Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan laporan yang berjudul "ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENGLIHATAN AKIBAT ABLATIO RETINA DI RUANG DAHLIA
PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG" Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing
lapangan yang telah membantu penulis dalam mengerjakan karya ilmiah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari ada kekurangan pada laporan ini. Oleh sebab itu, saran
dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga
berharap semoga laporan kasus ini mampu memberikan pengetahuan tentang
penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem penglihatan
ablation retina.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata adalah salah satu dari indera tubuh manusia yang berfungsi untuk
penglihatan. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting,
namun sering kali kurang diperhatikan, sehingga banyak penyakit yang
menyerang mata tidak diobati dengan baik dan menyebabkan gangguan
penglihatan sampai kebutaan. (Danny, 2013)
World Health Organization (WHO) telah menetapkan myopia sebagai
salah satu prioritas utama untuk mengendalikan dan mencegah kebutaan di
dunia dan mencegah terjadi nya ablasio retina pada lansia di seluruh dunia
tahun 2020 dan diperkirakan prevalensi ablasio retina adalah 1 kasus dalam
10.000 populasi. Ablasio retina terjadi 5 per 100.000 orang pertahun di
Amerika Serikat dan terjadi kira-kira 5-16 per 1.000 kasus yang disebabkan
oleh operasi katarak dan semua ini terdiri dari sekitar 30-40% dari semua
ablasio retina yang dilaporkan. (Pandya, 2015)
Prevalensi kelainan retina di dunia adalah 1 kasus dalam 10.000
populasi. Biasanya ablasio retina terjadi pada usia 40-70 tahun. Prevalensi
meningkat pada beberapa keadaan seperti miopi tinggi, afaksia/pseudofakia
dan trauma. Pada penderita ablasio retina ditemukan adanya myopia sebesar
55%, lattice degenerasi 20-30% trauma 10-20% dan afaksia/pseuddofakia 30-
40%. Traumatik ablasio retina lebih sering terjadi pada orang muda dan
ablasio retina akibat myopia yang tinggi biasa terjadi pada usia 25-45 tahun
dan laki-laki memiliki resiko mengalami ablasio retina lebih besar dari
perempuan. (Anma, 2014)
Berdasarkan data di RS Mata Cicendo
Ablasio retina adalah suatu robekan yang dapat terjadi secara spontan
akibat adanya robekan idiopatik di retina perifer, tetapi dapat pula timbul
didahului tindakan intra okuler seperti katarak, filtering surgery, penyuntikan
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakan maka rumusan masalah dalam
laporan ini adalah bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sistem indra (gangguan penglihatan) akibat ablatio retina di
Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung yang meliputi
biologis, psikologis, sosial kultural dan spiritual.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sistem indra (gangguan penglihatan) akibat ablatio
retina di Ruang Dahlia Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo
3
Bandung.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pelaksanan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sistem indra (gangguan penglihatan) akibat ablatio
retina di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung yang
meliputi :
a. Pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem indra
(gangguan penglihatan) akibat ablatio retina
b. Diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem indra
(gangguan penglihatan) akibat ablatio retina
c. Intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem indra
(gangguan penglihatan) akibat ablatio retina
d. Implementasi keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
indra (gangguan penglihatan) akibat ablatio retina
e. Evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem indra
(gangguan penglihatan) akibat ablatio retina
f. Dokumentasi Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
indra (gangguan penglihatan) akibat ablatio retina
D. Manfaat
1. Teoritis
Manfaat dari penulisan ini yaitu diketahui konsep asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem indra (gangguan
penglihatan) akibat ablatio retina secara komprehensif meliputi biologis,
psikologis, sosial kultural dan spiritual.
2. Praktis
Manfaat dari penulisan ini yaitu penulis dapat mengaplikasikan
konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem indra
(gangguan penglihatan) akibat ablatio retina secara komprehensif
meliputi biologis, psikologis, sosial kultural dan spiritual secara nyata
terhadap pasien kelolaan.
