Anda di halaman 1dari 5

KRITIK SENI RUPA LUKISAN “BEREBUT MANGSA” KARYA JIHAN

NARANTAKA

OLEH : FADILA DIAN WARDANI DAN NAFI’UL LIAN IBNU SALAM

Jihan Narantaka,”Berebut Mangsa”,2013

Deskripsi

Karya tersebut merupakan karya dari Jihan Narantaka, seniman kelahiran


Batang, 12 Oktober 1991. Dia merupakan mahasiswa jurusan Seni Murni, Fakultas
Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Karya yang dibuat pada tahun 2013
ini berjudul “Berebut Mangsa”, dibuat diatas papan kayu dengan ukuran 50x50cm
menggunakan cat akrilik. Karya tersebut mengambil tema ikan piranha sebagai
inspirasi dalam berkarya. Subject matter pada karya tersebut terdapat pada seekor
mangsa yang dikerumuni oleh beberapa ikan piranha. Dalam lukisan itu terlihat sosok
“mangsa” yang digambarkan pada posisi sudut kiri bawah. Gerombolan ikan piranha
digambarkan sedang melihat dan menuju ke arah mangsa dan berebut satu sama lain
untuk mendapatkanya. Seniman memakai unsur warna primer dan memberi beberapa
unsur garis dalam pembuatanya untuk mendapat kesan yang diinginkan. Dalam karya
ini seniman mengangkat fenomena dan permasalahan yang terjadi pada masing
masing individu dalam masyarakat Indonesia.

Analisis

Jihan Narantaka menggunakan pendekatan realis dalam karya ini dengan


menggambarkan bentuk yang menyerupai aslinya sesuai dengan konsep realis.
Dengan keahliannya mengaplikasikan cat akrilik di atas papan kayu menjadikan
karya ini memiliki estetika tersendiri. Seniman mengolah prinsip dalam berkarya seni
lukis seperti subjek utama dan keseimbangan kesuluruhan objek dalam karya Lukisan
tersebut secara aspek balance atau keseimbangan sangatlah seimbang karena
menerapkan golden ratio pada pembuatannya yaitu pada mangsa atau ikan kecil
tersebut dalam lukisan itu menjadi pusat perhatian. Dilukiskan dengan proporsi yang
mendekati kenyataan di dunia nyata. Irama dalam lukisan ini dapat dilihat dari arah
ikan yang mengarah pada satu titik yaitu kepada mangsanya.
Pada lukisan tersebut seniman memilih warna sederhana diantaranya warna
biru, merah, putih, kuning, dan hitam. Lukisan tersebut
menampilkan background menggunakan latar warna dominan biru muda dan putih
yang membentuk kesan dalam air sekaligus membuat kesan ruang sehingga terlihat
lebih nyata. Penggunaan teknik pembuatan karya tersebut memadukan beberapa
unsur rupa seperti garis, raut, ruang, tekstur, warna, kesan dan gelap terang. Seniman
mengugunakan tekstur, dimana tekstur yang terdapat pada lukisan tersebut berupa
tekstur maya. Adapun jenis garis yang terdapat pada lukisan tersebut ialah garis
lengkung dan garis tak beraturan. Secara keseluruhan komposisi dari karya Jihan
Narantaka terlihat nyaman dipandang walaupun ada beberapa perbedaan pada
masing-masing objek.
Interpretasi

Lukisan ini menggambarkan tentang kerasnya hidup pada zaman sekarang


dilihat dari semakin meningkatnya individualisme pada masyarakat Indonesia.
.Seniman berusaha menghadirkan sifat egoisme masyarakat saat ini dengan
mengambil simbol ikan piranha. Dilihat dari arah dan ekspresi dari beberapa ikan
piranha dalam lukisan itu dapat digambarkan bahwa mereka bersedia untuk berebut
satu sama lain untuk kebutuhan perutnya meskipun harus berebut dengan kaum
sendiri, ekspresi mereka menggambarkan jika mereka bersedia melukai kaumnya
sendiri demi “makanan”. Hal ini sangat menggambarkan kondisi masyarakat saat ini
yang rela membunuh satu sama lain demi kepentingan atau urusannya masing-
masing.

Evaluasi

Pada suatu penilaian sebuah karya seni bukan menilai tentang baik atau buruk
suatu karya, melainkan penialaian berdasarkan pemaknaan yang bersifat subjektif
dengan paham realisme. Karya “Berebut Mangsa” berdiri sebagai representasi dari
emosi-emosi yang terjadi pada pemasalahan yang ada pada negeri ini, termasuk
mengenai keresahan mengenai isu tersebut. Fokus utama dalam karya ini
digambarkan jelas pada penggunaan warna seragam dengan warna turunan primer
(warna sekunder) kemudian warna hitam dan putih untuk menyeimbangkan objek
keseluruhan pada karya tersebut. Pada karya itu Jihan Narantaka sebagai seniman
bertujuan menyampaikan kegelisahan sosial yang terjadi belakangan ini di Indonesia.
Pesan dan emosi seniman disampaikan secara halus dalam karya ini melalui
perwujudan simbol-simbolnya. Seperti beberapa ikan piranha yang mengererubungi
ikan kecil sebagai mangsanya dapat bermakna sebagai orang orang yang terkumpul
dalam suatu keatuan yang rela mengorbankan kesatuannya demi mencapai
keinginannya sendiri.
Nahyu Rahma Fathriani,”Comfort Chair”,2015

Pemaknaan karya “Berebut Mangsa” ini memiliki kesamaan dengan karya


Nahyu Rahma Fathriani yang berjudul “Comfort Chair”. Karya ini dibuat pada tahun
2015 menggunakan cat air dengan media papan kayu berukuran 60 x 100 cm. Pada
karya ini Nahyu meggunakan warna sederhana seperti halnya dalam karya “Berebut
Mangsa” yaitu warna hijau, coklat, kuning, hitam, merah, dan putih. Background
karya Nahyu menampilkan sifat alami dari kayu tersebut menggunakan tekstur nyata
sedangkan Jihan menggunakan tekstur maya pada lukisanya Kedua karya ini berdiri
sebagai representasi dari emosi -emosi dan permasalah yang ada di Indonesia saat ini.
Jika karya Jihan berbicara tentang masyarakat Indonesia yang mempunyai egoisme
tinggi, Karya Nahyu menghadirkan karakter kucing sebagai simbol dari masyarakat
Indonesia saat ini. Karya tersebut menggambarkan manusia sekarang yang rakus dan
ingin kenyamanan sendiri sehingga menjadikannya buruk layaknya seekor kucing
yang suka dimanja dan bermalas-malasan.
Kesimpulan

Karya “Berebut Mangsa” dan karya “Comfort Chair” menggambarkan


fenomena- fenomena yang ada pada masyarakat Indonesia dengan sangat apik. Kedua
seniman ini menggambarkan permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia pada era
globalisasi. Pesan moral yang ingin disampikan oleh kedua seniman ini adalah agar
masyarakat Indonesia sadar betapa pentingnya persatuan dan kesatuan dalam
heterogenitas Indonesia dan juga sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan
satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai