Anda di halaman 1dari 64

MATERI PROMOSI KESEHATAN

UNTUK IBU HAMIL


Journal Review
Disusun Oleh:
Febria Angelina
Kartika Dhipta
Maria Oktarina
Nadia Cantika
Putri Nadya
Yasmin Shukrina

(160112150030)
(160112150034)
(160112150516)
(160112150043)
(160112150074)
(160112152002)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I JURNAL REVIEW
1.1

Hubungan Tingkat Pengetahuan Wanita Hamil Dengan Perilaku


Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Poli Kandungan Rsud Banjarbaru..........1

1.2

Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil di


Puskesmas Bahu Manado...............................................................5

1.3

Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi Dan Mulut Ibu Hamil Di Di


Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.........................................8

1.4

Pengaruh Program Perubahan Perilaku Ibu Hamil (Cerdigi) Berdasarkan


Teori ABC (Studi Pendahuluan di Kelurahan Serpong, Tangerang
Selatan)..................................................................................... 10

1.5

Membangun Kerjasama dalam Pengembangan Upaya Peningkatan


Kesehatan Gigi dan Mulut pada Ibu Hamil.....................................13

BAB II PEMBAHASAN
2.1

Ibu Hamil Sebagai Kelompok Rentan Terhadap Penyakit Gigi dan Mulut
................................................................................................ 16

2.2

Pentingnya Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Bagi Ibu Hamil


(Hubungan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Kehamilan)................19

2.3

Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut Pada


Ibu Hamil.................................................................................. 20

2.4

Promosi Kesehatan Dalam Upaya Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan


Gigi dan Mulut Ibu Hamil............................................................22

2.5

Materi Promosi Kesehatan Bagi Ibu Hamil.....................................23

2.6

Upaya Tenaga Kesehatan Untuk Menngkatkan Kesehatan Gigi dan


Mulut Ibu Hamil.........................................................................25

BAB III KESIMPULAN.........................................................................28


DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 29
LAMPIRAN.......................................................................................... 30

BAB I
JURNAL REVIEW

1.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan Wanita Hamil Dengan Perilaku Kesehatan


Gigi Dan Mulut Di Poli Kandungan Rsud Banjarbaru.
Oleh : Muhsinah, Emma Y., Byu Indra S.
Sumber: Dentino, Jurnal Kedokteran Gigi. Vol II. No.2 September 2014
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, 60%
penduduk Indonesia menderita penyakit gigi dan mulut, dan salah satunya
adalah

penyakit

periodontal

sebesar 87,84%. Peningkatan prevalensi ini

terjadi seiring dengan meningkatnya usia

dan

gejala

yang dijumpai pada

seluruh populasi, dan salah satu kelompok yang rentan terhadap masalah ini
adalah kelompok wanita hamil. Beberapa studi

menyatakan bahwa

efek

perubahan hormonal akan mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut wanita


hamil, 27-100% wanita hamil mengalami gingivitis dan 10% mengalami
granuloma piogenik. Lesi mukosa oral lebih sering terjadi pada wanita hamil
daripada wanita yang tidak hamil. Pada penelitian Wirawan pada tahun 2012 di
RSUD Banjarbaru, dilaporkan prevalensi gingivitis pada wanita hamil sebesar
40,5% dari total 42 wanita hamil. Hal ini disebabkan karena perubahan hormonal
dan vaskular yang menyertai dengan kehamilan akan memperberat respon
gingiva terhadap plak bakteri. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut akan
mengurangi insidensi gingivitis selama kehamilan. Menurut penelitian yang
dilakukan Santoso dkk. tahun 2009, penyakit periodontal

seperti gingivitis yang tidak dirawat pada wanita hamil merupakan salah satu
faktor resiko bayi berat badan lahir rendah (BBLR) kurang bulan. Hasil
analisis data menunjukkan bahwa responden dengan kebersihan mulut kurang,
mempunyai risiko 2,55 kali melahirkan bayi BBLR kurang bulan dibandingkan
dengan responden dengan kebersihan mulut baik. Hasil penelitian Diana di
Indonesia tahun 2009 menyebutkan bahwa hanya sedikit (38%) wanita hamil
yang mengetahui hubungan antara kehamilan dengan kesehatan gigi dan mulut.
Selebihnya (43%) wanita hamil menjawab

tidak

ada

hubungan

antara

kehamilan
Penelitian ini dilaksanakan di Poli Kandungan RSUD Banjarbaru pada
bulan Juli- Agustus 2013 menggunakan metode penelitian kuantitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh wanita hamil yang datang ke poli kandungan
RSUD Banjarbaru pada bulan Juli- Agustus 2013. Sampel

yang digunakan

adalah 60 orang wanita hamil yang berkunjung pada periode Juli-Agustus 2013.
Instrumen (alat ukur) yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner.
Jumlah item yang telah dinyatakan valid dan reliabel untuk tingkat pengetahuan
tentang kesehatan gigi dan mulut wanita hamil sebanyak 20 item dan jumlah item
untuk perilaku kesehatan gigi dan mulut wanita hamil 24 item. Penilaian
skala pengetahuan dan perilaku menggunakan pengukuran skala Likert, yang
dimodifikasi menjadi empat alternatif jawaban. Kuesioner yang terkumpul
kemudian dilakukan pengolahan dan

analisis

data.

Analisis data yang

digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan wanita hamil dengan


perilaku kesehatan gigi dan mulut di poli kandungan
menggunakan uji kolerasi Spearman.

RSUD Banjarbaru

Hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov

Test

untuk

pengetahuan sebesar 0,001 (p<0.05) dan perilaku 0,033 (p<0,05). Disimpulkan


bahwa data pada variabel pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan perilaku
kesehatan gigi dan mulut tidak berdistribusi normal. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman karena data tidak
berdistribusi normal. Hasil analisis Spearman (r)

menunjukkan bahwa

hubungan antara tingkat pengetahuan wanita hamil dengan perilaku kesehatan


gigi dan mulut sebesar r = 0,283 dengan p = 0,029 (p<0,05). Data menunjukan
adanya arah yang positif (nilai r positif) yang berarti semakin tinggi
pengetahuan wanita hamil maka semakin baik perilaku kesehatan gigi dan
mulut. rendahnya pengetahuan wanita hamil akan diikuti perilaku kesehatan gigi
dan mulut yang buruk pula.
Pada penelitian ini

didapatkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara tingkat pengetahuan wanita hamil dengan perilaku kesehatan


gigi dan mulut di Poli Kandungan RSUD Banjarbaru. Hasil penelitian ini sesuai
dengan teori yang

dipaparkan

oleh

Notoatmodjo

tahun

2007 yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan perilaku


seseorang. Penelitian Hajikazemi pada tahun 2008,
kolerasi

antara

pengetahuan

juga menunjukan adanya

dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut.

Perilaku mulai dibentuk dari pengetahuan atau ranah (domain) kognitif. Subjek
atau individu mengetahui rangsangan yang berupa materi atau objek dari luar
dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini akan
menimbulkan tanggapan batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang

diketahuinya. Setelah rangsangan diketahui dan disadari sepenuhnya, akan


timbul tanggapan lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap rangsangan.
Pada kenyataannya, rangsangan yang diterima subjek dapat langsung
menimbulkan tindakan terhadap rangsangan. Artinya seseorang tidak harus
mengetahui makna dari rangsangan terlebih dahulu, dengan kata lain untuk
bertindak tidak harus dilandasi dengan pengetahuan dan sikap terlebih dahulu.
Perilaku yang dilandasi oleh pengetahuan lebih langgeng dibandingkan
yang tanpa dilandasi pengetahuan. Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui pendidikan
kesehatan gigi dan mulut. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
antara lain: usia, intelegensi, lingkungan, sosial budaya, pendidikan, informasi
dan pengalaman. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan
memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan
m e m p e n g a r u h i p e r i l a k u n y a u n t u k h i d u p s e h a t . Pengetahuan yang
rendah terhadap kesehatan gigi dan mulut dapat menjadi faktor predisposisi
timbulnya penyakit gigi dan mulut. Pada kenyataannya, informasi yang diterima
subjek dapat langsung menimbulkan tindakan terhadap rangsangan itu. Artinya
wanita hamil tidak harus mengetahui makna dari rangsangan itu terlebih dahulu
untuk melakukan suatu tindakan. Perilaku kesehatan gigi dan mulut wanita
hamil merupakan respon terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep
sehat, sakit dan penyakit.
Hubungan perilaku yang berupa tindakan dengan pengetahuan,
kepercayaan dan persepsi dijelaskan oleh Rosenstock pada tahun 1974 dalam
Health Belief Model bahwa kepercayaan seseorang terhadap timbulnya penyakit

dan potensi penyakit, akan menjadi dasar seseorang melakukan tindakan


pencegahan atau pengobatan terhadap penyakit tersebut. Pada saat hamil
gigi menjadi mudah mengalami kerusakan, ibu hamil dapat melakukan
pencegahan dengan mengosok gigi minimal 2 kali sehari,
sehabis

muntah

berkumur-kumur

dan kontrol ke dokter gigi minimal 1 kali selama masa

kehamilan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan wanita
hamil dengan perilaku kesehatan rongga mulut di Poli Kandungan RSUD
Banjarbaru.

Pada umumnya kehamilan berhubungan dengan rongga mulut,

karena apabila kesehatan rongga mulut tidak diperhatikaan pada masa


kehamilan maka akan terjadi kelainan-kelainan rongga mulut seperti gingivitis
kehamilan, periodontitis, epulis gravidarum, karies, dan bayi lahir BBLR akibat
terjadinya ketidakseimbangan hormon wanita dan adanya faktor-faktor iritasi
lokal dalam rongga mulut.
1.2 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil di Puskesmas
Bahu Manado
Oleh : Wulan P.J. Kaunang, Vonny Wowor, Adiska Devinta Arisanty
Setiap ibu hamil perlu menjaga kesehatan selama kehamilan, termasuk
kesehatan gigi dan mulut. kondisi kesehatan gigi dan mulut ibu hamil yang buruk
dapat memberikan dampak pada kehamilan dan perkembangan janin. Saat kehamilan
terjadi perubahan hormonal yaitu hormon estrogen dan progesteron. Perubahan
hormonal pada ibu hamil menimbulkan berbagai keluhan seperti ngidam, mual,
muntah dan termasuk keluhan sakit gigi dan mulut akibat dari kebiasaan

mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas),
penduduk Indonesia pada tahun 2007 mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut
yaitu karies dan penyakit periodontal. Penduduk yang mengalami masalah kesehatan
gigi dan mulut tentu saja termasuk ibu hamil.
Ibu hamil harus menyadari pentingnya menjaga kesehatan mulut selama
kehamilan untuk dirinya sendiri serta janin yang dikandung sehingga dapat
menghindari terjadinya penyakit mulut yang dapat memengaruhi kehamilan. Oleh
karena itu peningkatan kesehatan gigi dan mulut serta promosi kesehatan dapat
mengurangi terjadinya penyakit mulut.
Saat ini banyak perhatian yang ditujukan pada kesehatan gigi dan mulut ibu
hamil karena diduga ada hubungannya dengan penyakit periodontal dan masalah
kehamilan seperti kelahiran prematur, bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), dan
preeklampsia. Hal ini dipengaruhi oleh perilaku buruk ibu hamil terhadap
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut selama masa kehamilan. Penyakit mulut yang
terjadi selama masa kehamilan bukansemata-mata hanya dipengaruhi oleh kehamilan
itu sendiri melainkan juga oleh pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu hamil. Penelitian
Mwaiswelo pada tahun 2006 menunjukkan kurangnya pengetahuan ibu hamil
terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dimana hanya 16% dari ibu hamil
yang menerima pendidikan kesehatan gigi dan mulut, 97% menyikat giginya, 52%
dari ibu hamil percaya menyikat gigi secara rutin akan mengurangi risiko terjadinya
masalah pada gusi dan hanya 3,7% ibu hamil mengunjungi dokter gigi selama
kehamilan. Perilaku kunjungan ke dokter gigi dipengaruhi oleh faktor- faktor seperti
faktor personal, status ekonomi dan pengetahuan mengenai hubungan kesehatan gigi
dan mulut.

Puskesmas Bahu merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan


masyarakat yang ada di kota Manado yang memberikan layanan kuratif, preventif,
promotif, dan rehabilitatif. Menurut survei awal yang dilakukan oleh penulis,
kunjungan ibu hamil untuk memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnya ke poliklinik
gigi sekitar 3,8%. Keluhan yang dialami misalnya gigi belubang dan penyakit
periodontal seperti gingivitis dan periodontitis.
Pengumpulan data diperoleh melalui kuesioner yang meliputi karakteristik
responden, pengetahuan, sikap, dan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut ibu hamil di Puskesmas Bahu Manado tergolong baik,
dengan perolehan skor 473 (78,8%), sikap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu
hamil di Puskesmas Bahu Manado tergolong baik, dengan perolehan skor 558 (93%),
dan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil di Puskesmas Bahu
Manado tergolong baik, dengan perolehan skor 502 (83,7%). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut ibu hamil di Puskesmas Bahu Manado tergolong baik dan diharapkan dapat
mempertahankan perilaku yang baik dalam hal pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut selama masa kehamilan, serta lebih meningkatkan perilaku kunjungan ke
dokter gigi selama kehamilan.

1.3 Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi Dan Mulut Ibu Hamil Di Di Kecamatan
Singosari, Kabupaten Malang
Oleh : Dyah Nawang Palupi, Yuanita Lely R.

Periodontitis merupakan salah satu penyakit rongga mulut yang disebabkan


oleh infeksi bakteri. Periodontitis merupakan penyakit periodontal berupa infeksi
kronik gingiva dan struktur yang mendukung gigi yang dapat menimbulkan
kerusakan pada tulang alveolar yang disertai dengan pembentukan poket dan
resesi gingiva. Penyakit periodontal terjadi pada 15% wanita dan sebagian besar
pada ibu hamil. Kondisi hormonal dari wanita hamil juga dapat menjadi pencetus
penyakit ibu hamil. Kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan dan
kesehatan rongga mulut sangat diperlukan untuk mengimbangi agar periodontitis
tidak menimbulkan efek yang lebih merugikan.
Penelitian di lakukan di Desa Gunungrejo, Kecamatan Singosari,
Kabupaten Malang. Survei awal menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil
memiliki pengetahuan yang kurang mengenai kesehatan gigi dan mulut. Angka
kesakitan periodontitis sangat tinggi dengan kunjungan ke layanan kesehatan yang
sangat rendah. Oleh karena itu perlu diadakan penyuluhan agar ibu hamil dapat
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut dan mengetahui dampak apa yang dapat
ditimbulkan dari infeksi di rongga mulut sehingga dapat mencegahnya agar
kehamilan dapat berjalan dengan lancar dan proses persalinan berjalan baik. Hal
ini sejalan dengan salah satu tujuan MDGs 2015 yaitu meningkatkan kesehatan
ibu hamil (improving maternal health).

Kegiatan Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil


No
.
1.

Kegiatan
Pengurusan
perijinan

Waktu

Lokasi

Bulan 1

DinKes Kab.
Malang

Metode
-

Alat Bantu
-

2.
3.

4.

5.

Pembuatan poster Bulan 1


gigi
Pemeriksaan gigi Bulan 3,
4

Percetakan

Puskesmas
Singosari

Memeriksa Kaca mulut,


gimul ibu,
pinset, sonde
hitung
alkohol,
OHIS,
kertas pulpen,
DMF-T
lampu senter,
serta
salivatester
salivatester
Penyuluhan
Bulan 3, D.Gunungrej Penyuluha Model gigi,
kesehatan gigi
4
o
n metode 2 poster, LCD
dan mulut
arah
(diikuti
tanya
jawab)
Pembelian
Bulan 3, D.Gunungrej Diberikan
Piring, sendok
makanan bergizi 4
o
sup sehat
dan kacang
hijau
Penyuluhan diikuti oleh seluruh ibu hamil. Seluruh peserta mengikuti pre-

test dan post-test mengenai pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, dan hasil yang
diperoleh adalah peningkatan pengetahuan sebesar 90%. Risiko gingivitis
diperoleh dari skrining dengan menggunakan salivatester yang menunjukkan hasil
yang cukup tinggi 2,903 pada pemeriksaan pertama dan 3,837 pada pemeriksaan
kedua satu bulan kemudian (kategori mild). Dari kuesioner mengenai kualitas
hidup ibu hamil diperoleh bahwa 38% menyatakan jarang dan 47% menyatakan
kadang-kadang merasakan keluhan tidak nyaman dengan kondisi gigi dan
mulutnya saat hamil, dan sisanya menyatakan sangat sering. Untuk meningkatkan
kesehatan fisiknya, ibu hamil seluruhnya mendapatkan paket berupa makanan
sehat (sup sehat dan agar-agar) serta sikat dan pasta gigi. Pada intervensi
berikutnya mendapatkan makanan sehat berupa kacang hijau.

10

Program ini dinyatakan berhasil, dilihat dari jumlah ibu hamil yang terlibat
dalam acara ini. Program peningkatan kesehatan gigi dan ibu hamil sangat baik
dilaksanakan di daerah-daerah lain terutama yang tidak terjangkau oleh layanan
kesehatan, secara berkala dan terstruktur, demi meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat pada umumnya, utamanya dalam penurunan angka kematian ibu.
1.4 Pengaruh Program Perubahan Perilaku Ibu Hamil (Cerdigi) Berdasarkan
Teori ABC (Studi Pendahuluan di Kelurahan Serpong, Tangerang Selatan)
Oleh : Annisa Septalita dan Peter Andreas
Sumber: J. Ked Gi Ind. Des 2015; 1(2): 201 207
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan selama kehamilan, hal ini disebabkan karena wanita hamil
merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut.
Namum, perilaku kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan ibu hamil masih
rendah. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya pengetahuan wanita hamil terhadap
kebersihan gigi dan mulut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diana di
Indonesia tahun 2009, menyebutkan bahwa (43%) wanita hamil menjawab tidak
ada hubungan antara kehamilan dengan kesehatan gigi dan mulut.
Kurangnya pengetahuan dan perilaku ibu hamil terhadap kebersihan gigi
mulut membuat kondisi kesehatan gigi dan mulut ibu hamil masih buruk. Hal ini
dapat menyebabkan bayi lahir prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR).
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan adanya peningkatan pengetahuan ibu
hamil mengenai kesehatan gigi dan mulut sehingga terjadi peningkatan perilaku
kesehatan gigi dan mulut.

11

Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya perubahan perilaku


peneliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil dengan cara mengidentifikasi
anteseden dan konsekuens berdasarakan teori ABC setelah diberikan program
CERDIGI (Cerdas Peduli Kesehatan Gigi dan Mulut). Program CERDIGI dibuat
sebagai program perubahan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu
hamil, dengan memberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut (DHE/Dental
Health Education) untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan
pentingnya kesehatan gigi dan mulut untuk kesehatan ibu hamil dan janinnya.
Model ABC atas perubahan perilaku merupakan gabungan dari 3 (tiga)
elemen, yaitu antecedents, behaviour dan consequences (ABC). Teori ini
menganggap sebuah perilaku dipicu oleh beberapa rangkaian peristiwa anteseden
(sesuatu yang mendahului sebuah perilaku dan secara kausal terhubung dengan
perilaku tersebut), kemudian sebuah perilaku diikuti oleh konsekuensi (hasil nyata
dari perilaku yang dapat meningkatkan atau menurunkan kemungkinan perilaku
tersebut untuk berulang kembali). Teori ini membantu mengidentifikasi cara
mengubah perilaku dengan memastikan keberadaan anteseden yang tepat dan
konsekuensi yang mendukung perilaku tersebut.
Penelitian ini didahului dengan pengumpulan data primermelalui
wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner yang telah
ditetapkan, yaitu kuesioner untuk mengetahui perilaku pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut apa yang hendak diubah (tahap 1), pertanyaan-pertanyaan terkait
faktor anteseden perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut apa yang hendak
diubah (tahap 2), pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor konsekuens perilaku

12

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut apa yang hendak diubah tersebut (tahap
3). Intervensi yang diberikan kepada ibu hamil berupa metode pendidikan
kesehatan gigi dan mulut/DHE selama 30 menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan yang ada adalah masih
rendahnya perilaku pemeliharaan kesehatan gigi mulut ibu hamil untuk
pemeriksaan ke dokter gigi. Faktor anteseden tertinggi yang menjadi penyebab
tidak periksa ke dokter gigi saat hamil adalah karena tidak tahu manfaat ke dokter
gigi (33%). Fakta diatas meunjukkan bahwa pengetahuan ibu hamil mengenai
kesehatan gigi dan mulut, serta hubungannya dengan kehamilan masih cukup
rendah sehingga kesadaran untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut pun
rendah. Setelah 9 hari dilakukan intervensi (metode DHE) 90% masih belum ke
dokter gigi dengan faktor konsekuens tertinggi adalah faktor waktu sebesar 52%.
Hal ini menunjukkan motivasi ibu hamil terhadap upaya memelihara kesehatan
gigi dan mulut masih cukup rendah.
Kesehatan ibu hamil perlu secara komprehensif, bukan hanya kesehatan
secara umum ibu hamil dan janin saja yang dipentingkan, namun juga harus
dibarengi dengan peningkatan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil, yang juga akan
berdampak untuk kesehatan janin. Kerjasama dengan petugas kesehatan lain,
seperti bidan, dokter umum atau dokter spesialis kandungan untuk ikut serta
memberikan rujukan dan rekomendasi untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
gigi dan mulut ibu hamil sangat diperlukan. Upaya preventif seperti ini sangat
baik untuk memberikan pengetahuan, kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi
dan mulut selama kehamilan.

13

1.5 Membangun Kerjasama dalam Pengembangan Upaya Peningkatan Kesehatan


Gigi dan Mulut pada Ibu Hamil
Oleh: Andi Sumidarti
Upaya peningkatan kesehatan ibu hamil termasuk kesehatan gigi dan
mulut merupakan strategi yang dapat dicapai sesuai dengan target ke 5 dari
Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, apabila kita
membangun kerja sama seluruh stakeholders yang terkait terutamanya dokter,
dokter gigi, perawat bidan dan lainnya yang bertugas pada pusat pelayanan
kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit Ibu dan Anak serta Rumah Sakit
Umum Daerah, untuk memberikan edukasi kepada ibu hamil mengenai
pentingnya perawatan gigi dan mulut untuk mencegah dampak dari kelahiran
yang tidak diinginkan.
Pada umumnya ibu hamil tidak mendapat informasi tentang kesehatan gigi
dan mulut selama kehamilan, meskipun ini adalah tahap awal untuk memberi
edukasi atau memperkenalkan program-program pencegahan penyakit gigi dan
mulut selama kehamilan.
Ibu hamil memiliki risiko yang tinggi terhadap perkembangan kerusakan
jaringan gigi dan periodontal selama kehamilan ini mungkin karena adanya
perubahan pola makan dan kebersihan mulut, sehingga risiko terbentuknya lesi
karies dan penyakit periodontal cukup signifikan. Hal ini kemungkinan
disebabkan sikap dan perilaku ibu hamil yang kurang memelihara kesehatan gigi
dan mulutnya serta kurangnya mendapatkan pengetahuan dan promosi kesehatan
gigi dan mulut dari tenaga kesehatan, sehingga diharapkan pemeriksaan kesehatan
gigi dan mulut dapat dimasukkan dalam Kartu Menuju Sehat Ibu Hamil.

14

Program pencegahan karies dan penyakit periodontal merupakan proses


yang kompleks melibatkan beberapa faktor yang saling berhubungan dengan
tujuan utama mencegah infeksi bakteri kariogenik dan jaringan periodontal.
Metode pencegahan terjadinya karies dirancang unuk membatasi demineralisasi
jaringan gigi yang disebabkan oleh bakteri kariogenik untuk mencegah lesi
kavitas, membatasi pertumbuhan dan metabolism pathogen dan meningkatkan
ketahanan jaringan keras gigi dan periodontal.
Untuk mencapai target Millennium Development Goals pada tahun 2015
khususnya target ke 5 yaitu Meningkatkan Kesehatan Ibu Hamil termasuk
kesehatan gigi dan mulut untuk mencegah dampak dari kelahiran yang tidak
diinginkan:
1. Memelihara kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil sebelum dan sesudah
melahirkan
2. Diperlukan peningkatan pendidikan dan pelatihan pada semua stakeholders
pada pusat pelayanan kesehatan Ibu dan Anak mengenai kesehatan mulut pada
masa kehamilan
3. Pemeriksaan dan perawatan gigi dan mulut dimasukkan dalam Kartu Menuju
Sehat Ibu Hamil
4. Peningkatan sarana prasarana kesehatan gigi dan mulut pada pusat pelayanan
kesehatan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ibu Hamil Sebagai Kelompok Rentan Terhadap Penyakit Gigi dan Mulut
Seluruh jurnal yang telah dibahas pada bab sebelumnya memaparkan
bahwa menjaga kesehatan gigi dan mulut untuk ibu hamil sangatlah penting
karena ibu hamil merupakan salah satu kelompok rentan terhadap penyakit gigi
dan mulut. Dalam kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologis di dalam
tubuh, seperti perubahan sistem kardiovaskular, hematologi, respirasi dan
endokrin. Efek perubahan hormonal pada wanita hamil akan mempengaruhi
hamper seluruh system organ, termasuk rongga mulut. Kadang-kadang disertai
dengan perubahan sikap, keadaan jiwa ataupun tingkah laku. Keadaan tersebut
menyebabkan ibu hamil sering kali mengabaikan kebersihan dirinya, termasuk
kebersihan giginya, sehingga kelompok ibu hamil sangat rawan atau peka
terhadap penyakit gigi dan mulut.
Ada beberapa hal dalam kesehatan gigi dan mulut yang perlu mendapat
perhatian selama masa kehamilan, antara lain:
1. Trimester I (masa kehamilan 0 3 bulan)
Pada saat ini ibu hamil biasanya merasa lesu, mual dan kadang-kadang
sampai muntah yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan suasana asam
dalam mulut. Adanya peningkatan plak karena malas memelihara kebersihan,
akan mempercepat terjadinya kerusakan gigi.

15

16

Beberapa cara pencegahannya:


1) Pada waktu mual hindarilah menghisap permen atau mengulum permen
terus-menerus, karena hal ini dapat memperparah kerusakan gigi yang
telah ada.
2) Apabila ibu hamil mengalami muntah-muntah hendaknya setelah itu mulut
dibersihkan dengan berkumur menggunakan larutan soda kue (sodium
bicarbonate) dan menyikat gigi setelah 1 jam.
3) Hindari minum obat-obatan muntah, obat dan jamu penghilang rasa sakit
tanpa persetujuan dokter, karena ada beberapa obat yang dapat
menyebabkan cacat bawaan seperti celah bibir.
2. Trimester II (masa kehamilan 4 6 bulan)
Pada masa ini biasanya merupakan saat terjadinya perubahan hormonal dan
faktor lokal (plak) dapat menimbulkan kelainan dalam rongga mulut, antara
lain:
1) Peradangan pada gusi, warnanya kemerah-merahan dan mudah berdarah
terutama pada waktu menyikat gigi. Bila timbul pembengkakan maka
dapat disertai dengan rasa sakit.
2) Timbulnya benjolan pada gusi antara 2 gigi yang disebut Epulis
Gravidarum, terutama pada sisi yang berhadapan dengan pipi.
3) Pada keadaan ini, warna gusi menjadi merah keunguan sampai kebiruan,
mudah berdarah dan gigi terasa goyang. Benjolan ini dapat membesar
hingga menutupi gigi. Bila terjadi hal-hal seperti diatas sebaiknya segera
menghubungi tenaga pelayanan kesehatan gigi utnuk mendapat perawatan
lebih lanjut.
3. Trimester III (masa kehamilan 7 9 bulan)
Benjolan pada gusi antara 2 gigi (Epulis Gravidarum) diatas mencapai
puncaknya pada bulan ketujuh atau kedelapan.
Kehamilan menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh dan termasuk

17

juga di rongga mulut sehingga meimbulkan beberapa manifestasi oral. Selama


kehamilan, seorang ibu dapat mengalami beberapa gangguan pada rongga
mulutnya yang dapat disebabkan oleh perubahan hormonal atau karena kelalaian
perawatan gigi dan mulutnya.
1. Gingivitis Kehamilan (Pregnancy Gingivitis)
Sebagian besar ibu hamil menunjukan perubahan pada gusi selama kehamilan
akibat kurangnya kesadaran menjaga kebersihan gigi dan mulut. Gusi terlihat
lebih merah dan mudah berdarah ketika menyikat gigi, penyakit ini disebut
gingivitis kehamilan, biasanya mulai terlihat sejak bulan kedua dan memuncak
sekitar bulan kedelapan.
2. Granuloma Kehamilan (Epulis Gravidarum)
Penyebab pasti tidak diketahui, meskipun faktor utamanya adalah kebersihan
mulut yang buruk. Selain itu faktor penyebab lainnya adalah trauma, hormon,
virus dan pembuluh darah yang pecah. Ibu hamil yang memiliki granuloma
kehamilan biasanya juga menderita gingivitis kehamilan yang luas.
Granuloma kehamilan akan menghilang setelah bayi lahir.
3. Karies Gigi
Kehamilan tidak langsung menyebabkan gigi berlubang. Meningkatnya gigi
berlubang atau menjadi lebih cepatnya proses gigi berlubang yang sudah ada
pada masa kehamilan lebih disebabkan karena perubahan lingkungan di
sekitar gigi dan kebersihan mulut yang kurang. Faktor-faktor yang dapat
mendukung lebih cepatnya proses gigi berlubang yang sudah ada pada wanita
hamil karena pH saliva wanita hamil lebih asam jika dibandingkan dengan
yang tidak hamil dan konsumsi makan-makanan kecil yang banyak
mengandung gula. Rasa mual dan muntah membuat wanita hamil malas

18

memelihara kebersihan rongga mulutnya, akibatnya serangan asam pada plak


yang dipercepat dengan adanya asam dari mulut karena mual atau muntah tadi
dapat mempercepat proses terjadinya gigi berlubang.
2.2 Pentingnya Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Bagi Ibu Hamil
(Hubungan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Kehamilan)
Jurnal yang telah dibahas diatas menjelaskan bahwa kondisi kesehatan gigi
dan mulut akan mempegaruhi kondisi janin. Menurut penelitian yang dilakukan
Santoso dkk. tahun 2009, penyakit periodontal seperti gingivitis yang tidak
dirawat pada wanita hamil merupakan salah satu faktor resiko bayi berat badan
lahir rendah (BBLR) kurang bulan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
responden dengan kebersihan mulut kurang, mempunyai risiko 2,55 kali
melahirkan bayi BBLR kurang bulan dibandingkan dengan responden dengan
kebersihan mulut baik.
Selain hal diatas, selama kehamilan sangat penting untuk menjaga
kesehatan gigi dan mulut sehingga fungsi pengunyahan tetap baik sehingga
asupan gizi pun tetap baik dan ibu hamil tetap sehat. Hal ini juga dapat mencegah
penyakit gigi dan mulut menjadi lebih parah.

2.3 Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut Pada
Ibu Hamil
Ibu hamil sebagai kelompok rentan penyakit gigi dan mulut seharusnya
memiliki perilaku dan motivasi yang baik dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut. Dari beberapa jurnal diatas, dapat dilihat bahwa perilaku pemeliharaan

19

kesehatan gigi ibu hamil secara mandiri di rumah sudah cukup baik dilaksanakan,
seperti sikat gigi 2x sehari. Hasil penelitian dari observasi perilaku pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut sebanyak 27 responden ibu hamil di wilayah Kelurahan
Serpong, Tangerang Selatan menunjukkan bahwa sebesar 100% (27 responden)
telah menyikat gigi 2x/hari, sebesar 44,4% (12 responden) telah menggunakan
obat kumur 1x/minggu. Hasil penelitian di Puskesmas Bahu Manado juga
menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) memiliki sikap yang baik dalam
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan. Pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan ini meliputi, anjuran untuk menyikat
gigi secara rutin, mengonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A dan
C serta mengonsumsi buah-buahan di antara waktu makan sebagai pengganti
camilan.
Permasalahan yang terjadi adalah sebagian ibu hamil belu menyadari
pentingnya pemeriksaan rutin ke dokter gigi selama kehamilan. Menurut
Mona,dkk (2010), berdasarkan hasil penelitian dikatakan bahwa 58 % tidak
melakukan perawatan gigi selama masa kehamilan. Hasil penelitian dari observasi
perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil di wilayah Kelurahan
Serpong hanya 4% (1 responden) yang telah memeriksakan diri ke dokter gigi saat
hamil. Hal ini diakibatkan karena beberapa faktor, dan yang tertinggi adalah
sebesar 33% karena tidak tahu manfaat ke dokter gigi. Hasil penelitian di
Puskesmas Bahu Manado juga menunjukkan bahwa 80% ibu hamil tidak pernah
memeriksakan gigi dan mulutnya ke dokter gigi. 20% responden melakukan

20

pemeriksaan ke dokter gigi karena adanya keluhan seperti sakit gigi, gigi
berlubang, gusi berdarah, dan lain-lain.
Dari jurnal yang telah dibahas, seluruhnya mengatakan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan wanita hamil dengan
perilaku kesehatan gigi dan mulut. Subjek atau individu mengetahui rangsangan
yang berupa materi atau objek dari luar dirinya, yang kemudian akan terbentuk
pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini akan menimbulkan tanggapan batin
dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahuinya. Setelah rangsangan
diketahui dan disadari sepenuhnya, akan timbul tanggapan lebih jauh lagi yaitu
berupa tindakan terhadap rangsangan. Pada kenyataannya, rangsangan yang
diterima subjek dapat langsung menimbulkan tindakan terhadap rangsangan.
Artinya seseorang tidak harus mengetahui makna dari rangsangan terlebih dahulu,
dengan kata lain untuk bertindak tidak harus dilandasi dengan pengetahuan dan
sikap terlebih dahulu. Namun, Perilaku yang dilandasi oleh pengetahuan lebih
langgeng dibandingkan yang tanpa dilandasi pengetahuan.
2.4 Promosi Kesehatan Dalam Upaya Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan
Gigi dan Mulut Ibu Hamil.
Untuk menciptakan perilaku kesehatan gigi dan mulut yang baik pada ibu
hamil, diperlukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan terlebih dahulu.
Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut diperoleh secara alami maupun secara
terencana yaitu melalui pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Beberapa faktor
yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: usia, intelegensi, lingkungan, sosial
budaya, pendidikan, informasi dan pengalaman. Seseorang yang memiliki tingkat

21

pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang
kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.
Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan
dengan cara persuasi, bujukan, himbauan ajakan, pemberian informasi,
memberikan kesadaran dan sebagainya. Dampak yang timbul dari cara ini
terhadap perubahan perilaku masyarakat terutama wanita hamil akan memakan
waktu lama, tetapi bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka
perilaku sehat akan dilakukan seumur hidup. Upaya ini dapat dicapai melalui
promosi kesehatan.
Istilah

dan

pengertian

promosi

kesehatan

adalah

merupakan

pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti :
Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu
kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata,
akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka
perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai
proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal,
mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-

22

program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik


di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Salah satu kegiatan promosi kesehatan adalah pemberian informasi atau
pesan kesehatan berupa kesehatan untuk memberikan atau meningkatkan
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar memudahkan terjadinya perilaku
sehat

(Notoatmodjo,

2005).

Penyuluhan

kesehatan

adalah

penambahan

pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau


instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik
secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk meningkatkan kesadaran
akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi
perilaku sehat. Pada penelitian di Kecamatan Singasari, Malang didapatkan hasil
peningkatan pengetahuan ibu hamil sebesar 90% setelah ibu hamil dibeikan
pemeriksaan dan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut.

2.5 Materi Promosi Kesehatan Bagi Ibu Hamil


Dalam upaya meningkatkan perilaku kesehatan gigi dan mulut ibu hamil,
perlu diberikan pengetahuan mengenai hubungan kehamilan, janin, dan kesehatan
gigi mulut yang telah dipaparkan di awal pembahasan. Selain itu, ibu hamil juga
perlu mengetahui cara pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik.
Supaya ibu hamil terhindar dari penyakit gigi dan mulut selama
kehamilannya, dianjurkan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menyikat Gigi Secara Baik, Benar dan Teratur.
2. Penggunaan alat bantu membersihkan gigi dan mulut (benang gigi, sikat lidah,
obat kumur)
3. Mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang.

