Anda di halaman 1dari 13

KESETIMBANGAN GAS

Contoh – contoh :

(a) Kesetimbangan Amoniak

3 1
H2 (g) + N2 (g) NH3 (g)
2 2

Kesetimbangan ini diselidiki dengan melewatkan campuran 3


volume H2 dan 1 volume N2 melalui spiral besi yang dimasukkan dalam
termostat. Sebagai katalisator dipakai katalisator Fe halus yang dilapiskan
pada spiral. Setelah kesetimbangan dicapai masing-masing gas dianalisis :

Tabel 9.1. Tetapan Kesetimbangan Amoniak

P = 10 atm P = 30 atm P = 50 atm

t°C % NH3 Kp % NH3 Kp % NH3 Kp

350 7,35 0,0266 17,80 0,0273 25,11 0,0278

400 3,85 0,0129 10,09 0,0129 15,11 0,0130

450 2,04 0,00659 5,80 0,00676 9,17 0,00690

Contoh : untuk P total = 30 atm, dan t = 400°C berapa harga Kp ?

Jawab :

P NH 3 = 30 x 10,09% = 3,03 atm.

P H 2+ P N 2= 30,00 – 3,03 = 26,97 atm.

3
PN 2 = x 26,97 = 20,22 atm.
4

1
PN 2 = x 26,976 = 6,75 atm.
4
P NH 3 3,03
Kp = 3 1 3 1
P H 2 x P N 2 = ( 20,22 ) ( 6,75 )
2 2 2 2

= 0.0129

Dari tabel terlihat bila P naik, maka K hampir tetap, sedang bila T naik, maka K
makin kecil.

Prinsip Le Chateller-Braun

Bila pada sistem yang ada dalam kesetimbangan diberikan aksi, dalam
sistem akan terdapat reaksi yang berusaha memperkecil aksi tadi :

Misal : N2 + 3H2 3NH3 + a kkal

Bila P dinaikkan, maka dalam sistem timbul reaksi yang memperkecil P,


reaksi yang memperkecil P, reaksi bergeser ke kanan.

Bila T dinaikkan, maka dalam sistem timbul reaksi yang memperkecil


kenaikan temperatur, reaksi bergeser ke kiri.

(b) Kesetimbangan fosgen


Kesetimbangan fosgen :

CO (g) + Cl2 (g) COCl2

Telah dipelajari secara statis. Mula – mula dimasukkan dalam bejana


pereaksi gas Cl2 kemudian gas CO. Tekanan masing – masing gas dicatat. Setelah
kesetimbangan tekanan dicatat lagi. Disini karena V tetap P sebanding dengan
jumlah mole gas yang bersangkutan. Pada temperatur 394,8°C.
CO + Cl2 COCl2

T=0 351,4 mm 342,0 mm 0 mm

T=0 (351,4 – x ) (342,0 – x)

P total : P Cl2 + P CO + P COCl2 = 439,5

X = 253,9 mm

P Cl2 = 351,4 – 253,9 = 97,5 mm = 0,128 atm

P CO = 342,0 – 253,9 = 88,1 mm = 0,116 atm

P COCl2 = 253,9 mm = 0,334 atm

Pada 394,8°C

PCO Cl2 0,334


Kp = = = 22,5
P Cl 2 . P CO 0,128 x 0,116

Untuk disosiasi :

COCl2 CO + Cl2

1 1
Kp = = = 0,0444
Kp 22,5

Dari tetapan kesetimbangan disosiasi dapat ditentukan besarnya derajat


disosiasi, bila tekanan total diketahui :

COCl2 CO + Cl2

T=0 n mole

T=t (n – nα) mole nα mole nα mole

Ntotal = n (1 +α) mole


n COCl 2 x P (1−α )
P COCl2 = = P
nt (1+ α )

nCO x f α
PCl2 = PCD = = P
nt (1+α )

( 1+ α ) P (1+ α ) P
PCO . PCl 2 α2 P
Kp = = ( 1−α ) P =
PCOCl 2 1−α 2
( 1+ α )

Untuk P = 1 atm.

