Nim : 20191509
Kelas : 2B/D3 Keperawatan
Makul : Keperawatan Anak
OKSIGENASI
A. Pengertian
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O 2 ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme se. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon
dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO 2 yang melebihi batas normal pada
tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel. (Wahid
Iqbal Mubarak, 2007)
B. Masalah Yang Berhubungan
1. Hypoxia (ketidak cukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan)
Penyebab :
a. Gangguan pernapasan
b. Gangguan peredaran darah
c. Gangguan sistem metabolisme
d. Gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose)
2.Hyperventilasi (Jumlah udara dalam paru berlebihan)
Tanda dan gejala :
a. Pusing
b. Nyeri kepala
c. Henti jantung
d. Koma
e. Ketidakseimbangan elektrolit
3.Hypoventilasi (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh)
Tanda dan gejala :
a. Napas pendek
b. Nyeri dada
c. Sakit kepala ringan
d. Pusing dan penglihatan kabur
4. Cheyne stroke (bertambah dan berkurangnya ritme respirasi)
5. Kusmaul’s (peningkatan kecepatan dan kedalaman bernapas)
6. Apneu (henti napas)
7. Biot’s (napas dangkal)
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Patologi
1. Penyakit pernapasan menahun (TBC, bronkitis, asma)
2. Infeksi, fibrosis kritik, influenza
3. Penyakit sistem saraf
4. Depresi SSP
5. Cedera serebrovaskular
Manurasional
1. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2. Bayi dan taddler, adanya resiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
3. Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
4. Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5. Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arterios
klerosis, elestisitas menurun, ekspansi paru menurun.
Situasional (personal, lingkungan)
1. Berhubungan dengan mobilitas sekunder akibat : pembedahan atau trauma nyeri,
ketakutan, ancietas, keletihan.
2. Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau kelembaban rendah.
3. Berhubungan dengan menghilangnya mekanisme pembersihan siliar, respon inflamasi,
dan peningkatan pembentukan lendir sekunder akibat rokok, pernapasan mulut.
D. Batasan Karakteristik
Mayor
Perubahan frekuensi pernafasan atau pola pernafasan (dari biasanya)
Perubahan nadi (frekuensi, Irama dan kualitas)
Dispnea pada usahan napas
Tidak mampu mengeluarkan sekret dijalan napas
Peningkatan laju metabolik
Batuk tak efektif atau tidak ada batuk
Minor
Ortopnea
Takipnea, Hiperpnea, Hiperventilasi
Pernafasan sukar atau berhati-hati
Bunyi nafas abnormal
Frekuensi, irama, kedalaman. Pernafasan abnormal
Kecenderungan untuk mengambil posisi 6 titik (dukuk, lengan pada lutut, condong
kedepan)
Bernafas dengan bibir dimonyongkan dengan fase ekspirasi yang lama
penurunan isi oksigen
Peningkatan kegelisahan
Ketakutan
Penurunan volume tidal
Peningkatan frekuensi jantung
E. Manifestasi Klinik
- suara napas tidak normal.
- perubahan jumlah pernapasan.
- batuk tidak ada atau tidak efektif
- Penggunaan otot tambahan pernapasan.
- Dispnea.
- kesulitan untuk bernapas
- Penurunan ekspansi paru.
- Takhipnea
- sputum
F. Fokus Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
- Masalah keperawatan yang pernah dialami.
- pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
- pernah mengalami batuk dengan sputum.
- Pernah mengalami nyeri dada.
- Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala diatas.
1. Riwayat kardiovaskuler
- Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain ?
- Bagaimana frekuensi setiap kejadian.
2. Riwayat kardiovaskuler
- Pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan, dll) atau
peredaran darah.
3. Gaya hidup
- Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok, lingkungan dekat
dengan polusi udara.
b. Pemeriksaan fisik
1. Mata
- konjungtiva pucat (karena anemia)
- konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
- konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak dan endokarditis)
2. Kulit
- sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
- penurunan turgor (dehidrasi)
- edema
- edema periorbital
3. Jari dan kuku
- sianosis
- clubbing finger
4. Mulut dan bibir
- membrane mukosa sianosis
- bernapas dengan mengerutkan mulut
5. Hidung
- pernapasan dengan cuping hidung.
6. Vena leher
- adanya distensi atau bendungan
7. Dada
- Reaksi otot bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea,
obstruksi jalan pernapasan)
- Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
- Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara atau suara melewati saluran
atau rongga pernapasan)
- Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
- Suara napas tidak normal (rales, ronkhi, whezing, fiction rub/pleural friction)
- Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullnes)
8. Pola pernapasan
- Pernapasan normal (eupnea)
- Pernapasan cepat (tacypnea)
- Pernapasan lambat (bradypnea)
c. Pemeriksaan penunjang
- EKG
- Echocardiography
- Kateterisasi jantung
- Angiografi
G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas
ditandai dengan spasme jalan napas, sekresi tertahan, penumpukan
sekret/banyaknya mukus, adanya benda asing di jalan napas.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, hipoventilasi,
kelelahan.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi,
perubahan membran kapiler alveolar.
H. Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas ditandai
dengan spasme jalan napas, sekresi tertahan, penumpukan sekret/banyaknya mukus,
adanya benda asing di jalan napas.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah bersihan jalan
napas tidak efektif teratasi dengan
Kriteria hasil : mendemonstrasikan batuk efektif, dan suara nafas bersih, tidak ada
sianosis dan dispnea, menunjukkan jalan nafas yang paten.
Intervensi :
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi misal : semifowler.
Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
Auskultasi suara nafas dan catat adanya suara nafas tambahan misal ronkhi.
Berikan bronkodilator bila perlu.
Kolaborasi dengan pemberian terapi O2.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, hipoventilasi, kelelahan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien menunjukkan
keefektifan pola nafas, dengan
Kriteria hasil : suara nafas bersih, tidak ada sianosis, dispnea, menunjukkan jalan
nafas yang paten (tidak meraa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) dan TTV dalam rentang normal.
Intervensi :
Monitor vital sign.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
Keluarkan sekret denggan batuk atau suction.
Auskultasi suara nafas dan catat adanya suara nafas tambahan.
Pertahankan jalan nafas yang paten.
Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi.
Berikan bronkodilator bila perlu.
Kolaborasi dalam pemberian terapi O2.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi,
perubahan membran kapiler alveolar.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah keperawatan
gangguan pertukaran gas teratasi dengan
Kriteria hasil : mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat, suara nafas bersih, tidak ada sianosis dan dispneu, TTV rentang normal.
Intervensi :
Beri posisi ventilasi maksimal.
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
Auskultasi suara nafas dan catat adanya suara nafas tambahan.
Monitor pola nafas bradipnea, takipnea.
Monitor TTV, AGD.
Observasi sianosis.
Kolaborasi bronkodilator, nebulezer, dan terapi oksigen.
I. Implementasi
1. Memonitor TTV
2. Mengubah posisi pasien untuk memaksimalkan dalam bernafas.
3. Memberikan terapi pada pasien untuk mengeluarkan sekret (jika perlu)
4. Berkolaborasi dengan tim medis lain.
J. Evaluasi
S: Pasien mengatakan sesak napasnya sedikit berkurang, tubuhnya masih lemas
O : Pasien tampak lemas
RR: ...x/menit
Nadi:...x/menit
TD: ....
A : masalah sedikit teratasi
P : lanjutkan intervensi:
- Berkolaborasi dengan tim medis
- Monitor TTV
KARDIOVASKULER
Wawancara :
1. Keluhan utama
Tanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan klien sehingga ia perlu
pertolongan. Keluhan yang harus diperhatikan antara lain sesak napas, nyeri dada
menjalar ke arah lengan, cepat lelah, batuk lendir atau berdarah, pingsan, berdebar-debar,
dan lainnya sesuai dengan patologi penyakitnya.
2. Riwayat penyakit sekarang (RPS)
Tanyakan tentang perjalanan penyakit sejak keluhan hingga klien meminta
pertolongan. Misal :
a. tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan,
b. berapa kali keluhan terjadi,
c. bagaimana sifat keluhan,
d. kapan dan apa penyebab keluhan,
e. keadaan apa yang memperburuk dan memperingan keluhan,
f. bagaimana usaha untuk mengatasi keluhan sebelum meminta pertolongan,
g. berhasilkan tindakan tersebut
3. Riwayat penyakit terdahulu (RPD)
Tanyakan tentang penyakit yang pernah dialami sebelumnya :
a. tanyakan apakah klien pernah dirawat sebelumnya
b. dengan penyakit apa,
c. pernahkah mengalami sakit yang berat
4. Riwayat tambahan disesuaikan dengan patologi penyakitnya
a. riwayat keluarga
b. riwayat pekerjaan
c. riwayat geografi
d. riwayat alergi
e. kebiasaan sosial
f. kebiasaan merokok
Pemeriksaan fisik (umum) (Chepalokaudal)
Keadaan Umum : KU baik/sedang/lemah
Kesadaran : Compos Mentis, Apatis, Stupor, Koma
Vital sign : TD: ____mmHg, RR: ___x/mnt, N: ____x/mnt, S: ___oC BB/TB :
Kepala :
Bentuk mesosepal ataukah ada kelainan, adakah jejas
Rambut ______________
Telinga _______________
Hidung _______________
Mata ________________
Mulut dan gigi : ________
Leher :
Kaji adanya pembesaran leher, kaji adanya JVP (misal pembesaran lnn (-), peningkatan JVP
(-)
Thoraks :
Inspeksi : Lihat adanya jejas, lihat gerak dada dan pengembangan dada, adakah kelainan,
lihat adanya retraksi dada, sesuaikan dengan alasan masuk
Palpasi : Kaji pengembangan dada, rasakan adakah perbedaan antara dada kanan dan
kiri
Perkusi : Lakukan perkusi pada semua area paru
Auskultasi : Lakukan auskultasi pada semua area paru dan jantung
Pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler
Secara topografik jantung berada di bagian depan rongga mediastinum
Bagian dada yang ditempati oleh proyeksi jantung yang seperti terlukis di atas itu
dinamakan prekordium
ALAT YANG DIPERLUKAN : Double Lumen-Stetoskop dan Timer
Pertimbangan umum :
o Pakaian atas pasien harus disiapkan dalam keadaan terbuka.
o Ruang pemeriksaan harus tenang untuk menampilkan auskultasi yang adekuat.
o Tetap selalu menjaga privacy pasien
o Prioritaskan dan perhatikan untuk tanda-tanda kegawatan.
