Anda di halaman 1dari 129

UPAYA

PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
GANGGUAN
PENGLIHATAN
Mayang Rini, dr, SpM(K) MSc
PERDAMI CABANG JAWA BARAT
PMN RS MATA CICENDO BANDUNG
2,2 milyar orang
Jumlah orang buta

2050
Mengalami akan meningkat
2020 gangguan 50%
penglihatan
1,8 milyar
jauh/dekat

1 milyar dapat
dicegah/belum di
tatalaksana
WHO World Report on Vision (2020)
Integrated People-centred Eye Care
menyediakan intervensi kesehatan yang berkelanjutan
(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif)
Untuk mengatasi kondisi Kesehatan mata,
berdasarkan kebutuhan masyarakat sepanjang hidupnya
9 dari 10 orang
dengan kehilangan penglihatan
Tidak seharusnya buta atau mengalami gangguan penglihatan
Bila mereka mendapatkan akses pelayanan kesehatan mata
DAMPAK KEHILANGAN PENGLIHATAN

KEBUTAAN 73%
Meningkatkan risiko kematian Orang yang mengalami
Lebih awal 2,6 kali Penglihatan yang baik kehilangan penglihatan
dibandingkan dengan yang
normal
akan menunjang hasil berusia > 50 tahun
proses pendidikan
yang baik

Menggunakan kacamata Pelayanan Kesehatan mata


Dapat meningkatkan
produktivitas sebesar
berhubungan dengan
pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi
22%
World Health Assembly Resolution 2021
Pada April 2021, Menteri-Menteri Kesehatan menyetujui dua target global
Untuk tahun 2030 pada Pertemuan Kesehatan Dunia ke 74

Peningkatan cakupan kelainan refraksi yang efektif sebesar 40% pada tahun 2030

Peningkatan cakupan operasi katarak yang efektif sebesar 30% pada tahun 2030
United Nations Resolution 2021
‘Vision for Everyone, accelerating action to achieve the Sustainable Development Goals’
PETA JALAN PROGRAM GANGGUAN
PENGLIHATAN DI INDONESIA 2017 - 2030
• Gangguan penglihatan masih merupakan
masalah Kesehatan masyarakat di Indonesia
• Hasil survei RAAB di 15 propinsi 
prevalensi kebutaan pada penduduk 50+
sebesar 3% (1,7 – 4,4%)
• Penyebab utama kebutaan dan gangguan
penglihatan berat
• Katarak 70 – 80%
• Kelainan refraksi 10 – 15% (penyebab ke
2 gangguan penglihatan berat
• Kelainan segmen posterior 1,9 – 10,9%
(penyebab ke 2 kebutaan)
PETA JALAN PROGRAM GANGGUAN
PENGLIHATAN DI INDONESIA 2017 - 2030
• Kementerian Kesehatan RI, Komite Mata Nasional, PERDAMI, dan
NGO merancang 5 poin strategi, yaitu:
1. Identifikasi besarnya permasalahan gangguan penglihatan melalui
survei RAAB
2. Analisis situasi dan pembuatan Plan of Action
3. Pelatihan Sumber Daya Manusia untuk Kesehatan mata
4. Penguatan system rujukan
5. Integrasi pelayanan Kesehatan mata dengan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
PETA JALAN PROGRAM GANGGUAN
PENGLIHATAN DI INDONESIA 2017 - 2030
• Tujuan Umum

Tersedianya pelayanan Kesehatan mata yang berkualitas


untuk seluruh masyarakat Indonesia yang membutuhkan
tanpa adanya hambatan ekonomi sehingga setiap orang di
Indonesia mempunyai penglihatan optimal dan dapat
sepenuhnya mengembangkan potensi diri
PETA JALAN PROGRAM GANGGUAN
PENGLIHATAN DI INDONESIA 2017 - 2030
• Tujuan Khusus
1. Pada tahun 2030 terdapat penurunan prevalensi gangguan
penglihatan yang dapat dicegah sebesar 25% dari prevalensi hasil
RAAB tahun 2014 – 2016
2. Pada tahun 2030 tersedia pelayanan rehabilitasi yang efektif dan
terjangkau bagi paling tidak 50% orang dengan gangguan
penglihatan permanen
BESARNYA MASALAH GANGGUAN
PENGLIHATAN DI INDONESIA
SLOGAN LIHAT

L : Lakukan pemeriksaan mata melalui kegiatan posbindu


I : Identifikasi gangguan tajam penglihatan oleh kader
H : Hitung jari jarak enam (6) meter
A : Antarkan ke fasilitas Kesehatan (rujuk) bila tidak bisa
hitung jari jarak enam (6) meter
T : Terapi (operasi) bila didiagnosis katarak
UPAYA PENANGGULANGAN GANGGUAN
PENGLIHATAN AKIBAT KATARAK
a) Meningkatkan jumlah, kualitas, dan cakupan media komunikasi, informasi, dan edukasi
terkait katarak secara cepat dan optimal
b) Meningkatkan jumlah, kualitas, dan cakupan deteksi dini dan operasi katarak secara
cepat dan optimal
c) Mendorong pelaksanaan penanggulangan katarak di setiap daerah secara
komprehensif dan inklusif dengan mempertimbangkan aspek demografi dan geografis
serta prevalensi kebutaan akibat katarak
d) Meningkatkan jumlah, kualitas, dan cakupan rujukan dan operasi katarak secara cepat
dan optimal mulai dari tingkat masyarakat, FKTP, hingga FKRTL, yang merupakan jalur
utama program PGP
e) Membuat model system penanggulangan katarak yang disesuaikan dengan sumber
daya di masing-masing Kabupaten/Kota
UPAYA PENANGGULANGAN GANGGUAN
PENGLIHATAN DENGAN PENYEBAB LAINNYA
Menjamin terkoreksinya penglihatan anak usia sekolah dengan
kelainan refraksi

