Anda di halaman 1dari 7

Kesetimbangan Homogen

Pada temperatur, tekanan dan konsentrasi tertentu titik pada saat reaksi tersebut berhenti
sama. Hubungan antara konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi tetap. Pada saat ini reaksi dalam
keadaan setimbang.

Pada saat setimbang, kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri.
Kesetimbangan di sini merupakan kesetimbangan dinamis, bukan kesetimbangan statis. Jadi,
sebenarnya reaksi masih ada tetapi karena kecepatannya sama, seakan-akan reaksi berhenti:

A+B C+D

Atas dasar ini dapat dianggap hampir semua reaksi berhenti pada kesetimbangan.
Untuk reaksi-reaksi sempurna kesetimbangan sangat berat di sebelah kanan. Untuk reaksi-
reaksi yang tidak berjalan, kesetimbangan sangat berat disebelah kiri.

Kesetimbangan dibagi menjadi homogen dan heterogen. Homogen bila


kesetimbangan terdapat pada satu fase (gas, cairan tunggal, fase padat tunggal). Heterogen
bila kesetimbangan terdapat dalam lebih dari satu fase (gas-padat, gas-cairan,padat-cairan
atau padat-padat). Untuk reaksi pada temperatur

Aa + b B cC + Dd

∆ G=∆ G °+ RT ∈¿ aCcaDd
aAa aBb

 Aktivitas pada akhir reaksi


 Aktivitas pada awal reaksi
Pada saat kesetiimbangan, ∆G˚ = 0, hingga

∆ G=−RT ∈¿aCcaDd
aAa aBb

 Aktifitas pada kesetimbangan


∆G˚ = 0 aCcaDd
=tetap
aAa aBb

∆ G °=−RT ∈¿ Ka

Ka = tetapan kesetimbangan termodinamika.

Dengan rumus diatas dapat ditentukan Ka = dari harga Go.

Contoh:

1 3
N2( g ) + H2 ( g ) NH3 ( g )
2 2

∆G˚ 298˚ = -3.980 kal

1. KESETIMBANGAN GAS

Contoh – contoh :

(a) Kesetimbangan Amoniak

3 1
H2 (g) + N2 (g) NH3 (g)
2 2

Kesetimbangan ini diselidiki dengan melewatkan campuran 3 volume H 2 dan


1 volume N2 melalui spiral besi yang dimasukkan dalam termostat. Sebagai katalisator
dipakai katalisator Fe halus yang dilapiskan pada spiral. Setelah kesetimbangan
dicapai masing-masing gas dianalisis :

Tabel 9.1. Tetapan Kesetimbangan Amoniak

P = 10 atm P = 30 atm P = 50 atm

t°C % NH3 Kp % NH3 Kp % NH3 Kp

350 7,35 0,0266 17,80 0,0273 25,11 0,0278


400 3,85 0,0129 10,09 0,0129 15,11 0,0130

450 2,04 0,00659 5,80 0,00676 9,17 0,00690

(b) Kesetimbangan fosgen


Kesetimbangan fosgen :

CO (g) + Cl2 (g) COCl2

Telah dipelajari secara statis. Mula – mula dimasukkan dalam bejana pereaksi gas Cl 2
kemudian gas CO. Tekanan masing – masing gas dicatat. Setelah kesetimbangan tekanan
dicatat lagi. Disini karena V tetap P sebanding dengan jumlah mole gas yang bersangkutan.
Pada temperatur 394,8°C.