23

Diet yang seimbang sangat diperlukan untuk menjamin asupan nutrisi bagi ibu
hamil dan bayi didalam kandungan.Apa yang dikonsumsi oleh ibu hamil
selama 9 bulan sangat mempengaruhi perkembangan bayi di dalam
kandungan, termasuk gigi. Gigi mulai terbentuk pada usia kehamilan 3-6
bulan. Sangat penting bagi ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung kalsium, protein, fosfor dan vitamin A, C dan D.
4. Menghindari makanan manis dan lengket.
Ibu hamil dianjurkan untuk menghindari makan makanan yang manis dan
lengket, karena makanan yang manis dapat diubah oleh bakteri menjadi asam
yang dapat merusak lapisan gigi. Makanan yang bersifat lengket dikhawa
rkan akan tinggal lama dalam mulut sehingga kemungkinan terjadinya asam
akan lebih besar.
5. Memeriksakan Diri ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Gigi
Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut harus dilakukan secara berkala, baik
pada saat merasa sakit maupun pada saat tidak ada keluhan. Bahkan idealnya,
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dilakukan apabila seseorang berencana
atau sedang mengharapkan kehamilan, sehingga pada saat dia hamil kondisi
kesehatan gigi dan mulutnya dalam keadaan baik.

2.6 Upaya Tenaga Kesehatan Untuk Menngkatkan Kesehatan Gigi dan


Mulut Ibu Hamil
Untuk mencapai target Millennium Develpoment Goals (MDGs) pada
tahun 2015 khususnya target ke 5, yaitu meningkatkan Kesehatan Ibu Hamil
termasuk kesehatan gigi dan mulut untuk mencegah dampak dari kelahiran yang
tidak diinginkan, dapat dilakukan beberapa hal:

24

1. Diperlukan peningkatan pendidikan dan pelatihan pada semua stakeholders


pada pusat pelayanan kesehatan Ibu dan Anak mengenai kesehatan mulut pada
masa kehamilan.
2. Pemeriksaan dan perawatan gigi dan mulut dimasukkan dalam Kartu Menuju
Sehat Ibu Hamil (KMS-BUMIL)
3. Peningkatan sarana prasarana kesehatan gigi dan mulut pada pusat pelayanan
kesehatan.
Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan pula oleh tenaga kesehatan.
Tenaga pelayanan kesehatan gigi diharuskan memberikan tindakan berikut untuk
ibu hamil:
1. Rencana pengobatan definitif berdasarkan atas pertimbangan kesehatan mulut
termasuk:
1) Keluhan utama dan riwayat medis
2) Sejarah penggunaan tembakau, alkohol dan narkoba
3) Evaluasiklinis
4) Radiografi jika sangat diperlukan
2. Mengembangkan dan mendiskusikan rencana pengobatan yang komprehensif
yang mencakup perawatan pencegahan, kuratif dan pemeliharaan.
3. Siap memberikan perawatan darurat selama kehamilan seperti yang
ditunjukkan oleh kondisi mulut.
4. Memberikan profi laksis gigi dan pengobatan sementara.
Penyedia pelayanan kebidanan didorong untuk mengintegrasikan kesehatan
gigi dan mulut ke dalam layanan kehamilan dengan tindakan berikut:
1. Menilai kondisi gigi-mulut ibu hamil dan membuat rujukan yang sesuai ke
penyedia pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
2. Mendorong semua ibu hamil pada saat pemeriksaan kehamilan yang pertama
kali untuk menjadwalkan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut jika belum

25

dilakukan dalam enam bulan terakhir, atau jika terdapat keluhan gigi dan
mulut yang baru.
3. Mendorong semua ibu hamil untuk mematuhi rekomendasi dari tenaga
pelayanan kesehatan gigi mengenai tindak lanjut yang tepat.
4. Dokumentasikan pada catatan medis kehamilan apakah ibu hamil tersebut
sudah dibawah perawatan professional kesehatan mulut atau jika belum buat
rujukan.
5. Memberikan surat rujukan tertulis untuk pelayanan kesehatan mulut.
6. Buat daftar rujukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dapat
memberikan layanan kepada wanita hamil.
7. Saling berbagi informasi klinis yang sesuai dengan tenaga pelayanan
kesehatan gigi.

26

BAB III
KESIMPULAN

Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rentan terhadap penyakit gigi
dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut yang buruk pda ibu hamil dapat
menyebabkan bayi lahir prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR). Oleh
sebab itu, penting bagi ibu hamil untuk memiliki perilaku kesehatan gigi dan
mulut yang baik.
Perilaku kesehatan gigi dan mulut yang baik dapat dicapai dengan adanya
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang baik pula. Perilaku yang dilandasi
oleh pengetahuan lebih langgeng dibandingkan yang tanpa dilandasi pengetahuan.
Peningkatan pengetahuan ini dapat dicapai dengan adanya upaya promosi
kesehatan, baik dengan penyuluhan maupun pemeriksaan sebagai upaya preventif
dalam mencegah penyakit gigi dan mulut pada ibu hamil.

26

DAFTAR PUSTAKA

Kaunang, Wulan P.J. Vonny Wowor, Adiska Devinta Arisanty. Tanpa tahun.
Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil di
Puskesmas Bahu Manado.
Kementrian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan
Mulut Ibu Hamil Dan Anak Usia Balita Bagi Tenaga Kesehatan Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kementrian RI 2012.
Muhsinah, Emma Yuniarrahmah, Bayu Indra Sukmana. 2014. Hubungan tingkat
pengetahuan wanita hamil dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut di
poli kandungan RSUD Banjarbaru. Jurnal kedokteran gigi II (2): 110114.
Palupi, D.N., Yuanita Lely R. 2015. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut
ibu hamil di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. 103 -106.
Septalita, A. dan Peter Andreas. 2015. Pengaruh program perubahan perilaku ibu
hamil (cerdigi) berdasarkan teori abc (studi pendahuluan di Kelurahan
Serpong, Tangerang Selatan). J. Ked Gi Ind. 1(2): 201 207.
Sumidarti, A. Tanpa Tahun. Membangun Kerjasama dalam Pengembangan Upaya
Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Ibu Hamil. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

27

LAMPIRAN

Lampiran 1
Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Ibu Hamil di Puskesmas Bahu Manado
1

Wulan P.J. Kaunang, 1Vonny Wowor, 2Adiska Devinta Arisanty


1
Dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
1
Dosen di Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
2
Mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : Adiskaarisanty@gmail.com
ABSTRAK
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan bertujuan untuk mencegah terjadinya
masalah kesehatan gigi dan mulut saat masa kehamilan. Kesehatan gigi dan mulut merupakan
salah satu hal yang perlu diperhatikan selama kehamilan. Kondisi kesehatan gigi dan mulut ibu
hamil yang buruk dapat memberikan dampak pada kehamilan seperti kelahiran prematur, dan bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR), dan preeklampsia. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil yang mencakup
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross
sectional yang melibatkan 50 orang ibu hamil di Puskesmas Bahu Manado. Pengumpulan data
diperoleh melalui kuesioner yang meliputi karakteristik responden, pengetahuan, sikap, dan
tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil di Puskesmas Bahu Manado
tergolong baik, dengan perolehan skor 473 (78,8%), sikap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
ibu hamil di Puskesmas Bahu Manado tergolong baik, dengan perolehan skor 558 (93%), dan
tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil di Puskesmas Bahu Manado tergolong
baik, dengan perolehan skor 502 (83,7%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan,
sikap, tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil di Puskesmas Bahu Manado
tergolong baik.
Kata kunci : Perilaku Ibu hamil, pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
ABSTRACT
Maintenance of oral health during pregnancy aims to prevent oral health problems during
pregnancy. Oral health is one of the things that need attention during pregnancy. Dental and oral
health of pregnant women are poor, which can hqve an impact on pregnancy as premature births,
babies with low birth weight (LBW), and preeclampsia. The purpose of this study to determine the
oral health care behavior of pregnant women that include knowledge, attitudes, and actions. This
is a descriptive research with cross-sectional design among 50 pregnant women at health centers
Bahu Manado. The data collected by questionnaires that include respondent characteristics,
knowledge, attitudes, and actions of oral health care respondents. The results showed that oral
health care knowledge of pregnant women in Bahu Manado health centers was good, with a score
of 473 (78.8%), oral health care attitudes of pregnant women in Bahu Manado health centers was
good, with a score of 558 (93%) and oral health care maintenance actions of pregnant women in
Bahu Manado health centers was good, with a score of 502 (83.7%). Conclusion this study that
knowledge, ,attitudes, and actions oral health care of pregnant women in Bahu Manado health
centers was good.
Key words: oral health behavior of pregnant women, oral health care

28

29

PENDAHULUAN
Setiap ibu hamil perlu menjaga kesehatan selama kehamilan, termasuk kesehatan gigi dan
mulut. kondisi kesehatan gigi dan mulut ibu hamil yang buruk dapat memberikan dampak pada
kehamilan dan perkembangan janin.1
Saat kehamilan terjadi perubahan hormonal yaitu hormon estrogen dan progesteron. Perubahan
hormonal pada ibu hamil menimbulkan berbagai keluhan seperti ngidam, mual, muntah dan
termasuk keluhan sakit gigi dan mulut akibat dari kebiasaan mengabaikan kebersihan gigi dan
mulut.2 Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), penduduk Indonesia pada tahun 2007
mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut yaitu karies dan penyakit periodontal. Penduduk
yang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut tentu saja termasuk ibu hamil.3
Ibu hamil harus menyadari pentingnya menjaga kesehatan mulut selama kehamilan untuk
dirinya sendiri serta janin yang dikandung sehingga dapat menghindari terjadinya penyakit mulut
yang dapat memengaruhi kehamilan. Oleh karena itu peningkatan kesehatan gigi dan mulut serta
promosi kesehatan dapat mengurangi terjadinya penyakit mulut.4
Saat ini banyak perhatian yang ditujukan pada kesehatan gigi dan mulut ibu hamil karena
diduga ada hubungannya dengan penyakit periodontal dan masalah kehamilan seperti kelahiran
prematur, bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), dan preeklampsia. 5 Hal ini dipengaruhi oleh
perilaku buruk ibu hamil terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut selama masa kehamilan.
Penyakit mulut yang terjadi selama masa kehamilan bukan semata-mata hanya dipengaruhi oleh
kehamilan itu sendiri melainkan juga oleh pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu hamil.6
Penelitian Mwaiswelo pada tahun 2006 menunjukkan kurangnya pengetahuan ibu hamil
terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dimana hanya 16% dari ibu hamil yang menerima
pendidikan kesehatan gigi dan mulut, 97% menyikat giginya, 52% dari ibu hamil percaya
menyikat gigi secara rutin akan mengurangi risiko terjadinya masalah pada gusi dan hanya 3,7%
ibu hamil mengunjungi dokter gigi selama kehamilan. Perilaku kunjungan ke dokter gigi
dipengaruhi oleh faktor- faktor seperti faktor personal, status ekonomi dan pengetahuan mengenai
hubungan kesehatan gigi dan mulut.7
Puskesmas Bahu merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang ada
di kota Manado yang memberikan layanan kuratif, preventif, promotif, dan rehabilitatif. Menurut
survei awal yang dilakukan oleh penulis, kunjungan ibu hamil untuk memeriksakan kesehatan gigi
dan mulutnya ke poliklinik gigi sekitar 3,8%. Keluhan yang dialami misalnya gigi belubang dan
penyakit periodontal seperti gingivitis dan periodontitis.
Sosialisasi mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut selama masa kehamilan
masih jarang dilakukan di puskesmas tersebut. Ibu hamil juga lebih banyak memeriksakan
kehamilannya dibandingkan dengan memeriksakan kesehatan gigi dan mulut. Sejauh ini penelitian
tentang perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil di Puskesmas Bahu Manado
belum pernah dilakukan.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil di Puskesmas Bahu Manado.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan Cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bahu Manado pada bulan
Juni-Juli 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas
Bahu Manado pada saat penelitian berlangsung sebanyak 50 orang. Kriteria inklusi pada penelitian
ini yaitu ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Bahu Manado, ibu hamil yang bersedia mengisi
kuesioner, ibu hamil yang tidak buta huruf, dan dapat berkomunikasi dengan baik.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Total sampling,
yaitu semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan sebagai sampel. Variabel penelitian
ini terdiri dari perilaku, pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, serta ibu hamil. Perilaku
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan
diukur dengan kuesioner, dimana masing-masing diberikan 6 pertanyaan. Setiap pertanyaan diberi
skor 2 untuk jawaban tahu, setuju, dan ya, sedangkan 1 untuk jawaban tidak tahu, tidak setuju, dan
tidak. Jumlah skor tertinggi 2x6x50 = 600. Jumlah skor terendah 1x6x50 = 300.

30

Berdasarkan data yang didapat, maka perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu
hamil di Puskesmas Bahu Manado yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan, maka dapat
dirumuskan dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut: X/600x100% = Y
Hasil tersebut dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu kurang dan baik.
300
450
600
0%
50%
100%
Kurang
Baik
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik responden
Karakakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1, 2, 3, dan 4.
Tabel 1. Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia

Sebagian besar responden banyak dijumpai pada kelompok 20-29 tahun yaitu sebanyak
30 responden (60%). Untuk kelompok usia 30 39 tahun sebanyak 13 responden (26%),
kelompok usia <20 tahun sebanyak 5 responden (10%), sedangkan sebagian kecil responden
termasuk pada kelompok usia > 40 tahun sebanyak 2 responden (4%).(tabel 1)
Tabel 2. Distribusi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan responden yang paling banyak dijumpai terdapat pada kategori ibu rumah
tangga, yaitu 42 responden (84%). Untuk kategori pekerjaan lain sebanyak 7 responden dimana
responden yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 6 responden (12%), 1 responden (2%)
sebagai mahasiswa, dan sebagian kecil dari responden berada pada kategori (14%) pegawai negeri
(PNS) hanya 1 responden (2%) saja. (tabel 2)

Tabel 3. Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir

31

Tingkat pendidikan terakhir responden yang paling banyak dijumpai terdapat pada
responden dengan tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 39 responden (78%).
Untuk responden dengan tamatan SD dan SMP masing-masing berjumlah 4 responden (8%),
sedangkan sebagian kecil pendidikan responden berada pada kategori Perguruan Tinggi yang
berjumlah 3 responden (6%).
Tabel 4. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jumlah kehamilan

Sebagian besar responden telah mengalami kehamilan 2 kali yaitu sebanyak 22 responden
(44%). Untuk responden yang telah mengalami kehamilan 1 kali sebanyak 14 responden (28%),
responden yang mengalami kehamilan 3 kali sebanyak 10 responden (20%), sedangkan sebagian
kecil responden dijumpai pada kategori jumlah kehamilan > 3 kali hanya 4 responden (6%).(tabel
4)
B. Perilaku responden dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
Perilaku responden dapat dilihat pada tabel 5,6,7.

Tabel 5. Distribusi pengetahuan responden dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

32

Berdasarkan skor hasil perhitungan keseluruhan, maka pengetahuan pemeliharaan


kesehatan gigi dan mulut ibu hamil di Puskesmas Bahu Manado memperoleh skor 473 dengan
persentase 78,8 %. (tabel 6) Hasil tersebut diperoleh dari rumus persentase sebagai berikut :
X/600x100% = Y
473/600x100% = 78,8%
Hasil tersebut apabila dimasukkan pada skala pengukuran akan terlihat bahwa
pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil di Puskesmas Bahu
Manado tergolong pada kategori baik.(Gambar 1)

Gambar 1. Kategori hasil pengukuran pengetahuan ibu hamil dalam pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut
Tabel 6. Distribusi sikap responden dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

33

Berdasarkan skor hasil perhitungan keseluruhan, maka pengetahuan pemeliharaan


kesehatan gigi dan mulut ibu hamil di Puskesmas Bahu Manado memperoleh skor 558 dengan
persentase 93,0 %. (tabel 6).
Hasil tersebut diperoleh dari rumus persentase sebagai berikut :
X/600x100% = Y
558/600x100% = 93,0%
Hasil tersebut apabila dimasukkan pada skala pengukuran akan terlihat bahwa
pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil di Puskesmas Bahu
Manado tergolong pada kategori baik.(Gambar 2)

Gambar 2. Kategori hasil pengukuran sikap ibu hamil dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut
Tabel 7. Distribusi tindakan responden dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

34

Berdasarkan skor hasil perhitungan keseluruhan, maka tindakan pemeliharaan kesehatan


gigi dan mulut ibu hamil di Puskesmas Bahu Manado memperoleh skor 502 dengan persentase
83,7 %. (tabel 7).
Hasil tersebut diperoleh dari rumus persentase sebagai berikut :
X/600x100% = Y
502/600x100% = 83,7%
Selanjutnya hasil tersebut apabila dimasukkan pada skala pengukuran akan terlihat bahwa
pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil di Puskesmas Bahu
Manado tergolong pada kategori baik. (Gambar 3)

Gambar 3. Kategori hasil tindakan sikap ibu hamil dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini rata-rata perolehan skor untuk pengetahuan pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut ibu hamil di Puskesmas Bahu Manado termasuk pada kategori baik 473 (78,8%).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden memiliki pengetahuan yang
baik mengenai upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan. Hal ini
ditunjukkan melalui pemahaman responden terbanyak terhadap dampak mengonsumsi makanan
kariogenik dapat meningkatkan frekuensi terjadinya gigi berlubang yakni 82%
responden.Karbohidrat dalam makanan yang sifatnya paling dapat merusak ialah jenis sukrosa.
Camilan seperti coklat, manisan, dan makanan manis lainnya merupakan makanan yang
mengandung gula sehingga dapat merusak gigi dan meningkatkan frekuensi karies jika dikonsumsi
untuk jangka waktu yang lama serta sering mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. 8,9 Hasil yang
sama juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Natalie J Thomas di Australia pada
tahun 2008 bahwa 84% ibu hamil mengetahui mengonsumsi makanan manis dapat menyebabkan
gigi berlubang.31 Suatu penelitian di Arab Saudi pada tahun 2005 menunjukkan 77,4 % ibu hamil
yang mengonsumsi makanan dan minuman manis di antara jam makan, menempatkan mereka
pada risiko karies tinggi.32 Pemahaman yang baik juga ditunjukkan oleh 74% responden yang
mengetahui tentang manfaat menyikat gigi secara rutin dapat mengurangi risiko terjadinya

35

penyakit gigi dan mulut. Mengenai pemeriksaan gigi secara rutin selama kehamilan, pada
penelitian ini 68% responden mengetahui tentang pentingnya pemeriksaan gigi secara selama
kehamilan dapat membantu mengoptimalkan kesehatan gigi dan mulut sehingga meminimalkan
terjadinya komplikasi penyakit gigi dan mulut.
Demikian juga dalam hal berkumur setelah muntah yaitu sebanyak 58% responden
mengetahui manfaat berkumur-kumur dengan air setelah muntah bagi kesehatan gigi. Dalam
penelitian ini, 50% responden mengetahui tentang manfaat vitamin A dan C bagi kesehatan gusi.
Banyaknya informasi yang dipublikasikan melalui media, baik lewat media cetak maupun
media elektronik juga menjadi penyebab tingginya pengetahuan responden. Pengetahuan juga
dapat diperoleh melalui pengalaman seseorang. Pada penelitian sebagian besar responden telah
mengalami kehamilan sebanyak dua kali atau lebih yaitu 72% responden. Ibu yang mengandung
anak kedua atau anak ketiga lebih banyak memiliki pengalaman dalam upaya pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut daripada anak pertama sehingga memiliki banyak informasi mengenai
hal tersebut.
Pada penelitian ini responden yang memiliki pemahaman terendah yaitu pengetahuan
responden mengenai upaya pemeliharaan melalui penggunaan benang gigi yakni, hanya 14 %
responden yang mengetahui manfaat penggunaan benanggigi. Kurangnya pengetahuan responden
disebabkan karena di Indonesia penggunaan benang gigi belum cukup populer. Hasil ini berbeda
dengan penelitian Natalie J Thomas di Australia pada tahun 2008 yang menunjukkan 84% ibu
hamil mengetahui bahwa dengan menggunakan benang gigi dapat mengurangi masalah kesehatan
gigi dan mulut.31 Penggunaan benang gigi berfungsi untuk mengangkat sisa-sisa makanan yang
terdapat pada sela-sela gigi. Sisa makanan yang dibiarkan menempel pada sela-sela gigi dapat
menyebabkan plak gigi
Sikap ibu hamil dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Bahu
Manado secara keseluruhan baik dengan perolehan skor 558 (93%). Kesadaran yang ditunjukkan
melalui sikap mereka yang baik disebabkan karena setiap responden yang mempunyai kesediaan
untuk berubah. Hal ini sesuai dengan salah satu teori perubahan perilaku yang dikemukakan oleh
WHO, yang menyatakan bahwa salah satu alasan seseorang menunjukkan sikap dalam hal
memperoleh kesehatan adalah suatu inovasi yang dapat memotivasi responden. 9,10 Melalui inovasi
atau program-program kesehatan, responden mengadopsi nilai-nilai yang baik berkaitan dengan
upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, sehingga mereka memiliki kesediaan untuk
berubah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) memiliki sikap yang baik
dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan. Pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut selama kehamilan ini meliputi, anjuran untuk menyikat gigi secara rutin, berkumur dengan
air setelah muntah, mengonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A dan C serta
mengonsumsi buah-buahan di antara waktu makan sebagai pengganti camilan. Hal ini
menunjukkan bahwa mungkin responden telah memahami dengan baik tentang tujuan menyikat
gigi, berkumur setelah muntah, manfaat vitamin A dan C, serta dampak dari konsumsi makanan
yang manis bagi kesehatan gigi dan mulut.
Kesadaran yang dimiliki responden, membuat mereka tertarik untuk lebih memerhatikan
kesehatan gigi dan mulutnya. Terbukti 72% memiliki sikap positif untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan gigi selama kehamilan. Walaupun demikian, masih ada 28% responden yang tidak
setuju dengan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dimana responden merasa takut untuk
melakukan perawatan gigi karena hal tersebut akan membahayakan bayi yang dikandungnya.
Hasil ini hampir sebanding dengan penelitian oleh Sunita Bamanikar dan Liew Kok Kee di Brunei
Darussalam pada tahun 2010 yang menemukan 96,8% ibu hamil menunjukkan sikap positif
terhadap kontrol ke dokter gigi selama kehamilan. 34 Kesadaran paling rendah ditunjukkan
responden terhadap anjuran penggunaan benang gigi setelah penyikatan gigi yaitu 56%, hal ini
sejalan dengan pengetahuan responden yang masih rendah tentang penggunaan benang gigi.
Namun sikap sebagai perwujudan pengetahuan menunjukkan peningkatan, yakni sebesar 44%
setuju penggunaan benang gigi setelah menyikat gigi. Peningkatan ini mungkin disebabkan karena
adanya pemberian informasi tambahan oleh penulis tentang manfaat penggunaan benang gigi saat
penelitian berlangsung.

36

Tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil di Puskesmas Bahu Manado
sudah dapat dikatakan baik, dimana 83,7% responden telah memiliki tindakan tersebut. Tindakan
para ibu hamil merupakan perwujudan pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki sebelumnya,
sehingga tindakan dikatakan sebagai perilaku terbuka.
Tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut responden secara keseluruhan baik. Hal
ini ditunjukkan dengan sikap yang baik dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya selama
kehamilan, dan itu diwujudkan melalui tindakan nyata yang dilakukan responden di puskesmas
tersebut.
Hampir seluruh ibu hamil (96%) rajin menyikat gigi dengan frekuensi 2 kali sehari Hasil
ini hampir sama dengan penelitian Sunita Bamanikar dan Liew Kok kee di Brunei Darussalam
pada tahun 2010 yang mendapatkan 100% responden menyikat gigi secara rutin. 34 Tindakan
menyikat gigi yang baik dilakukan setiap hari dengan frekuensi 2 3 kali. Tindakan berkumur
dengan air setelah muntah dilakukan oleh 98% responden. Hasil ini menunjukkan tindakan
berkumur sebagian besar responden pada penelitian ini sedikit lebih baik dibandingkan dengan
penelitian Dewi Diana di Medan pada tahun 2009 yang menemukan 87% responden berkumur
dengan air setelah muntah.17 Tindakan ini sangat baik, karena keadaan rongga mulut berubah
menjadi asam dengan pH 1 1,5 akibat dari muntah-muntah. Asam dalam mulut dapat
menyebabkan kerusakan pada gigi, seperti abrasi. Tindakan yang baik juga dilakukan oleh 96%
responden lewat mengonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A dan C.
Mengonsumsi vitamin pada saat hamil merupakan hal yang penting untuk kesehatan ibu hamil
sendiri maupun janin yang sedang dikandung, dimana vitamin akan memberi nutrisi penting yang
diperlukan tubuh terutama saat kehamilan. Di samping untuk kesehatan gusi, vitamian A dapat
berfungsi sebagai imunitas dan pertumbuhan janin. Selanjutnya dalam menghindari makanan
kariogenik, diperoleh hasil hampir seluruh responden (88%) menghindarinya dengan
mengonsumsi buah-buahan di antara waktu makan.
Dalam penelitian ini tindakan penggunaan benang gigi dan pemeriksaan rutin kesehatan
gigi dan mulut ke dokter gigi selama kehamilan masih kurang. Responden yang melakukan
penggunaan benang gigi hanya 6% responden saja. Hal ini sejalan dengan pengetahuan dan sikap
yang dimiliki oleh responden.yang kurang. Hal ini mungkin juga disebabkan karena ketersediaan
fasilitas, misalnya tempat pembelian benang gigi. Faktor lingkungan juga menjadi penyebab
seseorang untuk bertindak dikarenakan kurangnya masyarakat yang menggunakan benang gigi di
Indonesia. Hasil ini berbeda dengan penelitian di Brunei Darussalam pada tahun 2010 yang
mendapat persentase cukup tinggi yakni 40,9% ibu hamil yang menggunakan benang gigi.34
Untuk tindakan kunjungan ke dokter gigi selama kehamilan, diperoleh 20% responden
melakukan pemeriksaan ke dokter gigi karena adanya keluhan seperti sakit gigi, gigi berlubang,
gusi berdarah, dan lain-lain. Rendahnya tindakan responden tidak sejalan dengan pengetahuan dan
sikap tentang pemeriksaan rutin ke dokter gigi selama kehamilan. Penulis berasumsi bahwa selama
kehamilan mungkin ibu hamil tidak mempunyai waktu mengunjungi dokter gigi karena kesibukan
pekerjaan atau mengunjungi klinik bersalin, menyiapkan pakaian atau kamar untuk calon bayinya.
Sehingga selama kurun waktu tersebut ibu mengabaikan perawatan rongga mulutnya, baik dalam
menjaga kebersihan mulut maupun pengontrolan ke dokter gigi. Di samping itu, mungkin faktor
ekonomi dapat menghambat responden untuk melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter gigi.
Biaya berobat ke dokter gigi cukup terasa mahal bagi sebagian orang, sehingga apabila dilihat dari
latar belakang pendidikan responden yang kebanyakan berpendidikan SMA akan sangat
mendukung. Kebanyakan masyarakat dengan latar belakang pendidikan SMA digaji berkisar pada
upah minimum regional (UMR), sehingga dengan pendapatan yang terbatas disertai kebutuhan
ekonomi yang meningkat pada masa kehamilan menyebabkan kunjungan rutin ke dokter gigi tidak
menjadi prioritas utama.
Keadaan ekonomi yang tinggi juga menunjang seseorang untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Hal tersebut didukung oleh penelitian Kristen S. Marchi dkk pada tahun 2007 bahwa
hambatan keuangan menjadi faktor penyebab ibu hamil tidak
melakukan pemeriksaan ke dokter gigi.35
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dewi Diana di
Medan pada tahun 2009 yakni hanya 8% responden mengunjungi dokter gigi saat hamil, dimana

37

7% responden berkunjung ke dokter gigi dengan alasan adanya keluhan dan 1% responden
melakukan kontrol kesehatan gigi dan mulut.17
SIMPULAN
1. Pengetahuan ibu hamil tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Bahu
Manado tergolong dalam kategori baik dengan perolehan skor 473 (78,8%).
2. Sikap ibu hamil terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Bahu Manado
tergolong dalam kategori baik dengan perolehan skor 558 (93%).
3. Tindakan ibu hamil dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Bahu Manado
tergolong dalam kategori baik dengan perolehan skor 502 (83,7%).
SARAN
Bagi mayarakat, khususnya Ibu hamil, dapat mempertahankan perilaku yang baik dalam
hal pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut selama masa kehamilan, serta lebih meningkatkan
perilaku kunjungan ke dokter gigi selama kehamilan. Bagi institusi kesehatan, adanya partisipasi
dari tenaga kesehatan di puskesmas oleh dokter gigi maupun dokter kandungan dalam program
promosi kesehatan gigi dan mulut ibu hamil terutama mengenai kunjungan ke dokter gigi selama
kehamilan dalam rangka meningkatkan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil dan hasil perinatal
yang baik. Bagi institusi pendidikan dan peneliti, adanya penelitian lebih lanjut dengan melibatkan
populasi yang lebih luas untuk mengevaluasi kondisi rongga mulut ibu hamil dan mencari
hubungan antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan kondisi kesehatan rongga
mulut ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bartini I. Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal Ed. ke-1. Yogyakarta: Nuha Medika; 2012.
Hal. 2.
2. GajendraS, Kumar JV. Oral health and pregnancy: A review. NYSDJ 2004: 402.
3. Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2008.
4. Bugrant O, Levent O, Basak F, Altun C, Acikel C. Turkish womens self reported knowledge
and behavior towards oral health during pregnancy. Med princ pract 2012;21:318 22.
5. Abiola A, Olayinka A, Mathilda B, Ogunbiyi O, Modupe S, Olobunmi O. Survey of the oral
health knowledge and practices of pregnant woman in Nigerian teaching hospital. African J of
repro health 2011;15(4):14 9.
6. Piere M, Cooke I, Linden G, Irwin C. Review dental manifestation of dental pregnancy. J royal
collage obstetric and gynaecologist 2007;9:21 6.
7. Mwaiswelo RO, Masalu JR. Oral health knowledge and behavior among pregnant women in
Keyla District, Mabeya, Tanzania. Tanzania dent J 2007;14(2):47 52.
8. Colgate oral care and the university of Adelaide. Pregnancy and oral health. Colgate caries
control program [serial online] 2009 [cited 2013 April 24]. Available from:URL:http
www.arcpoh.adelaide.edu.au/dperu/caries/ cariesinfo/cariesinfo9.pdf
9. Council on clinical affairs. Guideline on perinatal oral health care for the pregnant adolescent.
Clinical guidelines [serial online] 2007 [cited 2013 April 24]
Availablefrom: URL:http//www.aapd.org /media/policies/guidline/Gpreg- nacy.pdf
10. Thomas NJ, Middleton PF, Crowther CA. Oral and dental health care practices in pregnant
women in Australia. Biomed Central 2008;8(13):1 6
11. Al-Truck K. Dental care and dietary habits of Saudi pregnant women in a prenatal clinic in
Riyadh. Pakistan oral and Dent.Jr 2005 June;25(1):75 9.
12. Nursalam, Pariani. Konsep Tingkat Pengetahuan. [serial online] 2010 [cited 2013 September
5]. Available from:URL:http://id.shvoong.com/humanities linguistics/2053284-konsep-tingkatpengetahuan/
13. Bamanikar S, Kee KL. Knowledge, attitude and practice dental health care in pregnant women.
Oman Medical J 2013;28(4):288 91.

38

14. Marchi KS, Fisher-Owen SA, Weintraub JA, Yu Z, Braveman PA. Most pregnant women in
California do not receive dental care: Findings from a population-based study. Public Health Rep
2010 Nov-Dec,125(6):831 42

39

Lampiran 2
DENTINO
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 2. September 2014
Laporan Penelitian
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA HAMIL DENGAN PERILAKU
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
DI POLI KANDUNGAN RSUD BANJARBARU
Muhsinah, Emma Yuniarrahmah, Bayu Indra Sukmana
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarmasin
ABSTRACT
Background: Pregnant women are one of the group whose oral health vulnerable to oral disease.
The research have claimed that level of knowledge, attitudes, and behavior of pregnant women
can affect their dental oral health. Some dental oral problem that can occur in pregnant women
are pregnancy gingivitis, periodontitis pregnancy, pregnancy tumor, dental erosion, dental caries
and teeth mobility. Purpose: The purpose of this research was to determine the correlation
between knowledge level of pregnant women with dental oral health behaviors in obstetric and
gynecology polyclinic of RSUD Banjarbaru. Methods: This study used quantitative methods.
Samples were taken by purposive sampling method with total 60 pregnant women. Results: The
categorization result of dental oral health knowledge in obstetric and gynecology polyclinic of
RSUD Banjarbaru were obtained that there was no subject (0%) that in low category, 53 person
subject (88,33%) in moderate category and 7 person subject (11,67%) in high category. The
categorization result of dental oral health behavior in obstetric and gynecology polyclinic of
RSUD Banjarbaru were obtained that there was no subject (0%) that in bad category, 44 person
subject (73,33%) in moderate category and 16 person subject (26,67%) in good category. The
correlation knowledge level of pregnant women with dental and oral health behaviors with
Spearman statistical test were obtained p value = 0.029 (p <0.05). Conclusion: Based on the
results of this study concluded that there was a significant correlation between knowledge level of
pregnant women and dental oral health behavior.
Keywords : pregnant women, knowledge, behavior, dental and oral disease
ABSTRAK
Latar Belakang: Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan akan penyakit gigi
dan mulut. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku
wanita hamil dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Adapun efek kehamilan pada
kesehatan rongga mulut, antara lain: gingivitis kehamilan, periodontitis kehamilan, tumor
kehamilan, erosi gigi, karies gigi, dan mobilitas gigi. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan wanita hamil dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut
di poli kandungan RSUD Banjarbaru. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
Sampel diambil dengan metode purposive sampling sebanyak 60 orang wanita hamil. Hasil: Hasil
kategorisasi pengetahuan kesehatan gigi dan mulut wanita hamil di poli kandungan RSUD
Banjarbaru didapatkan tidak ada subjek (0%) berada pada kategori rendah, 53 orang subjek
(88,33%) kategori sedang dan 7 orang subjek (11,67%) berada pada kategori tinggi. Hasil
kategorisasi perilaku kesehatan gigi dan mulut wanita hamil di poli kandungan RSUD Banjarbaru
didapatkan tidak ada subjek (0%) berada pada kategori buruk, 44 orang subjek (73,33%) kategori
sedang dan 16 orang subjek (26,67%) berada pada kategori baik. Hubungan tingkat pengetahuan
wanita hamil dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut diperoleh nilai p=0,029 (p<0,05).
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan wanita hamil dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut.

40

Kata-kata kunci: wanita hamil, pengetahuan, perilaku, penyakit gigi dan mulut
Korespondensasi: Muhsinah, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat, Jl. Veteran 128B, Banjarmasin 70249, Kalimantan Selatan, e-mail:
muhsinah.m3s2@yahoo.co.id
PENDAHULUAN
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, 60% penduduk Indonesia
menderita penyakit gigi dan mulut, dan salah satunya adalah penyakit periodontal sebesar
87,84%.1 Menurut Riskesdas tahun 2007, penduduk bermasalah gigi dan mulut di Provinsi
Kalimantan Selatan 29,2% dan khusus untuk kota Banjarbaru yang mengalami masalah gigi dan
mulut sebesar 15,9%.2 Peningkatan prevalensi ini terjadi seiring dengan meningkatnya usia dan
gejala yang dijumpai pada seluruh populasi, dan salah satu kelompok yang rentan terhadap
masalah ini adalah kelompok wanita hamil. Kehamilan adalah suatu proses alamiah, yang
melibatkan perubahan fisiologi, anatomi dan hormonal. Efek perubahan hormonal pada wanita
hamil akan mempengaruhi hampir semua sistem organ, termasuk rongga mulut.1,3
Beberapa studi menyatakan bahwa efek perubahan hormonal akan mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut wanita hamil, 27-100% wanita hamil mengalami gingivitis dan 10%
mengalami granuloma piogenik. Lesi mukosa oral lebih sering terjadi pada wanita hamil daripada
wanita yang tidak hamil.4 Penelitian yang dilakukan Apriasari dan Hasbullah. di poli kebidanan
RSUD Banjarbaru tahun 2012, melaporkan wanita hamil dengan gingivitis gravidarum 30,2 % dan
epulis gravidarum 7,5 % dari 53 wanita hamil. 5 Pada penelitian Wirawan pada tahun 2012 di
RSUD Banjarbaru, dilaporkan prevalensi gingivitis pada wanita hamil sebesar 40,5% dari total 42
wanita hamil.6 Hal ini disebabkan karena perubahan hormonal dan vaskular yang menyertai
dengan kehamilan akan memperberat respon gingiva terhadap plak bakteri. Pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut akan mengurangi insidensi gingivitis selama kehamilan. 4,7 Menurut
penelitian yang dilakukan Santoso dkk. tahun 2009, penyakit periodontal seperti gingivitis yang
tidak dirawat pada wanita hamil merupakan salah satu faktor resiko bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) kurang bulan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa responden dengan kebersihan
mulut kurang, mempunyai risiko 2,55 kali melahirkan bayi BBLR kurang bulan dibandingkan
dengan responden dengan kebersihan mulut baik.8
Pada penelitian terhadap 320 wanita hamil di Iran tahun 2008 didapatkan hanya 5,6%
sampel yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, 30% sampel yang bersikap baik terhadap
kesehatan dan 34,4% sampel yang memiliki perilaku kesehatan yang baik (3). Hasil penelitian
Diana di Indonesia tahun 2009 menyebutkan bahwa hanya sedikit (38%) wanita hamil yang
mengetahui hubungan antara kehamilan dengan kesehatan gigi dan mulut. Selebihnya (43%)
wanita hamil menjawab tidak ada hubungan antara kehamilan dengan kesehatan gigi dan mulut.
Seluruh wanita hamil pada penelitian ini, semuanya tidak ada yang mengubah cara membersihkan
dan memelihara kesehatan gigi dan mulut. 9 Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
kurangnya pengetahuan dan perilaku wanita hamil terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut. Kurangnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut akan menyebabkan terjadinya penyakit
gigi dan mulut.3Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan wanita hamil mengenai
kesehatan gigi dan mulut, mengetahui perilaku kesehatan gigi dan mulut dan mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan wanita hamil dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Poli Kandungan RSUD Banjarbaru pada bulan Juli-Agustus
2013. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh wanita hamil yang datang ke poli kandungan RSUD Banjarbaru pada bulan JuliAgustus 2013. Pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling. Sampel yang
digunakan adalah 60 orang wanita hamil yang berkunjung pada periode Juli-Agustus 2013.
Kriteria inklusi dalam penelitan ini adalah wanita hamil pengunjung Poli Kandungan RSUD
Banjarbaru dan wanita hamil yang bersedia mengisi kuesioner.

