Anda di halaman 1dari 15

ANALISA SENI RUPA 2

DIMENSI DAN
3 DIMENSI

KELOMPOK I:
ADJI KURNIA PUTRA
BILLI BRIAN GENIRO
EVANDO ON TAMBUNAN
FITRIANI BELA JAYA NEGARA
JULITA SASTRA PERMATA SARI
M.IQBAL SYAHNETA
NAMA LUKISAN : ‘’KUPAS’’
KARYA/PEMBUAT: YUDHA DWI KURNIAWAN
DUA DIMENSI
TAHUN PEMBUATAN: 2010

LUKISAN
ANALISA LUKISAN
Jenis : Lukisan

Fungsi: Sebagai
Pajangan/Hiasan

Media:kanvas yang
ukurannya 75 x90 cm
dan tebalnya 4 cm

Alat: Cat minyak,Cat


Akrilik,Kuas
ANALISA LUKISAN

Teknik : Plakat

Objek : Tumbuhan
Pisang

Simbol : Rokok yang


berada di dalam
buah pisang yang
terkelupas kulitnya
ANALISA LUKISAN

Makna:
ANALISA LUKISAN

Makna:
JUDUL:Marian Munday,The Waratah Vas,
TIGA DIMENSI
TAHUN PEMBUATAN :1912.
Gambar milik Dewan Kota Mosman.

GUCI
ANALISA GUCI
motif Australia dan Australiana, 1900
Marian Munday,The Waratah Vas,1912. Gambar milik Dewan Kota Mosman.
Pada Federation (1901) pasokan Australia bahan dan peralatan sebagian
besar tergantung pada impor bahasa Inggris dan desain. Namun dari
Federasi seterusnya, flora dan fauna Australia diadopsi sebagai motif
dalam kerajinan dan karya desain dan penggunaan material lokal menjadi
populer.
Pada tahun 1906 di Mosman, enam pengrajin membentuk Masyarakat
Seni dan Kerajinan dari NSW untuk mengembangkan dan membina
kerajinan unik Australia baik dalam desain dan bahan. Selama lebih dari
seratus tahun sejak itu, komunitas yang berpikiran pengrajin telah
bertahan dalam praktek seni dan kerajinan Australia.
Inspirasi dari bunga Australia telah ditandai pengembangan motif unik
dalam seni visual di Australia. Pada tahun 1915, RT Baker, pendukung
gigih dari Waratah dan flora lokal lainnya sebagai motif dalam seni,
kerajinan dan industri menulis:
Seluruh tanaman (Waratah) cocok untuk keberanian seperti ide-ide artistik di semua cabang Seni Terapan bahwa ia memiliki
beberapa compeers antara wakil dari dunia bunga seluruh ...
RT Baker (1915) The Flora Australia di Seni Terapan, Bagian 1, The Waratah, Sydney.
Margaret Preston, bekerja di tahun 1930-an dan 1940-an, digunakan
bentuk berani Waratah dalam ukiran kayu nya cetakan tangan berwarna
dan ini memberikan kontribusi untuk pengakuan bunga dan tanaman asli
sebagai bagian dari identitas budaya Australia.
Nell Holden, seorang ceramicist, membuat kendi banksia selama Perang
Dunia Kedua, berdasarkan karakter yang diciptakan oleh sepupunya Mei
Gibbs (penulis Snugglepot dan Cuddlepie). Ini adalah meskipun peraturan
perang di Australia membatasi tembikar untuk membuat barang utilitarian,
dan diizinkan hanya karena cetakan telah dibuat sebelum perang.
• ANALISIS LUKISAN
• Oleh: Imam Nofianto

• Bentuk (form)
Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan terhadap lukisan yang
berjudul “kupas” yang dibuat oleh Yudha Dwi Kurniawan salah satu
mahasiswa jurusan seni rupa Universitas Negeri Semarang, untuk subjek
utama berupa sosok pisang yang di dalamnya merupakan sebatang rokok
digarap dengan pendekatan realistik, pisang yang digambarkan berwarna
kuning dengan kulit pisang terkelupas di ujung sebelah kiri. Kemudian bagian
dalam pisang pada ujung sebelah kiri merupakan sosok dari sebatang rokok
yang telah menyala dimana terlihat ada sedikit bara rokok yang terlihat dan
tatu rokoknya serta asap yang juga masih mengepul dari ujung batang rokok.
Ditambah juga dengan bayangan yang ada pada samping bawah subjek utama
mengesankan seolah-olah cahaya datang dari arah atas agak sedikit condong
ke kanan.
Lukisan ini dibuat dalam rangka pameran Play #5 yang diselenggarakan
oleh Hima Seni Rupa tahun 2010. Dengan mengusung tema “On Fire” yaitu
semangat para mahasiswa seni rupa pada khususnya untuk berkarya.
Pameran tersebut diadakan di ruang bundar lantai 2 gedung dekanat FBS
UNNES. Karya yang dibuat oleh Yudha ini berukuran 75 cm x 90 cm, dengan
ketebalan kanvas 4 cm dan tidak menggunakan pigura atau frame.
Subjek utama berada pada bagian tengah bidang lukisan agak sedikit ke
bawah. Dengan bentuk pisan melengkung dari mendatar kanan ke kiri atas.
Kulit yang terkelupas berada pada bagian kedua sisi pisang yaitu depan dan
belakang dan pada bagian bawah melengkung hingga seperti menempel pada
alas atau forground.
• Berbeda dengan subjek utamanya, background dikerjakan dengan menggunakan
pendekatan lebih ekspresif. Dapat terlihat pada goresan- goresan dan sapuan-
sapuan kuas yang sangan ekspresif dan terlihat seperti ada warna yang mengucur
seperti dikucurkan atau dicipratkan oleh pelukis pada bidang kanvas sehingga
nampak kesan ekspresifnya. Warna yang digunakan untuk background atau latar
menggunakan warna hitam, coklat, biru, dan warna asli dari kanvas itu sendiri serta
aksen warna abu-abu. Dengan menggunakan teknik tertentu warna-warna tersebut
dikombinasikan sehingga ada bagian dimana warna-warna tersebut menyatu
dengan warna lain dan ada juga warna yang menutup warna lain. Background atau
latar dibuat ekspresif dan abstrak.
• Dalam karya lukisan yang berjudul “kupas” ini menggunaka media cat
minyak dan akrilik pada kanvas. Cat minyak dan akrilik merupakan media untuk
melukis dengan mengencer yang berbeda. Walaupun berbeda namun nyatanya
media ini dapat dikombinasikan dalan satu bentuk karya lukis. Cat minyak yang
menggunakan bahan pengencer berupa minyak dan akrilik yang biasanya
menggunakan bahan pengencer berupa air dipadukan dalan kanvas sehingga
menimbulkan efek khusus seperti saat minyak atau bensin bercampur dengan air,
maka akan terjadi saling tolak menolak antara minyak dengan air.
• Penggarapan lukisan ini tentunya membutuhkan waktu yang cukup panjang
karena media yang digunakan juga berbeda jenis. Sehingga ketika selesai
memeberikan warna dengan menggunakan cat minyak harus menunggu kering
terlebih dahulu jika akan menggunakan warna dari akrilik, agar warna yang
menumpuk dapat tertutup dengan baik. Terutama pada penggarapan subjek
utamanya. Berbeda saat penggarapan backgrounnya, karena di bagian backgroun
justru malah sengaja di campurkan antara cat minyak dengan akrilik.
• Tanda (Simbol)
• Simbol dalam lukisan yang berjudul “kupas” ini adalah rokok yang berada di
dalam pisang yang terkelupas kulitnya serta pisan itu sendiri. Rokok merupakan
sesuatu yang mengandung zat adiktif ataupun zat yang berbahaya bagi kesehatan
manusia. Rokok diibaratkan sebagai sarang penyakit. Sedangkan pisang adalah salah
satu makanan yang ketika akan memakannya harus dikupas terlebih dahulu. Ketika
telah dikupas ternyata di dalam pisang itu berisi rokok yang sudah barang tentu
mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
• Jika dikaitkan dengan situasi pada saat pembuatan lukisan itu yaitu pada
tahun 2010, pada saat itu sedang hangat-hangatnya dan masaknya berita tentang
isu-isu politik di Indonesia. Mulai dari korupsi hingga kasus penyuapan dan mafia
kasus atau iatilah kerennya adalah markus. Pelukis mungkin ingin memfisualisasikan
dimana ketika sesuatu itu dibongkar atau istilah lain dikupas maka akan terlihat dan
diketahui bahwa di dalamnya terdapat sesuatu yang sangat berbahaya, sangat
merugikan, banyak kecurangan, banyak kejahatan, dan banyak korupsi tentunya.
• Hal-hal tersebut seperti korupsi, kolusi, penyuapan, mafia kasus, mafia pajak
dan sebagainya diibaratkan oleh pelukis sebagai sebuah atau sebatang rokok yang di
dalamnya mengandung zat-zat yang berbahaya bagi manusia. Kemudia pada saat itu
juga sedang gencar-gencarnya KPK atau komisi pemberantasan korupsi menjadi
sorotan media karena ketua nya sendiri malah ikut bermasalah. Lembaga yang
seharusnya menjadi harapan masyarakat untuk membasmi para koruptor dan
“penyakit-penyakit” lain itu justru harus bekerja kersa ketika malah harus
menghadapi masalan tersebut.
• Secara umum, pelukis mungkin ingin menyoroti situasi politik saat itu yang
sedang gencar-gencarnya ingin memberantas tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
oknum-oknum tertentu seperti korupsi, penyuapan dan lain sebagainya. Pisang yang
dikupas merupakan simbol dari keinginan pelukis untuk mengupas segala bentuk
kecurangan-kecurangan dan juga tindakan tindakan yang kurang terpuji yang
digambarkan dengan rokok yang mengandung banyak zat-zat yang berbahaya yang
hanya akan meracuni tubuh manusia.
• Kemudian warna hitam pada bagian latar belakang lukisan sebagai simbol
keadaan politik yang sedang suram karena terjadi banyak terjadi praktek-praktek
kejahatan serta menggambarkan suatu situasi yang mencekam, gelap, tanpa tahu
arah harus dan akan kemana. Warna merah pada latar belakang lukisan
menggambarkan suatu gejolak politik yang amat sangat luarbiasa, warna merah
mengesankan sesuatu itu bersifat panas, berapi-api, gelisah, emosi, ribut,
menantang dan bergejolak yang bercampur juga dengan warna bisa membuat
semua itu menjadi sesuatu yang kontras dan semakin tidak nyaman. Warna abu-abu
pada lukisan tersebut menggambarkan sebuah kepiluan, kemurungan, keterpurukan
dari situasi yang terjadi, seta ada sebuah kebimbangan dan kebingungan karena
tidak dapat ditebak sebenarnya mana yang benar dan mana yang salah.
• Unsur-unsur visual dan prinsip estetik
• Unsur-unsur visual yang terdapat pada lukisan yang berjudul “kupas” ini diantaranya yaitu
unsur garis, noktah (titik), warna, tekstur, raut, gelap terang, ruang. Unsur garis pada lukisan
dapat diidentifikasi datri goresangoresan dan sapuan kuas serta hasil dari cipratan cat pada
bidang kanvas, selain itu unsur garis juga dapat terbentuk dari dua warna yang berbeda
intensitasnya, sehingga pada bagian tengah atau bagian pertemuan itu akan membentuk garis.
Noktah atau titik pada lukisan tersebut ditimbulkan karena penggunaan teknik dalam proses
melukis yaitu dengan cara mencipratkan cat pada bidang kanvas sehingga ada bagian dimana cat
akan tersebar membentuk noktah-noktah yang tak beraturan dengan ukuran yang beragam.
• Dari cipratan-cipratan cat yang membentuk noktah tadi dapat menimbulkan bentuk-
bentuk atau susunan-susunan yang memiliki nilai estetis tersendiri baik itu dilihat dari segi
komposisi maupun jika dilihat dari ekspresifitasnya. Unsur warna yang ditampilkan pada lukisan
tersebut cukup berani. Pelukis memadukan beberapa warna yang menjadikan itu sebagai
kombinasi warna kontras yaitu warna kuning pada objek utama, kemudian warna merah dan biru
pada latar belakang atau background lukisan. Untuk warna hitam dan abu-abu menurut saya itu
merupakan warna yang netral jadi masih aman untuk digunakan. Tekstur pada lukisan tersebut
terbentuk dari goresan kuas ataupun dari cipratan-cipratan cat yang dilakukan oleh pelukis atau
seniman pada bidang kanvas. Tekstur halus dapat diidentifikasi pada objek utamanya yaitu pada
kulit pisang yang digambarkan seniman, serta tekstur pada ujung batang rokok yang terbakar, itu
juga berbeda. Kemudia tekstur dari background lukisan itu sendiri.
• Unsur rupa raut pada lukisan terbentuk dari warna cat yang didoreskan ataupun ruang-
ruang yang tidak tertutup oleh cat. Unsur gelap terang pada lukisan ini juga belum terlalu digarap
dengan maksimal, karena ada beberapa bagian yang seharusnya gelap tetapi belum digarap
dengan semestinya mengingat bahwa dalam pengerjaan objek utamanya dengan pendekatan
realistik. Kemudian untuk mengesankan unsur ruang atau kedalaman pada lukisan tersebut belum
terlalu nampak jelas, hanya saja terddapat bayangan pisang agar terkesan tiga dimensi atau
realistik, namun menurut saya masih belum tergarap dengan maksimal.
• Jika dilihat dari segi estetikanya, masih ada beberapa bagian yang masih kurang. Seperti
pada bagian kulit pisang yang terkelupas, pembagian kulit yang terkelupas masih terkesan kaku
karena masih terkesan terlalu simetris dan juga masih kurang luwes sehingga nampak kaku. Kulit
pisang pada bagian bawah yang terkelupas juga terlihat tidak wajar ketika melengkung ke atas
seolah-olah mampu menopang berat dari pisanggnya. Padahal kan yang namanya kulit pisang itu
lentur dan lembek, tidak memiliki kekuatan untuk menopang berat pisang yang berukuran besar
seperti pada lukisan. Kecuali itu memang imajinasi dari senimannya. Tetai tetap saja itu terkesan
kaku dan mengurangi nilai estetiknya. Kemudian posisi dan letak dari subjek utama juga
mempengaruhi prinsip estetiknya. Subjek utama berada di tengah bidang kanvas, hal itu
membuat lukisan terlihat kaku dan kurang adanya dinamika pengkomposisian subjek lukisan.
• Kesan yang diperoleh
• Kesan yang saya dapatkan setelah melihat lukisan ini adalah pada saat pertama melihat, saya beranggapan mungkin ini tentang bahaya rokok
yaitu tentang impotensi atau sejenisnya. Karena dilihat dari pemvisualisasian subjek utamanya berupa pisang dan juga ada batang rokoknya. Pisang
identik dengan penggambaran untuk alat kelemin laki-laki. Namun setelah dikaji lebih lanjut dan dikaitkan dengan berbagai faktor ternyanya maksud
dari lukisan lebih dari pada itu. Lukisan lebih menyoroti kepada masalah politik yang sedang marak terjadi saat itu. Lebih lagi jika dilihat dari judulnya
yaitu “kupas”, maka akan dibayangkan bahwa ada sesuatu yang ingin diungkap.
• Penilaian terhadap gagasan, teknik dan media
• Gagasan yang diambil oleh pelukis adalah tentang menyoroti situasi polotik yang sedang terjadi saat itu. Menurut saya gagasan pelukis sangat
bagus sebagai suatu bentuk apresiasi ataupun bentuk sindiran dan hasil refleksi dari kejadian-kejadian yang terjadi saat itu. Gagasan tentang lukisan
yang berjudul “kupas” ini merupakan salah satu bentuk harapan dari masyarakat Indonesia dalam hal ini diwakili oleh seniman/pelukisnya atas apa
yang terjadi pada negara ini. Masalah-masalah politik, koupsi, penyuapan, memang sudah sepantasnya untuk diungkap dan diusut.
• Teknik dalam penggarapan lukisan ini yang digunakan oleh seniman menggunakan pendekatan realistik pada subjek utamanya, dan berbeda
lagi saat penggarapan pada backgroundnya yaitu dengan lebih ekspresif dan dengan teknik-teknik yang unik dan menarik karena menggabungkan
dua media yang berbeda yaitu cat minyak dengan cat akrilik. Media yang digunakan adalah kanvas dengan ukuran 75 cm x 90 cm dengan ketebalan 4
cm.
• Kesimpulan
• Dalam penggarapan lukisan ini sudah cukup baik, hanya saja perlu diperhatikan lagi prinsip estetiknya. Gagasan yang diambil juga cukup
menarik dan problematis sebagai suatu bentuk sindiran ataupun suatu bentuk pengharapan. Namun untuk penyampaian tujuan kepada pengamat
masih kurang jelas. Masih besar kemungkinan dengan simbol-simbol yang digunakan akan terjadi salah tafsir dari pengamat.
• Saran
• Menurut saya dalam penggambaran subjek utamanya harus diperhatikan lagi komposisi dan penempatannya pada bidang kanvas agar lebih
enak dilihat dan lebih estetis. Kemudian pemvisualisasian gagasan dalam bentuk subjek gambar harus diperhatikan lagi agar supaya tidak terjadi
salah tafsir bagi pengamat.

Anda mungkin juga menyukai