4
E. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan laporan ini sebagai berikut :
1. BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan secara umum dan khusus, manfaat penulisan serta
sistematika penulisan
2. BAB II Tinjauan Teoritis yang terdiri dari anatomi dan fisiologi Retina,
Konsep ablation retina secara definisi, etiologi, klasifikasi, patofisioligi,
manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis dan
keperawatan, komplikasi, serta asuhan keperawatan pada pasien dengan
ablation retina.
3. BAB III Tinjauan Kasus terdiri dari asuhan keperawatan perioperative
pada pasien dengan ablation retina yang terdiri dari pengkajian pra operasi,
intra operasi dan pasca operasi dengan tahapan asuhan keperawatan.
4. BAB IV Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
5
6
didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar
masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator terdiri atas jaringan ikat jarang
yang tersusun dalam bentuk yang dapat berkonsentrasi yang disebut
sebagai sel mioepitel. Sel ini dirangsang oleh system saraf simpatetik
yang mengakibatkan sel berkontraksi yang akan melebarkan pupil
sehingga lebih banyak cahaya masuk. Otot dilatators pupil bekerja
berlawanan dengan otot konstriktor yang mengecilkan pupil dan
mengakibatkan cahaya kurang masuk kedalam mata. Sedang sfingter iris
dan otot siliar di persarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di
badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan
siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata
(akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada
pangkal iris di batas kornea dan sklera.
c. Retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis
sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membaran neurosensoris yang
akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saat optik dan diteruskan
ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid
sehingga retina dapat terlepas dai koroid yang disebut ablasi retina.
Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang
hanya menempel papil saraf optik, makula dan pars plana. Bila terdapat
jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina,
maka akan robek dan terjadi ablasi retina. Lensa terletak di belakang
pupil yang dipegang di daerah ekuator nya pada badan siliar melalui
Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau
melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea.
Proses penglihatan dimulai dari terpantulnya cahaya dari suatu objek
atau lingkungan di sekitar kita. Cahaya ini akan ditangkap oleh mata dan
masuk ke mata melalui kornea di bagian depan mata, kemudian melewati
mata bagian tengah dan akhirnya diterima oleh retina (bagian belakang
mata). Retina memiliki jutaan sel saraf yang peka terhadap cahaya. Sel-sel
ini berfungsi untuk mengubah cahaya yang terpantul dari objek di
7
2. Anatomi Retina
a. Fundus Okuli
3. Fisiologi Retina
11
Mata adalah organ dari indra yang memiliki reseptor peka cahaya
yang disebut fotoreseptor. Setiap mata mempunyai lapisan reseptor, sistem
lensa dan sistem saraf, indra penglihatan yang terletak pada mata (organ
visus) yang terdiri dari organ okuli assoria (alat bantu mata) dan oculus
(bola mata). Saraf dari indra penglihatan, saraf optikus (urat saraf kranial
kedua) muncul dari sel-sel ganglion dalam retina, bergabung membentuk
saraf optikus. Mekanisme melihat mulai dari cahaya masuk ke dalam mata
melalui pupil kemudian lensa mata memfokuskan cahaya sehingga
bayangan benda yang dimaksud jatuh tepat di retina mata, kemudian ujung
saraf penglihatan di retina menyampaikan bayangan benda tersebut ke otak
lalu otak pun memproses bayangan benda tersebut sehingga kita dapat
melihat benda tersebut.
Retina adalah lapisan syaraf mata yang terdiri dari 10 lapisan. Retina
merupakan bagian mata yang peka terhadap cahaya, mengandung:
1) Sel- sel kerucut yang berfungsi sebagai penglihatan warna dan;
2) Sel-sel batang yang dapat mendeteksi cahaya redup dan terutama
berfungsi untuk penglihatan hitam dan putih dan penglihatan di dalam
gelap.
Bila sel batang ataupun kerucut terangsang, sinyal akan dihantarkan
melalui lapisan sel saraf yang berurutan dalam retina dan akhirnya ke
dalam serat nervus optikus dan korteks serebri.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara lain
glaukoma, diabetes mellitus, maupun kelainan darah. Pada pasien dengan
PDR biasanya ditemukan memiliki kadar gula darah yang tinggi (riwayat
diabetes mellitus lama), pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan
18
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Tamsuri (2011) pengkajian pada ablasio retina yaitu :
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelmain, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit,
no. RM dan diagnose keperawatan.
b. Keluhan utama
Diisi tentang keluhan yang dirasakan klien pada saat dilakukan
nya pengkajian pertama kali dengan klien.
c. Riwayat
1) Riwayat penyakit sekarang
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya keluhan pada
penglihatan seperti penglihatan kabur, melihat kilatan-kilatan kecil
adanya tirai hitam yang menutupi area penglihatan, adanya
penurunan tajam penglihatan.
2) Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau
teman dekat yang mengalami penyakit seperti yang dialami pasien
dan miopi tinggi.
3) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien
yang berhubungan dengan timbulnya ablasio retina yaitu adanya
miopi tinggi, retinopati, trauma pada mata.
4) Riwayat penyakit: trauma mata, riwayat inflamasi (koroiditis),
riwayat myopia, retinitis.
5) Psikososial: kemampuan beraktivitas, gangguan membaca, resiko
jatuh, berkendaraan. Bagaimana hubungan pasien dengan anggota
keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum dan sesudah
sakit. Apakah pasien mengalami kecemasan, rasa takut,
kegelisahan karena penyakit yang dideritanya dan bagaimana
22
c) Mata
Pemeriksaan mata dikaji dari kesimetrisan, kornea, pergerakan
mata, tajam penglihatan mata, palpebral superior dan inferior,
bilik mata depan serta lensa mata.
d) Hidung
Posisi septum nasi tepat ditengah, tidak terdapat sekret, tidak
terdapat lesi, dan tidak terdapat hyposmia, anosmia, parosmia,
kakosmia.
e) Telinga
Inspeksi
Daun telinga : tidak terdapat lesi, kista epidemoid, dan
keloid.
Lubang telinga : tidak terdapat obstruksi akibat adanya benda
asing.
Palpasi
Apakah terdapat edema, nyeri tekan pada otitis media dan
mastoidius.
Pemeriksaan Pendengaran
Test weber : telinga yang tidak terdapat sumbatan mendengar
lebih keras.
Test rinne : test (-) pada telinga yang terdapat sumbatan
f) Mulut dan Gigi
Mukosa bibir pucat, tidak pecah-pecah, warna gusi merah muda,
tidak terdapat perdarahan gusi, dan gigi bersih.
g) Leher
Posisi trakea simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri tekan.
h) Thorax
Bentuk : simetris.
Pernafasan : regular.
Tidak terdapat otot bantu pernafasan
24
i) Abdomen
Inspeksi
Bentuk : normal simetris.
Benjolan Benjolan : tidak terdapat benjolan.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan.
Tidak terdapat massa/benjolan.
Tidak terdapat tanda-tanda asites.
Tidak terdapat pembesaran hepar.
Perkusi
Suara abdomen : tympani
j) Reproduksi
Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu
diperhatikan adalah bagian penis, batang penis, uretra, dan
daerah anus. Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu
diperhatikan adalah labia mayora dan minora, klitoris, introitus
vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran /
luas, warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional,
periksa adanya pembesaran pada beberapa kasus dapat terjadi
pembesaran kelenjar limferegional.
k) Ekstremitas
Tidak terdapat luka dan spasme otot.
f. Pengkajian khusus mata
1) Fotopsia (seperti melihat halilintar kecil), terutama pada tempat
gelap; merupakan keluhan dini ablasio retina.
2) Bayangan titik-titik pada penglihatan hingga terjadi kehilangan
penglihatan.
3) Kehilangan lapang pandang: gambaran kehilangan penglihatan
menunjukan kerusakan pada area yang berlawanan. Jika kehilangan
pada area inferior, kerusakan (ablasi) terjadi pada area superior.
25
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan Pre-Operatif
Gangguan sensori visual berhubungan dengan penurunan ketajaman
penglihatan akibat ablatio retina.
26
3. Intervensi Keperawatan
a. Intervensi Keperawatan Pre-Operatif
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Gangguan sensori Setelah dilakukan Observasi
visual tindakan keperawatan 1. Identifikasi sumber
berhubungan selama 1x24 jam, ketidaknyamanan.
dengan penurunan masalah gangguan 2. Identifikasi tajam
ketajaman sensori visual dapat penglihatan klien.
penglihatan akibat teratasi dengan kriteria 3. Lakukan verifikasi area
ablatio retina. hasil: operasi.
