BAB 3
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
3.1.1. Iklim
Data klimatologi di lokasi kegiatan diperoleh dari stasiun meteorologi
Kabupaten Kotabaru. Parameter iklim yang dianalisis meliputi curah hujan, suhu
udara, arah dan kecepatan angin.
a. Curah Hujan
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni dengan nilai 103. Hal ini
dikarenakan pada bulan Juni - Agustus merupakan musim penghujan sehingga
memiliki intensitas hujan yang tinggi. Sedangkan curah hujan paling rendah
terjadi pada bulan September dengan nilai 14,7. Hal ini dikarenakan mulai
memasuki musim kemarau sehingga jarang terjadi hujan. Berdasarkan data curah
hujan yang diperoleh diketahui bahwa curah hujan di Pulau Karajaan tidak stabil
seperti yang digambarkan pada grafik curah hujan (Gambar 3.1) dibawah ini.
Curah Hujan
120
103
100 93.6
77
80
60
43.8 46 44.9
42.3
40 29.4 32.1 26.8
14.7 16.6
20
0
ri
et
li
i
il
ei
ni
er
r
s
ar
be
be
be
stu
pr
Ju
ua
ar
Ju
ob
nu
em
em
em
A
M
br
gu
kt
Ja
Fe
pt
ov
es
O
A
Se
D
N
b. Suhu Udara
Berdasarkan data suhu yang di peroleh dari Stasiun Meteorologi Gusti
Syamsir Alam diketahui bahwa suhu udara rata-rata di wilayah Pulau Karajaan
Kabupaten Kotabaru berkisar antara 27 ℃ – 29,2 ℃. Suhu udara tertinggi terjadi
pada bulan Januari yaitu mencapai 29,2℃ sedangkan suhu udara terendah terjadi
pada bulan Agustus yang mencapai 27 ℃. Dari data yang diperoleh menunjukkan
bahwa suhu udara di wilayah Pulau Karajaan menunjukkan keadan suhu yang
tidak stabil namun demikan kondisi tersebut masih tergolong normal. Keadaan
rata-rata suhu tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini (Gambar 3.2).
9
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
Suhu Rata-Rata
29.529.2
28.9
29
28.5 28.1 28.1 28.2
27.9 27.9
28 27.5 27.7 27.5
27.4
27.5 27
27
26.5
26
25.5
ri ri et il ei ni li s
be
r er be
r
be
r
ua r ua ar pr M Ju Ju stu ob
Ja
n b M A gu tem kt em em
Fe A p O ov es
Se N D
10
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
11
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
b. Tutupan Lahan
Sebagian besar wilayah Pulau Karajaan didominasi oleh Kebun
Kelapa. Selain didominasi oleh kebun kelapa, lahan di Pulau Karajaan juga
digunakan sebagai kebun campuran dan pemukiman. Tipe pantai di tiap sisi pualu
pun berbeda beda dimana pada bagian selatan merupakan tipe berbatu sedangkan
di bagian lain merupakan tipe pantai berpasir.
3.1.3. Hidro-Oseanografi
a. Kondisi Pasang Surut
Berdasarkan hasil analisis menggunakan konstanta Doodson diperoleh
nilai duduk tengah sementara (DTS) sebesar 115 cm dengan tunggang Pasut
sebesar 182 cm. Untuk mendapatkan nilai MSL maka diperlukan pengukuran
selama 15 hari. Oleh karena itu nilai MSL ditentukan menggunakan metode
Admiralty dengan data prediksi selama 15 hari. Hasil analisis Admiralty
menghasilkan konstanta harmonik dimana konstanta So sebesar 120 cm yang
12
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
merupakan nilai MSL pasang surut di perairan Pulau Karajaan yang secara
jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2. dibawah. Gambaran mengenai pasang surut
di perairan Pulau Karajaan dapat dilihat pada grafik pasang surut (Gambar 3.9)
berikut.
