Anda di halaman 1dari 27

Masalah Kebutaan

di Indonesia dan Upaya Kesehatan


Mata – Penanggulangan Kebutaan

Dr. dr. Nila F Moeloek, SpM


SEHAT

 Sehat – Sakit

 Sehat – Fisik

 Sehat Fisik – Mental

 Sehat Produktif (sosial dan ekonomi)


PERANAN DOKTER

 Proteksi masyarakat

 Memandu dokter

 Pemberdayaan profesi
SEHAT- SAKIT
 Keluarga
KONSEP KONTINUM *
 Individu
ILMU & TEKNOLOGI

SEHAT 3/4 1/2 SEMBUH/


PRODUKTIF SEHAT SEHAT SAKIT CACAT

PROMOTIF, PREVENTIF, REHABILITATIF


UPAYA
• Consumption or investment KURATIF
• Ahli Kesmas Medical trap HEALTH SERVICE MODEL
• IPTEK Kesmas
• Lingkungan Tidak Sehat Memerlukan
Ancaman : • Perilaku Tidak Sehat keterlibatan lintas
• Penyakit Menular sektor
*) Prof. Dr. dr. FA Moeloek, SpOG
KERUGIAN KARENA SAKIT
(INDONESIA, SEBULAN) *
USIA 16-25 TH 26-40 TH 40-55 TH

Hari hilang 17.680.665 31.685.930 28.450.369


Produksi Rp. 10.000 Rp. 15.000 Rp. 10.000
Berobat Rp. 10.000 Rp. 10.000 Rp. 15.000

Total (juta) 353.613,3 792.148,25 995.762,92

Grandtotal: Rp. 2.141.524.465.000,-

Kehilangan hari produktif (KHP):


=1,05 harikerja/orang/bulan
Sumber: Data Susenas 1995, untuk usia
produktif
*) Dr. Widyastuti Wibisana MSc (PH)
KERUGIAN KRN SAKIT/TAHUN *
NASIONAL: 1,05Khp X 200Juta X 12Bln X Rp10000= Rp 25,6 M
NAD 28 M BALI 405 M
SUMUT1.498 M NTB 520 M
SUMBAR 541 M NTT 495 M
RIAU 669 M KALBAR 525 M
JAMBI 312 M KALTENG 245 M
SUMSEL 903 M KALSEL 385 M
BENGKULU 207 M KALTIM 323 M
LAMPUNG 865 M SULUT 258 M
B-BELITUNG 115 M SULTENG 286 M
JAKARTA 1.056 M SULSEL 1.039 M
JABAR 4.651 M SULTERA 241 M
JATENG 3.994 M GORONTALO 108 M
DI YOGYA 398 M MALUKU 22 M
JATIM 4.429 M MLK UTARA 21 M
BANTEN 1.075 M PAPUA 21 M

BANYAK DANA HILANG KARENA SAKIT. PERLU JAGA KESEHATAN DENGAN


EFISIEN !

*) Dr. Widyastuti Wibisana MSc (PH)


PEMBIAYAAN KESEHATAN
NEGARA-NEGARA ASEAN *
Negara $/kapita %PDB %Pem %Masy

Brunei 490 3.10 2.48 0.62


Cambodia 19 8.10 1.98 6.12
Indonesia 19 2.70 0.64 2.06
Laos 11 3.40 1.29 2.11
Malaysia 101 2.50 1.18 1.32
Myanmar 153 2.20 0.38 1.82
Philipina 33 3.40 1.55 1.85
Thailand 814 3.50 1.25 2.25
Singapura 71 3.70 2.12 1.58
Vietnam 21 5.20 1.34 3.86
Sumber: World Health Report 2002
*) Dr. Widyastuti Wibisana MSc (PH)
STATUS KES & MUTU SDM
NEGARA-NEGARA ASEAN *
Negara UHH HDI HDI-rank

Brunei 76 0.872 31
Cambodia 57 0.556 130
Indonesia 66 0,682 112
Laos 54 0.525 135
Malaysia 73 0.790 58
Myanmar 57 0.549 131
Philipina 70 0.751 85
Thailand 78 0.884 28
Singapura 69 0.768 74
Vietnam 67 0.688 109

Sumber: World Development Report 2003

*) Dr. Widyastuti Wibisana MSc (PH)


PARADIGM SHIFT IN
OPHTHALMOLOGY

 Blindness’ Rehabilitation

 Prevention of Blindness

 Visual Optimization
*) dr. Tjahyono D.G. PhD
World’s Fact & Challenges
 1950 : trachoma (problem)
• Strategi “safe”
• Surgery
• Antibiotic
• Facial cleaning
• Enviroment

 1970: (trachoma), xerophthalmia

 1972: Cataract: blinding giants

 1975: terbentuk International Assembly


Prevention of Blindness (IAPB)

 1976: WHO: foresight prevent of


blindness
 1978: WHO: set-up program prevention of
blindness “primary eye care”
WHO & IAPB joint

 1990: 39 juta buta


110 juta low vision
90% di negara berkembang
80% bisa diobati dan dicegah
50% katarak

 1996: 45 juta buta ( < 3/60)


135 juta low vision (6/18)

 1999: Global population ageing


orangtua >>
Kebutaan di Indonesia berhubungan
erat dengan kemungkinan
penanganannya sehingga
memerlukan beberapa pengertian,
seperti:
 apa dan siapa yang dikatakan buta
 bagaimana prevalensi utama di Indonesia
 jenis kebutaan utama di Indonesia
 Kemungkinan perkembangan kebutaan di
masa yang akan datang
 Kesadaran individu dan akibat penyebab
kebutaan yang terjadi
 Penanganan yang perlu di masyarakat,
pemerintah dan non pemerintah
WHO membedakan 2 jenis buta:
 Tajam penglihatan kurang dari 3/60
 Lapang pandangan kurang -- 20 derajat
• tajam penglihatan dapat lebih baik dari 3/60
• masih mengenali warna
• masih mengenal bentuk yang dilihat

