2, No 2 (2020) : Juli
Abstrak
Coronavirus (CoV) adalah virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi covid 19 di
Indonesia pertama kali dilaporkan sebanyak 2 kasus pada tanggal 2 maret 2020. Masalah lain yang
muncul ditengah masyarakat adalah adanya stigma dan diskriminasi terhadap penderita dan keluarga.
Banyak pasien memang sulit untuk mengungkap riwayatnya karena stigma terhadap pasien COVID-19
dan kondisi sosial masyarakat.
Selain menyembunyikan keadaan sebenarnya, keluarga pasien justru marah ketika ditanyai
mengenai riwayat kontak. Salah satu penyebabnya adalah arus informasi mengenai virus corona yang
sangat masif. Ini disebabkan karena kurangnya informasi mengenai kesehatan khususnya tentang covid
19 di tengah masyarakat Informasi terkait COVID-19 terdapat 4 kategori pasien yang dapat membantu
tenaga kesehatan terutama tenaga medis dan pihak pemerintah dalam mengetahui atau menganalisis
pasien yaitu diantaranya : Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau
suspek, Orang Tanpa Gejala (OTG), dan positif COVID-19. Beberapa cara telah dilakukan pemerintah
dalam mengurangi penyebaran virus korona.
Setelah resmi dideklarasikan sebagai pandemik global, WHO segera memberikan 30 pesan yang
dikelompokkan menjadi 6 (enam) grup pesan terkait COVID-19. Penyebab kesembuhan pasien salah
satunya dengan memeberikan informasi yang baik. Menghindari stigma pada pasien postif , bila perlu
membantu apabila ada ODP di wilayah kita, yang kiranya harus karantina mandiri, harus saling support
demi kesembuhannya.
Kata kunci: Informasi; Positif Covid-19; Stigma
Abstract
The emergence of a global pandemic COVID-19 caused a negative stigma for patients and their families.
Stigma is a term that describes a situation or condition related to the perspective of something that is
considered negative. Usually stigma is at the burden of disease. Stigma in the context of health is a negative
relationship between a person or group of people who share certain characteristics and certain diseases. Many
patients find it difficult to reveal their history because of the stigma of COVID-19 patients and the social
conditions of the community. Not only lying, the patient's family actually angry when asked about the contact
history.
One reason they lie is the massive flow of information about the corona virus. This is closely related to
the lack of health literacy, where people are not accustomed to dealing with balanced data. To help the
government and health authorities analyze their patients, there are at least 4 people related to COVID-19,
namely: People in Monitoring (ODP), Patients in Oversight (PDP) or suspects, People without symptoms
(OTG), and positive COVID- 19 The government has made efforts to reduce the spread of COVID-19 in several
ways. After being officially declared a global pandemic, WHO immediately gave 30 messages grouped into 6
(six) message groups related to COVID-19.
Good news or information is one of the supporting factors of healing. If there is something positive, don't
be stigmatized. If necessary, help if there is an ODP in our area, which must be an independent quarantine,
must support each other for healing.
Keywords: Information; Positive Covid-19; Stigma
77
Vol. 2, No 2 (2020) : Juli
78
Vol. 2, No 2 (2020) : Juli
postif COVID-19. Data yang dikumpulkan ini mengidentifikasi pasien, sebagian besar
dilakukan hanya pada suatu waktu tertentu. masyarakat memilih menyembunyikan keadaan
yang sebenarnya sehingga menyulitkkan tenaga
3. HASIL DAN PEMBAHASAN medis dalam menjalankan tugas. Salah satu
Stigma Penderita COVID-19 Stigma. penyebab mereka berbohong adalah arus
merupakan Sesuatu yang dianggap bernilai informasi mengenai virus corona yang sangat
negative terhadap suatu keadaan atu kondisi. masif. Terdapat 2 jenis informasi yaitu informasi
Stigma di masyarakat biasanya selalu ditandai negative dan positif.
dengan melekatnya anggapan negative terhadap Informasi negative memiliki tujuan
seseorang untuk mengetahui krakteristik atau untuk mendidik masyarakat, tapi ada sebagian
penilaian terhadap orang lain. Biasanya stigma orang yang tidak bisa membedakan antara
dapat menjadi beban penyakit.12 informasi negtif dan positif. Secara psikologis,
Dalam dunia kesehatan stigma adalah informasi negatif lebih mudah di serap sehingga
interaksi negative antara satu orang atau membuat orang percaya hal itu menjadi
kelompok orang dengan orang lain terhdap kebenaran. Hal ini berhubungan dengan
penykit tertentu dn sifat tertentu. Sebagai contoh kurangnya potensi masyarakat dalam mengelola
penderita COVID-19 di masyarakat memiliki dan memahami informasi terkait dengan
stigma negative di masyarakat. Sehingga orang- kesehatan , sebab data yang tidak seimbang
orang disekitarnya lebih memilih menjauh dan beredar di masyarakat. Dalam dunia kesehatan
tidak ingin berkontak langsung dengan penderita masyarakat kurang mendapatkan informasi yang
walaupun sudah dinyatakan positif. Ada sebenarnya.
konsensus bahwa penelitian stigma mengambil Masyarakat sudah terbiasa dengan
dua jalur oposisi dan terisolasi: ajaran tentang sebab-akibat jika seseorang
1) Pendekatan mikro-sosial, dicirikan oleh kerja terekena penyakit serta dampaknya apa. Ha ini
psikologis (sosial), memeriksa stigma di tingkat yang menyebabkan timbulnya istilah stigma,
individu dan antar individu. dimana stigma adalah kemampuan
2) Pendekatan makro-sosial, dilambangkan menyeimbangkan informasi positif dan negative
dengan karya sosiologis, berkaitan dengan juga kurangnya potensi masyarakat dalam
analisis tingkat kelompok (sosial/budaya) dan mengelola dan memahami informasi kesehatan,
struktural. 11 stigma pada pasien covid-19 biasanya akan di
Stigma negative pada penderita Covid- jauhi di isolasi dari keluarganya, karena akan
19 maupun keluarganya timbul akibat pandemic ada pertanyaan pasien akan sembuh atau akan
global pada awal tahun 2020 . COVID19 menularkan kepada orang lain yang terjadi di
merupakan penyakit menular dengan proses masyarakat yaitu kebaikan dari help seeking
penularannya sangat cepat dan dapat berakibat (mencari pertolongan), dengan kata lain
pada kematian. Banyak pasien memang sulit seharusnya pasien mencari pertolongan ke
untuk mengungkap riwayatnya karena stigma fasiitas kesehatan. Hal ini di tandai dengan
terhadap pasien COVID-19 dan kondisi sosial penolakkan dari masyarakat, kebohongan,
masyarakat. Untuk saat ini virus COVID-19 maupun penolakkan terhadap jenazah. Virus ini
belum ada obatnya. 5 telah memberikan pengetahuan kepada
Bahkan pihak keluarga pasien tidak masyarakat terkait kesehatan dalam waktu yang
senang jika petugas medis bertanya terkait cepat.
riwayat kontak. Dalam upaya pencegahan Virus ini juga pertama kali muncul dan
penyebaran Covid-19 dan pentingnya dalam saat ini berkembang dengan pesat. Jika
79
Vol. 2, No 2 (2020) : Juli
seseorang memiliki daya tahan imun yang kuat Selanjutnya dilakukan CT scan dada
virus ini tidak akan mudah menyerang tubuh yang memiliki sensitivitas yang lebih tinggi
Dengan melakukan test tertentu, akan diketahui untuk diagnosis COVID-19 dibandingkan
apakah seseorang terinfeksi atu tidak. Dalam dengan RT-PCR dari sampel swab di daerah
menganalisis para psien Covid-19 dikategorikan epidemi Cina. Perlu pula diketahui juga bahwa
menjdi 4 istilah yaitu orng dlam istilah COVID-19 merujuk ke penyakit yang
pemantauan(ODP), Pasien dalam pengawasan diderita oleh pasiennya. Sedangkan SARS-CoV-
(PDP) atau suspek , orang tanpa gejala (OTG), 2 merupakan virus yang menyebabkan penyakit
dan positif Covid-19. Gejala yang dimiliki oleh COVID-19 tersebut. Informasi COVID-19 dari
Orang Dalam Pemantauan yaitu yang memenuhi Media Sosial dan Online Perkembangan TI yang
criteria sebagai berikut : demam pada suhu: pesat membuat pergeseran media komunikasi
38°C atau demam, batuk atau pilek, memiliki dan interaksi menjadi bentuk baru berupa media
riwayat perjalanan ke negara yang memiliki sosial online lintas platforms. 8
transmisi lokal COVID-19, tinggal selama 14 Dengan adanya media sosial,
hari terakhir di daerah dengan trnsmisi lokal di masyarakat dapat mengakses dan mendapatkan
Indonesia. data ataupun informasi dengan mudah. Berita
Yang dikategorikan sebagai suspek atau yang berhubungan dengan covid-19 menjadi
Pasien dalam pengawasan (PDP) merupakan informasi yang menjadi trending setiap hari
Seseorang yang memiliki gejala: demam, atau terhitung sejak adanya kasus pandemi ini. dari
demam akibat dari: batuk/pilek/sesak napas sosial media juga beredar terjadi penolakkan
tidak disertai pneumonia, dan mempunyai pemakaman jenazah COVID-19. Hal ini bukan
riwayat perjalanan ke wilayah yang memiliki saja terjadi dimasyarakat tetapi tenaga medis
transmisi lokal COVID-19 dalam 14 hari yang menangani pasien juga mendapatkan
terakhir sebeum adanya gejala atau pernah perlakuan yang sama dari masyarakat Upaya
berkontak langsung dengan pasien positive pemerintah dalam menekan penyebarn virus
COVID-19. Orang Tanpa Gejala (OTG) adalah COVID-19 ada beberapa cara yaitu 1) dengan
orang-orang yang tidak memiliki gejala tetapi membentuk gugus tugas penanganan COVID-19
memiliki risiko tertular dri yang terkonfirmasi berdasarkan Kepres Nomor 7 tahun 2020,
postif Covid-19. 2) Penerapan PSBB disejumlah Provinsi
Kategori Orang Tanpa Gejala (OTG) Kabupaten Kota yang memiliki pasien Covid 3}
mempunyai riwayat kontak dengan penderita, Menganjurkan pola hidup sehat, pemakaian
apakah itu kontak langsung atau dalam ruangan masker kain, mencuci tangan menggunakan
yang sama dengan pasien Covid-19 dengan sabun.9
radius 1 meter. Serta kelompok yang paling di Penyakit ini dikatakan pandemic sebab
takuti adalah postif Covid-19 atau disebut juga penyakit ini bersifat menulr dan telh menyebr ke
“kasus konfirmasi”. Dalam kondisi ini seseorang bnyak wilayah beberapa Negara. Pandemi global
terbukti sudah terinfeksi virus Covid-19 COVID-19 sendiri sampai dengan tanggal 20
berdasarkan hasil laboratorium. Diagnosis April 2020 telah menyebar ke 213
COVID-19 harus dikonfirmasikan dengan negara/teritorial. Secara global, sampai dengan
reverse transcription polymerase chain reaction pukul 01:00 PM, 20 April 2020, ada 2.285.210
(RT-PCR) atau sekuensing gen untuk spesimen kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, termasuk
pernapasan atau darah, sebagai indikator kunci 155.124 kematian (6,79%), dilaporkan kepada
untuk rawat inap. 4 WHO. 6
80
Vol. 2, No 2 (2020) : Juli
Republic
of)
10. Russian Europe/Asia 42.853
Federation
11. Belgium Europe 37.183
12. Brazil America 36.599
81
Vol. 2, No 2 (2020) : Juli
dikeluarkannya panduan tersebut dapat dijadikan berpergian ke luar rumah, serta menerapkan
pedoman bagi pemerintah, media, dan organisasi perilaku hidup bersih dan sehat 5
lokal yang menangani penyakit coronavirus baru
(COVID-19).6 4. KESIMPULAN
Berikut adalah beberapa contoh dan kiat COVID-19 merupakan suatu penyakit
tentang tindakan yang mungkin dilakukan untuk yang disebabkan oleh SARS Coronavirus 2
melawan sikap stigmatisasi terhadap penderita (SARS- CoV-2). Pemberian nama penyakit
HIV/AIDS yang dapat diadobsi dalam dilakukan oleh WHO, sedangkan pemberian
menanggulangi masalah covid 19: 1) nama virus oleh International Committee on
Menyebarkan fakta (Spreading the facts), 2) Taxonomy of Viruses (ICTV). COVID-19
Melibatkan influencer sosial (Engaging social merupakan penyakit menular yang dapat dengan
influencers), 3) Memperkuat suara (Amplify the
cepat dan mudah menyebar antar manusia.
voices) orang-orang yang pulih 4) Pastikan COVID-19 hingga saat ini belum ditemukan
Anda menggambarkan berbagai kelompok etnis vaksin, upaya pencegahan dapat dilakukan
yang menunjukkan beragam komunitas yang dengan sistem imun tubuh manusia yang kuat
terdampak dan bekerja sama untuk mencegah dan sehat. Orang yang terinfeksi virus COVID-
penyakit ini, 5) Jurnalisme etis dengan 19 bukan disebabkan karena perilaku yang
memromosikan konten seputar praktik berkaitan dengan aib, sehingga tidak perlu
pencegahan 6) Tautkan (Link up) sejumlah dikucilkan apalagi dijauhi. Masyarakat
inisiatif mengatasi stigma dan stereotip untuk diharapkan tidak panik dalam menaggapi
menciptakan gerakan dan lingkungan positif
pandemi COVID-19.
yang menunjukkan kepedulian dan empati11. Stigma negatif kepada para penderita
Stop Stigma Terhadap Pasien COVID- positif COVID-19 haruslah dianulir dengan
19 Masyarakat diharapkan tetp tenang dalam literasi kesehatan yang optimal dari berbagai
menghadapi terhadap pandemi Covid-19. pihak. Dukungan semua pihak agar penderita
Apalagi sampai mengucilkan pasien yang COVID-19 bisa semangat untuk sembuh
dikategorikan sebagai orang dalam pemantuan sangatlah diharapkan. Peranan pemerintah,
(ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP). praktisi kesehatan, dan tokoh masyarakat dalam
memberikan edukasi terkait COVID-19 akan
Dukungan keluarga dan masyarakat sangat membantu agar masyarakat tidak
sangat penting dalam meningkatkan sistem imun melekatkan stigma negatif kepada orang terkait
tubuh pada pasien covid-19. Salah satu COVID-19. Walaupun tidak termasuk ke
penyebab kesembuhan pada pasien postif covid- penderita COVID-19, namun harus tetap
19 dengan memberikan informasi atau kabar memperhatikan pola hidup sehat (konsumsi
baik . Tingkatkan kasih sayang serta saling vitamin C dan E), menjaga kebersihan, cuci
menyayangi. Jika ada yang positif, jangan di tangan pakai sabun, menggunakan masker kain
stigma, bila perlu membantu apabila ada ODP di jika perlu, menjaga imunitas tubuh, berjemur
wilayah kita, yang kiranya harus karantina setiap hari, menjaga social distancing/physical
mandiri, memberikan motivasi kepada pasien distancing, memperhatikan anjuran WHO,
covid-19 demi kesembuhannya serta pemerintah, kemenkes, dan sebagainya.
melaksanakan protocol kesehatan dalam
mencegah agar tidak terjadi penularan. Seperti
physical distancing, selalu memakai masker saat
82
Vol. 2, No 2 (2020) : Juli
83
Vol. 2, No 2 (2020) : Juli
DOI: https://doi.org/10.35971/gojhes.v2i2.527
2
84