200
150
100
50
0
1 15 29 43 57 71 85 99 113127141155169183197211225239253267281295309323337351
Gambar 3.9. Grafik pasang Surut
Tabel 3.1. Konstanta Harmonik Pasang Surut Pulau Karajaan
S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1
A cm 120 27 15 5 49 28 1 0 4 16
g derajat 57 8 332 334 211 262 115 0 0
b. Kondisi Gelombang
Hasil pengukuran gelombang di lapangan menunjukan bahwa tinggi dan
periode gelombang di beberapa titik berbeda-beda. Namun di semua stasiun
menunjukan gelombang cukup tenang hal ini dibuktikan dengan tinggi gelombang
signifikan di semua stasiun yang hanya berkisar 0,3 m. Selain pengukuran
gelombang di lapangan, hasil peramalan gelombang yang diperoleh dari data
angin selama 2009 – 2018 yang ditunjukan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Prediksi Gelombang Perairan Pulau Karajaan Bagian Utara
Arah Uz Fetch Hmo Tp
Angin Barat T 3.64 - 10.94 96807 0.49 - 1.61 3.19 - 4.75
(Desember -
BL 7.22 8140 0.30 1.79
Februari)
Peralihan 1 T 4.60 - 8.37 96807 0.16 - 1.20 1.35 - 4.30
(Maret - B 4.50 - 7.68 4999 0.13 - 0.24 1.28 - 1.55
Mei) BL 4.75 - 6.62 8140 0.18 - 0.26 1.54 - 1.73
Angin Timur T 6.26 96807 0.87 3.88
(Juni - B 6.13 - 9.04 4999 0.21 - 0.37 1.49 - 1.94
Agustus) BL 5.48 - 8.84 8140 0.18 - 0.36 1.42 - 1.92
Peralihan T 4.59 - 6.61 96807 0.20 - 0.92 1.58 - 3.95
2(September- B 4.94 - 6.60 4999 0.15 - 0.26 1.32 - 1.73
November) BL 4.46 - 8.23 8140 0.17 - 0.99 1.50 - 4.04
13
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
14
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
15
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
16
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
17
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
18
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah di ambil dari perairan yang
akan direklamasi, salinitas di tempat ini berkisar dari 30,5 – 33,9 ppm. Salinitas
tertinggi yaitu mencapai angka 33,9 ppm pada bagian laut dekat dari pinggir
pantai. Keadaan salinitas di perairan Pulau Karajaan dapat dilihat pada peta
sebaran salinitas (Gambar 3.19) di bawah. Adapun pada pola sebaran suhu yang
digambarkan dengan warna merah pekat. Sedangkan angka salinitas paling rendah
terdapat pada wilayah pinggir pantai dengan angka 5 ppm dan digambarkan
dengan warna kuning ke jinggaan. Rendahnya angka salinitas terjadi karena
wilayah pinggir pantai lebih banyak tercampur pasokan air tawar baik itu dari air
hujan maupun aliran sungai serta tingkat penguapannya (evaporasi) rendah. Hal
ini berbanding terbalik daripada wilayah laut dalam yang memiliki tingkat curah
hujan yang rendah dan tingkat penguapan (evaporasi) yang besar.
C. DO
Berdasarkan kandungan (oksigen terlarut), maka pengelompokan kualitas
perairan air laut dapat dibagi menjadi empat macam yaitu tidak tercemar (> 6,5
mgr/l), tercemar ringan (4,5 – 6,5 mgr/l), tercemar sedang (2,0 – 4,4 mgr/l) dan
tercemar berat (< 2,0 mgr/l).
Berdasarkan hasil analisis DO dari pengukuran beberapa stasiun diperairan
Pulau Karajaan berkisar antara 6,5 mg/l sampai 8,3 mg/l, kisaran ini menunjukan
bahwa perairan Pulau Karajaan masih murni. Menurut Fardiaz (2001) air yang
hampir murni mempunyai nilai BOD kira-kira 1 ppm, dan air yang mempunyai
nilai BOD 3 ppm masih dianggap cukup murni, tetapi jika nilai BOD mencapai 5
atau lebih kemungkinan kualitas air tersebut dapat diragukan. Pada bagian Timur
dan selatan perairan Pulau Karajaan memiliki kandungan DO yang relatif tinggi
yaitu berkisar antara 7,6 hingga 8,3 ppm dan pada bagian barat daya memiliki
19
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
kandungan DO yang relatif rendah yaitu berkisar antara 6 hingga 6,9 ppm.
Kondisi tersebut dapat dilihat pada peta sebaran DO yang disajikan pada Gambar
3.20 di bawah ini.
D. pH
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk
mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan
memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat
menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat
membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia
umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6.0 – 8,5. Perubahan pH dapat
mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Akibat langsung adalah kematian ikan, burayak, telur,
dan lain-lainnya, serta mengurangi produktivitas primer.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah digambarkan pada gambar
3.21 di bawah, angka pH yang diperoleh pada perairan Pulau Karajaan berkisar
antara 7,5 – 9,7. Diketahui bahwa sifat pH pada perairan laut dalam tersebut
adalah basa karena memebihi angka normal dan bagian pinggir pantai memiliki
sifat pH yang asam karena memiliki nilai yang kurang dari angka normalnya. Hal
ini trejadi kemungkinan dipengaruhi oleh konsentrasi CO 2 dan senyawa kimia
lainnya yang bersifat asam. Adapun nilai normal pH adalah 7 atau biasa disebut
dengan netral.
20
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
21
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
F. Amoniak
Kadar amoniak di dalam air laut sangat bervariasi dan dapat berubah
secara cepat. Amoniak dapat bersifat toksik bagi biota jika kadarnya melebihi
ambang batas maksimum. Kandungan amoniak di perairan adalah salah satu
parameter pencemaran organik di perairan (Alarest dan Sartika (1987) dalam
Widiadmoko (2013). Secara alami, senyawa amoniak di perairan berasal dari hasil
metabolisme hewan dan hasil proses dekomposisi bahan organik yang berasal dari
limbah domestik, limbah industri, maupun limpasan pupuk pertanian (Effendi,
2013).
Berdasarkan peta sebaran amoniak yang disajikan pada gambar 3.23 dapat
diketahui bahwa sebaran amoniak nya berkisar antara 0,015 – 0,095. Perairan
bagian barat Pulau Karajaan lebih tinggi nilainya jika dibandingkan dengan
wilayah lainnya. Kandungan amoniak di perairan Pulau Karajaan tergolong aman
jika dibandingkan dengan baku mutu KEPMEN-LH yang menetapkan nilai 0,3
mg/l sebagai ambang batas toleransi kandungan amoniak di air laut.
22
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
G. BOD5
BOD merupakan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme
hidup untuk memecah atau untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam
air. Jadi nilai BOD tidak menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya,
tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang di butuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi yang
ditunjukan degan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka kandungan bahan-
bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi.
Berdasarkan peta sebaran BOD5 yang disajikan pada gambar 3.24
diketahui bahwa sebaran BOD5 memiliki angka 0,2 – 2,3. kisaran ini menunjukan
bahwa perairan Pulau Karajaan masih murni. Menurut Fardiaz (2001) air yang
hampir murni mempunyai nilai BOD kira-kira 1 ppm, dan air yang mempunyai
nilai BOD 3 ppm masih dianggap cukup murni, tetapi jika nilai BOD mencapai 5
atau lebih kemungkinan kualitas air tersebut dapat diragukan.
23
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
24
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
25
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
26
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
27
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
28
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
29
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
30
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
31
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
A. Ikan Karang
Ikan karang perupakan biota yang hidup bersimbiosis dengan karang yang
ada di perairan laut. Semakin banyak jumlah jenis ikan karang, menunjukkan
bahwa kondisi terumbu karang tersebut sangat baik. Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap ikan karang di perairan Pulau Karajaan terdapat beberapa
jenis ikan karang yang hidup di perairan tersebut diantaranya Pomacentrus Wardi
(Smoky Damsel), Chelmon Rostratus (Long-Beaked Coralfish), Chaetodon
(Eight-banded Butterflyfish – White Variation), Abudefduf Sexfasciatus,
Neopomacentrus bankieri, Amphiprion Oceallaris, Abudefduf lorenzi,
Dischistodus chrysopoecilus, Strapweed Filefish-phase, Chaetodon octofasciatus,
dan Dendrochirus Zebra. Ikan-ikan karang tersebut dapat dilihat pada gambar
Gambar 3.33 dibawah ini.
32
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
B. Terumbu Karang
Kondisi terumbu karang di perairan Pulau Karajaan relatif baik.
Berdasarkan pengambilan data karang yang dilakukan dengan metode PIT
diperoleh persentase tutupan karang di 3 stasiun pengamatan. Terdapat berapa
jenis karang yang ada di perairan Pulau Karajaan diantaranya Hard Coral
Acropora (HCA), Hard Coral Non-Acropora (HCNA), Dead Coral (DC) atau
karang mati, Acropora (A), Acropora Branching (AB), dan Other (OT).
33
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
HCA
7%
HCNA
DS
37%
30% A
OT
AB
27%
34
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
HCA
13% 20% HCNA
DS
A
22%
OT
AB
45%
HCA
2%
18% HCNA
22%
DS
A
OT
AB
58%
35
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
C. Mangrove
Mangrove di wilayah Pulau Karajaan terdapaat di sisi bagian barat pulau.
Mangrove di Pulau Karajaan memiliki luasan 1,56 Ha.
3.3.1. Kependudukan
Pulau Karajaan terdiri dari 2 (dua) desa yaitu desa Karayaan dan desa
Karajaan Utara yang masing masing memiliki luas 2,5 km 2. Berdasarkan data
yang diperoleh dari Badan Pusat Statisik Kabupaten Kotabaru Tahun 2017,
jumlah penduduk di desa Karayaan dan Karayaan Utara masing-masing 1.666 dan
1.444 jiwa dengan kepadatan penduduk masing-masing memiliki 666 dan 577 per
Km2. Data kependudukan dapat dilihat secara rinci pada Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3. Data Kependudukan di Pulau Karajaan
Kepadatan
Desa Luas (Km2) Jumlah Penduduk
Penduduk tiap Km2
Karayaan 2,5 1.666 666
Karayaan Utara 2,5 1.444 577
(Sumber: Badan Pusat Statisik Kabupaten Kotabaru Tahun 2017)
36
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
37
Bab III Rona Lingkungan Hidup Awal
Dokumen Andal Reklamasi Pantai Pulau Karajaan
38