Mengembangkan pola pelayanan Kesehatan komprehensif penderita


retinopati diabetikum, glaucoma, Retinopathy of Prematurity (ROP),
dan low vision
Mengembangkan konsep rehabilitasi penglihatan yang komprehensif
dan inklusif
KATARAK
Lensa kristalina

• Transparan
• Bikonveks
• Terletak di belakang iris di depan vitreus
• Terdapat penggantung lensa
• Terdiri dari kapsul, epitel, korteks, dan
nukleus
• Berfungsi memfokuskan cahaya
Metabolisme
Lensa
KATARAK
• Pemadatan dan kekakuan materi inti
lensa dan lapisan permukaannya yang
terus berproliferasi sepanjang waktu
• Perubahan abnormal pada protein
lensa (kristalin)  perubahan kimia
dan struktur  kehilangan
kejernihannya
• Protein lensa yang mengalami
pigmentasi (kuning  cokelat)
• Perubahan komponen ion pada lensa
GEJALA

Silau (melihat halo


Penurunan tajam
di sekitar cahaya, Berkurangnya
penglihatan dekat
kesulitan melihat sensitivitas kontras
atau jauh
pada cahaya terang)

Kesulitan melihat di
Miopia (second Kesulitan untuk tempat redup
sight) melihat warna (termasuk pada
malam hari)
• Diabetes atau peningkatan kadar gula darah
• Penggunaan steroid (oral, IV, atau inhalasi)
• Paparan ultraviolet
• Merokok
• Penyakit pada mata : retinitis pigmentosa,
FAKTOR uveitis
RISIKO • Trauma pada mata
• Riwayat operasi mata sebelumnya
• Predisposisi genetic
• Katarak yang berhubungan dengan penyakit
kulit
• Terapi radiasi atau kemoterapi
Katarak karena usia
• Penyebab tersering gangguan
penglihatan
• Terjadi akibat multifaktor
• Terdiri dari:
• Nuklear
• Kortikal
• Subkapsular posterior
Sklerotik nuklear
Katarak kortikal
Katarak subcapsular posterios
Katarak traumatika
Tes Diagnostik

Ketika pasien didiagnosis katarak, tujuan utama


pemeriksaan adalah
• Apakah terlihat kekeruhan lensa yang jelas
• Apakah kekeruhan lensa yang terjadi sesuai dengan tajam penglihatan
pasien
• Apakah operasi katarak yang dilakukan akan memperbaiki penglihatan
pasien dibandingkan dengan risiko operasi
• Apakah pasien akan dapat dioperasi dan mengikuti aturan dan
pemantauan pasca bedah
Tergantung pada seberapa keruh katarak telah
mengganggu aktivitas sehari-hari pasien

Kebutuhan
• Izin mengemudi

INDIKASI • Menerbangkan pesawat


• Mengoperasikan alat-alat tertentu

OPERASI Indikasi medis


• Kelainan mata lain  glaukoma, diabetik retinopathy

Indikasi kosmetik

Katarak matur pada mata yang buta (agar menghilangkan bagian putih
pada pupil)
PENGOBATAN
Untuk memperlambat katarak pasien disarankan untuk diet seimbang
Mencegah paparan sinar UV
Mencegah trauma pada mata
Mengontrol gula darah
Kacamata
Kaca pembesar untuk melihat dekat
Pencahayaan yang lebih terang
Obat-obatan masih dalam penelitian
Lebih dari 90% mata katarak
saja yang dilakukan operasi
mencapai tajam penglihatan
pasca bedah dengan koreksi
terbaik ≥ 0.5

TINDAKA
ICCE  sayatan > 12 mm,
Risiko kebutaan akibat
seluruh komponen lensa
operasi katarak 1 : 1000
diangkat

N ECCE  sayatan 10 – 12 mm,

OPERASI Jenis operasi meninggalkan kapsul


posterior

Small incision  sayatan < 6


mm, perbaikan tajam
penglihatan lebih cepat,
koreksi kacamata 2 bulan
pasca bedah
Phakoemulsifikasi
KEBUTUHAN OPERASI KATARAK
DI JAWA BARAT
• Jumlah penduduk Jawa Barat • Backlog katarak
(proyeksi pada tahun 2020) • Penduduk di Jawa Barat usia 50+
49.940.000 jiwa (jabarprov.go.id) sebesar 16,4% yaitu 8.190.160
(pada tahun 2020)
• Jumlah penduduk Jawa Barat tahun
• Prevalensi kebutaan adalah
2015 adalah 46.709.569 jiwa
2,8% x 8.190.160 = 229.324 jiwa
• Survei gangguan penglihatan dan • Penderita buta katarak adalah
kebutaan di Jawa Barat (RAAB) pada
71,7% x 229.324 = 164.425 jiwa.
tahun 2014 pada penduduk usia 50+:
• Prevalensi kebutaan 2,8%
• Penyebab utama kebutaan adalah
katarak sebesar 71,7%
• Cataract Surgical Rate (CSR) adalah • WHO menyarankan CSC minimal
jumlah operasi katarak/1 juta 80%
penduduk/tahun.
• Untuk negara berkembang disarankan
• Jawa Barat harus melakukan
CSR minimal 3000  9000. jumlah operasi empat kali lipat
• Ideal CSR untuk jawa barat : minimal
dari yang biasa dilakukan.
150.000/tahun
• Data survei RAAB 2014 mendapatkan
Cataract Surgical Coverage (CSC)
sekitar 50%  dari penderita yang
didiagnosis operable cataract, baru
50% nya yang dioperasi
SLOGAN LIHAT