1. Toleransi aktivitas 4. Periksa kelengkapan
Data Subjektif: meningkat. operasi.
Klien 2. Tidak terjadi 5. Identifikasi area
mengatakan cedera. lingkungan yang
27
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat ansietas, jika perlu.
3. Risiko cedera Setelah dilakukan Pencegahan Cedera
sehubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan penurunan selama 1x24 jam, 1. Identifikasi area
tajam penglihatan masalah cedera dapat lingkungan yang
pada kedua mata teratasi dengan kriteria berpotensi menyebabkan
akibat ablatio hasil: cedera.
retina. Tingkat Cedera
1. Toleransi aktivitas Terapeutik
Data Subjektif: meningkat. 1. Sediakan pencahayaan
Klien 2. Kejadian cedera yang memadai.
mengatakan menurun. 2. Sosialisasikan pasien
aktivitas sehari- dan keluarga dengan
hari dibantu lingkungan ruang rawat
oleh keluarga (ruang pemeriksaan,
karena matanya ruang perawat/petugas,
tidak mampu penggunaan telepon,
melihat secara tempat tidur, penerangan
normal. ruangan dan lokasi
kamar mandi).
Data Objektif: 3. Pastikan bel panggilan
Tajam mudah dijangkau.
penglihatan 4. Pastikan barang-barang
klien menurun. pribadi mudah
Status dijangkau.
fungsional klien 5. Gunakan pengaman
masuk ke dalam tempat tidur (hand rail).
kategori
ketergantungan Edukasi
ringan-berat. 1. Jelaskan alasan
intervensi pencegahan
cedera kepada pasien
dan keluarga.
29
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi.
4. Risiko jatuh Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh
sehubungan dengan tindakan Observasi
penurunan tingkat keperawatan selama 1. Identifikasi faktor risiko
kesadaran akibat efek 1 jam, maka risiko jatuh.
31
Edukasi
1. Anjurkan melebarkan
jarak kedua kaki untuk
meningkatkan
keseimbangan saat
berdiri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi.
2. Defisit perawatan Setelah dilakukan Dukungan Perawatan Diri
diri berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan selama 1 x 24 jam, 1. Identifikasi kebiasaan
pembatasan maka masalah defisit aktivitas perawatan diri
aktivitas perawatan diri teratasi sesuai usia.
pascaoperasi. dengan kriteria hasil: 2. Monitor tingkat
Perawatan Diri kemandirian.
Data Subjektif: 1. Kemampuan 3. Identifikasi kebutuhan
Klien mandi klien alat bantu kebersihan diri.
mengatakan meningkat.
bingung 2. Verbalisasi Terapeutik
mengenai tata keinginan 1. Dampingi dalam
cara perawatan melakukan melakukan perawatan diri
diri pasca perawatan diri sampai mandiri.
operasi. meningkat. 2. Fasilitasi untuk menerima
Klien menolak 3. Minat melakukan keadaan ketergantungan.
melakukan perawatan diri 3. Fasilitasi kemandirian,
perawatan diri meningkat. bantu jika tidak mampu
karena takut melakukan perawatan
terjadi apa-apa diri.
33
dengan mata
yang telah
dioperasi.
Data Objektif: Edukasi
Minat 1. Anjurkan melakukan
melakukan perawatan diri secara
perawatan diri konsisten sesuai
kurang. kemampuan.
Klien tidak 2. Edukasi klien mengenai
mampu mandi/ perawatan diri pasca
mengenakan operasi: area wajah hanya
pakaian/makan/ boleh diseka, mandi
ke toilet/ seperti biasanya, keramas
berhias secara seperti di salon.
mandiri.
3. Gangguan rasa Setelah dilakukan Pengaturan Posisi
nyaman tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 1 x 24 jam, 1. Monitor status oksigenasi
dengan program masalah gangguan sebelum dan sesudah
terapeutik (tidur rasa nyaman teratasi mengubah posisi
telungkup). dengan kriteria hasil: telungkup.
