Contoh 1:
Narasi
Media yang digunakan dalam lukisan di atas tergolong dalam mix media, dimana lebih dari satu
media digunakan dalam pembuatan lukisan ini. Diantara media yang digunakan ialah cat minyak, cat
poster dan serbuk yang menyerupai perak. Dikatakan bahwa penggunaan mix media tersebut
bertujuan agar dapat menimbulkan kesan meriah, berwarna dan tidak monoton.
Bagi seniman-seniman profesional dan orang-orang yang sudah mengenal seni rupa dengan sangat
dalam, karya ini memang bisa dibilang tidak ada apa-apanya. Namun terkandung makna yang begitu
dalam di balik lukisan ini. Seperti yang diungkapkan senimannya, lukisan ini dibuat untuk ibunya dan
atas dasar kasih sayang kepada orang tuanya. Dia berfikir jika lukisan buatannya ini memenangkan
perlombaan, maka dia akan mengajak kedua orang tuanya menyaksikan pameran perlombaan seni
rupa itu, dia berharap orang tuanya bisa bangga kepadanya.
Banyak kelemahan dalam lukisan ini, diantaranya adalah pemilihan warna yang tidak variatif karena
warna-warna yang dipilih banyak berupa warna primer dan sedikit sekali digunakan warna sekunder
apalagi warna tersier, jadi warna-warna pada lukisan tersebut cenderung tidak matang.
Konsep lukisannya sendiri, sang seniman ingin menunjukan suatu gambaran bagaimana perasaan
seseorang (pelukis) ketika tengah memainkan gitar. Perasaan tersebut adalah perasaan yang penuh
warna, meliuk-liuk dengan tenang dan gemerlap bagaikan bintang. Dan semua perasaan tersebut telah
tertuang dalam lukisan itu dengan perwakilan-perwakilan tertentu pada objek-objek atau komponen-
komponen lukisan.
Meskipun lukisan ini masih jauh dibanding karya-karya seniman profesional, namun ini adalah
langkah awal yang baik bagi pelukis untuk terjun di dunia seni rupa.
MENGIDENTIFIKASI
Deskripsi
Konsep lukisannya sendiri, sang seniman ingin menunjukan suatu gambaran bagaimana perasaan
seseorang (pelukis) ketika tengah memainkan gitar. Perasaan tersebut adalah perasaan yang penuh
warna, meliuk-liuk dengan tenang dan gemerlap bagaikan bintang. Dan semua perasaan tersebut telah
tertuang dalam lukisan itu dengan perwakilan-perwakilan tertentu pada objek-objek atau komponen-
komponen lukisan.
Formal Interpretasi
Media yang digunakan dalam lukisan di atas tergolong dalam mix media, dimana lebih dari satu
media digunakan dalam pembuatan lukisan ini. Diantara media yang digunakan ialah cat minyak, cat
poster dan serbuk yang menyerupai perak. Dikatakan bahwa penggunaan mix media tersebut
bertujuan agar dapat menimbulkan kesan meriah, berwarna dan tidak monoton.
Penilaian (Evaluasi)
Banyak kelemahan dalam lukisan ini, diantaranya adalah pemilihan warna yang tidak variatif karena
warna-warna yang dipilih banyak berupa warna primer dan sedikit sekali digunakan warna sekunder
apalagi warna tersier, jadi warna-warna pada lukisan tersebut cenderung tidak matang.
Konsep lukisannya sendiri, sang seniman ingin menunjukan suatu gambaran bagaimana perasaan
seseorang (pelukis) ketika tengah memainkan gitar. Perasaan tersebut adalah perasaan yang penuh
warna, meliuk-liuk dengan tenang dan gemerlap bagaikan bintang
Kekurangan
Banyak kelemahan dalam lukisan ini, diantaranya adalah pemilihan warna yang tidak variatif karena
warna-warna yang dipilih banyak berupa warna primer dan sedikit sekali digunakan warna sekunder
apalagi warna tersier, jadi warna-warna pada lukisan tersebut cenderung tidak matang.
Kelebihan
Meskipun lukisan ini masih jauh dibanding karya-karya seniman profesional, namun ini adalah
langkah awal yang baik bagi pelukis untuk terjun di dunia seni rupa.
Kelebihan
Meskipun lukisan ini masih jauh dibanding karya-karya seniman profesional, namun ini adalah
langkah awal yang baik bagi pelukis untuk terjun di dunia seni rupa.
Contoh 2:
Identitas Karya Seni
Narasi
Hendra Gunawan adalah salah satu seniman lukis Indonesia. Dia pernah ditahan selama 13 tahun
dimulai pada tahun 1965 hingga 1978. Selama didalam penjara beliau tetap berkarya membuat
lukiasan bertema tentang kehidupan masyarakat pedesaan pada zamannya. Seperti panen padi,
berjualan buah, kehidupan nelayan. Ada salah satu karyanya yang berjudul “mencari kutu rambut”
yang dibuat pada tahun 1953. Lukisan ini menampilkan subjek matter yaitu seorang wanita yang
sedang duduk mencari kutu wanita yang sedaang memangku anak perempuanya yang memegang
wayang. Lukisan ini dibuat dengan media cat minyak diatas kanvas dengan ukuran 84cm x 65cm.
Deskripsi
Dalam lukisan “mencari kutu rambut” nampak Hendra menampilkan dua sosok wanita dewasa
dengan memakai baju kebaya sederhana dengan rok menggunakan jarik, dan satu anak kecil yang
sedang memegang wayang dengan dipangku salah seorang wanita dewasa. Wanita yang sedang
mencari kutu menggunakan baju berwarna biru keputihan yang warnanya hampir sama dengan warna
backgroun yang ingin ditampilkan dengan motif titik-titik berwarna-warni, dengan menggunakan rok
dari jarik warna coklat, dengan rambut diikat.
Ekspresi wanita tersebut terlihat serius mencari kutu pada wanita yang kedua. Wanita yang kedua
memakai baju kebaya sederhana juga berwarna putih dengan motif, dan menggunakan jarik dengan
warna coklat namun hampir sama dengan warna tanah yang ditampilkan, wanita kedua terlihat
rambutnya terurai panjang menandakan bahwa dia yang sedang dicari kutu rambutnya. Tanganya
sedang memegang kapala anak kecil dengan rambut agak pendek dengan baju berwarna merah muda
yang memegang sebuah wayang. Kemudian background berwarna biru dan terlihat seperti ada pohon.
Lukisan ini cenderung menggunakan warna yang soft dengan background yang sederhana. Kemudian
warna kulit ketiganya sama, coklat keputihan.
Analisis formal
Lukisan ini cenderung bergaya ekspresionis dengan tampilan warna dan background yang sederhana
kemudian warna biru yang masuk pada warna baju wanita pertama, kemudian warna tanah yang
masuk pada warna jarik wanita kedua. Kebaya sederhana merupakan pakaian tradisional jawa yang
sering dikenakan oleh wanita-wanita pada kesehariannya, dengan bertapihkan jarik sebagai kombinasi
pakaian yang ia pakai. Kemudian dengan wanita pertama mengikat rambutnya sehingga mirip seperti
disanggul itu juga menerangkan tentang kebudayaan jawa. Kemudian pada wanita kedua dengan
tanda yang ada dijidatnya berupa warna hijau, merupakan sebuah kebiasaan wanita di jawa jika iya
baru melahirkan. Rambut-rambut panjang yang terurai juga mengesankan bahwa itu wanita jaman
dahulu yang masih kental dengan tradisi jawa. Kemudian adanya bentuk wayang yang sedang
dipegang anak kecil sebagai mainan menegaskan bahwa kebiasaan mencari kutu rambut yang
ditampilkan merupakan kebiasaan masyarakat dijawa.
Kekurangan
Namun ada sedikit yang menjadikan kekuranga yaitu pada backgroun yang dibuat kurang
menampilkan bahwa itu adalah kebiasaan masyarakat pedesaan. Terlalu sederhana dan tidak
mendukung subjek matter yang ditampilkan. Padahal biasanya orang yang mencari kutu rambut itu
duduk didepan rumah. Kemudian untuk proporsi manusia asli mungkin kurang diperhatikan sehingga
untuk kaki wanita kedua cenderung pendek. Kemudian untuk warna background dengan baju wanita
pertama itu sedikit membingungkan karya warnanya menyatu, kemudian warna tanah juga yang
disamakan dengan jarik wanita kedua itu agak kurang menarik.
Contoh 3:
Judul : Harmonis
Pelukis : Ahmad Savic A
Tahun : 2009
Media : cat air
Pohon menyimbolkan sebuah kehidupan yang utuh dan pasti, kepastian ini tergambar dari karakter
pohon yang pada umumnya memiliki batang yang kuat. Sesuatu yang berhubungan dengan alam
artinya hidup dan pohon merupakan salah satu bagian dari alam. Sedangkan tiang listrik adalah
penyangga dari listrik sendiri seolah-olah menjadi simbol dari sesuatu yang lain, lain dari sesuatu
yang hidup. Listrik merupakan sesuatu yang tidak hidup dan dapat mematikan. Apalagi listrik itu
dapat mematikan sebuah pohon pada kejadian tertentu.
Unsur-unsur visual dan prinsip estetik yang digunakan
Lukisan “harmonis” ini tidak mengkomposisikan subjek utama terlalu tengah, sehingga tidak terlalu
statis namun tetap fokus pada subjek utama. Penyusunan pohon besar inipun dikomposisikan
menjulang ke atas serong kanan sehingga lebih indah. Pengkomposisian sebuah tiang listrik yang
tegak menjulang dari bawah menjadi sorotan yang estetik ketika puncaknya semakin berdekatan
dengan puncak pohon. Garis-garis dari pembentukan ranting pohon seolah menjadi ciri khas tersendiri
dalam karya ini, sebab menjadi perpaduan pula pada garis-garis yang terbentuk dari kabel listrik di
sebelahnya. Hal ini menjadikan komposisi yang menarik. Begitu pula perulangan daun-daun abstrak
seolah menjadi taburan yang membuat karya ini lebih indah.
Warna yang digunakan bukan merupakan warna asli dari sebuah pohon, Savic menggunakan warna-
warna campuran seperti warna orange, kuning dan biru. Hal ini membuat lukisan yang dibuatnya
menjadi estetis dan menarik. Warna pohon yang pada umumnya hijau dan coklat menjadi lebih
bervariasi. Meski jika Savic menggunakan warna-warna ini sebagai background nuansa, warna-warna
inipun masih menjadi unsur estetik dalam karyanya.
Penilaian anda terhadap gagasan, teknik dan media yang digunakan dalam kaitannya dengan
ekspresi yang dihasilkan
Menarik sekali lukisan ini mendapatkan gagasan dari sebuah pohon yang pada dasarnya menyatu
dengan alam namun Savic menampilkan dalam keadaan berada di perkotaan. Bukan menjadi sosok
pohon yang paling mendominasi keadaan kering di kota namun gagasannya dalam menampilkan
subjek utama adalah merupakan bentuk keharmonisan yang unik.
Teknik yang digunakan dalam lukisan ini adalah teknik aquarel, merupakan teknik yang tepat untuk
lukisan pada media kertas aquarel. Cat air yang digunakanpun sesuai dengan penggambaran nuansa
yang diharapkan. Teknik pelukisan wet on wet menjadikan pembentukan warna nuansa membaur
dengan warna kertas. Sehingga gradasi hilang yang tercipta dalam lukisan ini berhasil menjadi
background yang indah.
Media kertas memang merupakan media yang tepat ketika menggunakan cat jenis cat air. Apalagi
kertas yang digunakan memiliki tekstur yang kuat sehingga menunjang pada teknik. Tekstur kertas ini
memberikan peleburan warna menjadi sempurna, air yang digunakan Savic ini mampu teresap
sempurna pada kertas walaupun ada beberapa detail bagian yang kurang diperhatikan.