L : Lakukan pemeriksaan mata melalui kegiatan posbindu


I : Identifikasi gangguan tajam penglihatan oleh kader
H : Hitung jari jarak enam (6) meter
A : Antarkan ke fasilitas Kesehatan (rujuk) bila tidak bisa
hitung jari jarak enam (6) meter
T : Terapi (operasi) bila didiagnosis katarak
TIPE KATARAK
BERDASARKAN MATURITAS
• Katarak imatur  kekeruhan yang terjadi pada
sebagian lensa
• Katarak matur  kekeruhan yang terjadi pada
seluruh bagian lensa
• Katarak hipermatur  terjadi pencairan pada
korteks lensa dan pengerutan kapsul lensa
• Katarak Morgagni  pencairan korteks lensa
menyebabkan nucleus lensa jatuh ke inferior
tetapi masih di dalam kapsul lensa
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Visus 6/6 ↓ (6/6 – 1/60) ↓↓ (1/300-1/~) ↓↓ (1/300-1/~)

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

BilikMata Depan Normal Dangkal Normal Dalam

SudutBilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif

Penyulit - Glaukoma - Uveitis + Glaukoma


KAPAN WAKTU MERUJUK
1. Katarak sebagai penyebab gangguan tajam penglihatan pada pasien
2. Katarak telah mengganggu gaya hidup pasien
3. Risiko dan manfaat telah didiskusikan dengan pasien
4. Pasien ingin dilakukan operasi
5. Operasi katarak dengan BPJS Kesehatan akan dijamin sesuai indikasi
medis atau temuan saat pemeriksaan seperti penurunan tajam penglihatan
dengan visus ≤ 6/18, glaukoma, anisometropia, katarak traumatika,
katarak komplikata, katarak pada bayi dan anak
EVALUASI SISTEMIK PRA BEDAH
KONDISI PEMERIKSAAN TINDAKAN
Diabetes Mellitus Apakah terkontrol? Bila tidak terkontrol tunda operasi
Cek darah  regulasi gula darah
Bila operasi dalam anestesi local,
obat dan intake makan minum
seperti biasa pada hari operasi
Hipertensi sistemik Jika sistolik >170 atau diastolic > Tunda operasi bila belum terkontrol
100  regulasi untuk menghindari perdarahan
suprakoroid
Infark miokard Kapan terjadinya? Tunda operasi sampai 6 bulan dari
tanggal kejadian. Konsul penyakit
dalam dan anestesi
Angina Apakah terkontrol? Konsul penyakit dalam dan anestesi
Penyakit pernafasan Apakah fungsi paru optimal? Coba berbaring sekitar 30 menit
Apakah pasien dapat berbaring? Pasien diminta membawa inhaler ke
RS
EVALUASI SISTEMIK PRA BEDAH

KONDISI PEMERIKSAAN TINDAKAN


Riwayat stroke Kapan terjadinya Tunda operasi sampai 6 bulan dari
Gejala sisa ? timbul gejala
Rheumatoid artritis Ada masalah dengan posis berbaring Untuk kepentingan operator
atau posisi leher?
Riwayat ikterik Apa penyebabnya? Hindari trauma jarum
HIV Hindari trauma jarum
Parkinson atau tremor Perlu anestesi umum
Epilepsi Apakah terkontrol? Perlu anestesi umum?
EVALUASI OBAT-OBATAN
 Antikoagulan
Konsul IP Dalam apakah diizinkan di stop H – 7 operasi
 Obat sistemik α1 adrenergic antagonis  berhubungan dengan floppy iris saat
tindakan pembedahan
 Alergi terhadap obat anestesi, povidone iodine, lateks
Trauma

ANAMNESI Peradangan
S
Glaukoma
KELUHAN
PADA Ambliopia
MATA
Riwayat operasi mata sebelumnya yang
terkait katarak (komplikasi)
PEMERIKSAAN
MATA
• Tajam penglihatan
Menggunakan Kartu Snellen
PEMERIKSAAN MATA
• Tes Hirschberg, versi, dan duksi
Heterotropia mengindikasikan adanya amblyopia  prognosis
visual, atau kemungkinan diplopia jika penglihatan membaik
• Respon pupil
Katarak tidak pernah menyebabkan defek pupil afferent. Bila ada
 adanya patologi lain yang dapat mempengaruhi prognosis visual
• Tekanan Intra Okular
Adneksa okular
• Dakriosistitis, blepharitis,
konjungtivitis kronik, lagoftalmos,
ektropion, entropion,
dan kelainan
fungsi air mata  berisiko
endoftalmitis dan harus
ditangani pra bedah
Konjungtiva
• Konjungtivitis