41

Instrumen (alat ukur) yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Jumlah item
yang telah dinyatakan valid dan reliabel untuk tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan
mulut wanita hamil sebanyak 20 item dan jumlah item untuk perilaku kesehatan gigi dan mulut
wanita hamil 24 item. Penilaian skala pengetahuan dan perilaku menggunakan pengukuran skala
Likert, yang dimodifikasi menjadi empat alternatif jawaban. Skor untuk pernyataan positif adalah
SS=3, S=2, TS=1, STS=0, sedangkan skor pernyataan negatif SS=0, S=1, TS=2, STS=3.
Alat ukur diuji validitas dan reliabilitas sebelum penelitian. Uji validitas alat ukur skala
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan perilaku kesehatan gigi dan mulut pada penelitian ini
menggunakan Corrected Item- Total Correlation dan uji reliabilitas skala pengetahuan kesehatan
gigi dan mulut dan perilaku kesehatan gigi dan mulut menggunakan Alpha Cronbach. Uji validitas
dan reliabilitas kuesioner dilakukan dengan bantuan program komputer. Subjek penelitian mengisi
informed concent sebelum mengisi kuesioner. Pengisian kuesioner oleh subjek didampingi oleh
peneliti. Kuesioner yang terkumpul kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data. Analisis
data yang digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan wanita hamil dengan
perilaku kesehatan gigi dan mulut di poli kandungan RSUD Banjarbaru menggunakan uji kolerasi
Spearman.
HASIL PENELITIAN
Hasil kategorisasi data variabel pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan variabel perilaku
kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Kategorisasi Data Variabel Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut


Berdasarkan kategorisasi pada Gambar 1, maka didapatkan tidak ada subjek (0%) yang
memiliki pengetahuan kesehatan gigi dan mulut berada pada kategori rendah, 53 orang subjek
(88,33%) memiliki pengetahuan kesehatan gigi dan mulut kategori sedang dan 7 orang subjek
(11,67%) memiliki pengetahuan kesehatan gigi dan mulut berada pada kategori tinggi.
Pengetahuan dikategorikan rendah jika skor (x 24,95), sedang jika skor (24,95< x 47,97), dan
tinggi jika skor nilainya (35,05 x).

Gambar 2. Kategorisasi Data Variabel Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut


Berdasarkan kategorisasi pada Gambar 2, maka didapatkan tidak ada subjek (0%)
memiliki perilaku kesehatan gigi dan mulut berada pada kategori buruk, 44 orang subjek (73,33%)

42

memiliki perilaku kesehatan gigi dan mulut kategori sedang dan 16 orang subjek (26,67%)
memiliki perilaku kesehatan gigi dan mulut berada pada kategori baik. Perilaku dikategorikan
buruk jika skor (x 25,03), sedang jika skor (25,03< x 47,97), dan tinggi jika skor nilainya
(47,97 x).
Hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test untuk pengetahuan sebesar
0,001 (p<0.05) dan perilaku 0,033 (p<0,05). Disimpulkan bahwa data pada variabel pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut dan perilaku kesehatan gigi dan mulut tidak berdistribusi normal.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman karena data tidak
berdistribusi normal. Hasil analisis Spearman (r) menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat
pengetahuan wanita hamil dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut sebesar r = 0,283 dengan p =
0,029 (p<0,05). Data menunjukan adanya arah yang positif (nilai r positif) yang berarti semakin
tinggi pengetahuan wanita hamil maka semakin baik perilaku kesehatan gigi dan mulut. rendahnya
pengetahuan wanita hamil akan diikuti perilaku kesehatan gigi dan mulut yang buruk pula.
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan wanita hamil dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut di Poli Kandungan RSUD
Banjarbaru. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Notoatmodjo tahun 2007
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan perilaku seseorang. Penelitian
Hajikazemi pada tahun 2008, juga menunjukan adanya kolerasi antara pengetahuan dengan
perilaku kesehatan gigi dan mulut. Perilaku mulai dibentuk dari pengetahuan atau ranah (domain)
kognitif. Subjek atau individu mengetahui rangsangan yang berupa materi atau objek dari luar
dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini akan menimbulkan
tanggapan batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahuinya. Setelah rangsangan
diketahui dan disadari sepenuhnya, akan timbul tanggapan lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan
terhadap rangsangan. Pada kenyataannya, rangsangan yang diterima subjek dapat langsung
menimbulkan tindakan terhadap rangsangan. Artinya seseorang tidak harus mengetahui makna
dari rangsangan terlebih dahulu, dengan kata lain untuk bertindak tidak harus dilandasi dengan
pengetahuan dan sikap terlebih dahulu. Hal itu didukung oleh beberapa penelitian mengenai
pengetahuan dan perilaku.3,10,11
Perilaku yang dilandasi oleh pengetahuan lebih langgeng dibandingkan yang tanpa
dilandasi pengetahuan. Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut diperoleh secara alami maupun
secara terencana yaitu melalui pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan antara lain: usia, intelegensi, lingkungan, sosial budaya, pendidikan,
informasi dan pengalaman. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan
memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi
perilakunya untuk hidup sehat.11
Banyak orang yang keliru memilih cara pengobatan yang tepat, disebabkan mereka tidak
tahu tentang penyebab penyakit dan upaya pencegahannya. Pengetahuan yang rendah terhadap
kesehatan gigi dan mulut dapat menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit gigi dan mulut.
Pada kenyataannya, informasi yang diterima subjek dapat langsung menimbulkan tindakan
terhadap rangsangan itu. Artinya wanita hamil tidak harus mengetahui makna dari rangsangan itu
terlebih dahulu untuk melakukan suatu tindakan. Perilaku kesehatan gigi dan mulut wanita hamil
merupakan respon terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit dan
penyakit.11,12
Hubungan perilaku yang berupa tindakan dengan pengetahuan, kepercayaan dan persepsi
dijelaskan oleh Rosenstock pada tahun 1974 dalam Health Belief Model bahwa kepercayaan
seseorang terhadap timbulnya penyakit dan potensi penyakit, akan menjadi dasar seseorang
melakukan tindakan pencegahan atau pengobatan terhadap penyakit tersebut. Pada saat hamil gigi
menjadi mudah mengalami kerusakan, ibu hamil dapat melakukan pencegahan dengan mengosok
gigi minimal 2 kali sehari, berkumur-kumur sehabis muntah dan kontrol ke dokter gigi minimal 1
kali selama masa kehamilan.11 Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku
kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan ajakan, pemberian informasi, memberikan
kesadaran dan sebagainya. Dampak yang timbul dari cara ini terhadap perubahan perilaku

43

masyarakat terutama wanita hamil akan memakan waktu lama, namun bila perilaku tersebut
berhasil diadopsi masyarakat maka perilaku sehat selama hidup dilakukan. 13
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara tingkat pengetahuan wanita hamil dengan perilaku kesehatan rongga mulut
di Poli Kandungan RSUD Banjarbaru. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut pada
masa kehamilan, supaya wanita hamil tidak hanya memperhatikan janin yang ada pada
kandungannya tetapi juga memperhatikan kesehatan tubuh termasuk kesehatan gigi dan mulut.
Pada umumnya kehamilan berhubungan dengan rongga mulut, karena apabila kesehatan rongga
mulut tidak diperhatikaan pada masa kehamilan maka akan terjadi kelainan-kelainan rongga mulut
seperti gingivitis kehamilan, periodontitis, epulis gravidarum, karies, dan bayi lahir BBLR akibat
terjadinya ketidakseimbangan hormon wanita dan adanya faktor-faktor iritasi lokal dalam rongga
mulut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ekaputri N dan Sjahruddin FLD. Hubungan perilaku wanita hamil dalam membersihkan gigi
dan mulut dengan kedalaman poket periodontal selama masa kehamilan. M I Kedokteran Gigi.
2005; 62: 90-2.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Kalimantan Selatan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. p. 116,119.
3. Hajikazemi E, Fateme O, Shoaleh HM, Soghra N, and Hamid H. The relationship between
knowledge, attitude, and practice of pregnant women about oral and dental care. Euro J, 2008; 24
(4): 556-61.
4. Sarifakioglu E, Gunduz C, and Gorpelioglu. Oral mucosa manifestations in 100 pregnant versus
non-pregnant patients: an epidemiological observational study (abstract). EDJ. 2006; 16 (6): 674.
5. Apriasari, ML dan Irnamanda DH. Prevalensi gingivitis dan epulis gravidarum pada wanita
hamil trimester ke tiga di RSUD Banjarbaru (Januari-Juni 2012). Dentino. 2013;1(3): 129-125
6. Wirawan, P. Prevalensi gingivitis pada wanita hamil di rumah sakit umum daerah Banjarbaru
bulan Juni-Agustus 2012. Skripsi. Banjarmasin: FK Unlam.2012. p.26
7. Habashneh, Guthmiller JM, Levy S, Jonhson GK, Sequier C, Dawson DV, and Fang Q. Factors
related to utilization of dental services during pregnancy. J Clin Periodontal, 2005; 32(7): 815-6.
8. Santoso O, Wildam ASR dan Dwi Retroningrum. Hubungan kebersihan mulut dan gingivitis ibu
hamil terhadap kejadiaan bayi berat badan lahir rendah kurang bulan di RSUP Dr. Kariadi
Semarang dan jejaringanya. Media Medika Indonesiana. 2009; 43: 288-293.
9. Diana, D. Pengetahuan, sikap, dan perilaku wanita hamil pengunjung poli ibu hamil (PIH)
RSUD dr. Pirngadi Medan terhadap kesehatan gigi dan mulut selama masa kehamilan periode
November-Desember 2009. Skripsi. Medan: FKG USU. 2009. p: 42-47.
10. Kholid, A. Promosi kesehatan: dengan pendekatan teori perilaku, media dan aplikasinya.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012. p. 17-26.
11. Notoatmodjo S,1900 dalam Budiharto. Pengantar ilmu perilaku kesehatan dan pendidikan
kesehatan gigi. Jakarta: EGC. 2010. p. 1-2,6,7,24.
12. Hasibuan, S. Perawatan dan pemeliharaan kesehatan gigi-mulut pada masa kehamilan. Medan:
USU digital library. 2004. p.1-6.
13. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2003.p.13.

44

Lampiran 3
UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT IBU HAMIL DI
KECAMATAN SINGOSARI,
KABUPATEN MALANG
1
2
Dyah Nawang Palupi, Yuanita Lely Rachmawati
1,2
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang e-mail:
1
2
dyah.nawang@gmail.com , yuanita.rachmawati@gmail.com
Abstrak. Periodontitis merupakan salah satu penyakit rongga mulut yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Penyakit periodontal dapat tercetus oleh faktor hormonal. Kesadaran akan pentingnya
menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut saat hamil sangat diperlukan. Hal ini
melatarbelakangi upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil di Desa Gunungrejo,
Kabupaten Malang. Kegiatan meliputi penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut,
pemeriksaan berat badan dan tekanan darah, pemantauan perilaku dan pola hidupnya, serta
pemberian makanan tambahan dan vitamin. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kegiatan ini telah
meningkatkan pengetahuan, tetapi belum diikuti dengan penurunan risiko terjadinya penyakit
periodontal pada ibu hamil secara signifikan.
Kata kunci: Ibu hamil, periodontitis, kesehatan gigi dan mulut
1. Pendahuluan
Kehamilan merupakan kondisi fisiologis yang dinantikan oleh setiap wanita. Setiap
kehamilan membutuhkan perhatian khusus, terutama mengenai kesehatan ibu dan janin. Salah satu
aspek kesehatan yang penting adalah kesehatan gigi dan mulut. Periodontitis merupakan salah satu
penyakit rongga mulut yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri. Periodontitis merupakan
penyakit periodontal berupa infeksi kronik gingiva dan struktur yang mendukung gigi yang
disebabkan oleh mikroorganisme patogen di jaringan periodontal. Penyakit ini menimbulkan
kerusakan pada struktur pendukung gigi seperti tulang alveolar yang disertai dengan pembentukan
poket dan resesi gingiva. Mekanisme proses ini meliputi kerusakan jaringan langsung sebagai
akibat plak bakteri dan kerusakan tidak langsung akibat efek bakteri pada sistem kekebalan tubuh
dan inisiasi respons inflamasi host. Penyakit periodontal terjadi pada 15% wanita dan sebagian
besar pada ibu hamil. Kondisi hormonal dari wanita hamil juga dapat menjadi pencetus penyakit
ini. Kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut sangat diperlukan
untuk mengimbangi agar periodontitis tidak menimbulkan efek yang lebih merugikan.
Desa Gunungrejo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang termasuk dalam wilayah
kerja Puskesmas Singosari. Puskesmas ini melayani 9 desa dan 90.858 penduduk, dengan
2
puskesmas pembantu dan polindes. Kecamatan Singosari mempunyai luas wilayah 107 km ,
dengan jumlah penduduk 90.858 jiwa dan mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan
Kecamatan Lawang dan Kabupaten Pasuruan, sebelah timur dengan Kecamatan Jabung dan
Kecamatan Pakis, sebelah selatan dengan Kecamatan Blimbing Kota Malang dan sebelah barat
dengan Kecamatan Karangploso.
Survei awal yang dilakukan pada ibu-ibu hamil di Desa Gunungrejo, ditemukan bahwa
sebagian besar ibu hamil di Desa Gunungrejo kurang pengetahuan tentang kesehatan gigi dan
mulut. Angka kesakitan periodontitis sangat tinggi dengan kunjungan ke layanan kesehatan yang
sangat rendah. Akses layanan sangat rendah oleh karena secara geografis daerah Desa Gunungrejo
ini terbagi 2 wilayah, yaitu di dataran agak tinggi (Dusun Kreweh) dan dataran rendah (Dusun
Biru). Latar belakang penduduk berpendidikan rata-rata SD dan matapencaharian sebagian besar
adalah buruh. Angka kehamilan di usia muda cukup tinggi oleh karena latar belakang sosial dan
budaya. Angka kematian ibu (AKI) di Desa Gunungrejo ini tertinggi di antara desa di seluruh
Kecamatan Singosari. Hampir setiap tahun selalu ada kematian ibu hamil di Desa Gunungrejo ini.

45

Berdasarkan latar belakang yang disebutkan di atas, muncul inisiatif untuk melakukan
kegiatan berupa pemeriksaan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan berat badan
dan tekanan darah, pemantauan perilaku dan pola hidupnya, serta pemberian makanan tambahan
dan vitamin.
2. Target dan Luaran
Dengan diadakannya kegiatan pengabdian masyarakat ini, ibu hamil dapat meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut dan mengetahui dampak apa yang dapat ditimbulkan dari infeksi di
rongga mulutsehingga dapat mencegahnya agar kehamilan dapat berjalan dengan lancar dan
proses persalinan berjalan baik, sehingga diharapkan angka kematian ibu(AKI) dapat ditekan
serendah-rendahnya. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan MDGs 2015 yaitu meningkatkan
kesehatan ibu hamil (improving maternal health).
No.
1.
2.
3.

4.

5.

Tabel 1 Kegiatan Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil
Kegiatan
Waktu
Lokasi
Metode
Pengurusan
Bln 1
Dinas Kesehatan
perijinan
Kabupaten Malang
Pembuatan
Bln 1
percetakan
poster gigi
Pemeriksaan
Bulan 3,
Puskesmas
Memeriksa gigi
gigi
bulan 4
Singosari
dan mulut ibu
hamil menghitung
OHIS dan
DMFt/deft serta
menghitung
salivatester
Penyuluhan
Bulan 3,
Desa Gunungrejo
Penyuluhan
kesehatan gigi
bulan 4
metode2 arah
dan mulut
(diikuti tanya
jawab),
pemberian sikat
dan pasta gigi
Pemberian
Bulan 3,
Desa Gunungrejo
Diberikan sup
Makanan
bulan 4
sehat dan kolak
Bergizi
kacang hijau

Alat Bantu
Kaca mulut,
pinset, sonde,
alkohol, kapas,
kertas,
bolpoint, lampu
sorot,
salivatester
Phantom,
poster, LCD

Piring, sendok

3. Hasil yang Dicapai


Kegiatan Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil di Desa Gunungrejo
Kecamatan Singosari telah dilaksanakan dengan hasil sebagai berikut: ibu hamil sejumlah 83
orang di bulan November 2013 dengan usia kehamilan sejak bulan pertama hingga ke sembilan
dan sejumlah 43 orang diintervensi kedua bulan Desember 2013. Usia ibu hamil:1519 tahun: 17
orang, 2024 tahun: 21 orang, 2529 tahun: 24 orang, 3034 tahun: 15 orang dan 3539 tahun: 5
orang. Latar belakang pendidikan responden:SD: 43 orang, SMP: 27 orang, SMA: 10 orang dan
Diploma: 2 orang. Kehamilan trimester:pertama: 25 orang, kedua: 18 orang, ketiga: 40 orang.
Tekanan darah: 79 orang dengan tekanan darah normal (110120/80 mmHg) dan 3 orang dengan
tekanan darah rendah (90/60 mmHg) dan 1 orang dengan tekanan darah 140/90 mmHg. OHIs:
1,64 yang didapat saat pemeriksaan pertama dan1,64 pada pemeriksaan satu bulan kemudian.
DMFt: 5,1 pada pemeriksaan pertama dan 4,84 pada pemeriksaan kedua. Penyuluhan diikuti oleh
seluruh ibu hamil. Seluruh peserta mengikut pretest dan posttest pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut, dan hasil yang diperoleh adalah peningkatan pengetahuan sebesar 90%.Risiko gingivitis
TM
diperoleh dari skrining dengan menggunakan Salivaster
yang bermakna bahwa sebagian besar

46

ibu hamil mempunyai risiko periodontitis yang cukup tinggi (angka normal: 0, mild: 2 dan heavy:
5) sebesar 2,903 pada pemeriksaan pertama dan 3,837 pada pemeriksaan kedua satu bulan
kemudian. Dari kuesioner tentang kualitas hidup ibu hamil diperoleh bahwa 38% menyatakan
jarang dan 47% menyatakan kadang-kadang merasakan keluhan tidak nyaman dengan kondisi gigi
dan mulutnya saat hamil, sisanya menyatakan sangat sering. Untuk meningkatkan kesehatan
fisiknya, ibu hamil seluruhnya mendapatkan paket berupa makanan sehat (sup sehat dan agar-agar)
serta sikat dan pasta gigi. Pada intervensi berikutnya mendapatkan makanan sehat berupa kacang
hijau.

