2. Regangkan kulit skrotum diantara jari-jari untuk menilai dinding skrotum
3. Inspeksi skrotum, perhatikan apakah terdapat edema, kista, hematoma, laserasi, dan
ulkus.
4. Lakukan transiluminasi untuk menyingkirkan kemungkinan adanya hernia skrotalis, dan
untuk menilai isi skrotum.
5. Bandingkan kedua testis secara simultan dengan palpasi keduanya menggunakan ibu jari
dan telunjuk. Bedakan ukuran, bentuk, konsistensi dan sensitivitas terhadap tekanan.
6. Lokalisasi epididimis dengan palpasi testis secara perlahan, temukan bagian bergerigi dan
nodul lembut dimulai dari pole atas testis menerus ke pole bawah, umumnya epididimis
berada dibelakangtestis. Bandingkan kedua epididimis berdasarkan komponen kepala,
badan dan ekornya. Nilailah apakah terdapat tumor dan nyeri tekan.
7. Bandingkan kedua funiculusspermaticus secara simultan dengan palpasi pada leher
skrotum. Vas deferens normal teraba seperti tali cambuk yang keras dan dapat dibedakan

24
dengan struktur lainnya seperti saraf, arteri, dan serat m.kremaster. Nilailah apakah
funikulus positif, adakah massa dan nyeri tekan.
8. Untuk semua kasus, lakukanlah pemeriksaan limfonodiinguinal dan femoral untuk
menilai pembesaran nnll.
9. Setelah pemeriksaan selesai, lepas handscoen, bantu pasien mengembalikan posisinya
10. Dokumentasi hasil pemeriksaan.
b. Pemeriksaan Fisik Genetalia paada Wanita

ANATOMI GENITALIA WANITA

Genitalia wanita secara umum dibagi menjadi dua bagian, yaitu genitalia interna
dan genitalia eksterna. Genitalia interna berada di dalam rongga panggul. Genitalia
eksterna wanita terkumpui enjadi satu dalam bagian yang disebut dengan vulva.
Struktur dalam vulva antara lain mons pubis, abia majora, abia minora, klitoris,
vestibulus vaginalis, bulbus vestibuli dan kelenjar vestibule.

Labia majora adalah lipatan dari mons pubis yang akan bertem pada garis tengah
perineum yang sedang ditumbuhi rambut. labia majora identik den skrotum pada
pria.

Labia minora ada di antara labia majora, tampak sebagai bibir halus akan
bertemu di bagian posterior dalam bentuk bibir lipatan yang tajam (fourchette). Di
bagian anterior, labia minora terlipat untuk penutup klitoris, terbentuk prepusium
anterior dan frenulum posterior. Vestibuli adalah daerah yang tertutup oleh labia
minora ada struktur orifisium uretra (di bawah klitoris) dan orifisium vagina.

Orifisium vagina tertutup oleh lapisan tipis yang disebut himn.Himen tidak utuh,
tapi berlubang-lubang untuk mengeluarkan darah menstruasi. Bentuknya bisa anular,
semilunar, bersekat, atau kribiformis. Biasa sekali ada himen yang tertutup sempurna
(imperforata) sehingga menyebabkan darah menstruasi tidak bisa mengalir keluar
(haematocolpos). Jika darah tidak bisa keluar, akan masuk ke dalam kavum abdomen
dan menyebabkan peritonitis pada saat koitus yang pertama kali, dia akan sobek dan
sobekan biasanya pada bagian posterior atau posterolateral, setelah melahirkan, dia
akan hilang dan sedikit sisa dari bibir yang disebut karunkula. himenalis Ada
berbagai macam bentuk himen.