Status Kenyamanan
Data Subjektif: 1. Keluhan tidak Terapeutik
Klien mengeluh nyaman menurun. 1. Jadwalkan secara tertulis
tidak nyaman. 2. Klien tampak untuk perubahan posisi
rileks. telungkup agar dapat
Data Objektif: 3. Keluhan sulit tidur terpenuhi kebutuhan nya
Klien tidak menurun. 8-10 jam perhari.
mampu rileks.
Klien tampak Edukasi
gelisah. 1. Informasikan jadwal
perubahan posisi.
2. Ajarkan cara
menggunakan postur
yang baik dan mekanika
tubuh yang baik selama
melakukan perubahan
posisi.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
premedikasi sebelum
mengubah posisi, jika
perlu.
4. Risiko infeksi Setelah dilakukan Perawatan Luka
sehubungan tindakan keperawatan Observasi
34
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu.
4. Implementasi Keperawatan
a. Implementasi Keperawatan Pre-Operatif
1) Gangguan sensori visual berhubungan dengan penurunan
ketajaman penglihatan akibat ablatio retina.
Mengidentifikasi sumber ketidaknyamanan.
Mengidentifikasi tajam penglihatan klien.
Meakukan verifikasi area operasi.
Memeriksa kelengkapan operasi.
Mengidentifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan
cedera.
Mendiskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori.
Menciptakan ruangan yang tenang dan mendukung.
35
5. Evaluasi Keperawatan
a. Pre-operatif
1) Gangguan sensori visual berhubungan dengan penurunan
ketajaman penglihatan akibat ablatio retina.
S : Klien mengatakan mata kanan/kiri/keduanya
buram/hanya mampu melihat cahaya, muncul seperti
kilatan-kilatan cahaya secara mendadak saat melihat
dalam keadaan gelap.
O : Hasil pemeriksaan lapang pandang menurun, ketajaman
penglihatan menurun saat dilakukan visus.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi lanjutkan.
b. Intra-Operatif
(1) Hipotermi berhubungan dengan faktor lingkungan: suhu rendah di
kamar operasi.
S : Klien mengatakan badannya hangat dan tidak dingin
lagi.
O : Suhu dalam batas normal (36.5 – 37.0°C), klien tidak
menggigil, kulit berwarna merah, tekanan darah dalam
batas normal, pengisian kapiler (CRT) < 3 detik, dasar
kuku tidak sianosis.
A : Masalah teratasi.
P : Hentikan intervensi
41
c. Post-Operatif
(1) Nyeri akut berhubungan dengan luka pascaoperasi.
S : Klien mengatakan nyeri berkurang.
O : Skala nyeri berkurang, ketegangan otot menurun.
42
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 51 Tahun
TTL : Kuningan, 04 November 1970
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Menikah
No. RM : 00940722
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk : 13 Desember 2021
Tanggal Pengkajian : 13 Desember 2021
Diagnos Medis : Combined RD + PDR ODS + katarak
komplikata OD + KSI OS
Rencana tindakan : Pro PPV+ ED + EL + SO OD + SICS +
sinekiolisis +/- iris retractor (MAC)
Alamat : Dusun 5 Kliwon, Kuningan
2. Identitas Penanggung jawab klien
Nama : Tn. A
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Anak
Alamat : Dusun 5 Kliwon, Kuningan
3. Keluhan Utama
Kedua mata buram
41
42
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan kedua mata buram sejak agustus tahun 2020,
mulai dari mata kiri dan jeda 1 bulan ke mata kanan, mata kanan hanya
dapat melihat hitungan jari dalam jarak 1 meter dari pandangan arah
bawah, sedangkan mata kiri dapat melihat hitungan jari dengan jarak 4
meter, dengan keadaan buram ini aktivitas pasien dibantu sebagian.
