Anda di halaman 1dari 5

Kritik Jurnalistik Karya Lukisan

“RACUN YANG NIKMAT”


Oleh Muhammad Ivan Amrozi 17020017

Seniman : Yoga Rizki Ananda


Tahun : 2016
Ukuran : 130 x 130 cm
Media : Akrilik diatas kanvas
Karya lukisan Yogi R.A. yang berjudul “Racun yang Nikmat” yang diambil
dari kumpulan tugas-tugas akhir beliau pada tahun 2017 dengan tajuk tema yang
diangkatkannya “Gaya Hidup Wanita Modern Dalam Karya Seni Lukis”. Mengapa
Yogi R.A. mengangkatkan tema tersebut? Berdasarkan ungkapan yang
disampaikannya didalam tulisan laporannya, pengangkatan tema ini dilandasi oleh
kerisauan seniman terhadap dampak negatif dari era globalisasi modern terhadap
kebudayaan dan norma-norma yang ada dalam masyarakat beberapa tahun
belakangan. Dan dampak ini sampailah juga kepada anggota masyarakat, kaum
perempuan yang telah mengalami perubahan-perubahan, dan telah meninggalkan
nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sebelumnya. Semua rasa kerisauan itu
diluapkan seniman dengan goresan-goresan kuas diatas kanvasnya dan menghasilkan
10 buah karya seni lukis. Kali ini penulis akan mencoba mengkupas tuntas karya ke-3
dari seniman Yogi R.A. dengan judulnya yaitu “Racun yang Nikmat”.
Jika kita melihat kepada karya seni lukis “Racun yang Nikmat” ini, secara
keseluruhan kita dapat melihat objek lukisannya adalah setengah wajah bagian bawah
seorang wanita yang sedang menjilat jari kelingkingnya, dengan warna kulit wanita
tersebut adalah dominan ungu kebiruan dan kuku berwarna merah, dan pada bagian
mulut hingga leher bawah dagu berwarna kulit wanita pada umumnya dengan
tambahan goresan-goresan dibagian pipi sebelah kanan lukisan. Pada bagian kanan
lukisan, tepatnya pada bagian pipi bawah sampai leher, terlihat warna kulit yang
kemerahan. Warna kulit pada objek terlihat seakan-akan telah memudar dari warna
kulit normal pada umumnya, mulai berubah menjadi berwarna ungu. Selain itu dapat
dilihat juga tangan yang bagian bawah seperti menggosok mengelus lehernya sendiri,
dan mulut wanita tersebut yang sedikit terbuka dengan menjulurkan lidahnya keluar
dan terlihat gigi seri atas dan bawah yang berwarna putih. Pada bagian bibir figure
wanita tersebut diberi warna merah seperti menggunakan lipstick. Dan penggunaan
latar/background berwarna hitam.
Representasi figur wanita yang dilukiskan seniman secara realistis dan
dipadukan dengan gaya kontemporer dalam penyajiannya. Penggunaan gelap terang
yang begitu terlihat jelas mempertegas bentuk-bentuk figur objek lukis diatas kanvas.
Keberadaan garis pada lukisan ini tidak begitu tampak, karena menggunakan garis
semu atau garis yang tercipta karena pertemuan antara dua warna yang berbeda.
Warna-warna yang digunakan seniman pada lukisan ini diantaranya: hitam, merah,
jingga, merah marun, ungu, biru, violet, coklat, cream, hitam, dan putih. Graferi dan
tekstur permukaan kulit yang dibuat cukup apik oleh seniman, membuat objek figur
pada karya lukis ini terlihat semakin realistis. Dan penggunaan warna hitam pada
background lukisan, membuat pandangan penikmat seni hanya tertuju kepada objek
saja.
Memaknai maksud atau pesan yang ingin disampaikan oleh seniman kepada
seluruh penikmat seni, tentunya perlu dipahami setiap bagian-bagian atau unsur-unsur
yang tampak pada lukisan. Kita mulai dari judulnya, yaitu Racun yang Nikmat, ini
dapat dimaknai bahwa seniman ingin menunjukkan bahwa dimasa sekarang ini suatu
hal yang menyenangkan dan berdampak buruk cenderung lebih disenangi oleh
banyak orang, meskipun itu akan merusak diri sendiri. Ini simbolkan pelukis dengan
seseorang yang tengah menikmati racun yang akan membunuhnya. Penulis mendapati
penggunaan warna ungu kebiru-biruan pada warna kulit objek berarti racun(poison)
atau pengaruh buruk. Dan warna ungu ini hampir menutupi seluruh warna kulit objek,
yang dapat kita artikan sebagai racun ini telah menyebar luas keseluruh tubuh dan
mendominasi semuanya. Berdasarkan ungkapan senimannya, racun yang dimaksud
disini adalah dampak buruk dari pergaulan bebas seorang wanita dimasa sekarang
yang justru berdampak ke dirinya sendiri.
Posisi tangan kanan objek yang jari kelingkingnya dijilat, dan tangan kiri
objek yang mengelus leher, dapat dimaknai sebagai “kenakalan” atau sifat
menyimpang seorang wanita yang sudah jauh dari kodrat yang seharusnya “pemalu”.
Serta juga dapat diartikan sebagai penikmatan atas apa yang dirasakan(sesuai dengan
judul, tangan yang sudah berwarna ungu yang disimbolkan racun dinikmati oleh
objek). Lantas mengapa pada bagian mulut hingga bawah dagu warna kulitnya
berwarna realistis? Penulis memiliki argumen tersendiri mengenai warna ini. Warna
kulit realistis ini disimbolkan sebagai kewajaran, kesesuaian atau kenormalan, atau
sederhana nya adalah hal yang seharusnya/sesuai. Ini diartikan penulis sebagai hal-hal
yang seharusnya(norma dan kebudayaan) itu semakin lama semakin ditinggalkan dan
tergerus oleh pengaruh budaya-budaya modern (terutama dari Barat) di-era global ini.
Meskipun hal yang normal itu ada, namun telah mulai terpengaruh juga. Argumen ini
dipertegas dengan garisgaris merah pada pipi kanan objek, yang menghubungkan sisi
kulit berwarna ungu diatas dan dibawah. Serta warna gelap atau hitam pada latar
disimbolkan sebagai kegelisihan, keburukan dan kerisauan, sebagai penegas pesan
yang ingin disampaikan seniman.
Penilaian suatu karya seni bukanlah mengenai baik atau buruknya hasil visual
dari karya tersebut, namun bagaimana seorang seniman mampu mematangkan konsep
dan peka terhadap kondisi dan fenomena yang sedang terjadi, yang semuanya itu
mampu dituangkannya kedalam wujud visual agar dapat dinikmati dan tersampaikan
kepada penikmat seni. Menurut penulis karya seni lukis yang berjudul “Racun yang
Nikmat” ini sangatlah kaya akan makna dibalik kesederhanaannya dalam memilih
objek lukis. Pemilihan konsep dan pengungkapan melalui visual yang tepat membuat
karya ini cukup mudah diterima di kalangan penikmat seni maupun masyarakat biasa.
Pesan yang ingin disampaikan begitu sesuai dengan fenomena yang telah lama terjadi
dan bahkan semakin buruk, memang perlu diperingatkan dengan tegas, dan seniman
berhasil menuangkannya kedalam karya seni lukis ini.
Seniman menumpahkan idenya yang menyindir kalangan muda dimasa
sekarang, yang ketika diperingatkan selalu berdalih “inikan hak saya” atau “urus saja
urusanmu sendiri”, cenderung lebih suka melakukan hal-hal yang bersifat kesenangan
semata, berpikir jangka pendek, mementingkan diri sendiri, suka dengan hal-hal yang
serba instan, tidak suka dengan kebudayaan yang dianggap norak dan ketinggalan
zaman. Semua itu mampu diwujudkan seniman dengan apik dalam wujud lukisan
diatas kanvas.
Kesimpulannya adalah didalam berkehidupan, sudah tentu kita memerlukan
peraturan yang menjaga ketentraman dan kesejahteraan bersama dalam berkehidupan.
Agama, Norma dan kebudayaan merupakan hal-hal yang mendasari adanya
peraturan-peraturan tersebut. Sudah seharusnya kita memiliki jati diri sendiri agar
tidak mudah terbawa arus perubahan yang belum tentu baik atau buruknya. Ivan*

Referensi Bacaan:
Yoga, R.A. 2017. Gaya Hidup Wanita Modern Dalam Karya Seni Lukis. Laporan
Karya Tugas Akhir. (11-12)

Anda mungkin juga menyukai