Rehabilitasi sosial:
terdapatnya cacat penglihatan dilihat dari segi
sosial

Rehabilitasi medis:
pengobatan dan pembedahan
Vision 2020, The right to sight
 Setiap 5 detik 1 orang jadi buta di dunia
 WHO: 2020 prevalensi kebutaan 2x lipat

• Saat ini di dunia ada 45 juta orang buta


• 60% ada di negara miskin
• 135 juta dengan “Low Vision”
• 9 dari 10 Tunanetra tinggal di negara
berkembang
• 75% kebutaan dapat dicegah/diobati
• dari angka ini 16 juta (48%) karena Katarak
Katarak dan Glaukoma
merupakan penyebab Kebutaan

 Pelayanan terhadap Katarak dan


Glaukoma belum tuntas
 Meningkatnya usia lanjut

 Transisi penyakit
Intervensi PUSKESMAS akan
merubah pola
 Infeksi-defisiensi ke proses degenerasi
(Katarak, Glaukoma, Retinopati)
 Meningkatnya kesadaran dan pendidikan
masyarakat
• dibandingkan survei 1982 prevalensi
disebabkan Glaukoma, Refraksi, dan Retina
meningkat 2 kali lipat
 Tidak terdapat Prevalensi Defisiensi Vit A
Tabel-1
Angka Kebutaan Di Kawasan Asia
Selatan (Data WHO 1998)

Populasi (Ribuan) Angka Kebutaan (%)

Bangladesh 124.000 1.00


Bhutan 654 0.80
Korea Utara 23.917 0.40
India 961.000 0.70
Indonesia 200.596 1.47
Maldives 283 0.80
Myanmar 48.900 0.90
Nepal 23.000 0.80
Sri Lanka 18.584 0.50
Thailand 61.000 0.31
Distribusi % Penyebab Kebutaan
(Di Beberapa Provinsi di Indonesia
1997)

Penyebab Presentase

Refraksi 9.5%
Kornea 6.4%
Lensa 52.0%
Saraf Mata 13.4%
Retina 8.5%
Lain-lain 10.0%
Prevalensi (%) Kebutaan
Berdasarkan Penyebab

Penyebab Presentase

Lensa 0.78%
Saraf Mata/Glaukoma 0.20%
Refraksi 0.14%
Kornea 0.13%
Lain-lain 0.15%
Kondisi Kebutaan Di
Indonesia
 Dibandingkan negara lain di Asia dan Asean
PALING BURUK
 Di seluruh dunia TERBURUK KETIGA
 Prevalensi Buta Katarak 1.1%
 Katarak Backlog 1% (selain Glaukoma,
penyakit Retina dan kelainan REFRAKSI)
 Sebagai perbandingan Singapura paling baik
• Dengan penduduk 2.5 juta –
angka kebutaan 0.0005%
 Penyebab:
• Kondisi sosial ekonomi
• Kesadaran dan perilaku masyarakat &
petugas kesehatan
• Terbatasnya SDM Terlatih
Perubahan Susunan Usia
Tahun 1997 Tahun 2000

Usia > 65 tahun 3% 4%


Usia > 55 tahun 8% 10%

Harapan Hidup Laki-Perempuan


Laki-laki Perempuan

1950 40.1 tahun 41.8 tahun


1998 62.1 tahun 65.2 tahun
2045 73.2 tahun 77.8 tahun
Perjalanan Penyebab Kebutaan
Diketahui 4 perjalanan Penyakit Mata:
 Kebutaan yang dapat dicegah dan dapat disembuhkan

 Kebutaan yang dapat dicegah dan tidak dapat


disembuhkan

 Kebutaan yang tidak dapat dicegah dan dapat


disembuhkan

 Kebutaan yang tidak dapat dicegah dan tidak dapat


disembuhkan

• Kebutaan Refraksi
• Saraf Mata dan Glaukoma
• Lensa
• Kebutaan Retina
4 Masalah
yang harus diupayakan

 Mendukung upaya keluar dari


krisis multidimensi
 Meningkatkan Kepedulian
Masyarakat
 Memacu Pendidikan SDM Dalam
UKMP/PKKP
 Menyusun Strategi yang tepat
• Pemberdayaan bersifat multi unsur

• Sifat pemberdayaan:
berorientasi pada proses
merupakan suatu proses dinamis dan
berlangsung terus yang hanya dapat
ditandai dengan adanya serangkaian
proses

• Sifat holistik pemberdayaan adalah,


bekerja secara sinergis menuju tujuan bersama
Sifat pemberdayaan-berorientasi
pada proses

1 2 3

4 5 6
Pemikiran bagi model-model
Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan
Kebutaan
1. Selama ini program kesehatan termasuk pencegahan
dan pemberantasan penyakit mata selalu dirancang
menurut persepsi dan pemahaman manager program
dan pengambil keputusan sehingga banyak program
yang mengalami kesulitan bahkan gagal.

2. Program akan lebih efektif dan efisien apabila


dirancang sesuai dengan masalah dan kebutuhan
masyarakat setempat.

3. Organisasi Masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam


meningkatkan efektifitas dan efisiensi program
pencegahan dan pemberantasan penyakit mata di
masa yang akan datang khususnya melalui
penyuluhan kesehatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai