2443018348
FARMAKOTERAPI II – A
LIVER
1. Hati terletak di abdomen kuadrat kanan atas menyatu dengan saluran bilier dan
kandung empedu.
2. Fungsi dari organ Liver yaitu
- Menetralkan Racun (Detoksifikasi)
Sel – sel hapar di dalam hati akan mengontrol senyawa yang dibawa oleh darah
sebelum dialirkan ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sel-sel hepar akan
menghasilkan enzim katalase yaitu enzim yang berfungsi untuk memecah
senyawa yang berbahaya bagi tubuh seperti peroksida (H₂O₂).
Selain peroksida, hati juga menawakan amoniak (NH₃) yaitu senyawa berbahaya
hasil perombakan protein. Oleh sel – sel hati, ammoniak akan dinetralkan dengan
mereaksikan dengan H2₂O (air), sehingga menghasilkan urea yang akan dibawa
oleh darah untuk dibuang melalui ginjal.
- Organ ekskresi
Hati merupakan salah satu organ ekskresi. Eksret (produk pegeluaran yang sudah
tidak dapat digunakan tubuh) yang dihasilkan oleh hati ialah empedu dan urea.
Cairan empedu yang dibuang dan ditampung di dalam kantung empedu
merupakan hasil pemecahan sel darah merah yang telah tua. Empedu digunakan
untuk mencerna lemak serta mewarnai feses dan urin.
- Tempat perombakan dan pembentukan eritrosit
Perombakan sel darah merah akan dihasilkan senyawa hemin, zat besi dan
globin. Zat besi dan globin akan digunakan kembali untuk regenerasi sel darah
merah. Sementara senyawa hemin akan dirombak menjadi bilirubin dan
biliverdin. Bilirubin berwarna kekuningan, metabolisme lanjut akan diperoleh
urobilin yang akan digunakan untuk mewarnai feses dan urin. Sementara
biliverdin berwarna kehijauan digunakan untuk pencernaan lemak.
- Kelenjar pencernaan
Peranan hati dalam pencernaan makanan ialah menghasilkan cairan empedu yang
berfungsi untuk mencerna lemak. Pencernaan lemak di dalam duodenum
membutuhkan cairan empedu yang dihasilkan oleh hati dan enzim lipase yang
dihasilkan oleh pankreas. Enzim lipase dapat memecah lemak dengan lemak
berada dalam keadaan teremulsi oleh empedu.
- Metabolisme
Peranan hati yang berikutnya ialah mengontrol metabolisme senyawa di dalam
tubuh. Makanan yang telah dicerna akan memasuki hati terlebih dahulu sebelum
ke jantung untuk dipompa ke seluruh tubuh. Glukosa dari penyerapan makanan
akan diubah menjadi glikogen (gula hati) yang merupakan polisakarida berfungsi
sebagai gula cadangan, Jika kadar glukosa di dalam darah cukup tinggi. Proses ini
akan dirangsang oleh insulin.
Sementara jika kadar glukosa di dalam darah turun (rendah),
hormon glukagon akan berperan sebaliknya yakni merangsang pemecahan
glikogen yang disimpan di hati dan otot. Tak hanya itu, pembentukan glukosa
dapat dilakukan dari perombakan senyawa lain. Metabolisme ini dirangsang
oleh glukokortikoid yang akan memecah protein dan lemak menjadi glukosa
melalui glukoneogenesis.
- Immunitas
Hati adalah salah satu nodus limfa bagi sel – sel kupffer yang merupakan
makrofaga yang akan menghancurkan patogen mulai dari bakteri, protozoa dan
lainnya yang memasuki hati melalui pembuluh darah.
- Produksi protein
Hati merupakan tempat dihasilkannya beberapa protein darah yang penting seperti
albumin, protrombin, dan fibrinogen yang akan diangkut bersama plasma darah.
Protein – protein tersebut penting karena menjalankan fungsi tertentu di dalam
tubuh.
3. Imunoglobulin adalah protein larut yang dihasilkan oleh sistem imunitas sebagai
respons terhadap keberadaan suatu antigen dan akan bereaksi dengan antigen tersebut.
Imunoglobulin biasa disebut juga dengan antibodi.