Pasien direncanakan untuk tidakan operasi PPV+ ED + EL + SO OD +
SICS + sinekiolisis +/- iris retractor (MAC) pada hari esok (14
Desember 2021) dan merupakan operasi pertama kalinya.
b. Riwayat kesehatan dahulu dan perawatan sebelumnya
Klien mengatakan memiliki penyakti diabetes dan hipertensi
sejak 5 tahun yang lalu, pasien mengatakan rutin pergi ke fasilitas
kesehat terdekat untuk berobat. Klien tidak pernah memiliki penyakit
menular lainnya serta tidak pernah dilakukan perawatan karena penyakit
apapun. Pasien dan penanggung jawab sudah dilakukan vaksin covid 19
dosis ke 2.
c. Riwayat Keluarga
Klien mengatakan ada anggota keluarganya yang memiliki
diabetes yaitu kakak nya. Di keluarga tidak ada riwayat penyakit
keturunan pada mata seperti glaukoma.
d. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan atau
obat-obatan apapun.
e. Riwayat Pengobatan sebelumnya
Klien mengatakan melakukan pemeriksaan ke Pusat Mata
Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung karena rujukan dari
rumah sakit daerah. Pasien mendapatkan therapy dari poliklinik IPD dan
Poliklinik Retina yaitu : Noncort 4 x 1 gtt OS, Glimepirid 1 x 1 tablet
(pagi), Valisanbe 1 x 1 tablet (malam sebelum tidur), Amlodipine 1 x 10
mg (pagi), Captopril 2 x 25 mg.
43
5. Riwayat Psikososial
Klien tampak cemas menghadapi operasi besok hari, pasien
mengatakan tidak tau tentang prosedur operasi yang akan dilaksanakan
besok. Klien mengatakan khawatir operasi tidak berjalan dengan lancar.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum : Baik
1) Kesadaran : compos mentis
2) Glasgow Coma Scale : 15
Eye :4
Movement :6
Verbal :5
3) Tinggi badan : 145 cm
4) Berat badan : 41 kg
5) Tanda tanda vital
Tekanan darah : 149/87 mmHg
Nadi : 103x/menit
Respirasi rate : 18x/menit
Suhu : 37,0 °C
SpO2 : 99%
b. Gastrointestinal
Perut terlihat simetris kanan kiri, gerakan peristaltik normal 12x/menit,
lambung tidak kembung, tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen.
c. Pembatasan Makanan
Klien mengatakan membatasi asupan karbohidrat dan gula, karena
sesuai dengan instruksi dokter.
d. Gigi Palsu
Klien tidak menggunakan gigi palsu.
e. Mual
Klien tidak ada keluhan mual.
f. Muntah
Klien tidak ada keluhan muntah.
44
g. Pendengaran
Telinga tampak simetris, telinga kiri dan kanan klien berfungsi dengan
baik.
h. Penglihatan
OD OS
Visus : 1/60 (dari bawah) 4/60
Pergerakan : Full Full
Palpebra superior : tenang tenang
Palpebra inferior : tenang tenang
Kornea : jernih jernih
Konjungtiva bulbi : tenang tenang
Sekret : tidak ada tidak ada
Tekanan bola mata : 12 13
Reflek pupil : Refleks cahaya + Refleks cahaya +
(menurun)
Ukuran : 1 mm 4 mm
Isokor : unisokor unisokor
Bilik mata depan : Sinekia posterior COA sedang
Lensa : Keruh Keruh
i. Eliminasi
Klien BAB sehari 1x setiap hari, konsistensi lunak, warna kuning
sampai dengan kuning tua khas feses.
j. Miksi
Klien BAK ±5 kali dalam sehari, bau amis, warna kuning pucat.
k. Obstetri dan ginekologi
Tidak ada temuan masalah
l. Kulit dan Kelamin
Kulit klien berwarna sawo matang, penyebaran warna kulit rata, tidak
terdapat edema, tidak terdapat luka, tidak terdapat benjolan.
45
m. Urogenital
Klien mampu BAB dan BAK secara normal (tanpa menggunakan
kateter).
7. Riwayat psikososial, ekonomi, spiritual dan budaya
a. Status Psikologis
Pengkajian HARS.
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk √
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
√
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri √
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
√
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi √
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi √
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
46
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
√
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening √
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
Jumlah 27
Keterangan :
0 : tidak ada
1 : ringan
2 : sedang
3 : berat
4 : berat sekali
Kategori :
Kurang dari 14 : tidak ada kecemasan
15 – 20 : kecemasan ringan
21 – 27 : kecemasan sedang
28 – 41 : kecemasan berat
42 – 56 : kecemasan berat sekali
Pasien dalam keadaan cemas sedang dengan total skor HARS : 27,
pasien mengatakan khawati akan operasi yang pertama ini, karena takut
terjadi hambatan atau penyulit karena pasien memiliki riwayat
hipertensi dan diabetes mellitus.
b. Status mental
mengenali orang, tempat dan waktu dengan tepat.
c. Status sosial ekonomi (hubungan pasien dengan keluarga)
48
Analisa Data
No Data Interpretasi Masalah
1. Data Subjektif : Diabetes mellitus Ansietas
- Pasien mengatakan tidak ↓
tau tentang prosedur Kerusakan
operasi yang akan pembuluh darah
dilaksanakan besok. kecil di retina
- Klien mengatakan ↓
khawatir operasi tidak Ablatio retina
berjalan dengan lancar. ↓
- Pasien direncanakan untuk Gangguan
tidakan operasi Pro PPV+ terhadap
ED + EL + SO OD + SICS fotoreseptor
+ sinekiolisis +/- iris ↓
retractor (MAC) pada hari Gangguan
esok (14 Desember 2021) penglihatan
dan merupakan operasi ↓
pertama kalinya. Tindakan operasi
- Pasien mengatakan ↓
khawati akan operasi yang Kurang informasi
pertama ini, karena takut tentang prosedur
terjadi hambatan atau operasi
penyulit karena pasien ↓
memiliki riwayat Ansietas
hipertensi dan diabetes
mellitus
Data Objektif :
- Klien tampak cemas
menghadapi operasi besok
hari,
- Pasien dalam keadaan
cemas sedang dengan total
skor HARS : 27
- Tekanan darah : 149/87
mmHg
- Nadi : 103x/menit
- Respirasi rate : 18x/menit
- Suhu : 37,0 °C
- SpO2 : 99%
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang prosedur
operasi
2. Resiko Jatuh sehubungan dengan penuru nan tajam penglihatan akibat
ablatio retina
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Intervensi
No Tujuan
Keperawatan Keperawatan
1. Ansietas Setelah dilakukan Manajemen Ansietas
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan kurang selama 2 x 24 jam 1. Identifikasi saat
terpapar informasi ansietas dapat teratasi tingkat anxietas
tentang prosedur dengan kriteria hasil : berubah (mis.
operasi Ansietas berkurang Kondisi, waktu,
sampai dengan stressor)
hilang 2. Identifikasi
54
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
2. Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan
55
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat anti
anxietas, jika perlu
dengan menggunakan
skala (misal: Fall
Morse Scale, Humpty
Dumpty Scale), jika
perlu.
5. Monitor kemampuan
berpindah dari
tempat tidur ke kursi
roda dan sebaliknya.
6. Monitor kelengkapan
dan persiapan operasi
Terapeutik
1. Orientasikan ruangan
pada pasien dan
keluarga.
2. Pastikan roda tempat
tidur dan kursi roda
selalu dalam kondisi
terkunci.
3. Pasang handrail
tempat tidur.
4. Atur tempat tidur
mekanis pada posisi
terendah.
5. Tempatkan pasien
beresiko tinggi jatuh
dekat dengan
pantauan perawat dan
nurse station.
6. Gunakan alat bantu
berjalan (misal Kursi
roda, Walker).
7. Dekatkan bel
pemanggil dalam
jangkauan pasien.
Edukasi
1. Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan
bantuan untuk
berpindah.
2. Anjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak licin.
57
3. Anjurkan
berkonsentrasi untuk
menjaga
keseimbangan tubuh.
4. Anjurkan melebarkan
jarak kedua kaki
untuk meningkatkan
keseimbangan saat
berdiri.
5. Ajarkan cara
menggunakan bel
pemanggil untuk
memanggil perawat.