Kelenjar Bartolini (kelenjar vestibuli yang lebih besar) jumlahnya ada sepasang,
bentuknya seperti kacang Kelenjar Bartolini adalah kelenjar yang sekret dan berada
di bagian posterior labia majora. Pada kondisi normal kelenjar Bartolini tidak bisa
25
dipalpasi, tapi akan tampak jelas saat terkena infeksi atau membengkak. Tiap
kelenjar dihubungkan oleh saluran yang bermuara di daerah antara himen dengan
labia minora. pada bagian anterior, tiap kelenjar tertutup oleh bulbus vestibuli,
sebuah jaringan erektil, identik dengan bulbus spongiosum pada pria.

Ada struktur genitalia eksterna wanita dengan pria yang identik (asal dan
fungsinya sama saat proses terbentuk dalam janin gan pertumbuhannya berbeda
sesuai dengan jenis kelaminnya).

Siklus Menstruasi

siklus menstruasiasi hormon yang dihasilkan oleh ovarium dan hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar pituitari anterior. Keria kedua hormon tersebut akan
memengaruhi pematangan sel telur yang dihasilkan oleh ovarium dan pematangan
rahim. Ada empat hormon yang memengaruhi siklus menstruasi, yaitu FSH dan LH
yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari anterior, estrogen yang dihasilkan oleh folikel
ovarium, dan progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. Fluktuasi jenis hormon
yang tampak pada siklus 28 hari wanita. Siklus tersebut dapat dibedakan menjadi tiga
fase.

1. Fase menstruasi.

Adalah hormon lapisan fungsional endometrium yang disebut menstruasi.


Menghitung menstruasi sangat penting dan mudah diperkirakan. Menstruasi bisa
berlangsung selama 2-8 hari, dengan rata-rata menstruasi selama 3-6 hari. Pada tahap
sekresi, hormon FSH meningkat dan beberapa folikel ovarium mulai dimatangkan.

2. Fase folikuler

FSH pertumbuhan folikel ovarium dan sekresi estrogen oleh sel folikel.
Sekresi LH juga meningkat, lebih lambat. FSH estrogen meningkatkan pertumbuhan
dan pematangan sel telur. Estrogen juga membantu pertumbuhan jaringan dalam
endometrium untuk memperbaiki kondisi jaringan fungsional. Kondisi ini disiapkan
untuk menerima ovum yang sudah dibuahi oleh sperma. Fase ini diakhiri dengan
ovulasi, saat LH meningkat tajam dan menyebabkan ovulasi.

3. Fase luteal.

Di bawah pena LH, folikel yang terpisah berubah menjadi korpus luteum dan
mulai memproduksi progesteron dan estrogen. Progesteron ikut mendorong

26
pertumbuhan pembuluh darah pada endometrium dan meningkatkan penyimpanan
nutrisi (misalnya: glikogen).

Saat ini meningkat progesteron, sekresi Lll menurun. lika ovum tida dibuahi,
sekresi progesteron perlahan-lahan juga akan turun. Tanpa progesteron, endometrium
tidak bisa bertahan dan keluardalam bentuk FSH mulai meningkat pada saat estrogen
dan progesteron turun, kemudian siklus lagi.

Saat sedang terjadi, korpus luteum juga ada dua mormon lain yaitu inhibin dan
relaksin. Inhibin menunda produksi FSH dan mungkin juga LH oleh kelenjar pituitari
anterior Relaksin bekerja untuk mencegah kontraksi miometrium (sama dengan fungsi
progesteron) agar implantasi embrio yang sudah bisa dibuahi bisa berhasil.

Tiap wanita memiliki siklus menstruasi yang berbeda, normalnya 23-35 hari.
Wanita yang melakukan aktivitas fisik dalam jangka waktu yang lama bisa mengalami
amenorea (tidak mengalami menstruasi). Hal ini mungkin bisa timbulkan deposit
deposit lemak. Siklus menstruasi pada wanita akan terjadi jika tidak ada cadangan
energi yang cukup untuk dirinya sendiri dan bila ada janin yang hidup dalam
rahimnya. Amenorea juga ada pada saat ada stres fisik dan emosional, anoreksia
nervosa, atau kelainan endokrin lainnya.

PEMERIKSAAN FISIK PADA GENITALIA WANITA

Inspeksi

1. Posisikan klien secara litotomi, minta klien untuk relaks dan tidak kaku.
2. Jika ada kateter, catat ukuran kateter, karekteristik urin, dan urin urin dalam
kantong urin. Buang urine dalam kantong urin sebelum melakukan
pemeriksaan. Tanyakan kemampuan berkemih klien. Pada orang tua dan klien
yang menderita gangguan persaralan kemungkinan besar tidak bisa merasakan
keinginan untuk berkemih dan mengompol (inkontinensia urine). Produksi
urine normal adalah l -2 cc / kg BB / jam.
3. Jika klien tidak terpasang kateter, tanyakan apakah klien hisa buang air kecil
dengan lancar, adakah rasa perih atau terbakar saat buang air kecil, dan apakah
klien memiliki hasrat untuk berkemih tetapi tidak bisa keluar atau keluar hanya
sedikit-sedikit (anyan-anyangan). Jika klien mengalami grjala tersebut,

27
periksakan urine ke laboratorium, kemungkinan klien menderita infeksi saluran
kemih (ISK).
4. Inspeksi pada bagian mons pubis dan vulva, catat jika ada bekas luka, tumor,
atau keluarnya produksi sekret yang abnormal. Lihat warna dan persebaran
rambut pada mons pubis dan perineum.
5. Sebelum memalpasi perineum, sentuh dengan perlahan daerah paha agar
supaya klien tidak terkejut
6. Pisahkan labia majora dengan ibu jari dan telunjuk tangan yang dominan. Lihat
kesimetrisan labia majora, palpasi daerah tersebut. Catat jika ada massa, tekan,
atau perlukaan
7. Inspeksi labia minora, lihat kesimetrisannya, persebaran warna, ada bercak
kemerahan, atau ada sekret abnormal yang dihasilkan (warna, bau, berapa lama
diproduksi dan rasa gatal). normalnya labia minora berwarna merah muda
cerah
8. Retendiks labia minora ke samping, lihat klitoris klien Normalnya berdiameter
t / 0,5 cm Normalnya warna merah muda pucat . Catat jika tampak lesi atau
perlukaan.
9. Tetap retraksikan labia minora, lihat kondisi meatus uretralis. Normalnya
berwarna merah muda. Jangan sentuh meatus uretralis karena bisa
menimbulkan rasa nyeri
10. Lihat kondisi meatus vaginalis klien. Normalnya tampak berwarna merah
muda, bisa dalam kondisi yang lembap dan mengeluarkan cairan yang terdiri
atas sel epitel. Kondisi ini normal sel karena yang tidak berbau dan warna putih
susu atau bening. Jika ada sekret yang tampak abnormal atau keputihan yang
berlebihan, tanyakan berapa lama dan catat karekteristik. sekret yang
dikeluarkan
11. Lihat kondisi perineum dan anus. Normalnya perineum dalam kondisi utuh dan
halus. Warna kulit perineum lebih gelap dari daerah di sekitarnya. Lihat
apakah ada bekas luka episiotomi, catat kondisinya.
12. Lihat kondisi anus. Anus dalam kondisi retraksi (kulit sekitarnya mengkerut)
dan warnanya jauh lebih gelap dari sekitarnya. Lihat adanya hemoroid eksterna
atau interna
13. Jika wanita itu baru saja melahirkan, maka keluarlah dari vagina dengan
karekteristik berikut :

28
a. Lokia rubra yang dihasilkan liingga tiga hari pascapersalinan,
warnanya segar dan berbau khas darah.
b. Lokia alba dihasilkan pada sembilan hari pascapersalinan, warnanya
putih agak kuning, tidak berbau dan gatal.
14. Sekret vagina anormal.
a. Cokelat: di ada infeksi monilia atau kandida.
b. Putih mukoid: infeksi stafilokokus, streptokokus.
c. Putih berbusa: infeksi Trichomonas vaginalis.
d. Kuning kehijauan, lengket: gonorea.

