PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
GANGGUAN
PENGLIHATAN
Mayang Rini, dr, SpM(K) MSc
PERDAMI CABANG JAWA BARAT
PMN RS MATA CICENDO BANDUNG
2,2 milyar orang
Jumlah orang buta
2050
Mengalami akan meningkat
2020 gangguan 50%
penglihatan
1,8 milyar
jauh/dekat
1 milyar dapat
dicegah/belum di
tatalaksana
WHO World Report on Vision (2020)
Integrated People-centred Eye Care
menyediakan intervensi kesehatan yang berkelanjutan
(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif)
Untuk mengatasi kondisi Kesehatan mata,
berdasarkan kebutuhan masyarakat sepanjang hidupnya
9 dari 10 orang
dengan kehilangan penglihatan
Tidak seharusnya buta atau mengalami gangguan penglihatan
Bila mereka mendapatkan akses pelayanan kesehatan mata
DAMPAK KEHILANGAN PENGLIHATAN
KEBUTAAN 73%
Meningkatkan risiko kematian Orang yang mengalami
Lebih awal 2,6 kali Penglihatan yang baik kehilangan penglihatan
dibandingkan dengan yang
normal
akan menunjang hasil berusia > 50 tahun
proses pendidikan
yang baik
Peningkatan cakupan kelainan refraksi yang efektif sebesar 40% pada tahun 2030
Peningkatan cakupan operasi katarak yang efektif sebesar 30% pada tahun 2030
United Nations Resolution 2021
‘Vision for Everyone, accelerating action to achieve the Sustainable Development Goals’
PETA JALAN PROGRAM GANGGUAN
PENGLIHATAN DI INDONESIA 2017 - 2030
• Gangguan penglihatan masih merupakan
masalah Kesehatan masyarakat di Indonesia
• Hasil survei RAAB di 15 propinsi
prevalensi kebutaan pada penduduk 50+
sebesar 3% (1,7 – 4,4%)
• Penyebab utama kebutaan dan gangguan
penglihatan berat
• Katarak 70 – 80%
• Kelainan refraksi 10 – 15% (penyebab ke
2 gangguan penglihatan berat
• Kelainan segmen posterior 1,9 – 10,9%
(penyebab ke 2 kebutaan)
PETA JALAN PROGRAM GANGGUAN
PENGLIHATAN DI INDONESIA 2017 - 2030
• Kementerian Kesehatan RI, Komite Mata Nasional, PERDAMI, dan
NGO merancang 5 poin strategi, yaitu:
1. Identifikasi besarnya permasalahan gangguan penglihatan melalui
survei RAAB
2. Analisis situasi dan pembuatan Plan of Action
3. Pelatihan Sumber Daya Manusia untuk Kesehatan mata
4. Penguatan system rujukan
5. Integrasi pelayanan Kesehatan mata dengan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
PETA JALAN PROGRAM GANGGUAN
PENGLIHATAN DI INDONESIA 2017 - 2030
• Tujuan Umum
• Transparan
• Bikonveks
• Terletak di belakang iris di depan vitreus
• Terdapat penggantung lensa
• Terdiri dari kapsul, epitel, korteks, dan
nukleus
• Berfungsi memfokuskan cahaya
Metabolisme
Lensa
KATARAK
• Pemadatan dan kekakuan materi inti
lensa dan lapisan permukaannya yang
terus berproliferasi sepanjang waktu
• Perubahan abnormal pada protein
lensa (kristalin) perubahan kimia
dan struktur kehilangan
kejernihannya
• Protein lensa yang mengalami
pigmentasi (kuning cokelat)
• Perubahan komponen ion pada lensa
GEJALA
Kesulitan melihat di
Miopia (second Kesulitan untuk tempat redup
sight) melihat warna (termasuk pada
malam hari)
• Diabetes atau peningkatan kadar gula darah
• Penggunaan steroid (oral, IV, atau inhalasi)
• Paparan ultraviolet
• Merokok
• Penyakit pada mata : retinitis pigmentosa,