Inspeksi Jantung
Tanda-tanda yang diamati :
1. bentuk prekordium
2. Denyut pada apeks jantung
3. Denyut nadi pada dada
4. Denyut vena
Bentuk prekordium :
1. Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris
2. Prekordium yang cekung dapat terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis atau
atelektasis paru, scoliosis atau kifoskoliosis
3. Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat dari pembesaran jantung, efusi
epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor mediastinum
Denyut apeks jantung
1. Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau berdiri iktus terlihat
di dalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial dari linea midclavicularis sinistra
2. Pada anak-anak iktus tampak pada ruang interkostal IV
3. Sifat iktus :
a. Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang sifatnya
local. Pada pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus akan meluas.
b. Iktus hanya terjadi selama systole. Oleh karena itu, untuk memeriksa iktus, kita
adakan juga palpasi pada a. carotis comunis untuk merasakan adanya gelombang
yang asalnya dari systole.
Denyutan nadi pada dada
1. Apabila di dada bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga adanya kelainan pada
aorta
2. Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di ruang interkostal II kanan,
sedangkan denyutan dada di daerah ruang interkostal II kiri menunjukkan adanya dilatasi
a. pulmonalis dan aneurisma aorta descenden
Denyut vena
1. Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan denyutan
2. Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis interna dan eksterna
Palpasi jantung
Urutan palpasi dalam rangka pemeriksaan jantung adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan iktus cordis
2. Pemeriksaan getaran / thrill
3. Pemeriksaan gerakan trachea
Pemeriksaan iktus cordis
1. Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila teraba dinilai kuat angkat
atau tidak
2. Kadang-kadang kita tidak dapat melihat, tetapi dapat meraba iktus
3. Pada keadaan normal iktus cordis dapat teraba pada ruang interkostal kiri V, agak ke
medial (2 cm) dari linea midklavikularis kiri.
Pemeriksaan getaran/thrill
1. Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katub bawaan atau penyakit
jantung congenital.
2. Disini harus diperhatikan :
a. Lokalisasi dari getaran
b. Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
c. Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang tersebut
melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan darah akan mengalir lebih
cepat.
d. Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan terdengar bising
jantung
Pemeriksaan gerakan trakhea
1. Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga diperhatikan karena anatomi trachea
berhubungan dengan arkus aorta
2. Pada aneurisma aorta denyutan aorta menjalar ke trachea dan denyutan ini dapat teraba
Perkusi jantung
1. Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung
a. Batas kiri jantung
b. Batas kanan jantung
2. Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung yaitu efusi
pericardium dan aneurisma aorta
Anamnesa
1. Mengucapkan salam dan persilahkan duduk.
2. Menanyakan identitas
Nama
Usia
Alamat
Pekerjaan
Status
3. Melakukan inform consent
Tujuan pemeriksaan
Cara pemeriksaan
Keamanan dan kenyamanan
Kesediaan
4. Keluhan utama dan sudah berapa lama.
5. Riwayat penyakit sekarang (demam, pusing).
6. Anamnesis sistem :
a. Sistem panca indra
Mata : kabur, kunang-kunang.
Lidah : terasa licin atau tidak.
Gusi : mudah berdarah atau tidak.
b. Sistem respirasi
Batuk /tidak (kering, berdahak (warnanya)), sesak napas, nyeri dada.
c. Sistem kardiovaskuler
Jantung terasa berdebar.
d. Sistem GEH
Mual, muntah, sakit perut, BAB (berapa x sehari, warna).
e. Sistem urogenital/reproduksi
BAK (warna), menstruasi.
f. Sistem kulit
Rambut rontok, tanda perdarahan (petekie, purpura, ekimesos), gatal.
g. Sistem muskuloskeletal.
Nyeri sendi, nyeri tulang, nyeri otot.
h. Sistem hematologi/imunologi
Lemah, letih, pucat, mimisan, mudah hematom.
7. Riwayat penyakit dahulu
Sakit yang sama
GOUT
DM
TBC
Thalasemia
Asma
RA
SLE
Hepatitis
Teroiditis
HIV
Hemofilia
8. Riwayat penyakit keluarga
Sama seperti riwayat penyakit dahulu tapi ini yang terkena penyakit adalah keluarga dan
seberapa dekat pasien dengan keluarga.
9. Riwayat psikososial
Pola makan (berapa kali sehari)
Komposisi makan (daging dan sayur)
Minum air putih
Keadaan lingkungan
Alkohol dan obat-obatan
Begadang dan riwayat minum kopi.
10. Riwayat pengobatan
riwayat pengobatan dan pemberian obat
Alergi obat.
DS :
DO :