α2
0,0444 =
(1−α 2 )

α = 0,206

(c) Disosiasi Antimon pentaklorida

Besarnya α juga dapat ditentukan dari rapat atau bermolekul campuran :

SbCl2 SbCl3 + Cl2

T=0 n mole 0 0

T=t n(1–α) nα nα

nt = n (1 + α) mole

Temp = T

Tek = P P.V = nt . RT

Vol =V = n (1 + α) RT

W SbCl W campuran
W SbCl = W campuran n=
5
=
5
W SbCl 5
M SbCl5

W campuran
P.V = (1 + a) RT
W SbCl5
W campuran 1+ α RT
P = M SbCl
V 5

da
P = M (1 + α) RT da = rapat campuran
SbCl 5

( P ) ( M SbCl )
α = 5
−1
( da ) (RT )

d d−da
α = −1 = d = rapat SbCl5 murni
da da

untuk : PV = n RT; P.M = d RT

WRT P. M
= ; d =
M RT

WRT
P. M =
V

Kalau V m = volume molar gas, maka :

d V m−daV m M −Ma
= =
daV m Ma

M = berat molekul

Ma = berat molekul campuran

WRT
Ma =
PV

Tabel 9.2. Disosiasi SbCl5 pada P total = 1 atm

M −Ma
Temp. (°C) Ma =
Ma
128 276,2 0,082
141 265,5 0,126
157 252,7 0,183
169 245,3 0,219
182 231,5 0,292
Bila I molekul berdisosiasi menjadi v molekul :

A vB

d−da d −da
α= α=
da ( v−1 ) da

M −Ma M −Ma
α= α=
Ma ( v−1 ) Ma

(d) Disosiasi gas H2S

Kesetimbangan gas : 2 H2S (g) 2 H2 (g) + S2 (g) dipelajari


dengan melewatkan gas H2S melalui pipa porselin yang panjang dan H2S
dibiarkan mencapai kesetimbangan. Pada bagian tengah ditempatkan bila
platina kecil dan berlaku sebagai membran permeabel bagi gas H2S. Dari ini
dapat diketahui PH2. Dari tekanan total kesetimbangan dapat dicari Kp :

2 H2S (g) 2 H2 (g) + S2 (g)

T=0 n mole 0 0


T=t n (1 – α) nα
2

n(2+α )
Nt =
2

n(1−α )
P H S = n (1+ α ) X P = 2(1−α ) X P
2
2+α
2


PH = n (2+α ) X P = X P
2
2+ α
2


2 α
PH = X P= X P
n(2+ α )
2
2+ α
2

P 2 H 2 . P s2 α3 P
Kp = =
2
P H2 S ( 2+ α ) (1−α )2

Bila sebelum kesetimbangan sudah ada gas H2 dan gas S2, maka
perhitungan menjadi lebih sulit.

2 H2S (g) 2 H2S (g) + S2 (g)

T=0 nH 2 S nH 2
nS 2

1
T=t n H S− X nH + X nS + x
2 2
22

X
Nt = n H S + n H + n S +
2 2 2
2

N H S −X
2

P H S=¿ ¿
X X P
2
n H S+ n H +n S +
2 2
2 2

NH +X 2

PH = ¿ ¿
X X P
2
n H S+ n H +n S +
2 2
2 2

X
NS2+
2
PS =¿ ¿ ¿ X P
2
X
n H S+ n H +n S +
2 2
2 2

P 2 H 2 . P s2
Kp = 2
P H2 S
Untuk P = 1 atm, n H S = n H = n S = 1
2 2

Kp =
( X2 ) = 0,0260
(1+ X )2 . 1+

(3+ X2 )( 1−x ) 2

X = - 0,526

Disini H 2 S tidak berdisosiasi tetapi H 2 dan S2 berasosiasi.

n H S− X = 1 + 0,526 = 1,526 mole


2

n H + X = 1 – 0,526 = 0,474 mole


2

X
nS + = 1 – 0,263 = 0,737 mole
2
2

1,526
PH S = x 1 = 0,558 atm
2
2,737

0,474
PH = x 1 = 0,173 atm
2
2,737

Ps = 1−¿0,558 – 0,173 = 0,269 atm


2

Pengaruh Gas Inert pada Kesetimbangan

Adanya gas inert dalam kesetimbangan tidak mempengaruhi tetapan


kesetimbangan termodinamika Ka tetapi mempengaruhi KT karena :

Ka = KT . Kp

Maka Kp juga berubah. Seandainya pengaruh terhadap KT diabaikan


adanya gas inert ini mempengaruhi tekanan parsial hingga dapat mengakibatkan
penggeseran kesetimbangan.