(c) Disosiasi Antimon pentaklorida

Besarnya α juga dapat ditentukan dari rapat atau bermolekul campuran :

SbCl2 SbCl3 + Cl2

T=0 n mole 0 0

T=t n(1–α) nα nα

(d) Disosiasi gas H2S

Kesetimbangan gas : 2 H2S (g) 2 H2 (g) + S2 (g) dipelajari dengan


melewatkan gas H2S melalui pipa porselin yang panjang dan H 2S dibiarkan mencapai
kesetimbangan. Pada bagian tengah ditempatkan bila platina kecil dan berlaku sebagai
membran permeabel bagi gas H2S. Dari ini dapat diketahui PH2. Dari tekanan total
kesetimbangan dapat dicari Kp :

2 H2S (g) 2 H2 (g) + S2 (g)

T=0 n mole 0 0


T=t n (1 – α) nα
2
Pengaruh Gas Inert pada Kesetimbangan

Adanya gas inert dalam kesetimbangan tidak mempengaruhi tetapan kesetimbangan


termodinamika Ka tetapi mempengaruhi KT karena :

Ka = KT . Kp

Maka Kp juga berubah. Seandainya pengaruh terhadap KT diabaikan adanya gas inert
ini mempengaruhi tekanan parsial hingga dapat mengakibatkan penggeseran kesetimbangan.

Kesetimbangan :

COCl2 CO + Cl2

Pada 394,8°C dengan tekanan total 1 atm, mempunyai α = 0,206. Misalnya pada
kesetimbangan tersebut diberi gas KT dengan tekanan 0,40 atm dan tekanan total tetap 1 atm.
Tekanan COCl2, CO, dan Cl tinggan 0,60 atm.

P CO . P Cl α2 . P
Kp =
2
=
PCOCl 2
(1−α ¿¿ 2)¿

α 2 .(0,60)
0,0444 =
(1−α ¿¿ 2)¿

α = 0,262

Jadi dalam hal ini α bertambah besar. Penambahan gas inert pada kesetimbangan
menyebabkan tekanan gas yang bersangkutan lebih kecil, ini berarti volume menjadi besar.
Sesuai dengan Prinsip Le Chatelier Braun, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah
jumlah molekul yang lebih banyak. Bila jumlah molekul di kedua ruas sama, maka gas inert
tidak berpengaruh.

2 KESETIMBANGAN DALAM FASE CAIR

Contoh :

CHCl2 COO C5 H11 CHCl2 COOH + C5 H10


Amil ester dari asam asam amilen

Diklor asetat

X (a – x) (b – x)

Kesetimbangan diselidiki dengan mencampur asam dan amilen pada macam – macam
perbandingan dalam tabung dengan temperatur tetap 100°C, sampai kesetimbangan tercapai.
Tabung diambil dan dengan tiba – tiba didinginkan hingga kesetimbangan beku,

3 PENGARUH TEMPERATUR PADA KESETIMBANGAN

Tetapan kesetimbangan K berubah dengan berubahnya temperatur. Rumusnya dapat


diturunkan dari :

ΔG 0 = - RT In Ka

(∂ Δ G° ) (∂∈ K a)
[ ] = - RT −R∈K a
∂T ∂T

Gibbs – Helmholtz :

(∂ Δ G ° ) ΔG 0− Δ H 0 −RT ∈ K a−Δ H 0
[ ] = =
∂T T T

Δ H0
= - R In Ka -
T

Δ H0 (∂∈ K a)
- R In Ka - - RT −R∈K a
T ∂T

Van’t Hoff :

(∂∈ K a) ΔH °
=
∂T RT 2

Untuk gas :
(∂ Δ G ° ) ΔH °
Ka = Kp [ ] =
∂T RT 2

ΔH °
d In Kp = . dT
RT 2

Bila ΔH ° tetap terhadap T :

K p1 ΔH ° (T 2−T 1)
In =
K p2 R (T 1 . T 2)

Dapat pula integrasi :

ΔH °
d In Kp = d T
RT 2

−ΔH °
In Kp = +C
RT

−ΔH ° C
Secara grafik : log Kp = +
2,303. RT 2,303

−ΔH °
Grafik log Kp terhadap 1/T berupa garis lurus dengan log K p = dari ini dapat
2,303. R
ditentukan :

d ∈K c Δ Eo
Untuk Kc : =
dT RT 2

Untuk larutan : ΔE° - ΔH° hingga :

d ∈K c Δ Eo Δ Ho
= =
dT RT 2 RT 2

Anda mungkin juga menyukai