FAKTOR uveitis
RISIKO • Trauma pada mata
• Riwayat operasi mata sebelumnya
• Predisposisi genetic
• Katarak yang berhubungan dengan penyakit
kulit
• Terapi radiasi atau kemoterapi
Katarak karena usia
• Penyebab tersering gangguan
penglihatan
• Terjadi akibat multifaktor
• Terdiri dari:
• Nuklear
• Kortikal
• Subkapsular posterior
Sklerotik nuklear
Katarak kortikal
Katarak subcapsular posterios
Katarak traumatika
Tes Diagnostik
Kebutuhan
• Izin mengemudi
Indikasi kosmetik
Katarak matur pada mata yang buta (agar menghilangkan bagian putih
pada pupil)
PENGOBATAN
Untuk memperlambat katarak pasien disarankan untuk diet seimbang
Mencegah paparan sinar UV
Mencegah trauma pada mata
Mengontrol gula darah
Kacamata
Kaca pembesar untuk melihat dekat
Pencahayaan yang lebih terang
Obat-obatan masih dalam penelitian
Lebih dari 90% mata katarak
saja yang dilakukan operasi
mencapai tajam penglihatan
pasca bedah dengan koreksi
terbaik ≥ 0.5
TINDAKA
ICCE sayatan > 12 mm,
Risiko kebutaan akibat
seluruh komponen lensa
operasi katarak 1 : 1000
diangkat
ANAMNESI Peradangan
S
Glaukoma
KELUHAN
PADA Ambliopia
MATA
Riwayat operasi mata sebelumnya yang
terkait katarak (komplikasi)
PEMERIKSAAN
MATA
• Tajam penglihatan
Menggunakan Kartu Snellen
PEMERIKSAAN MATA
• Tes Hirschberg, versi, dan duksi
Heterotropia mengindikasikan adanya amblyopia prognosis
visual, atau kemungkinan diplopia jika penglihatan membaik
• Respon pupil
Katarak tidak pernah menyebabkan defek pupil afferent. Bila ada
adanya patologi lain yang dapat mempengaruhi prognosis visual
• Tekanan Intra Okular
Adneksa okular
• Dakriosistitis, blepharitis,
konjungtivitis kronik, lagoftalmos,
ektropion, entropion,
dan kelainan
fungsi air mata berisiko
endoftalmitis dan harus
ditangani pra bedah
Konjungtiva
• Konjungtivitis
Kornea
• Degenerasi kornea berisiko
kekeruhan menetap kornea pasca
bedah
• Sikatrik
Fundus
• Pada pasien DM periksa adanya retinopati diabetika
• Pada katarak matur harus diperiksa USG untuk
menilai segmen posterior
Shadow test
menggunakan
senter
PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI DIREK
• Biometri untuk menilai kekuatan LIO
• USG
PEMERIKSAA • Potensial Acuity tes menilai fungsi makula
N LANJUTAN • Mikroskop specular menilai jumlah sel
endotel kornea
• Pemeriksaan darah
• EKG
KELAINAN REFRAKSI
PADA ANAK SEKOLAH
STRUKTUR MATA MANUSIA
a. Total : +60D
b. Kornea : +44D
c. Lensa kristalin : +16D (Sherwood, 2013)
Refraksi cahaya
Adalah fenomena perubahan pada arah cahaya
ketika melewati satu medium ke medium lain
Akomodasi
Mekanisme unik dimana kita dapat memfokuskan
cahaya menyebar yang datang dari objek dekat pada
retina untuk melihat lebih jelas.
• Saat lahir, bola mata relatif pendek, memiliki
+2 sampai +3 hypermetropia. Keadaan ini
secara perlahan menurun sampai usia 5 – 7
tahun dimana mata menjadi emmetropik
dan tetap pada keadaan tersebut sampai
usia 50 tahun.
Lensa
•Lensa spheris
•Lensa spherosilinder
AMETROPIA
• Kondisi kelainan refraksi di saat sinar parallel yang
datang dari jarak tak terhingga difokuskan di belakang
atau di depan retina.
• Terdiri dari
• Miopia
• Hipermetropia
• Astigmatisme
MIOPIA
• Kelainan refraksi dimana sinar parallel datang dari jarak tak terhingga
difokuskan di depan retina saat akomodasi dalam kondisi istirahat
Axial myopia: dari peningkatan panjang anteroposterior
dari bola mata. Merupakan jenis yang paling sering terjadi
DERAJAT
Sedang (3.00D – 6.00D)
KEPARAH
AN
Berat (> 6.00D)
VARIASI KLINIS MIOPIA
1. Miopia Kongenital
• Terdapat sejak lahir, tetapi biasanya didiagnosis pada usia 2-3 tahun. Mayoritas erornya adalah unilateral
dan bermanifestasi sebagai anisometropia. Miopia kongenital biasanya diasosiasikan dengan anomali kongenital
lainnya seperti katarak, microphthalmos, aniridia, megalocornea, dan congenital separation retina.
2. Miopia Simpleks
• Miopia simpleks merupakan jenis yang paling banyak ditemukan. Biasanya termasuk eror fisiologis dan bukan
diasosiasikan dengan penyakit mata lainnya. Prevalensinya meningkat 2% pada usia 5 tahun sampai 14%
pada usia 15 tahun. Kejadiannya paling sering terjadi pada usia 8-12 tahun sehingga disebut juga school
myopia.
ETIOLOGI
Keturunan
Buram saat
melihat jauh Astenopia/mata Sering
gejala utama lelah menyipitkan mata
miopia
TANDA
Bola mata menonjol
Anterior chamber lebih dalam dari normal
Pupilnya terlihat lebih besar
Fundus normal
Besar eror refraktif miopia simpleks
biasanya muncul antara usia 5-10 tahun
dan meningkat sampai usia 18-20 tahun
dengan kecepatan sekitar -0.5 ± 0.30 per
tahunnya. Pada miopia simpleks biasanya
eror tidak mencapai 6-8.
DIAGNOSIS
• Autorefraktometer
MIOPIA • Miopia patologis/degenerative/progresif
DEGENERAT merupakan eror progresif yang cepat
dimana dimulai pada usia 5-10 tahun dan
IF ATAU mengakibatkan myopia tinggi saat awal
dewasa dimana diasosiasikan dengan
PATOLOGIS perubahan degeneratif pada mata.
GEJALA
Gangguan pandangan
Muscae volitantes seperti floating black
opacities pada bagian depan mata. Hal ini
disebabkan oleh degenerasi dari vitreous
liquid
Kebutaan malam hari
TANDA
Bola mata yang menonjol
Kornea membesar
Anterior chamber dalam
Pupil sedikit membesar dan reaksi lambat terhadap cahaya
Pada pemeriksaan fundus terdapat tanda :
o Optic disc besar dan pucat serta pada temporal edge
terdapat myopic crescent
o Perubahan degeneratif pada retina dan koroid
dikarakteristikkan dengan white atrophic patch pada
macula, Foster-fuchs’ spot (dark red circle patch) pada
macula, cystoid degeneration mungkin terlihat pada
peripheral
o Posterior staphyloma pada pole posterior
o Perubahan degenerative pada vitreous
KOMPLIKASI
Retinal detachment;
Katarak
Vitreous haemorrhage;
Choroidal haemorrhage
Juling
TERAPI
1. Pemberian lensa cekung, sehingga bayangan
jatuh tepat di retina. Pemberian lensa kekuatan
minimum yang memberikan hasil visus terbaik.
2. Terapi operasi contohnya dengan
keratorefractive surgery
3. Low vision aids (LVA) diindikasikan pada pasien
dengan miopia progresif dengan perubahan
degeneratif lanjut, dimana penggunaan
kacamata dan lensa kontak tidak bisa
memberikan penglihatan yang berguna.
4. Profilaksis (konseling genetik)
- Efek usia
TANDA-TANDA
- Ukuran bola mata tampak lebih kecil
- Kornea dapat tampak lebih kecil
- Anterior chamber tampak lebih dangkal
- Terdapat gangguan refraksi saat pemeriksaan
retinoskopi dan autorefraktoetri
- Pemeriksaan Fundus memperlihatkan diskus
optikus yang memiliki pembuluh lebih banyak
dengan batas yang tidak jelas dan dapat
menstimulasi papillitis.
- USG menunjukkan panjang anteroposterior
yang pendek
DERAJAT HYPERMETROPIA
• Terjadi akibat seringnya menyentuh area mata saat terjadi kelelahan mata sehingga infeksi pada mata lebih mudah terjadi.
• Juling
• Terjadi pada anak-anak usia 2-3 tahun akibat akomodasi yang terus-menerus terjadi.
• Amblyopia
• Dapat terjadi anisometropic, strabismus, atau ametropic (pada anak-anak dengan hipermetropia derajat tinggi yang tidak dikoreksi).
• Mata pasien hipermetropi cenderung kecil dengan anterior chamber yang dangkal. Peningkatan ukuran lensa dan bertambahnya
umur membuat mata lebih mudah terjadi glaucoma
TERAPI
• Peralatan
• Tali rafia panjang 6 meter
• Tumbling E card
• Prosedur
• Jelaskan dulu arah kaki dari huruf “E” pada anak (jangan duduk
berdekatan)
• Gunakan kacamata yang ada bila punya
• Butuh pencahayaan yang baik (dpt dilakukan diluar ruangan)
• Catat anak-anak yang “gagal” agar dapat dirujuk dengan tepat
• Libatkan orang tua
• Pemantauan
• Pemeriksaan ulang anak yang mendapat kacamata setiap 1 atau 2 tahun
kemudian
• Kerjasama yang baik dengan guru dan orang tua
• Memegang buku dekat dengan mata
• Menonton TV dekat
• Sering menggosok-gosok mata
• Memiringkan kepala
• Memicingkan mata
Retinoblastoma (2)
• Tumor ini berasal dari transformasi keganasan/maligna sel-sel retina
primitif sebelum berdiferensiasi akhir
• Biasanya timbul pada beberapa
tahun pertama kehidupan s/d usia 3 tahun
• Pemeriksaan: Funduscopy, USG, CT-Scan/MRI
• Terapi tergantung stadium; diantaranya:
laser, kemoterapi, operasi enukleasi
Apa yang Dapat Dilakukan untuk Deteksi
Dini?
• Kamera dengan flash (deteksi red eye dimatikan), pencahayaan
ruangan redup, sejajar mata anak
• Periksakan segera mata anak anda ke Dokter mata atau Dokter mata
anak bila ditemukan tanda LEUKOCORIA (“MATA KUCING” atau “PUPIL
PUTIH”)
TERIMA KASIH
RETINOPATI
DIABETIKA
Definisi Retinopati Diabetika (RD)
http://www.who.int/bulletin/volumes/82/11/en/844.pdf
Epidemiologi RD
• Prediktor terbaik RD adalah lamanya menderita DM
• Setelah 20 tahun menderita DM, hampir 99% pasien
DM tipe 1 menderita RD dan 60% pasien DM tipe 2
menderita RD
• 33% pasien DM ditemukan tanda-tanda RD
• Orang dengan DM 25 kali berisiko buta dibandingkan
dengan populasi normal
Basic and Clinical Science Course, Section 12: Retina and Vitreous AAO
http://www.aao.org/eyecare/news/upload/Eye-Health-Fact-Sheet.pdf -
GEJALA
Asimptomatik pada stadium awal penyakit
Ketika penyakitnya semakin berkembang akan timbul gejala
• Penglihatan buram
• Floaters
• Penglihatan berfluktuasi
• Distorsi penglihatan
• Terdapat area gelap pada lapang pandang penglihatan
• Gangguan penglihatan pada malam hari
• Gangguan penglihatan warna
• Kehilangan penglihatan Sebagian atau total
Faktor Risiko
• Durasi DM
• Gula darah yang tidak
terkontrol
• Hipertensi
• Hyperlipidemia
• Hambatan terhadap pelayanan
http://jama.ama-assn.org/content/304/6/649.short?rss=1
Pathophysiology
Ischemia
Infarction
Increased VEFG
Neovascularization
Vitreous Neovascular
Fibrovascular bands
hemorrhage glaucoma
Tractional retinal
detachment Retina in systemic disease : a color manual of
ophthalmoscopy / Homayoun Tabandeh, Morton F.
Goldberg 2009
Microvascular Leakage
Retinal
Edema Hard exudates
hemorrhage