c. Pemeriksaan Rectal Touche (Colok Dubur)

Pemeriksaan colok dubur merupakan pelengkap pemeriksaan fisik abdomen


dan genitalia yang dilakukan dengan indikasi :

1. Pada pria: Pemeriksaan rekto abdominal, pemeriksaan prostate dan vesika


seminalis

2. Pada wanita :Pemeriksaan rekto abdominal, pemeriksaan uterus dan adneksa serta
pemeriksaan genitalia pada nullipara

Pada pemeriksaan ini, kita dapat memilih posisi pasien sbb:

a. Left lateral prone position

Letak miring memudahkan pemeriksaan inspeksi dan palpasi anal kanal dan
rektum. Tetapi posisi ini kurang sesuai untuk pemeriksaan peritoneum.

b. Litothomy position

Posisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin yang tidak


memerlukan pemeriksaan anus secara detail. Dianjurkan dalam pemeriksaan prostate
dan vesika seminalis karena memudahkan akses pada cavum peritoneal.

c. Knee-chest position

Posisi ini biasanya tidak/kurang menyenangkan bagi pasien.

d. Standing elbow-knee position

Posisi ini jarang digunakan.

Pemeriksaan :
29
1. Mintalah pasien mengosongkan kandung kemih.
2. Persilahkan pasien untuk berbaring dengan salah satu posisi diatas.
3. Minta pasien untuk menurunkan pakaian dalam (celana), hingga regio analis
terlihat jelas.
4. Mencuci tangan.
5. Menggunakan sarung tangan
6. Menggunakan pelumas secukupnya pada tangan kanan.
7. Inspeksi regio analis, perhatikan apakah ada kelainan
8. Penderita diminta mengedan, letakkan ujung jari telunjuk kanan pada anal
orificium dan tekanlah dengan lembut sampai sfingter relaksasi. Kemudian
fleksikan ujung jari dan masukkan jari perlahan-lahan sampai sebagian besar jari
berada di dalam canalis analis.
9. Palpasi daerah canalis analis, nilailah adakah kelainan
10. Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah ventral sebagai titik acuan.
11. Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah ventral sebagai titik acuan.
12. Menilai tonus sfingter ani.
13. Menilai struktur dalam rektum yang lebih dalam.
14. Menilai ampula rekti kolaps atau tidak
15. Pemeriksaan khusus
 Prostat : Nilailah ketiga lobus prostate, fisura mediana, permukaan
prostate (halus atau bernodul), konsistensi (elastis, keras, lembut,
fluktuan), bentuk (bulat, datar), ukuran (normal, hyperplasia, atropi),
sensitivitas dan mobilitas.
 Vesikula seminalis : Normalnya tidak teraba, apabila terdapat kelainan
akan teraba pada superior prostate di sekitar garis tengah. Nilailah
distensi, sensitivitas, ukuran, konsistensi, indurasi dan nodul.
16. Uterus dan adneksa : Periksa dan nilai kavum Douglas pada forniks posterior
vagina.
17. Setelah selesai, keluarkan jari telunjuk dari rectum, perhatikan apakah pada
sarung tangan terdapat bekas feses, darah, dan lendir.
18. Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air mengalir
19. Buka sarung tangan dan tempatkan pada wadah yang disediakan
20. Bersihkan pasien dengan larutan antiseptik di sekitar regio analis.
21. Beritahukan pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan pasien
untuk duduk di tempat yang sudah disediakan.
30
22. Dokumentasi hasil pemeriksaan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.

Pemeriksaan fisik mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru
masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang di
rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan
harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.

Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk untuk
menegakkan diagnosa keperawatan, memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan,
maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

3.2 Saran

Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami
ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara
berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.

31
Daftar Pustaka

Debora. Oda. (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry.(2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.

Saputra, Lyndon .(2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia . Tanggerang : Binapura


Aksar

Maryunani, Anik.(2011). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK). Bogor


Trans Info Media.

32

Anda mungkin juga menyukai