Keharmonisan bukan merupakan suatu yang terdiri atas segala hal yang sama, namun terdiri atas hal
yang berbeda jauh. Sisi indah dari keharmonisan adalah kesamaan hal kecil yang tak terduga dan
berjalan begitu saja. Seperti segala sesuatu yang alami, ada kesenjangan yang dapat terlihat dengan
jelas dan gamblang namun ada jembatan lembut yang menyatukan keindahan dari sebuah jalinan.
Perbedaan kecil dapat menjadi penghias yang mengkukuhkan sebuah hubungan, terkadang sesuatu
yang menjadi pembeda itu adalah justru menjadi penyatu.
Contoh 4:
Dari segi teknik pembuatan karya, lukisan “Impian Sarang” digarap dengan teknik dry brush yaitu
teknik sapuan kering. Bentuk atau form dari karya Gunarso ialah realistik dengan gaya surealisme.
Proses penciptaannya terlihat penuh persiapan dan cukup matang tercermin dari hasil karyanya yang
rapi, rumit, dan tertata. Gunarso sepertinya asyik bermain-main dengan komposisi. Ia mencoba
menyampaikan kegelisahanya dalam bentuk karya dua dimensi yang menyiratkan segala kegelisahan
melalui torehan kuas di kanvas dengan pilihan warna- warna yang menjadi karakter dalam karya
lukisnya.
2. Analisis Formal
Representasi visual ditampilkan dengan bentuk realis yang terencana, tertata dan rapi, sesuai dengan
konsep realis yang menyerupai bentuk asli suatu objek. Penggunaan gelap terang warna juga telah
bisa memvisualisasikan gambar sesuai nyata. Penggarapan background yang transparan dengan warna
abu-abu kontras dengan warna sarang yang entah disadarinya atau tidak. Sehingga jika dilihat dari
kejauhan, background itu sendiri malahan lebih menarik perhatian audien dari pada subjek utamanya.
Dalam berkarya Gunarso mampu mengemas karyanya hingga memiliki karakter tersendiri yang
mencerminkan bagian dari kegelisahan, latar belakang serta konflik yang disampaikan kepada audien,
bagaimana dia mampu menarik dan memancing audien untuk berinteraksi secara langsung dan
mencoba mengajak berfikir tentang apa yang dirasakan olehnya tentang issu yang terjadi di dalam
negerinya, kegelisahan tentang kerusakan yang semakin parah.
3. Interpretasi
Dalam setiap karya seni sudah pasti terdapat makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh
seniman kepada audien atau masyarakatumum. Agar dapat mengetahui makna dan pesan dalam karya
seni yang ingin disampaikan, kita membutuhkan intepretasi/ penafsiran untuk memaknainya yang
didahului dengan mendeskripsikan. Dalam mendeskripsikan suatu karya seni, setiap orang mungkin
saja sama karena mendeskripsikan adalah berkaitan dengan apa yang dilihatnya, tetapi dalam
menafsirkan akan berbeda karena adanya perbedaan sudut pandang atau paradigma dari setiap orang.
Dalam lukisan yang berjudul “Impian Sarang” ini, sang seniman mencoba menampilkan keadaan
negeri yang telah banyak kerusakan. Kerusakan tersebut digambarkan pada background yaitu pohon-
pohon yang kering tak berdaun dan mati yang seperti terlihat habis dibakar. Selain itu, seniman juga
menampilkan gambar asap atau awan yang menggambarkan polusi udara yang dihasilkan dari pabrik,
gas buang kendaraan bermotor, dan juga pembakaran hutan yang sering terjadi di negeri kita.
Sebenarnya kerusakan yang sudah terjadi di negeri kita bukan hanya pembakaran hutan yang
mengakibatkan polusi udara yang parah, tetapi masih banyak lagi seperti banjir, tanah lonsor,
kekeringan dan lain sebagainya. Pada lukisan ini seniman memilih pembakaran hutan sebai gambaran
kerusakakan negeri kita karena setiap tahun hal itu terjadi dan terus berulang-ulang.
Kemudian pada lukisan ini juga terdapat sebuah sarang burung dengan keadaan alam yang
indah di dalamnya. Sarang burung ini diibaratkan oleh seniman sebagai bumi atau negeri kita, yaitu
sebagai tempat tinggal, tempat berlindung dan tempat beraktivitas sehari-hari. Sedangkan alam yang
indah merupakan impian dari keadaan negeri kita yaitu tanah yang subur, udara yang segar tanpa
polusi, air yang jernih dan keadaan yang damai. Keadaan seperti itulah yang sebenarnya diimpikan
oleh seniman pada negeri kita.
Perkembangan zaman yang begitu pesat mengakibatkan manusia menjadi serakah, egois,
individualis dan acuh tak acuh terhadap sesama juga terhadap alam. Hal inilah yang mengakibatkan
kerusakan di negeri kita. Gunarso lewat karya lukisannya ini seolah ingin memberi penyadaran
kepada kita, untuk memulai menyelamatkan dan melestarikan alam negeri kita.
5. Penilaian
Penialaian keindahan suatu karya seni tidak hanya berdasar objek yang dilukis tetapi juga
menyangkut isi dan makna. Pada lukisan “Impian Sarang” ini merupakan karya yang berkualitas,
karena selain unsur visualnya digarap dengan serius, lukisan ini juga sarat akan pesan moral. Lukisan
ini tidak memesis mutlak tanpa makna, karena dalam lukisan ini terdapat emosional dan personality
Gunarso untuk menyampaikan gagasan.
Contoh 5 :
Identitas Karya
Judul karya : The Scream (Jeritan)
Nama Seniman : Edvard Munch
Bahan : kadmium kuning, merah terang, biru laut dan pensil di atas Karton
Ukuran : 91 cm x 73,5 cm
Tahun Pembuatan : 1893
1. Deskripsi Karya
Karya lukis oleh Edvard Munch yang berjudul The scream adalah sebuah lukisan ekspresionsis yang
telah banyak menjadi inspirasi oleh seniman lain yang berbeda aliran. Lukisan ini dianggap oleh
banyak orang sebagai karyanya yang paling penting. Lukisan ini melambangkan manusia modern
yang tercekam oleh serangan angst (kecemasan eksistensial, dengan cakrawala yang diilhami oleh
senja yang merah, yang dilihat setelah letusan Gunung Krakatau pada 1883. Background di dilukisan
adalah Oslofjord, yang dilihat dari bukit Ekeberg. Kadang-kadang lukisan ini disebut juga The Cry
("Tangisan"). Medium lukisan the scream adalah kadmium kuning, merah terang dan biru laut yang
dikerjakan diatas karton yang memiliki ukuran 91 x 73,5 cm. Pengerjaan lukisan ini dinilai cukup
bagus karena Edvard berhasil menggabungkan berbagai warna yang membuat keserasian didalam
lukisan ini menjadi hal yang menambah daya tarik dari karya lukisan ini serta dengan adanya sesosok
manusia yang digambar dengan gaya yang unik membuat lukisan ini mempunyai ciri khas tersendiri.
2. Analisis karya
Lukisan ini memiliki banyak teori tentang maknanya salah satunya adalah keadaan Edvard ketika dia
melihat langit yang berubah menjadi merah darah saat dia berjalan jalan diluar. Maka dapat
disimpulkan bahwa sebetulnya lukisan ini adalah penggambaran perasaan Edard saat dia dirundung
rasa cemas dan rasa panic yang menimpanya saat dia mendengar “Jeritan alam” dimana dia berusaha
untuk menutup telinganya dengan kedua tengannya untuk tidak mendengar “Jeritan Alam” sehingga
seolah – olah dia mengalami serangan panic. Posisi di mana ia melukiskan dirinya sendiri adalah
reaksi refleks yang khas dari siapapun yang berjuang untuk menghindari suara yang menekan, entah
suara yang sungguhan atau yang dibayang-bayangkan.