Anda di halaman 1dari 8

ANGGOTA :

1. Besty Cintara Vian Sinaga (06)


2. Birgitta Diolita Manda R (08)
3. Kintan Azzahra Ghandi (21)
4. Nadindra Putri Aurellia (27)
5. Yasmin Chandrasa Putri (36)

TUGAS KRITIK KARYA SENI RUPA LUKISAN

IDENTIFIKASI DATA KARYA DARI SUMBER:

Nama Seniman : Norwegia Edward Munch

Media : Cat minyak pada kanvas

Tahun Pembuatan : 1893

Dimensi Karya : 91 cm × 73.5 cm


IDENTIFIKASI UNSUR VISUAL:

Lukisan “The Scream” ini mempunyai goresan-goresan yang sangat


ekspresionis. Munch juga menggunakan prespektif objek satu sama lain sehingga
terlihat monoton, serta warna-warna yang tegas, dalam pewarnaanya
menggunakan warna merah serta biru kehitam-hitaman pada langit yang
menggambarkan suasana terbenamnya matahari di sore hari. Munch
menggunakan warna merah dan biru kehitam-hitaman yang mempunyai arti
seperti alam adalah sebuah neraka yang menjerit-jerit dalam kehidupannya,
sehingga dalam lukisan the scream tersebut di gambarkan sosok yang menutup
telinga dan menjerit akan kengeriannya Seperti yang kita ketahui bahwa Munch
mempunyai kisah sedih yang dialami oleh keluarganya, munch ditinggal
selamanya oleh ibunya yang meninggal karena penyaki TBC yang dimilikinya, serta
adiknya yang sakit kejiwaan mentalnya sehingga di rawat di rumah sakit jiwa.
Dalam lukisan “The Scream” ini, Munch meluapkan perasaan dalam
kehidupannya, terlihat dari goresan serta warna yang digunakan oleh Munch
dalam hal ini Munch ingin menyampaikan pesan yang dalam pada publik akan
perasaan yang dirasakannya selama hidupnya sehingga lukisan “The Scream”
dilukiskan sosok yang menjerit ketakutan terlihat seperti wanita dan seperti pria,
akan tetapi apabila dilihat dari latar belakang kehidupan Munch , mungkin sosok
dalam lukisan tersebut adalah gambaran tentang dirinya, dan gambaran sosok
orang lain yang ada dibelakang Munch tersebut lebih memilih pergi dan diam
serta acuh. Sehingga Munch merasa sendiri dalam ketakutannya tanpa orang lain
yang mau menolong maupun mengerti akan keadaannya.

DESKRIPSI HASIL PENGAMATAN:

The Scream sering disebut sebagai ikon seni modern serta maha karya dari
gaya melukis ekspresionis.The Scream adalah salah satu dari empat lukisan
berseri Munch yang diberi judul Der Schrei der Natur (Teriakan Alam). Edvard
Munch menyelesaikan "The Scream" pada 1893, beberapa bulan setelah
menggambar sketsa di atas kanvas. Lukisan "The Scream" menampilkan sesosok
manusia yang wajahnya dipenuhi oleh ekspresi ketakutan dan kecemasan
berlebihan. Latar belakang lukisan menampilkan langit berwarna jingga dan
permukaan air yang berwarna suram. Banyak ahli beranggapan bahwa Munch
ingin menunjukkan ekspresi ketidakstabilan mental dan rasa takut. Namun,
nukilan buku harian Edvard Munch mengungkapkan inspirasi di balik lukisan itu:
Letusan Gunung Krakatau. Penganut aliran ekspresionis amat jarang melukis
berdasarkan kejadian nyata yang dilihat langsung. Mereka biasanya melukis
berdasarkan penglihatan atau gambaran situasi yang ada di kepala. Namun,
Profesor Astronomi dan Fisika dari Texas State University, Donald Olson
mengatakan, lukisan itu terinspirasi dari langit jingga yang tak biasa yang dilihat si
pelukis pada 1883-1884. Pada masa itu, abu vulkanik dari Gunung Krakatau di
Indonesia sudah mencapai Benua Eropa. Akibatnya, langit padawaktu terbit dan
terbenamnya matahari di Norwegia, tempat asal Edvard Munch, berubah menjadi
merah darah serta jingga yang lebih pekat.