Kornea
• Degenerasi kornea berisiko
kekeruhan menetap kornea pasca
bedah
• Sikatrik

Bilik mata depan


• Bila dangkal (lensa intumesen atau
adanya dorongan dari posterior)
Iris • Sinekia anterior atau posterior

Lensa • Kondisi kekeruhan lensa apakah sesuai dengan tajam


penglihatan

Fundus
• Pada pasien DM periksa adanya retinopati diabetika
• Pada katarak matur harus diperiksa USG untuk
menilai segmen posterior
Shadow test
menggunakan
senter
PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI DIREK
• Biometri untuk menilai kekuatan LIO
• USG
PEMERIKSAA • Potensial Acuity tes  menilai fungsi makula
N LANJUTAN • Mikroskop specular  menilai jumlah sel
endotel kornea
• Pemeriksaan darah
• EKG
KELAINAN REFRAKSI
PADA ANAK SEKOLAH
STRUKTUR MATA MANUSIA

Kornea adalah lapisan


bening mata

Sklera adalah jaringan ikat


yang berwarna putih

Konjungtiva adalah selaput


lendir
• Lapisan bening dan selaput lendir mata
ditutupi oleh lapisan air mata yang berfungsi
untuk menjaga agar fungsi lapisan bening
mata tetap normal
• Air mata berfungsi untuk
• Pelumas mata
• Menyediakan oksigen bagi lapisan bening
• Perlindungan terhadap mikroba
• Membuang kotoran
• Bagian dari elemen penglihatan
• Kornea
• Bening dan tidak ada pembuluh darah
• Sklera
• Ketika dewasa berwarna putih
• Karena proses penuaan, warnanya menjadi
kekuningan karena ada penimbunan lemak
SISTEM
PENGLIHATAN
• Sistem penglihatan meliputi bola
mata, syaraf, dan jalur ke otak
• Kornea dan lensa mata berfungsi
untuk memusatkan cahaya ke
retina mata
• Dari retina mata, impuls cahaya
dilanjutkan ke syaraf penglihatan
dan dilanjutkan sampai ke otak
• Mata merupakan organ yang sangat rumit
• Suatu struktur jendela masuk ke dalam
system persyarafan dan pembuluh darah
yang berhubungan juga dengan penyakit-
penyakit lain di dalam tubuh
• Lebih dari 80% pengalaman panca indera
didapatkan melalui penglihatan
• Penglihatan
• Penglihatan pusat  tajam penglihatan
• Fungsinya untuk melihat detail secara jelas
• Tajam penglihatan ada untuk melihat dekat
dan melihat jauh
• Penglihatan warna
• Penglihatan pinggir
• Penting untuk bergerak di sekitar dengan aman
• Penglihatan dengan dua mata
• Untuk melihat jarak dan kecepatan objek
• Penglihatan kontras
• Untuk membedakan objek dari latar belakangnya
• Penting terutama saat melihat di tempat redup misal menyetir pada malam hari
• Sistem optik dari luar berakhir sampai di retina (lapisan
sel kerucut dan batang) → cahaya diolah secara kimiawi
→dikirim ke otak.
• Sel kerucut : penglihatan detail & warna.
Terutama makula
• Sel batang : penglihatan gelap, benda yang bergerak.
Diluar makula
Otot Penggerak Mata

Pergerakan bola mata diatur oleh otot


:
• Otot rektus medial (N.III) →
gerak utama ke medial
• Otot rektus lateral (N.VI) →
gerak utama ke temporal
• Otot rektus superior (N.III) →
gerak utama ke atas
• Otot rektus inferior (N.III) →
gerak utama ke bawah
• Otot oblikus superior (N.IV)
• Otot oblikus inferior (N.III)
• Keenam otot penggerak bola mata bekerja secara
terkoordinir. Contoh : melirik ke kanan → otot rektus
lateral kanan dan otot rektus medial kiri.
• Bila kerja otot tidak serasi → penyimpangan → mata
juling (strabismus).
GANGGUAN
PENGLIHAT
AN PADA
ANAK
REMAJA
MATA RABUN
• Panjang bola mata normal 23 – 24 mm
• Jenis rabun dapat dipengaruhi oleh
• Keturunan
• Ras
• Etnis
• Diperkirakan terdapat 2,6 milyar penduduk dunia mengalami mata
minus pada tahun 2020
• Terdapat 312 juta anak usia < 19 tahun dengan kondisi mata minus
pada tahun 2015
• Angka kejadian rabun jauh tertinggi di Asia 80-90%
Penyebab bertambahnya
Jika mata minus berkembang mata minus tidak diketahui
sebelum usia 10 tahun, dengan jelas, tetapi kehidupan
terdapat risiko pertambahan di kota, dan meningkatnya
minus sebesar 6 D atau lebih bekerja dengan jarak dekat
diduga berpengaruh
KELAINAN REFRAKSI
• Emmetropia
• Keadaan dimana sinar parallel dari titik tak terhingga difokuskan tepat di
retina saat akomodasi dalam kondisi istirahat

Kekuatan refraksi pada bola mata :

a. Total : +60D
b. Kornea : +44D
c. Lensa kristalin : +16D (Sherwood, 2013)
Refraksi cahaya
Adalah fenomena perubahan pada arah cahaya
ketika melewati satu medium ke medium lain