Kesetimbangan :

COCl2 CO + Cl2
Pada 394,8°C dengan tekanan total 1 atm, mempunyai α = 0,206. Misalnya
pada kesetimbangan tersebut diberi gas KT dengan tekanan 0,40 atm dan tekanan
total tetap 1 atm. Tekanan COCl2, CO, dan Cl tinggan 0,60 atm.

P CO . P Cl α2 . P
Kp = =
2

PCOCl 2
(1−α ¿¿ 2)¿

α 2 .(0,60)
0,0444 =
(1−α ¿¿ 2)¿

α = 0,262

Jadi dalam hal ini α bertambah besar. Penambahan gas inert pada
kesetimbangan menyebabkan tekanan gas yang bersangkutan lebih kecil, ini
berarti volume menjadi besar. Sesuai dengan Prinsip Le Chatelier Braun, maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih banyak. Bila
jumlah molekul di kedua ruas sama, maka gas inert tidak berpengaruh.
KESETIMBANGAN DALAM FASE CAIR

Contoh :

CHCl2 COO C5 H11 CHCl2 COOH + C5 H10

Amil ester dari asam asam amilen

Diklor asetat

X (a – x) (b – x)
Kesetimbangan diselidiki dengan mencampur asam dan amilen pada
macam – macam perbandingan dalam tabung dengan temperatur tetap 100°C,
sampai kesetimbangan tercapai. Tabung diambil dan dengan tiba – tiba
didinginkan hingga kesetimbangan beku, kemudian dianalisis.

Bila a dan b konsentrasi awal asam dan amilen, maka :

x a−x
C ester = C asam =
V V

b−x
C amilen =
V

(a−x) (b−x)
V V ( a−x ) (b−x )
Kc = =
x xV
V

Dalam percobaan diambil a tetap 1 mole dan b berubah-ubah. Hasilnya


sebagai berikut :

b ( mole) V (liter) x Kc
1,05 0,215 0,455 3,31
2,61 0,401 0,615 3.12
4,45 0,640 0,628 3.54
5,91 0,794 0,658 3,44
7,30 0,959 0,650 1,73

Kc untuk non elektrolit atau elektrolit – elektrolit lemah tidak begitu


dipengaruhi oleh konsentrasi, tetapi untuk elektrolit – elektrolit K c berubah dengan
naiknya konsentarsi. Dalam hal ini, c harus diganti a (aktivitas).
PENGARUH TEMPERATUR PADA KESETIMBANGAN

Tetapan kesetimbangan K berubah dengan berubahnya temperatur.


Rumusnya dapat diturunkan dari :

ΔG 0 = - RT In Ka

(∂ Δ G ° ) (∂∈ K a)
[ ] = - RT −R∈K a
∂T ∂T

Gibbs – Helmholtz :

(∂ Δ G° ) ΔG 0− Δ H 0 −RT ∈ K a−Δ H 0
[ ] = =
∂T T T

Δ H0
= - R In Ka -
T

Δ H0 (∂∈ K a)
- R In Ka - - RT −R∈K a
T ∂T

Van’t Hoff :

(∂∈ K a) ΔH °
=
∂T RT 2

Untuk gas :

(∂ Δ G ° ) ΔH °
Ka = Kp [ ] =
∂T RT 2

ΔH °
d In Kp = . dT
RT 2
Bila ΔH ° tetap terhadap T :

K p1 ΔH ° (T 2−T 1)
In =
K p2 R (T 1 . T 2)

Dapat pula integrasi :

ΔH °
d In Kp = d T
RT 2

−ΔH °
In Kp = +C
RT

−ΔH ° C
Secara grafik : log Kp = +
2,303. RT 2,303

−ΔH °
Grafik log Kp terhadap 1/T berupa garis lurus dengan log K p = dari ini
2,303. R
dapat ditentukan :

d ∈K c Δ Eo
Untuk Kc : =
dT RT 2

Untuk larutan : ΔE° - ΔH° hingga :

d ∈K c Δ Eo Δ Ho
= =
dT RT 2 RT 2

Anda mungkin juga menyukai