KELAS : XII IPS 3 NO : 13 Ukuran : 130 x 130 cm Media: Akrilik diatas kanvas Karya lukisan Yogi R.A. yang berjudul “Racun yang Nikmat” yang diambil dari kumpulan tugas-tugas akhir beliau pada tahun 2017 dengan tajuk tema yang diangkatkannya “Gaya Hidup Wanita Modern Dalam Karya Seni Lukis”. Mengapa Yogi R.A. mengangkatkan tema tersebut? Berdasarkan ungkapan yang disampaikannya didalam tulisan laporannya, pengangkatan tema ini dilandasi oleh kerisauan seniman terhadap dampak negatif dari era globalisasi modern terhadap kebudayaan dan norma-norma yang ada dalam masyarakat beberapa tahun belakangan. Dan dampak ini sampailah juga kepada anggota masyarakat, kaum perempuan yang telah mengalami perubahan-perubahan, dan telah meninggalkan nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sebelumnya. Semua rasa kerisauan itu diluapkan seniman dengan goresan-goresan kuas diatas kanvasnya dan menghasilkan 10 buah karya seni lukis. Kali ini penulis akan mencoba mengkupas tuntas karya ke-3 dari seniman Yogi R.A. dengan judulnya yaitu “Racun yang Nikmat”. Jika kita melihat kepada karya seni lukis “Racun yang Nikmat” ini, secara keseluruhan kita dapat melihat objek lukisannya adalah setengah wajah bagian bawah seorang wanita yang sedang menjilat jari kelingkingnya, dengan warna kulit wanita tersebut adalah dominan ungu kebiruan dan kuku berwarna merah, dan pada bagian mulut hingga leher bawah dagu berwarna kulit wanita pada umumnya dengan tambahan goresan-goresan dibagian pipi sebelah kanan lukisan. Pada bagian kanan lukisan, tepatnya pada bagian pipi bawah sampai leher, terlihat warna kulit yang kemerahan. Warna kulit pada objek terlihat seakan-akan telah memudar dari warna kulit normal pada umumnya, mulai berubah menjadi berwarna ungu. Selain itu dapat dilihat juga tangan yang bagian bawah seperti menggosok mengelus lehernya sendiri, dan mulut wanita tersebut yang sedikit terbuka dengan menjulurkan lidahnya keluar dan terlihat gigi seri atas dan bawah yang berwarna putih. Pada bagian bibir figure wanita tersebut diberi warna merah seperti menggunakan lipstick. Dan penggunaan latar/background berwarna hitam. Representasi figur wanita yang dilukiskan seniman secara realistis dan dipadukan dengan gaya kontemporer dalam penyajiannya. Penggunaan gelap terang yang begitu terlihat jelas mempertegas bentuk-bentuk figur objek lukis diatas kanvas. Keberadaan garis pada lukisan ini tidak begitu tampak, karena menggunakan garis semu atau garis yang tercipta karena pertemuan antara dua warna yang berbeda. Warna-warna yang digunakan seniman pada lukisan ini diantaranya: hitam, merah, jingga, merah marun, ungu, biru, violet, coklat, cream, hitam, dan putih. Graferi dan tekstur permukaan kulit yang dibuat cukup apik oleh seniman, membuat objek figur pada karya lukis ini terlihat semakin realistis. Dan penggunaan warna hitam pada background lukisan, membuat pandangan penikmat seni hanya tertuju kepada objek saja. Memaknai maksud atau pesan yang ingin disampaikan oleh seniman kepada seluruh penikmat seni, tentunya perlu dipahami setiap bagian-bagian atau unsur-unsur yang tampak pada lukisan. Kita mulai dari judulnya, yaitu Racun yang Nikmat, ini dapat dimaknai bahwa seniman ingin menunjukkan bahwa dimasa sekarang ini suatu hal yang menyenangkan dan berdampak buruk cenderung lebih disenangi oleh banyak orang, meskipun itu akan merusak diri sendiri. Ini simbolkan pelukis dengan seseorang yang tengah menikmati racun yang akan membunuhnya. Penulis mendapati penggunaan warna ungu kebiru-biruan pada warna kulit objek berarti racun(poison) atau pengaruh buruk. Dan warna ungu ini hampir menutupi seluruh warna kulit objek, yang dapat kita artikan sebagai racun ini telah menyebar luas keseluruh tubuh dan mendominasi semuanya. Berdasarkan ungkapan senimannya, racun yang dimaksud disini adalah dampak buruk dari pergaulan bebas seorang wanita dimasa sekarang yang justru berdampak ke dirinya sendiri. Posisi tangan kanan objek yang jari kelingkingnya dijilat, dan tangan kiri objek yang mengelus leher, dapat dimaknai sebagai “kenakalan” atau sifat menyimpang seorang wanita yang sudah jauh dari kodrat yang seharusnya “pemalu”. Serta juga dapat diartikan sebagai penikmatan atas apa yang dirasakan(sesuai dengan judul, tangan yang sudah berwarna ungu yang disimbolkan racun dinikmati oleh objek). Lantas mengapa pada bagian mulut hingga bawah dagu warna kulitnya berwarna realistis? Penulis memiliki argumen tersendiri mengenai warna ini. Warna kulit realistis ini disimbolkan sebagai kewajaran, kesesuaian atau kenormalan, atau sederhana nya adalah hal yang seharusnya/sesuai. Ini diartikan penulis sebagai hal-hal yang seharusnya(norma dan kebudayaan) itu semakin lama semakin ditinggalkan dan tergerus oleh pengaruh budaya-budaya modern (terutama dari Barat) di-era global ini. Meskipun hal yang normal itu ada, namun telah mulai terpengaruh juga. Argumen ini dipertegas dengan garisgaris merah pada pipi kanan objek, yang menghubungkan sisi kulit berwarna ungu diatas dan dibawah. Serta warna gelap atau hitam pada latar disimbolkan sebagai kegelisihan, keburukan dan kerisauan, sebagai penegas pesan yang ingin disampaikan seniman. Penilaian suatu karya seni bukanlah mengenai baik atau buruknya hasil visual dari karya tersebut, namun bagaimana seorang seniman mampu mematangkan konsep dan peka terhadap kondisi dan fenomena yang sedang terjadi, yang semuanya itu mampu dituangkannya kedalam wujud visual agar dapat dinikmati dan tersampaikan kepada penikmat seni. Menurut penulis karya seni lukis yang berjudul “Racun yang Nikmat” ini sangatlah kaya akan makna dibalik kesederhanaannya dalam memilih objek lukis. Pemilihan konsep dan pengungkapan melalui visual yang tepat membuat karya ini cukup mudah diterima di kalangan penikmat seni maupun masyarakat biasa. Pesan yang ingin disampaikan begitu sesuai dengan fenomena yang telah lama terjadi dan bahkan semakin buruk, memang perlu diperingatkan dengan tegas, dan seniman berhasil menuangkannya kedalam karya seni lukis ini. Seniman menumpahkan idenya yang menyindir kalangan muda dimasa sekarang, yang ketika diperingatkan selalu berdalih “inikan hak saya” atau “urus saja urusanmu sendiri”, cenderung lebih suka melakukan hal-hal yang bersifat kesenangan semata, berpikir jangka pendek, mementingkan diri sendiri, suka dengan hal-hal yang serba instan, tidak suka dengan kebudayaan yang dianggap norak dan ketinggalan zaman. Semua itu mampu diwujudkan seniman dengan apik dalam wujud lukisan diatas kanvas. Kesimpulannya adalah didalam berkehidupan, sudah tentu kita memerlukan peraturan yang menjaga ketentraman dan kesejahteraan bersama dalam berkehidupan. Agama, Norma dan kebudayaan merupakan hal-hal yang mendasari adanya peraturan-peraturan tersebut. Sudah seharusnya kita memiliki jati diri sendiri agar tidak mudah terbawa arus perubahan yang belum tentu baik atau buruknya. Ivan*
Referensi Bacaan: Yoga, R.A. 2017. Gaya Hidup Wanita Modern Dalam Karya Seni Lukis. Laporan Karya Tugas Akhir. (11-12)