Sel 1 PDF
Sel 1 PDF
Oleh
MULIANI
197808062003122001
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
UCAPAN TERIMA KASIH
Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung wara
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dekan
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2
2.1. Sejarah Siklus Sel ....................................................................................... 2
2.2. Fase-fase dalam Siklus Sel ......................................................................... 3
2.3. Regulasi Siklus Sel ..................................................................................... 7
2.4. Cyclin .......................................................................................................... 12
2.5. Cyclin Inhibitor ........................................................................................... 16
2.6. Mitosis ........................................................................................................ 17
2.7. Meiosis........................................................................................................ 23
2.8. Hubungan Siklus Sel dengan Kanker ......................................................... 28
BAB III SIMPULAN .......................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
iv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
v
BAB I
PENDAHULUAN
Hasil fertilisasi (zygot) dapat tumbuh dan berkembang antara lain karena
adanya pembelahan sel sehingga sel bertambah banyak. Sel beregenerasi dengan
cara menduplikasi isinya dan membelah sehingga menjadi 2 sel. Ini terjadi terus-
diperlukan agar organisme dapat berfungsi dengan baik, bahkan pada orang
Selain ukuran sel harus bertambah, tugas utama siklus sel adalah menurunkan
informasi genetik (DNA dan chromosom) dalam sel ke sel generasi yang
Bila terjadi kesalahan dalam siklus sel (DNA dan chromosom salah), maka
dapat mengakibatkan penyakit, antara lain penyakit genetik. Salah satu penyakit
yang termasuk dalam kelainan genetik adalah kanker. Pada kanker, sel
berproliferasi terus karena adanya mutasi pada gen yang mengatur pertumbuhan
dan apoptosis yang berpengaruh terhadap siklus sel, yaitu mitosis dan miosis.
Kanker ini dapat menyebabkan kematian. Karena itu kanker perlu dicegah dan
diobati. Untuk dapat mencegah dan mengobati kanker, maka perlu dipelajari dan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tahun 2001, ketiga pionir biologi sel, yaitu: Leland Hartwell, Paul Nurse
dan Tim Hunt mendapatkan hadiah nobel dalam bidang Physiology of Medicine.
menemukan bahwa protein cyclin dan cyclin dependent kinase (CDKs) membawa
sel dari suatu fase dalam siklus sel masuk ke fase berikutnya (Goodman, 2008).
Sebelum tahun 1950, para ahli biologi dan patologi sel hanya mengenal 2
fase dalam siklus sel yang dapat dilihat dengan mikroskop, yaitu: interphase dan
mitosis. Dengan menggunakan kacang panjang, Vicia faba, Howard dan pelc pada
tahun 1953 mengatakan bahwa interphase dapat dibagi menjadi 3 fase (Goodman,
2008).
siklus sel, yang disebut gen CDC (cell division cycle). Salah satunya adalah: Cdc
28, yaitu suatu CDK yang mengontrol tahap pertama fase G1 siklus sel dan karena
2
Selain itu, Hartwell juga menemukan 3 lokasi checkpoint dari siklus sel.
Sementara Paul Nurse juga melakukan percobaan yang serupa dengan Hartwell,
hanya saja menggunakan jenis ragi yang berbeda. Pada pertengahan tahun 1970,
Nurse mengidentifikasi gen Cdc2 yang berperanan dalam transisi fase G2 menuju
M. Kemudian Nurse mengisolasi gen pada manusia dan menemukan CDK yang
lalu disebut CDK1. Beliau menunjukkan bahwa aktivasi CDK1 tergantung pada
fosforilasi yang reversibel. Setelah itu, beberapa CDK manusia yang berbeda
ditemukan oleh Tim Hunt ketika mengikuti kursus physiology pada Marine
spesifik yang dihancurkan pada setiap pembelahan sel namun disintesis kembali
embrio yang sedang membelah, terdapat banyak cyclin yang berinteraksi dengan
molekul CDK di waktu yang berbeda dari siklus sel (Goodman, 2008).
Siklus sel dapat digambarkan sebagai siklus hidup suatu sel (Manson et al,
2006). Siklus ini terjadi pada seluruh jaringan yang memiliki pergantian sel
(Junquiera et al, 1998). Siklus sel dibagi menjadi 2 peristiwa besar, yaitu: mitosis
(pembelahan sel) dan interphase. Pada fase mitosis yang berlangsung lebih
3
Akibatnya terbentuk 2 sel anak (Manson et al, 2006; Gartner and Hiatt, 2007).
itu, selain terjadi replikasi materi genetik, ukuran dan isi sel juga bertambah
DNA) dan G2 (post duplikasi DNA) (Junqueira and Carneiro, 2003). Namun sel-
sel yang tidak membelah terus menerus (sel neuron dan sel otot), aktivitas sel
(sementara ataupun tetap) tidak melalui siklus ini dan tetap dalam fase istirahat,
Sel anak yang terbentuk selama mitosis kemudian akan memasuki fase G1.
penting untuk dimulainya duplikasi DNA. Selain itu, sel juga mensintesis RNA,
protein regulator yang penting untuk replikasi DNA dan enzym untuk membawa
keluar aktivitas sintesis ini serta volume sel yang berkurang karena pembelahan
sel ketika mitosis akan kembali normal. Nucleoli juga terbentuk kembali, mulai
terjadi duplikasi centrioles. Proses duplikasi centrioles ini baru sempurna pada
fase G2. Faktor-faktor yang memicu sel memasuki siklus sel, antara lain: beban
mekanis (teregangnya otot polos), cidera pada jaringan (iskemia), dan kematian
4
signaling pada jaringan yang terlibat. Seringkali ligand ini adalah growth factor
yang secara tidak langsung menginduksi protooncogen, yaitu suatu gen yang
protein dari sel target dan mengaktivasi salah satu jalur transduksi signal.
Umumnya, signal terbanyak yang diterima pada permukaan sel adalah protein
Selama fase S (fase sintesis) siklus sel, terjadi sintesis dan replikasi DNA dan
centriole (Junqueira and Carneiro, 2003) serta duplikasi genome (Gartner and
autosom dan germinal berbeda, dimana DNA pada sel autosom adalah diploid
sedangkan sel germinal yang dihasilkan dari meiosis memiliki chromosome yang
Dalam fase G2, RNA dan protein yang penting untuk pembelahan sel akan
replikasi DNA dianalisa dan kesalahan yang terjadi akan diperbaiki (Gartner and
Hiatt, 2007).
5
Gambar 2.1 Siklus Sel (Gartner and Hiatt, 2007).
Gambar 2.2 Interval dan Jumlah Chromosome Masing-masing Fase dalam Siklus
Sel (Henrikson et al, 1997).
6
Tabel 2.1 Tugas Setiap Fase dalam Siklus Sel (Grisson and Song, 2007).
siklus sel (Gartner and Hiatt, 2007). Terdapat 3 tempat untuk mengatur siklus sel
(checkpoint), yaitu:
1. Restriction point, yaitu pada akhir fase G1, ketika sel menyelesaikan suatu
siklus pembelahan. Sel tidak dapat menyelesaikan fase ini bila tidak
memiliki nutrisi yang cukup ataupun growth factor (Manson, et al, 2006).
Bila ada kesalahan DNA, siklus sel akan tertahan pada fase G1 dan tidak
dapat memasuki fase S. Hal ini akan memberikan waktu bagi sel untuk
siklus pada fase ini dimediasi oleh aktivitas p53 (Junqueira and Carneiro,
2003).
2. Mitosis dimulai pada permulaan fase M. Sel tidak dapat melakukan titik
ini bila ada kerusakan atau kesalahan DNA (Manson, et al, 2006).
7
3. Selesainya mitosis terdapat di akhir fase M. Sel akan tertahan di titik ini
jika mitotic spindle gagal untuk berkumpul secara adekuat (Manson, et al,
2006).
checkpoint, yaitu pada perbatasan fase G1/S, intra fase S, perbatasan fase G2/M
Gambar 2.3 Lokasi Checkpoint pada Siklus Sel (Albert et al, 2002).
utama, yaitu: sensor kerusakan, signal transduksi dan efektor. Tertahannya suatu
fase memerlukan sensor dan pengenalan akan tempat rusaknya DNA untuk
8
ATM sebesar 350-kDa, suatu protein oligomeric yang memiliki rantai yang
lipid kinase yang kurang. Namun, ATM memiliki aktivitas protein kinase yang
Setelah sel terpapar oleh radiasi ion, terjadi autofosforilasi ATM dan mengaktivasi
sejumlah besar target protein, seperti: Chk2, p53, NBS1 dan BRCA1 pada serines
Homolog ATM adalah ATR dengan berat 303 kDa dan termasuk dalam P13K
aktivitas ATR. Seperti ATM, ATR juga merupakan suatu protein kinase yang
spesifik terhadap residu serine dan threonine dalam motif SQ/TQ dan dapat
oleh sinar ultraviolet. Fungsi ATR serupa dengan ATM, yaitu sebagai sensor dan
molekul transducer yang berespons terhadap kerusakan dasar akibat iradiasi sinar
ultraviolet dan tidak berespons terhadap putusnya rantai ganda DNA (Goodman,
2008).
9
Gambar 2.4 Jalur Signal yang Diinisiasi Oleh Kerusakan DNA (Goodman, 2008)
Gambar 2.5 Jalur Signal Menuju G1/S Checkpoint dan S Checkpoint (Goodman,
2008).
10
Gambar 2.6 Jalur Signal Menuju G2/M Checkpoint (Goodman, 2008).
Manusia paling sedikit memiliki 2 protein kinase, yaitu CHEK1 dan CHEK2.
Yang memiliki fungsi utama sebagai transduksi signal dalam regulasi siklus sel
11
dan checkpoint. Keduanya merupakan serine dan threonine kinase. Pada sel-sel
mamalia, signal putusnya rantai DNA dirasakan oleh ATM dan ditransduksikan
Gerakan menuju tempat checkpoint ini dikontrol oleh aktivitas cyclin, yaitu
suatu protein yang mengatur transisi dari satu fase ke fase yang lainnya (Manson
et al, 2006).
2.4 Cyclin
Kemampuan sel untuk memulai siklus sel tergantung dari adanya protein
cyclin dan cyclin-dependent kinase (CDKs) (Gartner and Hiatt, 2007). Cyclin
mengontrol siklus sel dengan mengatur cyclin dependent kinases (CDKs). CDKs
menjadi aktif ketika berikatan dan membentuk kompleks dengan protein cyclin
CDKs yang aktif akan menstimulasi siklus sel terus menerus dengan
memfosforilasi (dan karena itu mengaktivasi) protein spesifik dalam sel yang
diperlukan untuk transisi ke tahap yang yang selanjutnya. Misalnya: pada awal
H1, yaitu suatu nuclear-associated protein. Contoh yang lain adalah: perpindahan
12
fase G1 menjadi S diinisiasi oleh fosforilasi Rb protein (pRb) oleh CDKs (pRb
yang tidak terfosforilasi berikatan dengan faktor transkripsi E2F). Akibatnya, pRb
yang terfosforilasi ini akan melepaskan ikatannya dengan E2F sehingga E2F dapat
masing cylin ini akan berperan dalam siklus sel di tempat-tempat yang berbeda
(Manson et al, 2006). Cyclin D disintesis pada awal fase G1, berikatan dengan
CDK4 dan CDK 6. Di akhir fase G1, cyclin E disintesis dan berikatan dengan
CDK2. Setelah terbentuk 3 kompleks dari ikatan tersebut, sel dapat memasuki
Sel akan meninggalkan fase S dan memasuki fase G2, bila telah terbentuk
komplek dari ikatan cyclin A dengan CDK2 dan CDK1. Terbentuknya ikatan
antara cyclin B dengan CDK1 akan mengakibatkan sel memasuki fase mitosis (M)
dan meninggalkan fase G2 (Gartner and Hiatt, 2007). Peningkatan kadar cyclin
sampai melewati ambang akan menyebabkan CDKs inhibitor tidak dapat lagi
menghambat CDKs sehingga CDKs menjadi aktif dan berikatan dengan cyclin
kecil kadar cyclin akan memproduksi peningkatan aktivitas MPF kinase yang
memicu mitosis pada sel-sel yang tidak membelah. Sementara untuk memasuki
13
Gambar 2.8 Jenis-jenis Cyclin dan CDK pada Siklus Sel (Goodman, 2008).
(Manson et al, 2006). Sebagai tambahan aktivitas cyclin, siklus sel dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain: growth factor, hormon, interaksi sel dengan sel.
14
Gambar 2.9 Degradasi Cylin (Albert et al, 2002).
pada threonin 14 dan tyrosine 15 akibatnya sel tidak dapat berpindah dari fase G1
sel akan memasuki fase S. Demikian pula pada CDK1 yang terfosforilasi pada
residu yang sama oleh kinase yang spesifik, yaitu wee1 dan CDK-activating
tyrosine 15, sel dapat berpindah dari fase G2 ke M. Namun aktivitas Cdc25C yang
15
Gambar 2.10 Aktivasi dan Inaktivasi Cyclin (Albert et al, 2002)
Aktivitas cyclin dapat dihambat oleh CDK inhibitor. Paling sedikit terdapat 2
kelas CDK inhibitor (CKIs), yaitu CIP/KIP family yang merupakan suatu kinase
inhibitor dan INK4. Bentuk dasar kelompok CIP/KIP family adalah p21 atau
p21waf1/cip1. Kinase inhibitor ini berhubungan erat dengan p27 dan p57, yang
Sementara itu, bentuk dasar dari INK4 adalah p16 yang tergantung pada
pRb atau protein lain, yaitu p107 atau p130. Anggota INK4 yang lain, berdasarkan
struktur dan fungsinya, antara lain: p15, p18 dan p19. Kelas ini berikatan secara
ekslusif dengan CDK 4 dan 6, mencegah CDK ini berikatan dengan cyclinnya
16
Gambar 2.11 Inhibisi Aktivitas Kompleks Cyclin CDK (Albert et al, 2002).
2.6 Mitosis
Mitosis dimulai pada akhir fase G2 dan mengakhiri siklus sel. Mitosis adalah
suatu proses terbaginya sitoplasma dan nucleus sama besar menjadi 2 anak sel
yang identik. Pertama-tama, materi nucleus terbagi dalam suatu proses yang
disebut karyokinesis. Proses ini kemudian diikuti oleh pembagian sitoplasma yang
disebut cytokinesis. Fase mitosis dibagi lagi menjadi 5 tahap, yaitu: prophase,
microscopis. Tiap chromosome terdiri dari 2 sister chromatid yang paralel, yang
17
center (MTOC) yang akan bermigrasi menuju ke kutub yang berlawanan (Gartner
Dari setiap MTOC, akan berkembang menjadi astral rays dan spindle fibers.
microtubule yang berjalan keluar dari kutub spindle. Microtubule ini akan
membantu menyesuaikan dengan MTOC pada kutub sel. Bila microtubule terletak
rays dan spindle fibers tidak tepat terbentuk dan mitosis tidak terbentuk secara
18
chromosome diatur secara acak di seluruh sitoplasma. Microtubule yang melekat
yang tidak tergabung dalam spindle apparatus disebut polar microtubule. Polar
baris pada bidang equator mitotic spindle. Tiap chromatid tersusun paralel pada
19
Gambar 2.14 Fase Metaphase Mitosis (Manson et al, 2006).
Berpisahnya sister chromatid yang terletak pada equator dari metaphase plate
dan bermigrasi menuju kutub yang berlawanan akan memulai anaphase . Migrasi
chromatid diarahkan oleh sisi perlekatan kinetochore (Gartner and Hiatt, 2007).
menjadi tempat sel membelah selama cytokinesis (Gartner and Hiatt, 2007).
20
Pada telophase, tiap chromosome telah mencapai kutub yang dituju, terjadi
pada sel interphase. Nucleolus berkembang dari NORs pada tiap chromosome
jembatan kecil sitoplasma dan sisa microtubule yang menghubungkan 2 sel anak.
Polar microtubule dikelilingi oleh contractile ring dalam membran plasma yang
terdiri dari filamen actin dan myosin yang melekat pada membran plasma.
Kontraksi cincin ini diikuti oleh depolimerisasi sisa spindle microtubule yang
akan memisahkan kedua sel anak. Saat pemisahan dan segera sesudahnya, actin
dan myosin serta sisa microtubule dari mitotic apparatus dihilangkan. Pemisahan
ini dikenal dengan cytokinesis. Mitosis akan menghasilkan 2 sel anak yang
identik, termasuk seluruh genome dan tiap sel anak memiliki jumlah chromosome
21
Gambar 2.17 Cytokinesis Mitosis (Manson et al, 2006).
22
2.7 Meiosis
Meiosis adalah jenis pembelahan sel yang khusus dan akan menghasilkan sel
germinal, yaitu: ovum dan spermatozoa. Hasil yang penting dari proses ini ialah:
pengurangan jumlah chromosome dari diploid (2n) menjadi haploid (n). Tiap
gamet membawa jumlah DNA dan chromosome yang haploid. Selain itu terjadi
pula rekombinasi gen sehingga terjadi variasi dan perbedaan kelompok gen
Proses ini memiliki 2 tahap: meiosis I dan meiosis II. Pada meiosis I
anggota tiap pasangan berpisah dan menuju ke kutub yang berlawanan, sel
membelah namun tiap anak sel hanya menerima setengah dari jumlah
2 sel anak. Peristiwa ini menghasilkan 4 sel anak (gamet) dengan jumlah
sel germinal berada pada fase S, jumlah DNA dan chromosome adalah 4n.
Prophase I memerlukan waktu yang panjang dan terbagi menjadi 5 tahap, yaitu:
23
dalam 1 deret dan bersinaps melalui synaptonemal complex, membentuk tetrad.
chromosome yang homolog, terdiri dari 2 chromatid yang berderet pada bidang
pada bidang equatorial secara acak, dan spindle fibers kemudian melekat pada
Sedangkan telophase I seperti telophase pada mitosis. Pada fase ini, chromosome
telah mencapai kutub yang berlawanan, nucleus terbentuk kembali dan terjadi
masih diploid. Setelah itu setiap anak sel yang baru terbentuk akan memasuki
24
Dalam meiosis II, equatorial division tidak terjadi sebelum fase S dan sangat
serupa dengan mitosis serta terbagi menjadi prophase II, metaphase II, anaphase
kinetochore melekat pada spindle fibers yang kemudian diikuti dengan migrasi
chromatid ke kutub yang berlawanan dan cytokinesis akan membagi setiap sel
sehingga terbentuklah 4 anak sel yang memiliki jumlah chromosome dan DNA
25
Gambar 2.19 Fase-fase dalam Meiosis (William, 1999).
26
Gambar 2.20 Skema Meiosis (Grisson and Song, 2007).
27
2.8 Hubungan Siklus Sel dengan Kanker
Normalnya sel berada dalam keseimbangan antara proliferasi, tidak aktif dan
pembelahan sel yang tidak terkontrol. Hal ini dikarenakan oleh adanya mutasi
yang berhubungan dengan kontrol siklus sel. Perubahan ini umumnya diakibatkan
dikelompokkan menjadi: oncogenes (Ras, Fos, Myc) dan tumor suppressor gene
Sementara itu, tumor suppressor gene adalah gen yang normal terdapat dalam sel
hambatan terhadap pertumbuhan sel menghilang. Banyak dari gen-gen ini yang
normalnya terlibat dalam regulasi pembelahan dan diferensiasi sel (Manson et al,
2006).
Salah satu tumor suppressor gene yang penting adalah p53 yang disebut pula
sebagai penjaga gen (guardian of the genome). Ini karena gen tersebut meregulasi
G1/S dan G2/M checkpoint (Goodman, 2008). Pada dasarnya, gen ini merestriksi
masuknya sel yang memiliki kerusakan DNA untuk menuju fase S (setiap saat
meregulasi siklus sel melewati restriction point). Sebanyak 50% kanker terjadi
karena mutasi p53. Sel dengan mutasi p53, tidak tertahan pada fase G1 dan akan
terus melanjutkan siklus serta pembelahan sel dengan kesalahan DNA. Lokasi gen
28
p53 ini ialah pada chromosome 17 dan mengkode nuclear phophoprotein sebesar
yang berpartisipasi dalam mengontrol siklus sel, termasuk gen yang mengkode
p21waf/cip1, GADD45 (suatu gen yang menahan pertumbuhan bila diinduksi oleh
restriction point pada fase G1 bila terdapat kesalahan DNA sehingga menghambat
apoptosis bila kerusakan DNA terlalu berat dan tidak dapat diperbaiki (Manson et
al, 2006; Goodman, 2008). Mutasi p53 akan menyebabkan sel tidak dapat
diperbaiki, siklus berlanjut terus walaupun terdapat DNA yang rusak dan
Protein p53 yang terfosforilasi akan aktif dan berfungsi sebagai faktor
transkripsi yang mengaktivasi banyak target gen. Salah satu gen yang penting
waf/cip1
adalah p21 . Setelah kerusakan DNA, p53 diaktifkan oleh fosforilasi pada
waf/cip1
asam amino spesifik dan kemudian menginduksi transkripsi p21 . Ini akan
meningkatkan kadar mRNA p21 dan protein. Selanjutnya, p21 akan berikatan
dengan kompleks cyclin E/CDK2 dan cyclin D/CDK4 atau cyclin D/CDK6 dan
menghambat aktivitas kinase CDKs. Salah satu target CDK2 adalah pRb, yaitu
suatu tumor suppressor gene yang lain. Fosforilasi pRb oleh CDK diperlukan
29
CDK/cyclin, maka p21 waf/cip1 menghambat fosforilasi pRb dan menahan siklus sel
Gambar 2.22 Respons terhadap Aktivasi dan Fosforilasi p53 (Albert et al, 2002).
30
Gambar 2.23 Peranan p53 dalam Siklus Sel (Albert et al, 2002).
Protein ini memiliki fungsi yang bermacam-macam dan bervariasi dalam siklus
sel, antara lain sebagai pengatur untuk melanjutkan fase G1 menuju S. Awalnya
pRb berada dalam keadaan hipofosforilasi dan berikatan dengan kompleks cyclin
hipofosforilasi pRb akan menghambat transisi dari fase G1. Pada awal sampai
pertengahan fase G1, pRb akan terfosforilasi oleh cyclin D/CDK4 dan oleh cyclin
ikatannya dengan E2F sehingga dapat berperan sebagai faktor transkripsi sehingga
31
transisi dari fase G1 dapat terjadi (Goodman, 2008). Bila terjadi mutasi pRb, maka
pRb akan terfosforilasi terus sehingga tidak berikatan dengan E2F. Akibatnya sel
32
BAB III
SIMPULAN
Siklus sel pada dasarnya terbagi atas 2 fase, yaitu interphase dan mitosis.
(post duplikasi DNA). Pada siklus sel terjadi replikasi DNA serta pertambahan
restriction point (fase G1/S), fase G2/M dan M untuk memperbaiki kerusakan
DNA. Kerusakan DNA yang terjadi akan dikenali oleh ATM dan ATR yang
kemudian akan mengaktivasi target protein. Respons target protein ini dapat
checkpoint.
Gerakan menuju tempat checkpoint diatur oleh cyclin dan CDKs. Ikatan
cyclin dan CDKs ini dapat diinhibisi oleh CDK inhibitor (CKI) yang dapat
dibedakan menjadi 2 kelas, yaitu: INK4 dan CIP/KIP family. Akibatnya siklus sel
Dalam siklus sel, fase mitosis dimulai setelah fase G2. Dari mitosis, akan
dihasilkan 2 sel anak yang identik dengan induknya serta memiliki jumlah
meiosis I dan meiosis II. Dari meiosis I, akan menghasilkan 2 sel anak dengan
33
jumlah chromosome yang haploid namun DNA diploid. Sedangkan pada meiosis
II, dihasilkan 4 sel anak dengan jumlah chromosome dan DNA yang haploid.
Bila terjadi kesalahan replikasi DNA dalam siklus sel, dapat terjadi kelainan-
kanker. Kanker dapat terjadi karena mutasi pada protooncogene maupun tumor
suppressor gene. Tumor suppressor gene yang penting adalah p53 dan pRb.
Aktivasi dan fosforilasi p53 mengakibatkan fase dalam siklus sel tertahan dan
apoptosis sel yang rusak. Mutasi p53 menyebabkan siklus sel berjalan terus dan
pRb yang teraktivasi akan melepaskan E2F sehingga siklus sel dapat berjalan.
Mutasi pRb mengakibatkan pRb terfosforilasi terus sehingga sel terus menerus
berproliferasi.
34
DAFTAR PUSTAKA
Alberts, B., et al. 2002. Molecular Biology of The Cell. 4th. Ed. USA: Garland
Science. p. 983-1025.
Fawcett, DW., Jensh, RP. 2002. Concise Histology. 2nd. Ed. USA: Oxford
University Press. p. 21-7.
Gartner, LP., Hiatt, JL. 2007. Nucleus. In: Gartner, LP., Hiatt, JL. Color Textbook
of Histology. 3rd. Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. p. 61-8.
Goodman, SR. 2008. Medical Cell Biology. 3rd. Ed. London: Elsevier. p. 273-89.
Grisson, RK., Song, JW. 2007. Histology and Medical cell Biology. New York:
Mc Graw-Hill. p. 211-22.
Henrikson, RC., Kaye, GL., Mazurkiewics, JE. 1997. NMS Histology. Baltimore:
Williams and Wilkins. p. 40-5.
Junqueira, LC., Carneiro, J. 2003. Basic Histology. 10th. Ed. USA: Mc Graw-Hill.
p. 59-67.
Manson, A., et al. 2006. The Molecular Basis of Genetis. In: Manson, A., Jones,
E., Morris, A. Cell Biology and Genetics. 2nd. Ed. London: Mosby. p. 72-7.
Sadler, TW. 2006. Langman’s Medical Embryology. 10th. Ed. USA: Lippincott
Williams and Wilkins. p. 11-21.
Williams, PL. 1999. Gray`s Anatomy. 38th. Ed. Philadelphia: Churchill
Livingstone. p. 57-9.
35