4. Pada fase infeksi akut yang meningkat terlebih dahulu adalah IgM, Dengan berat
molekul 900 KD, daya neutralisasi toksin dan virus rendah dan memiliki aktivitas
komplemen.
5. Vaksin berisi berbagai antigen antara lain antigen, stabilizer, ajuvant, antibiotik,
pengawet. Vaksin dapat juga mengandung residu dari proses produksi. Mengetahui
dengan persis apa saja yang ada didalam satu jenis vaksin akan dapat membantu
dalam investigasi apabila terjadi KIPI. Dan dapat juga untuk membantu untuk
mencari pilihan vaksin lain apabila seseorang alergi terhadap salah satu komponen
vaksin yang dicurigai.
- Antigen
Antigen adalah komponen yang dihasilkan dari struktur organisme penyebab
penyakit yang dikenal sebagai ”benda asing” oleh sistem kekebalan tubuh
manusia. Antigen ini dapat merangsang terbentuknya imunitas.
- Zat Penstabil
Stabilizer digunakan untuk menjamin stabilitas vaksin saat disimpan. Stabilitas
sangat penting apabila disimpan dalam sistem rantai dingin yang tidak baik.
Instabilitas dapat menyebabkan hilangnya antigenisitas dan menurunkan infeksitas
vaksin hidup (LAV). Faktor yang mempengaruhi stabilitas vaksin antara lain,
suhu, pH. Vaksin bakterial tidak stabil diakibatkan oleh proses hidrolisis atau
agregasi dari molekul karbohidrat dan protein. Bahan yang dipakai sebagai
stabilizer antara lain MgCl2 (untuk OPV), MgSO4 (untuk vaksin campak),
lactose-sorbitol dan sorbitol – gelatin.
- Ajuvan
Ajuvan ditambahkan dalam vaksin untuk merangsang pembentukan antibodi
terhadap antigen dalam vaksin secara lebih efektif.
Secara kimia, ajuvan merupakan kelompok senyawa yang heterogen dengan
hanya satu persamaan yaitu kemampuannya untuk merangsang respon kekebalan.
Terdapat variasi yang besar tentang bagaimana mereka mempengaruhi sistem
kekebalan dan sejauh mana reaksi simpang yang timbul akibat hiperaktivasi
sistem kekebalan.
- Antibiotik
Antibiotik (dalam jumlah yang sedikit) dipakai dalam proses pembuatan vaksin,
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri pada kultur sel
dimana virus sedang dikembangbiakkan. Biasanya kadar antibiotika yang
terdeteksi dalam vaksin sangat rendah, misalnya pada vaksin MMR dan IPV,
hanya ada 25µgr neomycin untuk setiap dosis vaksin (< 0, 000025 gr). Orang
yang alergi terhadap neomycin harus dipantau secara ketat, karena kemungkinan
dapat timbul reaksi alergi, sehingga dapat ditangani dengan cepat apabila timbul
alergi. Antibiotik digunakan dalam proses pembuatan vaksin untuk mencegah
kontaminasi bakteri pada kultur sel dimana virus sedang dibiakkan. Kadar
antibiotik dalam vaksin sangat rendah namun masih bisa terdeteksi. Misalnya
pada vaksin MMR, dan IPV kadar antibiotik seperti neomycin hanya sekitar
25µgr/dosis. Orang yang diketahui alergi terhadap neomycin harus di observasi
dengan ketat setelah vaksinasi.
- Bahan pengawet
Bahan pengawet ditambahkan pada vaksin dengan kemasan multidosis untuk
mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur. Ada beberapa jenis bahan pengawet
seperti thiomersal, formaldehid dan derivat fenol.
- Formaldehid
Formaldehid dipakai untuk melakukan inaktivasi virus (contoh IPV) dan untuk
mendektosifikasi toksin bakteri pada pembuatan vaksin difteri dan tetanus.Selama
proses pembuatan vaksin dilakukan proses purifikasi untuk menghilangkan semua
formaldehid dalam vaksin. Kadar formaldehid dalam vaksin adalah beberapa raus
kali lebih rendah dari kadar formaldehid yang dapat merugikan kesehatan
manusia, bahkan pada bayi. Misalnya pada vaksin DPT-HepB + Hib “5-in-1”
mengandung <0,02% formaldehid untuk tiap dosis atau < 200 per sejuta.
HEPATITIS
NAFLD