Anda di halaman 1dari 2

Edvard Munch merupakan seorang pelukis aliran ekspresionisme dan pencetak (printmaker)

berkebangsaanNorwegia. Gambarannya terhadap kesengsaraan atau penderitaan sangat


mempengaruhi perkembangan ekspresionisme di Jerman pada awal abad ke-20. The Scream
(1893 awalnya disebut Despair) merupakan salah satu lukisan paling terkenal Munch, dianggap
sebagai ikon penggambaran penderitaan dan merupakan salah satu bagian dari seri yang disebut
The Frieze of Life, di mana Munch mengeksplorasi tema kehidupan, cinta, takut, kematian, dan
kesedihan. Sebagaimana halnya dengan banyak karya lainnya, Munch melukis beberapa versi
lukisan ini.

Edvard Munch memiliki mental health problem yang dituangkan dalam karya nya “The
Scream”. Memiliki trauma yang disebabkan oleh meninggalnya ibu dan adiknya karena
tuberkulosis sebelum ia berusia 15 tahun. Edvard Munch mulai melukis awalnya untuk mengisi
waktu luang ketika berada di rumah.Karyanya “The Scream” merupakan ilustrasi atas kecemasan
yang tidak dapat dia atasi di era perang dunia II. Selain itu “The Scream” juga mewakili diri
pribadi Edvard atas rasa takut, pengalaman psikologis, trauma, penyampaian rasa takut yang
dicurahkan dengan warna-warna gelap khas Edvard Munch.

karyanya yang dianggap sebagai pelopor aliran impressionist and modern art itu, terinspirasi dari
letusan Gunung Krakatau di Indonesia. Bergambar sesosok orang yang tengah tertegun dengan
latar belakang lanskap yang kemerahan, sudah cukup menggambarkan betapa ngerinya ‘kiamat
kecil’ yang terjadi di Indonesia pada saat itu. Tak heran, misteri lukisan yang berjudul The
Scream atau jeritan ini, sangat menarik untuk diungkap. Bulan Mei tahun 1883, menjadi fase
kelabu bagi masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, Gunung Krakatau yang biasanya tenang,
tiba -tiba meletus dan memuntahkan isinya. Tak hanya meminta 36.417 korban jiwa, dampaknya
juga dirasakan hingga ke Eropa dan kawasan lainnya. Hal inilah yang membuat hati Edvard
Munch tergerak untuk mengabadikan momen langit merah yang terlihat olehnya ke dalam
sebuah lukisan.Pada saat itu, Edvard Munch sedang berjalan-jalan santai menikmati sore hari di
Ljabrochaussen Road (kini Mosseveien Road), sebuah kota pesisir Christiania. Ia sedang
menikmati matahari terbenam antara akhir tahun 1883 atau awal 1884. Saat itulah, Edvard
Munch melihat semburat kemerahan yang menjadi sumber inspirasi bagi lukisannya.

Walaupun Edvard sempat mengalami gangguan mental di hidupnya ia mampu menggunakan


rasio atau akal sehatnya untuk melanjutkan hidupnya. Ia tidak terpuruk dengan kejadian yang
menimpanya dan tidak terpuruk dalam bayangan sakit mentalnya. Dengan menggunakan rasio
nya ia mampu menjadi seseorang yang kreatif. Selain menggunakan rasio dalam berpikir ia juga
memiliki sisi kreatif. Ia mampu berkreativitas dengan menciptakan karya-karya lukisan yang
terkenal hingga saat ini.
Dalam limas citra manusia ada FISIK, ada di wilayah sadar, ambang sadar dan ketidaksadaran.
Jika manusia kehilangan fisiknya, tentu saja ia akan mati. Walaupun edward terkena mental
health ia mampu untuk berjuang dan mau bertahan hidupnya. Tentunya sebagai seorang seniman
atau pelukis Edvard memiliki imajinasinya. Dalam berkarya seringkali orang melakukan
imajinasi terhadap karya-karya yang ia buat sehingga memunculkan ide-ide baru yang menarik
danberkembang dari karya sebelumnya.

Seperti yang terdapat di karyanya yaitu The Scream tentunya ia mengimajinasikan bentuk
maupun warna yang ia torehkan ke lukisannya dengan imajinasi yang ia miliki ataupun dari
kejadian (memori) yang pernah ia lihat. Imajinasi sangat diperlukan dalam proses berkarya untuk
memunculkan kreativitas dalam diri.

Selanjutnya perasaan, dalam karya The scream Edvard terinspirasi dari ledakan gunung krakatau
yang terjadi di indonesia. Ia melukiskan karya tersebut karena melihat berita yang beredar saat
itu dan merasa tergerak akan momen yang terjadi saat itu, artinya ia menggunakan perasaannya
dalam proses kreatif yang ia lakukan terhadap karyanya. Karya seni memang tidak hanya
terbatas pada imajinasi semata. Ada banyak inspirasi yang bisa digunakan, termasuk peristiwa
yang terjadi di sekitar kita. Sama seperti lukisan The Scream, yang berhasil menjadi sebuah
karya seni abadi sekaligus pengingat, bahwa pernah ada peristiwa ‘kiamat kecil’ yang hampir
membinasakan penduduk Indonesia.

Setiap orang tentunya memiliki limas citra manusia sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Selanjutnya bagaimana kita menggunakannya dengan seimbang hingga mencapai intuisi kita.
Kita harus menggunakan rasio kita, jika manusia kehilangan RASIO akan menjadi pelamun &
tidak mampu memasuki dunia realita.Sebaliknya, manusia terlalu mementingkan RASIOnya
saja, saat manusia mengalami stress dalam kehidupan, kreativitasnya tidak dapat
membantunya. jika manusia kehilangan sisi kreatifnya maka dia akan hidup dan berpikir seperti
robot.Sebaliknya, jika kita berlebihan menggunakan kreativitas maka kita akan kekurangan sisi
sisi rasionalitas, hidup di dunia khayalan dan mimpi. Maka keduanya harus seimbang, kita harus
berpikir secara rasional tapi tetap menggunakan kreatif untuk menghasilkan kreativitas. Kita
juga harus menggunakan imajinasi kita dalam berkreativitas. Selain itu juga harus menggunakan
perasaan.

Anda mungkin juga menyukai