Penyebab adanya refraksi karena perubahan pada


kecepatan cahaya dari satu medium ke medium lain

Akomodasi
Mekanisme unik dimana kita dapat memfokuskan
cahaya menyebar yang datang dari objek dekat pada
retina untuk melihat lebih jelas.
• Saat lahir, bola mata relatif pendek, memiliki
+2 sampai +3 hypermetropia. Keadaan ini
secara perlahan menurun sampai usia 5 – 7
tahun dimana mata menjadi emmetropik
dan tetap pada keadaan tersebut sampai
usia 50 tahun.
Lensa

• Lensa adalah media pembiasan yang transparan, dibatasi oleh dua


permukaan yang membentuk bagian dari bola (lensa spheris) atau
silinder (lensa silinder atau toric).
TIPE LENSA

•Lensa spheris

Pada saat cembung (Convex (+)), berkas cahaya


parallel akan dikonvergensikan menuju titik
focus. Pada saat cekung (concave (-)), berkas
cahaya akan didivergensikan ketika datang ke
titik fokus
• Lensa silinder
Memiliki dua meridian yang saling tegak lurus satu sama lain. Kekuatan hanya pada
satu aksis, aksis lainnya tidak memiliki kekuatan. Lensa silindris bisa berupa
cembung atau cekung
Gabungan antara lensa spheris dan lensa
silinder. Contohnya:

•Lensa spherosilinder
AMETROPIA
• Kondisi kelainan refraksi di saat sinar parallel yang
datang dari jarak tak terhingga difokuskan di belakang
atau di depan retina.
• Terdiri dari
• Miopia
• Hipermetropia
• Astigmatisme
MIOPIA
• Kelainan refraksi dimana sinar parallel datang dari jarak tak terhingga
difokuskan di depan retina saat akomodasi dalam kondisi istirahat
Axial myopia: dari peningkatan panjang anteroposterior
dari bola mata. Merupakan jenis yang paling sering terjadi

Curvatural myopia: terjadi karena peningkatan kurvatur


KLASIFIKA kornea, lensa, atau keduanya

SI Positional myopia: terproduksi oleh pergantian lensa


BERDASAR kristalin anterior mata

KAN Index myopia: terjadi karena peningkatan indeks refraktif


ETIOLOGI dari lensa kristalin yang diasosiasikan dengan sclerosis
nuclear
Miopia karena akomodasi berlebihan terjadi pada pasien
dengan spasme pada akomodasi
Ringan (< 3.00D)

DERAJAT
Sedang (3.00D – 6.00D)
KEPARAH
AN
Berat (> 6.00D)
VARIASI KLINIS MIOPIA
1. Miopia Kongenital
• Terdapat sejak lahir, tetapi biasanya didiagnosis pada usia 2-3 tahun. Mayoritas erornya adalah unilateral
dan bermanifestasi sebagai anisometropia. Miopia kongenital biasanya diasosiasikan dengan anomali kongenital
lainnya seperti katarak, microphthalmos, aniridia, megalocornea, dan congenital separation retina.

2. Miopia Simpleks
• Miopia simpleks merupakan jenis yang paling banyak ditemukan. Biasanya termasuk eror fisiologis dan bukan
diasosiasikan dengan penyakit mata lainnya. Prevalensinya meningkat 2% pada usia 5 tahun sampai 14%
pada usia 15 tahun. Kejadiannya paling sering terjadi pada usia 8-12 tahun sehingga disebut juga school
myopia.
ETIOLOGI
Keturunan

Lingkungan : pekerjaan dekat

Urbanisasi : tinggal di perkotaan meningkatkan risiko myopia 2 kali


dibandingkan dengan tinggal di pedesaan
Makanan : makanan mengandung lemak dan kolesterol
berhubungan dengan meningkatnya panjang bola mata
GEJALA

Buram saat
melihat jauh  Astenopia/mata Sering
gejala utama lelah menyipitkan mata
miopia
TANDA
 Bola mata menonjol
 Anterior chamber lebih dalam dari normal
 Pupilnya terlihat lebih besar
 Fundus normal
 Besar eror refraktif  miopia simpleks
biasanya muncul antara usia 5-10 tahun
dan meningkat sampai usia 18-20 tahun
dengan kecepatan sekitar -0.5 ± 0.30 per
tahunnya. Pada miopia simpleks biasanya
eror tidak mencapai 6-8.
DIAGNOSIS

• Autorefraktometer
MIOPIA • Miopia patologis/degenerative/progresif
DEGENERAT merupakan eror progresif yang cepat
dimana dimulai pada usia 5-10 tahun dan
IF ATAU mengakibatkan myopia tinggi saat awal
dewasa dimana diasosiasikan dengan
PATOLOGIS perubahan degeneratif pada mata.
GEJALA
 Gangguan pandangan
 Muscae volitantes  seperti floating black
opacities pada bagian depan mata. Hal ini
disebabkan oleh degenerasi dari vitreous
liquid
 Kebutaan malam hari
TANDA
 Bola mata yang menonjol
 Kornea membesar
 Anterior chamber dalam
 Pupil sedikit membesar dan reaksi lambat terhadap cahaya
 Pada pemeriksaan fundus terdapat tanda :
o Optic disc besar dan pucat serta pada temporal edge
terdapat myopic crescent
o Perubahan degeneratif pada retina dan koroid
dikarakteristikkan dengan white atrophic patch pada
macula, Foster-fuchs’ spot (dark red circle patch) pada
macula, cystoid degeneration mungkin terlihat pada
peripheral
o Posterior staphyloma pada pole posterior
o Perubahan degenerative pada vitreous
KOMPLIKASI
 Retinal detachment;

 Katarak

 Vitreous haemorrhage;

 Choroidal haemorrhage

 Juling
TERAPI
1. Pemberian lensa cekung, sehingga bayangan
jatuh tepat di retina. Pemberian lensa kekuatan
minimum yang memberikan hasil visus terbaik.
2. Terapi operasi  contohnya dengan
keratorefractive surgery
3. Low vision aids (LVA) diindikasikan pada pasien
dengan miopia progresif dengan perubahan
degeneratif lanjut, dimana penggunaan
kacamata dan lensa kontak tidak bisa
memberikan penglihatan yang berguna.
4. Profilaksis (konseling genetik)

5. Pilihan lain bila anak sudah cukup bertanggung


jawab menggunakan lensa kontak
HYPERMETROPIA

• Hipermetropia merupakan keadaan refraks


dari mata yang dimana saat cahaya datang,
cahaya akan terfokus dibelakang retina dan
mengakibatkan adanya pandangan yang kabur.
Pada pasien dewasa yang muda, umumnya
masih didapatkan gambaran yang jelas dengan
melakukan akomodasi, namun akomodasi yang
terus-menerus dapat menyebabkan eyestrain
atau mata mudah lelah. Seiring bertambahnya
usia, derajat hipermetropi akan berkurang
dikarenakan kemampuan akomodasi yang
menurun.
ETIOLOGI
1. Hipermetropia aksial
• Merupakan bentuk hipermetropia yang paling umum dengan total kekuatan refraksi normal yaitu +60D namun
panjang aksis memendek. Setiap 1mm pemendekan aksis anteroposterior menyebabkan +3D hipermetropia.
2. Hipermetropia kurvatural
• Merupakan bentuk hipermetropia akibat lengkungan kornea, lensa, atau keduanya yang cenderung flat dari
normal sehingga terjadi penurunan kekuatan refraksi. Setiap 1mm peningkatan radius kurva menyebabkan +6D
hipermetropia.
3. Hipermetropia index
• Hipermetropia akibat penurunan index refraksi pada lensa di usia tua atau pasien diabetes.
4. Hipermetropia posisional
• Hipermetropia akibat perubahan posisi lensa yang lebih posterior dari normal.
5. Absence lensa
• Tidak terbentuknya lensa. Bisa disebabkan oleh congenital maupun acquired.
GEJALA
- Asimtomatis

- Gejala mata astenopia


o akomodasi yang terus menerus menyebabkan mata mudah lelah, berair, sakit kepala, dan photophobia ringan

- Pandangan terganggu dengan gelaja astenopi


o keluhan lebih banyak untuk melihat dekat dibandingkan dengan melihat jauh

- Gejala gangguan pandangan saja


o pasien hipermetropi derajat tinggi cenderung tidak berakomodasi sehingga terjadi gangguan penglihatan

- Efek usia
TANDA-TANDA
- Ukuran bola mata tampak lebih kecil
- Kornea dapat tampak lebih kecil
- Anterior chamber tampak lebih dangkal
- Terdapat gangguan refraksi saat pemeriksaan
retinoskopi dan autorefraktoetri
- Pemeriksaan Fundus memperlihatkan diskus
optikus yang memiliki pembuluh lebih banyak
dengan batas yang tidak jelas dan dapat
menstimulasi papillitis.
- USG menunjukkan panjang anteroposterior
yang pendek
DERAJAT HYPERMETROPIA

a.Hipermetropi rendah  ≤ +2.00D


b.Hipermetropi sedang  +2.25 - +5.00D
c. Hipermetropi tinggi  ≥ +5.25D
KOMPLIKASI
• Blepharitis, hordeolum

• Terjadi akibat seringnya menyentuh area mata saat terjadi kelelahan mata sehingga infeksi pada mata lebih mudah terjadi.

• Juling

• Terjadi pada anak-anak usia 2-3 tahun akibat akomodasi yang terus-menerus terjadi.

• Amblyopia

• Dapat terjadi anisometropic, strabismus, atau ametropic (pada anak-anak dengan hipermetropia derajat tinggi yang tidak dikoreksi).

• Primary narrow angle glaucoma

• Mata pasien hipermetropi cenderung kecil dengan anterior chamber yang dangkal. Peningkatan ukuran lensa dan bertambahnya
umur membuat mata lebih mudah terjadi glaucoma
TERAPI

• Pemberian lensa cembung


sehingga bayangan jatuh tepat di
retina
• Kacamata
• Lensa kontak
• Operasi
• Umumnya tidak seefektif
operasi untuk penderita
miopia
ASTIGMATISMA
• Jenis kelainan refraksi dimana sinar sejajar aksis visual tidak difokuskan
pada satu titik melainkan pada banyak titik.
• Terjadi karena kornea atau lensa memiliki perbedaan permukaan
lengkungan dalam satu arah dari arah yang lain.
Terdapat meridian yang melengkung dan meridian yang datar
• Faktor Risiko
• Keturunan
• Komplikasi setelah operasi mata
• Benjolan pada kelopak mata yang menekan kornea
• Kondisi kornea yang berbentuk kerucut
• Luka pada kornea akibat trauma atau infeksi
GEJALA
• Buram
• Melihat benda bulat menjadi lonjong
• Nyeri kepala, sering menyipitkan mata
• Pada astigmat tinggi (4 – 8D) yang selalu melihat
buram, sering mengakibatkan mata malas
• Pemeriksaan
• autorefraktokeratometer
• TERAPI
• Kacamata lensa silindris yang sering dikombinasikan dengan lensa sferis
• Operasi
DAMPAK GANGGUAN PENGLIHATAN PADA ANAK
REMAJA
• Terhambat perkembangan motorik, bahasa, emosi, social dan
kecerdasan.
• Pencapaian keberhasilan pendidikannya kurang.
PENCEGAHAN GANGGUAN PENGLIHATAN PADA
ANAK REMAJA
• Pencegahan myopia
• Belum ada pencegahan yang efektif untuk myopia
• Diduga aktivitas melihat dekat yang sangat lama (karena proses akomodasi) berkontribusi
terhadap timbulnya dan bertambahnya kondisi myopia
• Metoda obat-obatan maupun metoda lain untuk menghilangkan akomodasi saat aktivitas
dekat sedang diteliti
• Beraktivitas di luar ruangan
• Pencegahan hyperopia
• Belum ada
• Pencegahan astigmatisme
• Tidak bisa dicegah
• Mata rabun bila tidak cepat dikoreksi akan menyebabkan mata malas
• Terutama S - > 3 D, S + > 1,5 D, C - > 1,5
• Penggunaan kacamata pada anak harus dipakai terus kecuali saat anak tidur atau mandi karena masih
dalam tahap perkembangan
• Posisi yang baik di depan computer
• Pandangan sejajar dengan layar monitor, berjarak 50 – 100 cm (dari layer laptop ke posisi duduk)
• Duduk dengan tegak menggunakan kursi yang nyaman
• Siku rileks dan terbuka membentuk huruf L
• Letakkan kaki sejajar dan biarkan menapak
• Jangan duduk terlalu lama dan regangkan otot secara rutin
• Menjaga kesehatan mata saat menggunakan gawai
• Kurangi tingkat kecerahan layar
• Gunakan maksimal 2 jam dengan jarak minimal 40 – 50 cm
• Setiap 20 menit menatap computer atau smartphone, istirahatkan mata selama 20 detik dan
pandanglah benda yang berjarak 6 meter atau lebih
• Sering berkedip untuk melembabkan permukaan mata
• Sayuran atau buah-buahan yang berwarna baik untuk kesehatan retina mata, tetapi tidak
berpengaruh terhadap kondisi rabun jauh akibat miopi, hiperopi, atau silindris
• Penelitian berbasis bukti terkait penggunaan kacamata anti radiasi gawai : kurangnya bukti yang
berkualitas yang mendukung penggunaan kacamata anti radiasi sinar biru dalam mencegah kelelahan
mata dan menjaga kesehatan syaraf mata
• Hal-hal saat menggunakan lensa kontak
• Cuci tangan sebelum memegang lensa kontak menggunakan sabun
• Lepas lensa kontak sebelum mandi, tidur, dan berenang
• Jangan mencuci dengan air keran
• Gunakan cairan khusus pembersih lensa kontak
• Hindari memakai lensa kontak terlalu lama (10 – 12 jam)
• Perhatikan tanggal kadaluwarsanya
DETEKSI DINI
GANGGUAN
PENGLIHATAN PADA
ANAK REMAJA DI
SEKOLAH
• Perbedaan kelompok umur
anak mempengaruhi
masalah dan kebutuhannya
PERENCANAAN PROGRAM TES
PENGLIHATAN PADA ANAK-ANAK
• Pada usia berapa anak-anak tersebut akan di tes penglihatannya?
• Dimana tes tersebut akan dilakukan?
• Metoda tes penglihatan apa yang akan digunakan?
• Tingkat tajam penglihatan yang mana yang akan digunakan sebagai Batasan untuk
mengidentifikasi dan merujuk anak ke tingkat pelayanan berikutnya?
• Siapa yang akan mengukur tajam penglihatan?
• Dimana pemeriksaan selanjutnya akan dilaksanakan?
• Siapa yang akan melakukannya?
• Bagaimana penyediaan pelayanan akan dilakukan untuk anak-anak yang akan
dirujuk tersebut?
• Bagaimana program tersebut akan dimonitor dan dievaluasi?
TUJUAN
• Mendeteksi dan merujuk kelainan refraksi yang tidak terdeteksi
• Merujuk kelainan mata yang menyebabkan gangguan penglihatan
• Merujuk mata strabismus/juling
• Target (minimal 1 X penjaringan)
• Usia 6 – 11
• Usia 12 – 14
• Alasan
• Manifestasi miop pada usia tersebut
• Mudah dilakukan pemeriksan
• Patuh menggunakan kacamata
• Target visus
• < 6/12 pada salah satu mata atau kedua mata

• Peralatan
• Tali rafia panjang 6 meter
• Tumbling E card
• Prosedur
• Jelaskan dulu arah kaki dari huruf “E” pada anak (jangan duduk
berdekatan)
• Gunakan kacamata yang ada bila punya
• Butuh pencahayaan yang baik (dpt dilakukan diluar ruangan)
• Catat anak-anak yang “gagal” agar dapat dirujuk dengan tepat
• Libatkan orang tua
• Pemantauan
• Pemeriksaan ulang anak yang mendapat kacamata setiap 1 atau 2 tahun
kemudian
• Kerjasama yang baik dengan guru dan orang tua
• Memegang buku dekat dengan mata
• Menonton TV dekat
• Sering menggosok-gosok mata
• Memiringkan kepala
• Memicingkan mata
Retinoblastoma (2)
• Tumor ini berasal dari transformasi keganasan/maligna sel-sel retina
primitif sebelum berdiferensiasi akhir
• Biasanya timbul pada beberapa
tahun pertama kehidupan s/d usia 3 tahun
• Pemeriksaan: Funduscopy, USG, CT-Scan/MRI
• Terapi tergantung stadium; diantaranya:
laser, kemoterapi, operasi enukleasi
Apa yang Dapat Dilakukan untuk Deteksi
Dini?
• Kamera dengan flash (deteksi red eye dimatikan), pencahayaan
ruangan redup, sejajar mata anak
• Periksakan segera mata anak anda ke Dokter mata atau Dokter mata
anak bila ditemukan tanda LEUKOCORIA (“MATA KUCING” atau “PUPIL
PUTIH”)
TERIMA KASIH
RETINOPATI
DIABETIKA
Definisi Retinopati Diabetika (RD)

• Gangguan fungsi pembuluh darah retina secara progresif yang


disebabkan oleh kondisi hiperglikemia kronis
• RD dapat terjadi karena komplikasi DM tipe 1 atau tipe 2
• Pada awalnya kondisi RD tidak bergejala, dan jika tidak diobati
dapat menyebabkan penglihatan terbatas dan kebutaan
RETINA
• Retina adalah jaringan yang
berlapis, jaringan syaraf yang
sensitive terhadap cahaya
pada bagian dalam bola mata.
• Makula adalah area pusat
retina untuk penglihatan
pusat. Makula diperlukan
untuk membaca, mengenali
wajah, dan diperlukan untuk
kegiatan-kegiatan melihat
detail dan penglihatan tajam.
Retina Sehat Retinopati Diabetika
Epidemiologi Retinopati Diabetika

• Jumlah penderita diabetes diperkirakan akan


meningkat dari 285 juta pada tahun 2010
menjadi 439 juta pada tahun 2030
• Retinopati diabetic bertanggung jawab pada
1,8 juta kasus kebutaan dari 37 juta kebutaan
di dunia
• RD penyebab kebutaan pada usia bekerja di
negara maju

http://www.who.int/bulletin/volumes/82/11/en/844.pdf
Epidemiologi RD
• Prediktor terbaik RD adalah lamanya menderita DM
• Setelah 20 tahun menderita DM, hampir 99% pasien
DM tipe 1 menderita RD dan 60% pasien DM tipe 2
menderita RD
• 33% pasien DM ditemukan tanda-tanda RD
• Orang dengan DM 25 kali berisiko buta dibandingkan
dengan populasi normal

Ophthalmology Myron Yanoff MD and Jay S. Duker

Basic and Clinical Science Course, Section 12: Retina and Vitreous AAO

http://www.aao.org/eyecare/news/upload/Eye-Health-Fact-Sheet.pdf -
GEJALA
Asimptomatik pada stadium awal penyakit
Ketika penyakitnya semakin berkembang akan timbul gejala
• Penglihatan buram
• Floaters
• Penglihatan berfluktuasi
• Distorsi penglihatan
• Terdapat area gelap pada lapang pandang penglihatan
• Gangguan penglihatan pada malam hari
• Gangguan penglihatan warna
• Kehilangan penglihatan Sebagian atau total
Faktor Risiko

• Durasi DM
• Gula darah yang tidak
terkontrol
• Hipertensi
• Hyperlipidemia
• Hambatan terhadap pelayanan

http://jama.ama-assn.org/content/304/6/649.short?rss=1
Pathophysiology

RD adalah mikrovaskulopati yang


menyebabkan :
• Penyumbatan pembuluh darah retina
• Kebocoran pembuluh darah retina
Microvascular
Occlusion

Ischemia

Infarction

Increased VEFG

Cotton – wool spot

Neovascularization

Vitreous Neovascular
Fibrovascular bands
hemorrhage glaucoma

Tractional retinal
detachment Retina in systemic disease : a color manual of
ophthalmoscopy / Homayoun Tabandeh, Morton F.
Goldberg 2009
Microvascular Leakage

Retinal
Edema Hard exudates
hemorrhage

Retina in systemic disease : a color manual of


ophthalmoscopy / Homayoun Tabandeh, Morton F.
Goldberg 2009.
REKOMENDASI JADWAL
Diabetic Eye Disease
PEMERIKSAAN MATA
Key Points
Tipe DM Rekomendasi waktu Rekomendasi
pemeriksaan pertama pemantauan berikutnya

Tipe 1 3-5 tahun setelah Setiap tahun


terdiagnosis DM

Tipe 2 Pada saat didiagnosis DM Setiap tahun

• Treatments exist but workSetiap


best3 – 12 bulan
Kehamilan (type 1 or type Trimester awal
2)
before vision is lost
Pencegahan primer
Kontrol gula Pencegahan sekunder Pencegahan tersier
darah Pemeriksaan Laser retina
Kontrol mata setiap tahun Vitrektomi
tekanan darah

Anda mungkin juga menyukai