ANALISIS FORMAL:

Lukisan “The Scream” (jeritan) karya seniman Norwegia Edvard Munch


pada tahun 1893 dengan menggunakan media pastel. Edvard Munch lahir di
Ådalsbruk, Loten pada 12 Desember 1863 adalah pelukis aliran ekspresionisme. Ia
suka menggunakan bentuk yang terdistorsi untuk menggambarkan keadaaan jiwa
manusia dan warna-warna yang sangat kontras untuk mengungkapkan
kecemasan dan keterasingan jiwa manusia modern. Lukisan “The Scream” itu
sebenarnya ada empat versi, yang semuanya dibuat oleh Munch antara 1893
hingga 1910. Dua berbahan pastel dan yang lainnya cat minyak. Lukisan yang
dijual itu berbahan pastel. Menurut Sotheby’s hanya satu yang dijual ke publik.
Lukisan itu mereka lelang di New York. Tiga lainnya jadi barang koleksi dua
museum di Norwegia, yaitu National Gallery of Norway dan Munch Museum.
Bahkan, beberapa lukisan itu sempat dicuri sebelum akhirnya berhasil
dikembalikan ke museum. Lukisan Munch yang sangat terkenal ini melukiskan
sebuah figur menyerupai tengkorak sedang menyeberang jembatan (menghadap
ke arah pengunjung) dengan menutup kupingnya dan berteriak menyatakan
kegalauan jiwanya. Di latar belakang ada dua figur yang berjalan ke arah yang
berlawanan dengan sikap seolah tidak sadar atau tidak peduli terhadap teriakan
yang seolah merobek cakrawala itu. Munch mengubah lanskap matahari
terbenam yang tenang menjadi sebuah kesatuan yang menggemakan nada tinggi
(teriakan) yang berasal dari kepala yang sedang tenggelam dalam sebuah swirling
form. Beberapa pengamat dan kritikus seni melihat lukisan ini sebagai ekspresi
dari pengalaman batin yang menakutkan. Pemandangan matahari terbenam
seharusnya merupakan pemandangan yang indah tetapi dalam pandangan Munch
berubah menjadi pemandangan yang sangat menakutkan. Munch memang
sedang mengalami depresi berat saat mengerjakan lukisan ini seperti
dituliskannya dalam catatan hariannya mengenai latar belakang pembuatan The
Scream. Dalam catatan hariannya, Edward Munch menulis ilham tentang lukisan
yang dibuatnya pada 1883. “Saya sedang berjalan di sebuah jalan kecil dengan
dua orang teman, matahari sedang tenggelam, mendadak langit berubah menjadi
merah darah. Saya berhenti, merasa lelah, dan bersandar di pagar, di atas fjord
dan kota yang biru kehitaman tampak darah dan lidah-lidah api. Teman-teman
berjalan terus, dan saya berdiri di sana gemetar dan diliputi rasa cemas, dan saya
merasakan jeritan yang tidak henti-hentinya melintas di alam.”

INTERPRETASI:

Lukisan ini merupakan salah satu lukisan yang paling mengganggu, yang
dihasilkan disepanjang sejarah seni modern, yang melukiskan sebuah kekacauan
dan kegelisahan jiwa. Munch bermaksud, ketika dia melukiskan pertama kali pada
1893, untuk mencatat “the modern life of the soul” yang sungguh pelik, dan
penuh kegelisahan. Di dalam masyarakat modern ini yang begitu cepat,
multilayer, dan kacau lebih dari sebelum-sebelumnya, “The Scream” telah hadir
mewakili seluruh kegelisahan umat manusia di dunia modern ini. Kita melihat
pada lukisan tersebut terlihat seorang yang melewati jembatan yang penuh
kekhawatiran. Dia menyeberang dari sebuah dunia yang sudah memiliki makna
tersendiri kepada dunia dimana manusia yang menentukan makna dari segala
sesuatu. Namun perubahan dunia ini berjalan dengan mesra bersama-sama
dengan seluruh kegelisahan yang diakibatkan oleh perubahan tersebut. “The
Scream” juga mewakili gambaran seorang yang terisolasi atau teralienasi. Tetapi
adegan tersebut terjadi di tempat publik, bukan di sebuah tempat interior yang
sepi. Emosi yang ditampilkan dari lukisan tersebut menuntut perhatian kita untuk
menjadikannya sebagai central figure. Latarbelakang awan yang berwarna merah
pada lukisan The Scream berasal dari ingatan traumatis dari efek yang begitu kuat
dari letusan gunung krakatau, yang mana ketika itu di beberapa belahan bumi
Eropa, ketika matahari terbenam langit menjadi berwarna merah.

EVALUASI DAN PENILAIAN:

Pelajaran yang kita bisa pelajari dari lukisan The Scream adalah setiap orang
memiliki pengalaman pahit bahkan traumatis tersendiri di dalam kehidupan
mereka. Namun, bagaimana cara merespon pengalaman tersebut adalah sesuatu
yang penting. Tafsiran versi pertama memperlihatkan bahwa Munch tidak melulu
terjebak terhadap kejadian traumatis masa lalu, tetapi meresponi hal tersebut
dan mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih berguna, bahkan lebih indah dan
dapat dinikmati oleh banyak orang. Munch tidak berespon sebagaimana tokoh
“The Punisher” di dalam perihal traumatis. “The Punisher” gagal merespon
kejadian traumatis masa lalunya (keluarganya di bantai) dan berubah menjadi
manusia yang bengis dan kejam (kekejamannya terhadap para penjahat tetap
tidak dapat dibenarkan). Pengalaman traumatis “The Punisher” gagal menjadi
berkat bagi orang di sekitarnya. Dia berubah menjadi sebuah teror di dalam
lapisan masyarakat yang lain, dan juga mengangkat diri menjadi seorang hakim
terhadap yang lain.
IDENTIFIKASI KARYA DARI SUMBER:

Nama Seniman : Pablo Picasso

Media : Cat minyak pada kanvas

Tahun Pembuatan : 1932

Dimensi Karya : 130 cm x 97 cm

IDENTIFIKASI UNSUR VISUAL:

Unsur garis
Garis pada lukisan le reve bisa dikatakan sedikit tidak teratur, karena adanya
perbedaan antara garis yang dibuat dengan kuat atau tidaknya tekanan yang
terlihat pada beberapa bentuk lukisan.

Unsur warna

Warna pada lukisan ini sangat kaya, dan menarik. juga memperhatika gradasi dan
pencahayaan terhadap beberapa objek.

Unsur bentuk

Termasuk bentuk nongeometris dan beraliran kubisme.

Unsur tekstur

Adanya perpaduan warna dan bentuk yang sedikit kasar memberikan tambahan
irama pada permukaan karya seni dan enak untuk dilihat.

Alat dan bahan

Kuas

Cat minyak

Kanvas (130x97)

Palet

Prinsip seni rupa:

- Satu unsur dengan unsur lainnya saling berpadu dengan harmonis dan
menjadikan nilai estetika nya tinggi

- Dengan adanya perbedaan tekanan saat melukis, membuat lukisan le reve ini
terlihat segar, baru, dan tidak membosankan

- Warna yang sangat bervariasi sehingga menarik

- Lukisan simpel, jadi terlihat mewah

- Warna merah yang ada bisa menambah kesan kuat dalam lukisan
- Ada pengulangan yang terjadi pada bagian kanan, tetapi pelukis melakukan
pengulangannya dengan variasi yang bagus sehingga lebih harmonis dan estetik

DESKRIPSI HASIL PENGAMATAN:

Lukisan Le Reve dibuat pada tahun 1932, dengan ukuran sekitar 130 cm x
97 cm yang di lukis menggunakan cat minyak. Didalam lukisan ini terlihat sesosok
wanita sedan duduk di sofa berwarna merah dengan pakaian terbuka yang di
duga adalah lukisan dari seorang wanita berusia 22 tahun bernama Marie-Therese
Wallet yang merupakan kekasih sang pelukis (Pablo Picasso).

ANALISIS FORMAL:

Lukisan Le Reve ini menggunakan gaya warna kontras dan penggambaran


yang asimetris. Lukisan tergolong indah dalam pemiliham warna, dan memiliki
makna yang berarti bagi ibu muda tentang rasanya menjadi bagian dari
kesempurnaan wanita.

INTERPRETASI:

Lukisan ini menggunakan penggambaran objek terdistorsi


(penyederhanaan/pemotongan objek), dengan garis yang disedeerhanakan dan
warna kontras menyrerupai Fauvisme pada periode awal.

EVALUASI DAN PENILAIAN:

Lukisan dari Pablo Picasso ini memiliki ciri khas dengan menggunakan
warna yang kontras, serta penggambaran yang asimetris dan juga terdistori. Pada
lukisan ini menggunakan warna primer seperti warna merah yang memberikan
kesan warna cerah, serta ditambahkannya beberapa detail yang membuat lukisan
ini terlihat lebih indah dan detail.

Anda mungkin juga menyukai