Anda di halaman 1dari 2

Seni Lukis Ekspresionisme dari Perspektif Psikologi Analitik Jung

Seni lukis ekspresionisme yaitu karya lukis yang menekankan ekspresi jiwa seniman
sendiri tanpa mempertimbangkan bentuk-bentuk visual nyata maupun kaidah-kaidah dalam
seni itu sendiri. Namun bukan berarti sepenuhnya terlepas dari hal-hal tersebut. Oleh karena
itu karya yang dihasilkan cenderung abstrak, dan meskipun bentuknya dapat dikenali namun
bentuk tersebut terdistorsi sehingga tidak mirip dengan bentuk sebenarnya.
Karena visualnya yang abstrak dan penuh distorsi, maka maksud dari sebuah karya lukis
ekspresionisme tidak dapat ditangkap mata secara langsung. Perlu dilakukan pengkajian
mendalam terhadap sebuah karya lukis ekspresionisme. Salah satu cara pengkajiannya yaitu
melalui psikologi analitik yang dikemukakan oleh Carl Gustav Jung.
Jung mengungkapkan bahwa pikiran manusia terbagi menjadi tiga lapisan yang
diilustrasikan sebagai gunung es. Lapisn pertama puncak gunung es yang terlihat yaitu
kesadaran. Lapisan kedua es yang tenggelam yaitu ketidaksadaran personal. Dan bagian paling
besar yaitu ketidaksadaran kolektif yang digambarkan samudera yang dalam dan luas. Jadi
meskipun setiap manusia memiliki pemikiran yang berbeda-beda, namun semakin dalam di
bawah kesedaran mereka terdapat kesamaan yaitu pada ketidaksadaran kolektif.
Dalam pengkaryaan lukis ekspresionisme, peran kesadaran lebih kecil dibandingkan
ketidaksadaran personal maupun ketidaksadaran kolektif. Jadi karya yang dihasilkan
merupakan luapan hal-hal yang berada jauh di bawah kesadaran seniman. Jadi dalam karya
tersebut dapat dilihat tertuanglah memori-memori yang sudah mengendap. Bahkan hal yang
sudah dilupakan dapat muncul dalam karya lukis ekspresionis, karena ketidaksadaran ikut
memegang kendali dalam penciptaannya.
Pola-pola garis, raut, maupun warna pada lukisan ekspresionis dapat memunculkan
bentuk-bentuk yang tidak terduga. Bahkan memungkinkan bentuk tersebut tidak disadari oleh
seniman sendiri. Atau ada bentuk lain dari bentuk terdistorsi yang diinginkan diciptakan pikiran
sadar seniman. Hal tersebut membuktikan bahwa peranan pikiran bawah sadar begitu besar
dalam pembuatan karya tersebut. Dari hal itu dapat dikaji apa maksud dari pikiran bawah sadar
seniman, bahkan mungkin untuk mengetahui karakter ataupun masa lalu seniman melalui
psikologi analitis jung.
Dari sisi apresiator, penangkapan visual tiap individu bisa berbeda. Karena cara kerja
pikiran tiap orang juga berbeda, terutama pada lapisan kesadaran dan ketidaksadaran personal.
Dan ketidaksadaran kolektif juga bukan berarti semua orang sama, namun bisa sebagian kecil
ataupun sebagian besar orang. Jadi bentuk visual yang ditangkap apresiator bisa sama dan bisa
juga berbeda. Begitu pula maksud yang tersampaikan pada apresiator bisa berbeda. Bahkan
seorang apresiator dapat menciptakan presepsi sendiri tentang maksud dari sebuah karya lukis
ekspresionisme.
Dilihat dari kemungkinan bahwa penangkapan maksud oleh apresiator dapat berbeda
bahkan dengan seniman, maka ada kemungkinan maksud atau pesan yang hedak disampaikan
oleh seniman tidak sampai pada apresiator. Namun bisa pula sebaliknya, maksud dan pesan
seniman dapat tersampaikan pada sebagian besar atau seluruh apresiator. Maka karya yang
sedemikian rupa akan dikagumi oleh banyak orang. Jadi bisa dikatakan karya lukis
ekspresionisme yang berhasil yaitu yang mampu menjangkau ketidaksadaran kolektif orang
seluas mungkin. Sehingga karya tersebut akan meninggalkan kesan yang membekas pada
banyak orang. Hal ini sesuai dengan yang dilihat Scharfstein dari sisi fungsional, bahwa seni
memungkinkan manusia menyatu (fusion) dengan realitas yang lebih besar di luar dirinya,
menyatu dengan lingkungan, dengan manusia lain dan masyarakatnya, dan pada akhirnya
realitas transendental (Scharfstein 1998). Penilaian ini tidak hanya berlaku pada karya lukis
ekspresionisme saja, namun juga pada karya seni yang lain.

Daftar pustaka
Scharfstein, B (1988) Of Birds, beasts, and Other Artists, New York : New York University
press
Harbunangin, Buntje (2016) Art & Jung: seni dalam sorotan psikologi analitis Jung, Malang :
Antara Publishing

Anda mungkin juga menyukai