Gambar 1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil

Gambar 2. Pemeriksaan gigi dan mulut ibu hamil

Gambar 3. Periodontitis pada salah satu ibu hamil


4. Simpulan dan Saran

47

Kegiatan pengabdian masyarakat dengan judul Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan
Mulut Ibu Hamil di Kecamatan Singosari ini telah dilaksanakan dengan lancar dan baik. Kegiatan
ini melibatkan semua ibu hamil yang berada di Desa Gunungrejo seluruhnya 83 orang. Semua
stakeholder ikut terlibat dan sangat membantu pelaksanaan kegiatan ini. Peran semua stakeholder
sangat membantu dalam pelaksanaan kegiatan ini:
1. Kepala Puskesmas: mengerahkan jajaran di bawahnya untuk pelaksanaan kegiatan ini,
ikut memantau kegiatan ini dari awal perizinan, pelaksanaan hingga evaluasi.
2. Bidan Puskesmas: membantu pendataan ibu hamil dan berkoordinasi dengan bidan
Desa Gunungrejo dalam pelaksanaan kegiatan, termasuk mengirim undangan pada
para ibu hamil
3. Bidan Desa Gunungrejo: berkoordinasi dengan Bidan Puskesmas dalam pendataan
ibu hamil, menyiapkan makanan tambahan dan mengirim undangan pada ibu-ibu
hamil.
4. Ibu-ibu hamil: sangat antusias pada kegiatan ini karena belum pernah ada kegiatan
penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
5. Suami dari ibu-ibu hamil: antusias pada kegiatan ini dengan mengantar ibu-ibu dan
menunggunya hingga acara berakhir.
Peluang pengembangan untuk kegiatan ini sangat disarankan diperluas di desadesa lain secara berkala. Peluang lebih besar lagi tampak dari sponsor yang mendukung program
kerja ini, yaitu dari produsen sikat gigi dan pasta gigi, pihak sponsor menyediakan produk berupa
pasta gigi untuk ibu hamil.
Program ini dinyatakan berhasil, dilihat dari jumlah ibu hamil yang terlibat dalam acara
ini. Seluruh ibu hamil di Desa Gunungrejo hadir pada intervensi pertama (21 November 2013).
Kendala yang terjadi adalah pada saat intervensi kedua (22 Desember 2013) sejak pagi telah
terjadi hujan deras di desasehingga ibu-ibu hamil agak berkurang yang hadir karena khawatir jatuh
dari kendaraan bermotor (jalanan di desa agak curam). Untuk makanan tambahan tetap dikirimkan
kepada ibu-ibu hamil yang tidak hadir oleh bidan desa. Pemeriksaan kesehatan tetap dilakukan
oleh bidan desa. Sebanyak 48% ibu hamil yang diperiksa pada kunjungan pertama telah masuk
trimester ketigasehingga pada intervensi kedua (satu bulan kemudian) sudah tidak terlibat lagi
dalam kegiatan.
Saran: program peningkatan kesehatan gigi dan ibu hamil sangat baik dilaksanakan di
daerah-daerah lain terutama yang tidak terjangkau oleh layanan kesehatan, secara berkala dan
terstruktur, demi meningkatkan derajad kesehatan masyarakat pada umumnya, utamanya dalam
penurunan angka kematian ibu.
Faktor penting yang dapat diambil dari program ini adalah peran serta akademisi dalam
menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mendukung program pemerintah dalam
pencapaian MDGs melalui daerah binaan, sehingga dapat tercapai peningkatan kesehatan
masyarakat pada umumnya.
Daftar Pustaka
Canakci V, Canakci CF, Yildirim A, Ingec M, Eltas A, Erturk A. Periodontal disease increases the
risk of severe pre-eclampsia among pregnant women. J Clin Periodontol. 2007; 34. P. 639
645
Gumilar E, Perbandingan Kadar TNF-I dan Mikroba Patogen Periodontal pada Ibu Hamil
Normal, Hamil dengan Periodontitis, dan Preeklamsia Berat Tipe Lambat. Universitas
Airlangga. 2011
http:singosari.malangkab.go.id
Sayar F, Hoseini, Abbaspour S. Effect of Periodontal Disease on Preeclampsia. Iranian J
Public Health. 2011; 40 (3): 122-127.
Yoseffin O, Gusriani, Mose JC. Correlations of Chronic Periodontitis with Preeclampsia
and Fetal Birth Weight. Indonesian Journal of Obstet Gynecol. 2011; 35 (3): 105-9. Prosiding
Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan

48

49

Lampiran 4
ARTIKEL PENELITIAN
Pengaruh Program Perubahan Perilaku Ibu Hamil (Cerdigi) Berdasarkan Teori
ABC (Studi Pendahuluan di Kelurahan Serpong, Tangerang Selatan)
Annisa Septalita* dan Peter Andreas**
*Magister Program Studi Ilmu Kedokteran Gigi Komunitas, Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia
*Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Prof. Dr.
Moestopo (Beragama), Jakarta,
indonesia
** Program Studi Ilmu Kedokteran Gigi Komunitas, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Indonesia, Jakarta, Indonesia
*Jl Salemba Raya no. 4 Jakarta 10430, Indonesia; e-mail: septalitaannisa@yahoo.com
ABSTRAK
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan selama kehamilan.
Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut selama hamil masih rendah. Kondisi kesehatan
gigi dan mulut ibu hamil yang buruk dapat memberikan dampak, seperti bayi lahir prematur dan
berat badan lahir rendah (BBLR). Teori perubahan perilaku ABC berfokus antecedent, behavior,
dan consequence. Tujuan penelitian untuk mengetahui perilaku pemeliharaan kesehatan gigi mulut
ibu hamil, mengindentifikasi faktor antecedent-nya, melakukan intervensi perubahan behavior-nya
(DHE), dan menganalisis consequence perilakunya. Jenis penelitian ini deskriptif dengan desain
cross sectional, melibatkan 27 ibu hamil di Kelurahan Serpong, Tangerang Selatan. Pengumpulan
data diperoleh melalui wawancara dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan 100% (27
responden) menyikat gigi 2x/hari, 44,4% (12 responden) menggunakan obat kumur 1x/minggu dan
4% (1 responden) memeriksakan ke dokter gigi saat hamil. Faktor antecedent tidak memeriksakan
ke dokter gigi saat hamil yaitu 33% tidak tahu manfaat ke dokter gigi, 26% takut ke dokter gigi,
19% merasa biaya ke dokter gigi mahal, 11% tidak merasa butuh ke dokter gigi, dan 11 takut
mengganggu janin. Setelah 9 hari intervensi, 19 responden dievaluasi consequence-nya dengan
hasil 90% belum ke dokter gigi, 5% telah ke dokter gigi, dan 5% tidak mau ke dokter gigi. Alasan
belum memeriksakan ke dokter gigi dikarenakan waktu 52%, tidak ada yang mengantar 12%,
malas 12%, takut ke dokter gigi 12%, dan belum ada dana 12%. Kesimpulan penelitian adalah
perilaku pemeliharaan kesehatan gigi mulut ibu hamil didominasi pemeliharaan sendiri (sikat gigi
dan kumur-kumur obat kumur), sementara pemeliharaan ke dokter gigi masih rendah dengan
berbagai antecedence.
Maj Ked Gi Ind. Des 2015; 1(2): 201 207
Kata kunci: Perilaku ibu hamil, kehamilan, pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan
ke dokter gigi, antecedent-behavior-consequence
ABSTRACT: Maternal Behavior Change Program (Cerdigi) Based on ABCs Theory (Pilot
Study in Serpong Subdistrict, South Tangerang). Oral health is one of the things that need
attention during pregnancy. However, the behavior of dental and oral health maintenance during
pregnancy is still low. Poor oral health conditions in pregnant women can have an impact, such as
premature births and low birth weight (LBW) babies. ABC behavior change theory focuses on the
antecedent, behavior, and consequence of behavior. The purpose of this study is to determine
pregnant womens behavior of oral health maintenance, identify their antecedent factors, behavior
change interventions (DHE), and analyze the behavior consequence. This was a descriptive
research with a cross-sectional design among 27 pregnant women in Serpong Subdistrict, South
Tangerang. The data were collected through interviews and questionnaires. The results show

50

100% (27 respondents) did tooth brushing twice a day, 44,4% (12 respondents) used mouthwash
once a week and 4% (1 respondent) visited a dentist during pregnancy. The antecedent factors of
not visiting a dentist during pregnancy were because: 33% did not know the benefits of visiting a
dentist, 26% had fear of dentist, 19% felt that visiting a dentist was expensive, 11% did not feel the
need to go to a dentist, and 11% had fear of disturbing the fetus. After 9 days of intervention, the
consequences on the 19 respondents were evaluated and the results show that 89.5% had not
visited a dentist, 5.25% had visited a dentist, and 5.25% did not want to visit a dentist. The reason
of not visiting a dentist was because of having not much time 52.8%, having nobody to accompany
11.8%, feeling lazy 11.8%, still feeling afraid of a dentist 11.8 %, and having no money 11.8%. The
conclusion from this study is that the most dominant behaviors of oral health maintenance in
pregnant women is to maintain it by themselves (toothbrushing and using mouthwash), while
maintaining the health by visiting a dentist is still low with various antecendents.
Maj Ked Gi Ind. Des 2015; 1(2): 201 - 207
Keywords: Behavior of pregnant women, pregnancy, maintenance of oral health, dental
examination, antecedentsbehavior-consequence
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan selama
kehamilan, hal ini disebabkan karena wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan
terhadap penyakit gigi dan mulut. Selama kehamilan terjadi proses perubahan alamiah yang
dialami oleh ibu hamil, baik secara fisiologi, anatomi dan hormonal. Terutama pengaruh
perubahan hormonal inilah yang dapat mempengaruhi hampir ke semua sistem organ, termasuk
rongga mulut.1,2 Beberapa studi menyatakan bahwa lesi mukosa oral lebih sering terjadi pada
wanita hamil daripada wanita yang tidak hamil, diantaranya mengalami gingivitis, epulis
gravidarum dan granuloma piogenik.1,2,3
Hal termudah untuk mendapatkan kondisi rongga mulut yang sehat adalah dengan cara
mencegah dan memelihara kesehatan gigi dan mulut. Namun, perilaku pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut selama hamil yang dilakukan oleh ibu hamil masih rendah. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Diana di Indonesia tahun 2009, menyebutkan bahwa hanya sedikit (38%) wanita
hamil yang mengetahui hubungan antara kehamilan dengan kesehatan gigi dan mulut. Selebihnya
(43%) wanita hamil menjawab tidak ada hubungan antara kehamilan dengan kesehatan gigi dan
mulut.4 Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan dan perilaku wanita
hamil terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Kurangnya pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut akan menyebabkan terjadinya penyakit gigi dan mulut.2,4
Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan secara mandiri di rumah
(sikat gigi, kumur-kumur dengan air hangat atau obat kumur, flossing, dll) atau dengan melakukan
pemeriksaan rutin ke dokter gigi selama kehamilan. Dengan melakukan pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut, maka kondisi kesehatan gigi dan mulut ibu hamil akan optimal, hal ini sangat
mempengaruhi asupan makanan yang masuk ke dalam janin. 1,2 Kemauan untuk melakukan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sangat dipengaruhi oleh pengetahuan akan pentingnya
menjaga kesehatan gigi dan mulut. Penelitian oleh Mwaiswelo tahun 2007 menunjukkan hanya
16% dari ibu hamil yang menerima pendidikan kesehatan gigi dan mulut, 97% dari ibu hamil
menyikat giginya, dan 52% dari ibu hamil percaya menyikat gigi secara rutin akan mengurangi
risiko terjadinya masalah pada gusi serta hanya 3,7% ibu hamil yang mengunjungi dokter gigi
selama kehamilan.5
Kondisi masyarakat Indonesia, dalam hal ini khususunya wanita hamil, yang masih
kurang kesadaran akan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut akan membuat kondisi kesehatan
gigi dan mulut mereka bertambah buruk dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Kondisi
kesehatan gigi dan mulut ibu hamil yang buruk dapat memberikan dampak, seperti bayi lahir
prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR). Penelitian oleh Santoso, dkk. tahun 2009
mengemukakan bahwa gingivitis yang tidak dirawat pada wanita hamil merupakan salah satu
faktor risiko bayi dengan BBLR dan prematur, dengan hasil analisis data yang menunjukkan
bahwa responden dengan kebersihan mulut kurang, memiliki risiko 2,55 kali melahirkan bayi
dengan BBLR dan prematur dibandingkan dengan responden dengan kebersihan mulut yang baik.6

51

Model ABC atas perubahan perilaku merupakan gabungan dari 3 (tiga) elemen, yaitu
antecedents, behaviour dan consequences (ABC). Menurut para pendukung model tersebut,
perilaku sebetulnya dapat diubah dengan melalui 2 (dua) cara, yaitu berdasarkan apa yang
mempengaruhi perilaku sebelum terjadi (ex-ante) dan apa yang mempengaruhi perilaku setelah
terjadi (ex-post). Ketika kita mencoba mempengaruhi perilaku sebelum perilaku itu terbentuk
berarti kita telah menggunakan antecedents. Sementara itu, ketika kita berusaha mempengaruhi
perilaku dengan melakukan sesuatu setelah perilaku itu terbentuk berarti kita menggunakan
consequences. Jadi sebuah antecedents mendorong terbentuknya perilaku yang selanjutnya akan
diikuti oleh sebuah consequences.7,8 Perilaku dapat dipelajari dan diubah dengan cara
mengidentifikasi dan memanipulasi keadaan suatu lingkungan yang mendahului (anteseden) serta
yang mengikuti suatu perilaku (konsekuen).7 Elemen inti dari teori ABC adalah antecedentbehavior-consequences, yaitu sebuah perilaku dipicu oleh beberapa rangkaian peristiwa anteseden
(sesuatu yang mendahului sebuah perilaku dan secara kausal terhubung dengan perilaku tersebut),
kemudian sebuah perilaku diikuti oleh konsekuensi (hasil nyata dari perilaku yang dapat
meningkatkan atau menurunkan kemungkinan perilaku tersebut untuk berulang kembali). 7,8 Teori
ini membantu mengidentifikasi cara mengubah perilaku dengan memastikan keberadaan anteseden
yang tepat dan konsekuensi yang mendukung perilaku tersebut.
Program CERDIGI/Cerdas Peduli Kesehatan Gigi dan Mulut dibuat sebagai program
perubahan perilaku ibu hamil, dalam hal ini perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut,
dengan memberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut (DHE/Dental Health Education) untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut untuk
kesehatan ibu hamil dan janinnya dengan pendekatan teori ABC, yaitu mengindentifikasi faktor
antesenden dan konsekuensinya, sehingga perubahan perilaku menjadi lebih terarah dan
diharapkan berlangsung lama serta menetap. Program ini diharapkan dapat memberikan perubahan
positif perilaku kesehatan pada ibu hamil, yaitu perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut,
baik dilakukan sendiri maupun dengan melakukan kunjungan pemeriksaan kesehatan gigi dan
mulut ke dokter gigi dan pelayanan kesehatan masyarakat terdekat. Program ini merupakan studi
pendahuluan yang bertujuan untuk melihat gambaran awal permasalahan, pengaruh program dan
mendapatkan feedback untuk evaluasi program yang lebih baik ke depannya.
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh program CERDIGI, dengan mengidentifikasi
perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, kemudian mengidentifikasi anteseden dan
konsekuensinya berdasarkan teori ABC.
METODE PENELITIAN
Jumlah populasi sampel penelitian ini adalah 27 ibu hamil yang berada di Kelurahan
Serpong, Tangerang Selatan. Pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan menggunakan
purposive sampling pada pemilihan lokasi kelurahan yaitu Kelurahan Serpong, hal ini karena
lokasi ini lebih mudah dijangkau oleh peneliti. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni
2015 di ruang pertemuan Puskesmas Kelurahan Serpong, Tangerang Selatan. Jenis penelitian yang
digunakan adalah observasional deskriptif dengan desain cross sectional study. Pengumpulan data
primer melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner yang telah
ditetapkan, dengan sebelumnya responden diberikan inform consent untuk pemberian persetujuan
bahwa responden mau mengikuti penelitian ini. Kuesioner dibagi 3 tahap, yang pertama kuesioner
untuk mengetahui perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut apa yang hendak diubah,
kemudian selanjutnya tahap kedua kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan terkait faktor anteseden
perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut apa yang hendak diubah tersebut dan yang ketiga
merupakan kuesioner tindak lanjut yaitu berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor
konsekuensi perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut apa yang hendak diubah tersebut.
Kuesioner tahap 1 dan 2 diberikan dalam 1 hari yang sama, tanggal 23 Mei 2015, sedangkan untuk
kuesioner tahap 3 diberikan setelah 9 hari, yaitu tanggal 3 Juni 2015. Berdasarkan kuesioner tahap
1, perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut apa yang hendak diubah didapatkan, kemudian
kuesioner 2 diberikan untuk mengetahui anteseden perilaku tersebut, setelah diketahui faktorfaktor antesedent tersebut, masing-masing kelompok berdasarkan faktor antesedentnya diberikan
intervensi berupa metode pendidikan kesehatan gigi dan mulut/DHE selama 30 menit. Kuesioner

52

dan wawancara tahap 3 dilakukan setelah hasil evaluasi intervensi (feedback) didapatkan, dan
pelaksanaan ini dilakukan secara door-to-door ke masing-masing rumah dari responden.
Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu ibu hamil dengan usia kehamilan lebih dari 2
minggu dan telah dinyatakan positif hamil oleh bidan atau dokter; telah berkunjung ke Posyandu,
Kelas Ibu Hamil atau Poli KIA Puskesmas Serpong I saat penelitian dilakukan; ibu hamil di daerah
kelurahan Serpong yang belum terjaring di Posyandu dan Puskesmas Serpong I; berdomisili tetap
di kelurahan Serpong. Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu ibu hamil yang tidak bersedia
menjawab pertanyaan; ibu hamil yang tidak kooperatif/tidak dapat berkomunikasi dengan baik
saat dilakukan wawancara; dan ibu hamil yang belum mengetahui secara pasti usia kehamilannya.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian dari observasi perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak
27 responden ibu hamil di wilayah Kelurahan Serpong, Tangerang Selatan menunjukkan bahwa
sebesar 100% (27 responden) telah menyikat gigi 2x/hari, sebesar 44,4% (12 responden) telah
menggunakan obat kumur 1x/minggu dan hanya 4% (1 responden) yang telah memeriksakan diri
ke dokter gigi saat hamil (Tabel 1, 2 dan 3).
Tabel 1. Distribusi perilaku menyikat gigi 2x/hari ibu hamil di Kelurahan Serpong, Tangerang
Selatan

Tabel 2. Distribusi perilaku berkumur dengan obat kumur 1x/minggu ibu hamil di Kelurahan
Serpong, Tangerang Selatan

Tabel 3. Distribusi perilaku memeriksakan ke dokter gigi ibu hamil di Kelurahan Serpong,
Tangerang Selatan

Hasil penelitian dari faktor anteseden perilaku tidak memeriksakan ke dokter gigi saat hamil
menunjukkan bahwa sebesar 33% (9 responden) karena tidak tahu manfaat ke dokter gigi, sebesar
26% (7 responden) karena takut ke dokter gigi, sebesar 19% (5 responden) karena merasa biaya ke
dokter gigi mahal, sebesar 11% (3 responden) karena tidak merasa butuh ke dokter gigi, dan
sebesar 11% (3 responden) karena takut mengganggu janin (Tabel 4).
Tabel 4. Distribusi Faktor antesedent perilaku tidak memeriksakan ke dokter gigi ibu hamil di
Kelurahan Serpong,Tangerang Selatan

53

Sejumlah 19 responden yang dapat melanjutkan indentifikasi konsekuensi perilakunya,


namun sebelumnya hasil evaluasi intervensi menunjukkan yaitu sebesar 90% (17 responden)
belum ke dokter gigi, sebesar 5% (1 responden) telah ke dokter gigi, dan sisanya sebesar 5% (1
responden) tidak mau ke dokter gigi (Tabel 5). Hasil identifikasi faktor konsekuensinya (alasan
belum memeriksakan ke dokter gigi) disebabkan oleh faktor waktu sebesar 52% (9 responden),
faktor tidak ada yang mengantar sebesar 12% (2 responden), faktor malas sebesar 12% (2
responden), faktor masih takut ke dokter gigi sebesar 12% (2 responden), dan faktor belum ada
dana sebesar 12% (2 responden) (Tabel 6).
Tabel 5. Distribusi hasil evaluasi intervensi DHE pada ibu hamil di Kelurahan Serpong, Tangerang
Selatan

Tabel 6. Distribusi faktor konsekuensi perilaku tidak memeriksakan ke dokter gigi ibu hamil di
Kelurahan Serpong, Tangerang Selatan

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan 100% responden menyikat gigi 2x/hari, 44,4%
menggunakan obat kumur 1x/minggu dan 4% memeriksakan ke dokter gigi saat hamil. Hasil
penelitian tersebut menjelaskan bahwa perilaku pemeliharaan kesehatan gigi ibu hamil sudah
cukup baik dilaksanakan secara mandiri di rumah seperti sikat gigi 2x sehari, sebagian besar juga
telah menggunakan obat kumur 1x seminggu, namun dari 27 responden hanya 1 orang ibu hamil
yang telah memeriksakan diri ke dokter gigi saat hamil. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Marchi dkk, menunjukkan bahwa 65% ibu hamil di California
tidak melakukan pemeriksaan ke dokter gigi, walaupun sebagian besar (52%) ibu hamil tersebut
dilaporkan memiliki masalah gigi dan mulut selama kehamilan. 9
Berdasarkan data hasil penelitian diatas, peneliti kemudian mengidentifikasi faktor
anteseden apa saja yang melatarbelakangi perilaku tidak memeriksakan ke dokter gigi saat hamil
dan selanjutnya menindaklanjuti dengan mengidenitifikasi faktor konsekuensi apa yang mengikuti
perilaku tidak memeriksakan kesehatan gigi dan mulut selama hamil tersebut. Dari hasil
penelitian, terungkap bahwa faktor anteseden tidak memeriksakan ke dokter gigi saat hamil, yaitu
33% karena tidak tahu manfaat ke dokter gigi, 26% karena takut ke dokter gigi, 19% karena
merasa biaya ke dokter gigi mahal, 11% karena tidak merasa butuh ke dokter gigi, dan 11% karena

54

takut mengganggu janin. Penelitian dari Bianca (2009), mendukung hasil penelitian tersebut,
bahwa selama kehamilan sebanyak lebih dari 60% wanita dilaporkan memiliki penyakit gigi dan
mulut, yaitu gingivitis, namun hanya 32% wanita yang pergi ke dokter gigi selama kehamilan, dan
kurang dari setengahnya yang memiliki akses informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut yang
berhubungan dengan kehamilan. Wanita hamil yang pergi ke dokter gigi selama kehamilannya
akan memperbesar kemungkinan untuk menerima informasi tentang kesehatan gigi dan mulut,
sehingga diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan dan kesadaran akan kesehatan gigi dan
mulut selama hamil.10
Setelah 9 hari dilakukan intervensi (metode DHE), dengan pendekatan pemberian edukasi
sesuai dengan masing-masing antesendennya, sejumlah 19 responden yang dapat dilanjutkan
indentifikasi konsekuensinya. Hasilnya adalah 90% masih belum ke dokter gigi, 5% telah ke
dokter gigi, dan sisanya sebanyak 5% tidak mau ke dokter gigi. Dari hasil tersebut terlihat bahwa
konsekuensi yang mengikuti perilaku adalah lebih bersifat melemahkan perilaku. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Graeff dkk, yang mengungkapkan bahwa secara umum, seseorang akan
cenderung mengulangi perilaku-perilaku yang membawa hasil positif dan akan cenderung
menghindari perilaku yang memberikan hasil negatif.7 Pernyataan Graeff dkk ini berkesesuaian
dengan hasil penelitian dari hasil identifikasi faktor konsekuensinya, yaitu alasan belum mereka
memeriksakan ke dokter gigi disebabkan oleh faktor waktu sebesar 52%, faktor tidak ada yang
mengantar sebesar 12%, faktor malas sebesar 12%, faktor masih takut ke dokter gigi sebesar 12%,
dan faktor belum ada dana sebesar 12%. Hasil ini memperlihatkan bahwa diperlukan usaha besar
yang harus mereka lakukan untuk membentuk perilaku memeriksakan kesehatan gigi dan mulut
mereka ke dokter gigi, misalnya meluangkan waktu, mengeluarkan sejumlah dana, mengalahkan
rasa takut dan rasa malas, dan mengikutsertakan orang lain untuk mengantarkan mereka ke dokter
gigi untuk memeriksakan kesehatan gigi dan mulut mereka.
Adanya pemberian program perubahan perilaku ibu hamil (CERDIGI) sebagai penelitian
pendahuluan yang melihat gambaran permasalahan di sebuah komunitas kecil di wilayah
Puskesmas Kelurahan Serpong, diharapkan upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil
lebih terarah dan tepat sasaran karena dapat sesuai dengan masing-masing antesenden/faktor
pemicu sebuah perilaku dan dapat memperkuat konsekuensi secara positif dari perilaku tersebut.
Sesuai dengan pernyataan Roughton, bahwa sebuah konsekuensi perilaku yang merupakan
penguatan positif dapat berupa hal yang diinginkan, seperti penghargaan, kenyamanan,
penghematan waktu. Menurut Fleming & Lardner, diperlukan beberapa strategi yang dapat
digunakan untuk penguatan positif konsekuensi dari sebuah perilaku, yaitu dengan melibatkan
target individu atau kelompok dalam menentukan konsekuensi dan memperhatikan apa yang
dipilih target individu atau kelompok untuk dilakukan, jadi tidak memaksakan perilaku yang
kurang atau belum diinginkan.
Krausse (1996) dalam Dwinanda & Bayu (2007) menyatakan bahwa kekuatan sebuah
konsekuens dalam mempengaruhi sebuah perilaku ditentukan oleh 3 hal: (1) waktu, yaitu
konsekuens yang mengikuti segera akan berpengaruh lebih kuat; (2) konsistensi, yaitu konsistensi
akan lebih memastikan konseskuens mengikuti sebuah perilaku; dan (3) signifikansi, konsekuens
positif dan signifikan akan lebih kuat daripada konsekuensi negatif dan non-signifikan.
Peningkatan pengetahuan, kesadaran dan perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut
saat hamil, akan berdampak dalam pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) tujuan ke5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu hamil dimana kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu
aspek penting yang perlu diperhatikan untuk menurunkan risiko kelahiran bayi prematur dan berat
badan lahir rendah. Kesehatan ibu hamil perlu secara komprehensif, bukan hanya kesehatan secara
umum ibu hamil dan janin saja yang dipentingkan, namun juga harus dibarengi dengan
peningkatan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil, yang juga akan berdampak untuk kesehatan
janin.
Kerjasama dengan petugas kesehatan lain, seperti bidan, dokter umum atau dokter
spesialis kandungan untuk ikut serta memberikan rujukan dan rekomendasi untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil sangat diperlukan. Upaya preventif seperti ini
sangat baik untuk memberikan pengetahuan, kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut
selama kehamilan.

55

KESIMPULAN
Program perubahan perilaku ibu hamil (CERDIGI) di Kelurahan Serpong, Tangerang
Selatan menunjukkan masih rendahnya (4%) perilaku pemeliharaan kesehatan gigi mulut ibu
hamil ke dokter gigi, dengan berbagai antesedensnya yang didominasi karena tidak tahu manfaat
ke dokter gigi (33%), oleh karenanya kesadaran untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut juga
akan rendah, sehingga dibutuhkan intervensi untuk perubahan perilaku dengan memberikan
edukasi (DHE). Intervensi akan tepat dan sesuai jika kita mengetahui secara pasti faktor antesedent
dan konsekuens perilaku. Antecedents tanpa diikuti consequences mempunyai dampak jangka
pendek. Konsekuens perilaku pemeliharaan kesehatan gigi mulut ibu hamil ke dokter gigi
menunjukkan konsekuens yang negatif (mayoritas: waktu 52%), sehingga untuk membentuk
perubahan perilaku yang menetap, konsekuens ini harus diatur sedemikian rupa sehingga cukup
waktu untuk memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi selama hamil, sehingga risikorisiko buruk yang terkait kehamilan dan persalinan akibat kesehatan gigi dan mulut dapat
terhindarkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ekaputri N, Sjahruddin FLD. Hubungan perilaku wanita hamil dalam membersihkan gigi dan
mulut dengan kedalaman poket periodontal selama masa kehamilan. M I Kedokteran Gigi. 2005;
62: 90-2.
2. Hajikazemi E, Fateme O, Shoaleh HM, Soghra N, Hamid H. The relationship between
knowledge, attitude, and practice of pregnant women about oral and dental care. Euro J. 2008; 24
(4): 556-61.
3. Sarifakioglu E, Gunduz C, Gorpelioglu. Oral mucosa manifestations in 100 pregnant versus
non-pregnant patients: an epidemiological observational study (abstract). EDJ. 2006; 16 (6): 674.
4. Diana D. Pengetahuan, sikap, dan perilaku wanita hamil pengunjung poli ibu hamil (PIH)
RSUD dr. Pirngadi Medan terhadap kesehatan gigi dan mulut selama masa kehamilan periode
November-Desember 2009. Skripsi. Medan: FKG USU; 2009. H. 42-7.
5. Mwaiswelo RO, Masalu JR. Oral health knowledge and behavior among pregnant women in
Keyla District, Mabeya, Tanzania. Tanzania dent J. 2007; 14 (2): 4752.
6. Santoso O, Wildam ASR, Retroningrum D. Hubungan kebersihan mulut dan gingivitis ibu hamil
terhadap kejadiaan bayi berat badan lahir rendah kurang bulan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dan
jejaringanya. Media Medika Indonesiana. 2009; 43: 288-93.
7. Graeff JA, Elder JP, Booth EM. Communication for oral health and behavior change. San
Fransisco: Jossey-Bass Publishers; 1996. H. 27-36.
8. Potoczak K, Carr JE, Michael J. The effects of consequence manipulation during functional
analysis of problem behavior maintained by negative reinforcement. Applied Behavior Analysis J.
2007; 40: 719-724.
9. Marchi KS, Fisher Owe SA, Weintraub JA, Yu Z, Braveman PA. Most pregnant women in
California do not receive dental care: findings from a population-based study. Public Health Rep J.
2010; 125(6): 831-42.
10. Claas BM. Self-reported oral health and access to dental care among pregnant women In
Wellington. Thesis. Wellington, New Zealand: Master of Public Health at Massey University;
2009. H. 15-8.

56

Lampiran 5
Membangun Kerjasama dalam Pengembangan Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan
Mulut pada Ibu Hamil
Oleh
Andi Sumidarti
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
Jalan Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar Sulawesi Selatan
E-Mail : a_sumidarti@yahoo.com
Abstrak
Kesehatan rongga mulut yang buruk dapat disebabkan adanya karies, infeksi, penyakit periodontal
, trauma pada gigi dapat mempengaruhi cara orang berbicara, makan, bersoasialisasi, fisik dan
mental sehingga kualitas hidup seseorang dapat terganggu termasuk ibu hamil. Secara umum
kesehatan ibu hamil penting untuk diperhatikan termasuk kesehatan gigi dan mulut, ini sejalan
dengan tujuan Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu Meningkatkan
Kesehatan Ibu Hamil
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil dilakukan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan,pengobatan/perawatan dan
pemeliharaan kesehatan secara terpadu,terintegrasi dan berkesinambungan. Kesimpulan:
Diperlukan kerjasama semua stakeholders dalam peningkatan edukasi dan pelatihan mengenai
pentingnya kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil , untuk mencegah kehamilan yang tidak di
inginkan dan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil dimasukkan dalam Kartu Menuju
Sehat Ibu Hamil (KMS-BUMIL)
Kata Kunci: kerjasama,pengembangan,perawatan gigi dan mulut,ibu hamil

Establishing Corporation and The Development of Dental and Oral Health Care Effort in
Pregnant Women
By
Andi Sumidarti
Faculty of Dentistry-Hasanuddin University
Perintis Kemerdekaan street KM 10 Makassar South Sulawesi Indonesia
E-mail : a_sumidarti@yahoo.com

I.

Abstract
Poor oral health can be caused by the presence of caries,infection,periondal disease,trauma to the
tooth could affect peoples speaking,eating,socialize,physics and mental so that someones life
quality can be adversely,as well as pregnant women. In general, pregnant womens health is
important to take into account,include dental and oral health,it is in accordance with the purpose
of Millennium Development Goals (MDGs) in 2015, that is Improving Pregnant Womens
Health
Dental and oral haealth care service in pregnant women is carried out to maintain and improve
public health degreein the forms of compact,integrated, and continuous prevention,
healing/treatment and maintaining health. Conclution: It is needed corporation among all
stakeholders in improving education and training about the importance of dental in oral health in
pregnant women to prevent undesirable pregnancy and dental and oral examination in pregnant
women is included in Kartu Meunju Sehat Ibu Hamil (KMS-BUMIL).
Keywords: Corporation,development,dental and oral health care,pregnant women.
Pendahuluan
Pemerintah Indonesia, bersama-sama dengan 189 negara pada tahun 2000 menghadiri
Pertemuan Puncak Milenium di New York dan menandatangani Deklarasi Millennium
Development Goals (MDGs) yang mempunyai 8 tujuan salah satu target pada poin 5 MDGs yaitu

57

meningkatkan kesehatan ibu hamil yang diupayakan dapat dicapai pada tahun 2015 dan
merupakan tantangan utama dalam pembangunan kesehatan diseluruh dunia 1.2
Pentingnya tujuan pemeliharaan kesehatan mulut pertama yang ditekankan pada tahun
1981 oleh World Health Organitation (WHO) sebagai bagian dari program Kesehatan Untuk
Semua dan pada tahun 2000 bersama dengan FDI World Dental Federation dan International
Association for Dental Research (IADR), merumuskan tujuan untuk kesehatan gigi dan mulut
tahun 2020. Tujuan-tujuan tertentu mungkin membantu dalam pengembangan program kesehatan
gigi dan mulut yang efektif dan ditargetkan untuk kesehatan yang lebih baik dari orang-orang yang
paling membutuhkan perawatan termasuk ibu hamil.2
Tujuan MDGs pada poin 5 sejalan dengan tujuan Pregnancy Risk Assessment Monitoring
System (PRAMS) yaitu memperbaiki dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil, ini
dikarenakan kesehatan gigi dan mulut yang buruk pada ibu hamil dapat memberi efek terhadap
janin seperti bayi prematur dan berat badan lahir rendah disamping terhadap kesehatan gigi dan
mulut bayi nantinya.3
Menurut Mona dkk salah satu tujuan dari Healthy People 2010 adalah untuk
meningkatkan proporsi subjek yang menggunakan sistem pelayanan perawatan kesehatan mulut
dan tingkat prevalensi pengguna pelayanan kesehatan gigi selama masa kehamilan dilaporkan
berkisar 23-43 % dari ibu hamil yang diteliti,sekitar 58 % tidak melakukan perawatan gigi selama
masa kehamilan.4
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bukan saja ibu hamil yang jarang
menggunakan pelayanan perawatan gigi, tapi wanita dengan kondisi ekonomi rendah juga jarang
menggunakannya. Banyak faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
selama kehamilan tidak berhubungan dengan intervensi,namun persyaratan mengenai konsultasi
perawatan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil adalah intervensi yang sederhana dan murah. 2.4
Beberapa faktor risiko kehamilan yang ditetapkan dan diajukan untuk diperiksa sebagai
potensi perancu meliputi: usia ibu,status pernikahan, ras, etnik,tingkat pendidikan, penghasilan,
parity , indeks massa tubuh dan status merokok selama 3 bulan terakhir kehamilan serta berat lahir
bayi dan perkiraan usia kehamilan,sedangkan faktor risiko yang dapat menghasilkan perubahan 10
% selama kehamilan seperti kesehatan gigi dan mulut belum mendapat perhatian. 4
Kehamilan adalah masa yang unik dalam kehidupan seorang wanita dan ditandai oleh
perubahan fisiologis yang kompleks seperti mual dan muntah, perubahan ini dapat mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan yang disebabkan adanya perubahan pola makan dan
kebersihan mulut yang kurang.5.6
Beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi kehamilan seperti berat badan lahir
rendah dan bayi prematur yaitu 7:
- faktor keturunan,
- trauma atau penyakit selama kehamilan seperti hipertensi dll
- penyakit infeksi,
- merokok dan alkohol,
- usia ibu, status nutrisi,sosial,ekonomi,etnis
- perawatan sebelum dan sesudah melahirkan
II. Karies gigi dan Penyakit Periodontal
2.1 Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang disebabkan mikroorganisme Streptococcus
mutans serotype yang dapat merusak jaringan kalsifikasi pada gigi, kerusakan permukaan gigi
ditandai dengan terbentuknya kavitas, aktifitas karies menyebabkan demineralisasi dan hilangnya
struktur jaringan gigi. Lesi karies hanya terjadi dari bakteri dengan lingkungan yang memproduksi
asam untuk mendemineralisasi struktur gigi. Bakteri pada pemukaan gigi berhubungan dengan
plak yang memetabolisme karbohidrat dan memproduksi asam yang selanjutnya menghancurkan
struktur kristal gigi.8
Walaupun demikian dimungkinkan remineraslisasi struktur gigi akan terjadi pada pH
diatas 5,5 dan penyakit ini mudah dicegah dan dapat diatasi pada tahap awal, pola karies telah
berubah dalam beberapa tahun terakhir lesi baru berkembang pada pit dan fissure8.9

58

2.2. Proses Terjadinya Karies


Tanda awal karies gigi berupa munculnya white spot atau bercak putih seperti kapur pada
permukaan gigi, jika kerusakan telah mencapai dentin biasanya akan timbul keluhan seperti ngilu
bila ada rangsangan termal, tetapi bila keluhan tidak cepat diatasi maka akan timbul rasa sakit dan
kerusakan sudah mencapai jaringan pulpa dan rasa sakit akan timbul yang akhirnya akan
mengganggu aktifitas.10
Etiologi karies multifaktorial, namun ada 4 prinsip faktor yang diperlukan untuk
terjadinya karies yaitu : gigi, karbohidrat, mikroorganisme dan waktu. Karies mulai terbentuk pada
permukaan email sampai dentin jika tidak dilakukan perawatan maka akan berlanjut menjadi
karies profunda hingga bisa terjadi perforasi ruang pulpa sehingga mikroorganisme masuk ke
dalam ruang pulpa dan saluran akar sampai ke jaringan perapikal, karena adanya invasi bakteri
maka jaringan membentuk reaksi pertahanan untuk melawan mikroorganisme dengan membentuk
jaringan granulasi yang berisi sel leukosit, darah,sel fibroblast dan karena sel-sel leukosit rusak
sehingga mengeluarkan enzim proteolitik yang menyebabkan penimbunan cairan jaringan mati
(pus) dan terbentuklah abses.8
2.3. Karies Gigi pada Ibu Hamil
Pada umumnya ibu hamil dinyatakan sehat tetapi tidak perlu dipungkiri bahwa mereka
menolak perawatan gigi dan mulut karena mereka hamil, namun kehamilan yang sehat juga dapat
menyebabkan perubahan besar terkait dengan meningkatnya hormon estrogen dan progesterone,
perubahan fisiologi anatomi dan metabolisme, perubahan dalam rongga mulut dan menurunnya
immunocompetence host sehingga meningkatkan kerentanan terhadap infeksi oral. 11 Meskipun
perubahan dari sistem organ ibu hamil adalah hal yang normal, mereka memerlukan pertimbangan
dan penyesuaian dalam perawatan dan pengobatan dokter gigi yang memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut.12
Terjadinya perubahan dalam rongga mulut saat kehamilan seperti timbulnya karies dan
penyakit periodontal membutuhkan waktu, namun risiko meningkatnya karies dan penyakit
periodontal ada beberapa faktor :
- Meningkatnya frekwensi dan waktu makan
- Berkurangnya frekwensi kebersihan gigi dan mulut karena kelelahan, mual pada saat menyikat
gigi dan terjadinya perdarahan gingiva. 13 Muntah berkepanjangan dapat berdampak pada
perkembangan karies. Telah dicatat 70 % dari ibu hamil mengalami mual dan muntah dimulai pada
minggu 4-8 asam lambung dimuntahkan dapat berkontak langsung dengan permukaan gigi
sementara aliran saliva tidak mampu menghambat asam terutama dengan lesi email yang baru
terbentuk dengan cepat melarutkan permukaan yang rapuh menyebabkan perkembangan lesi dari
tidak terbentuknya kavitas menjadi kavitas dan biasanya berhenti pada minggu ke 16. Oleh
karenanya American Dental Association merekomendasikan agar semua ibu hamil mendapatkan
pemeriksaan gigi dan pengobatan infeksi rongga mulut hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya kehamilan yang tidak diingikan .12.13.14

2.4. Penyakit Periodontal pada Ibu Hamil


Pengertian penyakit periodontal pada dasarnya mengacu pada gingivitis dan periodontitis.
Gingivitis adalah kondisi inflamasi dari jaringan lunak disekeliling gigi (gingiva) dan respon
imunnya secara langsung terhadap microbial plak yang terbentuk pada gigi, gingivitis dapat terjadi
karena adanya perubahan hormonal pada masa pubertas dan kehamilan, periodontitis melibatkan
kerusakan struktur jaringan pendukung gigi termasuk ligamentum periodontal, tulang alveolar dan
jaringan lunak yang dapat mengakibatkan kehilangan gigi.15
Penyakit periodontal dan kehamilan telah diketahui selama bertahun - tahun, pada tahun
1778 Vermeeren mendiskusikan nyeri gigi pada kehamilan, kemudian pada tahun 1818 Pitcarin
mendeskripsikan adanya hubungan kehamilan dengan hyperplasia gingiva.16
Penyakit periodontal dapat mempengaruhi kesehatan secara umum bukan merupakan
suatu hal yang baru. Miller adalah orang yang pertama kali mempublikasikan mengenai Teori
Fokal Infeksi pada tahun 1891 yang menyatakan bahwa mikroorganisme atau produk

59

metabolismenya dapat memasuki bagian tubuh lainnya , dan menyatakan bahwa infeksi foci dalam
mulut dapat menimbulkan penyakit sistemik seperti penyakit kardiovaskular, dampak terhadap
kehamilan, diabetesmelitus dan infeksi saluran pernafasan.16
Kornman dan Loesche, mengatakan bahwa selama trimester ke dua kehamilan gingivitis
dan perdarahan gingiva meningkat tanpa peningkatan level plak. Rasio bakteri aerob dan anaerob
meningkat selain B.melaninogenicus dan P.intermedia (2,2-10,1 %) ke dua penulis ini mengatakan
bahwa estradiol atau progesterone dapat mensubsitusi menadion (vitamin K) sebagai faktor
pertumbuhan esensial untuk P.intermedia tetapi bukan Porphyromonas gingivalis atau Bacteroides
coherence. Terdapat juga peningkatan p.gingivalis selama minggu ke 21 sampai ke 27 kehamilan,
peningkatan yang relativ dalam jumlah adalah p.intermedia mungkin merupakan indikator yang
lebih sensitif dari suatu perubahan situasi hormonal dari pada parameter secara klinis untuk
gingivitis.16
Dari sekian faktor penyebab kehamilan yang dapat menimbulkan efek terhadap kelahiran
penyakit infeksi merupakan salah satu faktor termasuk karies gigi dan penyakit periodontal,
meskipun hubungan kausalnya belum dapat diketahui secara pasti namun ada beberapa metode
penjelasan mengenai infeksi periodontal dapat memediasi efek sistemik melalui satu atau lebih
dari mekanisme berikut ini:8,16
- Perpindahan bakteri patogen periodontal ke bagian plasenta janin
- Vaginosis bakterial
- Periodontal sebagai reservoir Lipopolisakarida (LPS)
- Periodontal sebagai reservoir mediator inflamasi
Penelitian di bidang epidemiologi menunjukkan adanya infeksi oral seperti gingivitis dan
periodontitis merupakan sumber infeksi dan inflamasi yang signifikan selama kehamilan, ibu yang
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) akan memberikan pandangan mekanisme dan
penjelasan yang kuat mengenai adanya hubungan sebab akibat terinfeksinya ibu hamil oleh
patogen periodontal dapat menimbulkan efek merusak terhadap pertumbuhan dan kelangsungan
hidup janin.17
Penelitian yang dilakukan pada ibu dengan penyakit periodontal yang melahirkan BBLR
menunjukkan efek meningkatnya kadar Endotelin-1 atau disfungsi endotel pada darah tali pusat
bayi sebagai vasokonstriksi kuat endotel yang menghasilkan sitokin (IL-1) pada darah tali pusat
dan cairan krevikular gingiva sebagai mediator inflamasi yang dapat menyebabkan perubahan
besar pada bentuk plasenta, terutama pada daerah yang berfungsi krisis dalam pertukaran zat gizi
antara ibu dan janin, yang pada akhirnya merusak pertumbuhan janin dan kelangsungan hidup
janin sehingga menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) 17 .Meskipun bukti
tentang hubungan penyakit periodontal dan kelahiran BBLR dari sejumlah penelitian masih
terdapat perbedaan.17

Pembahasan
Upaya peningkatan kesehatan ibu hamil termasuk kesehatan gigi dan mulut merupakan
strategi yang dapat dicapai sesuai dengan target ke 5 dari Millennium Development Goals (MDGs)
pada tahun 2015, apabila kita membangun kerja sama seluruh stakeholders yang terkait utamanya
dokter,dokter gigi, perawat bidan dan lainnya yang bertugas pada pusat pelayanan kesehatan
seperti Puskesmas,Rumah Sakit Ibu dan Anak serta Rumah Sakit Umum Daerah, untuk
memberikan Edukasi kepada ibu hamil mengenai pentingnya perawatan gigi dan mulut untuk
mencegah dampak dari kelahiran yang tidak diinginkan.
Pada umumnya ibu hamil tidak mendapat informasi tentang kesehatan gigi dan mulut
selama kehamilan, meskipun ini adalah tahap awal untuk memberi edukasi atau memperkenalkan
program-program pencegahan penyakit gigi dan mulut selama kehamilan.
Ibu hamil memiliki risiko yang tinggi terhadap perkembangan kerusakan jaringan gigi
dan periodontal selama kehamilan ini mungkin karena adanya perubahan pola makan dan
kebersihan mulut, sehingga risiko terbentuknya lesi karies dan penyakit periodontal cukup
signifikan.6 Hal ini kemungkinan disebabkan sikap dan prilaku ibu hamil yang kurang memelihara
kesehatan gigi dan mulutnya serta kurangnya mendapatkan pengetahuan dan promosi kesehatan

60

gigi dan mulut dari tenaga kesehatan, sehingga diharapkan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
dapat dimasukkan dalam Kartu Menuju Sehat Ibu Hamil (KMS-BUMIL)
Program pencegahan karies dan penyakit periodontal merupakan proses yang kompleks
melibatkan beberapa faktor yang saling berhubungan dengan tujuan utama mencegah infeksi
bakteri kariogenik dan jaringan periodontal. Metode pencegahan terjadinya karies dirancang untuk
membatasi demineralisasi jaringan gigi yang disebabkan oleh bakteri kariogenik untuk mencegah
lesi kavitas, membatasi pertumbuhan dan metabolism patogen dan meningkatkan ketahanan
jaringan keras gigi dan periodontal.8
Tindakan Pencegahan :
4. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut sebelum dan sesudah melahirkan : adanya karies,
index plak,aliran saliva,mukosa oral dan jaringan gingiva.
5. Kebersihan mulut : menghilangkan plak dengan menyikat gigi dan fossing .
6. Pit dan fissure sealent sangat diperlukan dan efektif
7. Terapi ozon/aplikasi ozon selama 10-20 detik sebagian besar mengeleminasi
mikroorganisme yang ditemukan pada lesi karies primer.
8. Karies gigi dapat dihentikan dengan melakukan perawatan, jika karies gigi mencapai
email dan dentin sedini mungkin dilakukan restorasi, sedangkan jika karies merupakan
sumber rasa sakit atau infeksi perawatan endodontik menjadi perhatian pada ibu hamil,
namun ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu : bila kehamilan sudah
maturasi pada trimester ke 2.18
9. Penyakit periodontalpada ibu hamil merupakan kondisi yang dapat dicegah dan ditangani
dengan melakukan Scalling and Root Planning .
Kesimpulan dan Saran
Untuk mencapai target Millennium Develpoment Goals (MDGs) pada tahun 2015
khususnya target ke 5 yaitu Meningkatkan Kesehatan Ibu Hamil termasuk kesehatan gigi dan
mulut untuk mencegah dampak dari kelahiran yang tidak diinginkan :
10. Memelihara kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil sebelum dan sesudah melahirkan
11. Diperlukan peningkatan pendidikan dan pelatihan pada semua stakeholders pada pusat
pelayanan kesehatan Ibu dan Anak mengenai kesehatan mulut pada masa kehamilan.
12. Pemeriksaan dan perawatan gigi dan mulut dimasukkan dalam Kartu Menuju Sehat Ibu
Hamil (KMS-BUMIL)
13. Peningkatan sarana prasarana kesehatan gigi dan mulut pada pusat pelayanan kesehatan.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.

6.

Anonim. MDGs Indonesia. Diperoleh dari http://mdgs-dev.bps.go.id/main.php?


link=mdgindonesia.html . Diakses tanggal 27 Januari 2011.
Jessie KP, dan Sarah K. The pregnancy risk assessment monitoring system (PRAMS).
Health Gen [55] 2009: [internet]. Vol. 9. Diperoleh dari www.carrcreatives.com. Diakses
tanggal 8 Juli 2011.
Anonim Oral Health,MDGs and Other international target dari http://www.digitzone.com
diakses tanggal 8 juli 2011
Mona.T.L,Krakowiak.P,Hujoel.P and Peters.M.R :Dental Care Use and Self-reported
Dental Problems in Relation to Pregnancy.American.J.of Public Health 2004;94:5.765-70
Jayanth K, Renee S, Ronald B, Howard M, Robert B, Ronald B, et al. Oral health care
during pregnancy and early childhood: practice guidelines. NYS dep of Health [0824]
Agustus 2006: [internet]. Diperoleh dari www.health.state.ny.us/publications/0824.pdf .
Diakses tanggal 27 Januari 2011.
Anonim. Fact sheet for families: oral health and pregnancy. Diperoleh dari:
http://www.first5oralhealth.org/download/0/1596/Oral%20Health%20and%20Pregnancy
%20by%20CCHp%20041905.pdf . Diakses tanggal 27 Januri 2011.

61

7.
8.
9.
10.
11.
12.

13.

14.
15.
16.
17.
18.

Yeo,B.K,Lim,L.P, Paquette,D.W and William,R.C : Periodontal Disease The Emergence


of a Risk for Systemic Conditions:Pre-term Low Birth Weight,Ann Acad med Singapore
34:1, 111-114
Roberson,T.M,Lundeen,F.T : Cariology : The Lesion,Etiology,Prevention an Control. In
Robeeson,T.M,Heymann,O.H and Swift,J.E Sturdevants Art & Science of Operative
Dentistry 4 ed Mosby St.Louis London Sydney Toronto 2002;63-66
Theodore M, Harald O, Edward J. Sturdevants art and science of operative dentistry.
Ed.4. St. Louis, Missouri: Mosby, Inc.;2002.hal.65,67,80,83-85,89.
Ismu SS. Karies gigi pada anak dengan pelbagai faktor etiologi. Jakarta: EGC; 1992. Hal.
6,14,21-23,25,27.
Anonim.
Pregnancy:
Oral
health
in
pregnancy.
Diperoleh
dari:
www.arcpoh.adelaide.edu.au/dperu/.../pregnancy/preganancy_practice_info.pdf. Diakses
tanggal 27 Januari 2011.
Naomi A, Pedro A, Jessic C, Shireen M, dan Anisha MJ. A closer at the oral health care
experiences of pregnant prisoners at valley state prison for woman in California.
November 2005: [internet]. Diperoleh dari:
www.prisonerswithchildren.org/pubs/oralhealth.pdf. Diakses tanggal 27 Januari 2011.
Haumschild M, Holloway SC. The impact of maternal oral health during pregnancy on
the mother and her baby. Februari 2010. [internet]. Diperoleh dari:
http://www.thefreelibrary.com/The+impact+of+maternal+oral+health+during+pregnancy
+on+the+mother+and...-a0220013267.html. Diakses tanggal 17 Desember 2010.
Anonim. Caries concerns in ante and post natal care. Pract inf sheet [9]: [internet].
Diperoleh dari: www.arcpoh.adelaide.edu.au/dperu/caries/cariesinfo/CariesInfo9.pdf.
Diakses tanggal 27 Januari 2011.
Brenda M. Oral health care for pregnant women. DHEC [CR-009437] Agustus 2009:
[internet]. Diperoleh dari: www.scdhec.gov/administration/library/CR-009437.pdf.
diakses tanggal 27 Januari 2011
Caranza,F.A,Takei,H.H and Newman,M.G : Clinical Periodontology. 9 ed Philadelphia
W.B Saunders Co. 2002:132,142.516.541
Sumidarti A. Penyakit periodontal ibu: faktor risiko terjadinya bayi berat lahir rendah.
Program pasca sarjana Unhas. 2007. Hal. 22. 26-27.64-67
Ingle,I.J, Bakland,K.L and Baumgartner,C.J :The Medically Complex Endodontic Patient
Endodontic 6 ed BC.Decker Inc Hamilton 2008,768

Anda mungkin juga menyukai