Kolaborasi
1. Kolaborasi tindakan
pembedahan
2. Kolaborasi
pemberian therapy
D. Implementasi Keperawatan
Diagnosa Tanggal
No Tindakan Paraf
Keperawatan dan Jam
1. Ansietas 13/12/2021
berhubungan 19.30 WIB - Menerima pasien baru
dengan - Melakukan identifikasi pasien
kurang - Melakukan pengkajian awal
terpapar keperawatan
informasi 20.10 WIB - Menciptakan suasana terapeutik
tentang untuk menumbuhkan
prosedur kepercayaan
operasi - Menganjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Memberikan informasi tentang
persiapan operasi
E. Evaluasi Keperawatan
Hari/Tanggal/ DP
Catatan Perkembangan Paraf
Jam ke
Senin, 1 S:
13 Desember dan - Pasien mengatakan cemas berkurang,
2021 2 - Pasien mengatakan penglihatan masih
21.00 WIB buram.
O:
- Cemas pada pasien tampak berkurang
- VOD : 1/60 (melihat dari bawah)
- VOC : 4/60
- Terpasang kancing kuning
- Skala jatuh : 55 (resiko tinggi jatuh)
A:
DP I : Ansietas berhubungan dengan kurang
informasi tentang prosedur operasi
DP II : Resiko jatuh berhubungan dengan
penurunan tajam penglihatan akibat ablation
retina
59
P:
DP I :
- Monitor tanda tanda vital
- Monitor keadaan umum dan tingkat
kecemasan pasien
- Kolaborasi pemberian therapy Valisanbe
1 tablet per oral
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien
- Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
DP II :
- Hitung risiko jatuh dengan menggunakan
skala geriatri
- Monitor kelengkapan dan persiapan
operasi
- Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah.
- Anjurkan menggunakan alas kaki yang
tidak licin
- Kolaborasi dalam pemantauan kadar
Gula Darah Sewaktu
I:
- Melakukan serah terima pasien dari
21.10 WIB perawat shift sore
- Memonitor keadaan umum dan keluhan
pasien
Hasil : Keadaan umum : baik, keluhan :
pasien mengatakan cemas berkurang,
penglihatan masih buram
- Memotivasi pasien untuk meningkatkan
istirahat tidur
- Memotivasi pasien untuk melakukan
puasa pra operasi selama 6 jam sesuai
dengan jadwal operasi.
- Menganjurkan pasien untuk melakukan
teknik relaksasi dan teknik pengalihan
saat merasa cemas dan sulit untuk tidur
- Menciptakan lingkungan yang nyaman
- Mempertahankan hand rail terpasang
21.30 WIB dengan paten
- Berkolaborasi pemberian therapy
Valisanbe 1 tablet per oral
60
DP I :
- Monitor tanda tanda vital
- Monitor keadaan umum dan tingkat
kecemasan pasien
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien
- Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
DP II :
- Hitung risiko jatuh dengan menggunakan
skala Geriatri
- Monitor kelengkapan dan persiapan
operasi
- Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah.
- Anjurkan menggunakan alas kaki yang
tidak licin
I:
- Melakukan serah terima pasien dari
07.35 WIB perawat shift malam
- Memonitor keadaan umum dan keluhan
pasien
Hasil : Keadaan umum : baik, keluhan :
pasien mengatakan cemas berkurang,
penglihatan masih buram, pasien
mengatakan siap untuk operasi
- Memotivasi pasien untuk
mempertahankan puasa sebelum operasi
dimulai
- Memotivasi pasien untuk berdoa
07.40 WIB sebelum operasi dimulai.
- Menganjurkan pasien untuk melakukan
teknik relaksasi dan teknik pengalihan
saat merasa cemas
- Menciptakan lingkungan yang nyaman
- Mempertahankan hand rail terpasang
dengan paten
- Menganjurkan keluarga untuk tetap
10.00 WIB bersama pasien
- Melakukan pemantauan kadar gula darah
ulang,
Hasil : GDS: 130 mg/dL
- Mengecek ulang kelengkapan operasi
62
E:
10.30 WIB DP I : Masalah ansietas teratasi sebagian,
Intervensi lanjutkan di kamar operasi
DP II : Masalah resiko jatuh teratasi
sebagian, Intervensi lanjutkan di
kamar operasi
Diagnosa Intervensi
No Tujuan
Keperawatan Keperawatan
1. Ansietas Setelah dilakukan Manajemen Ansietas
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan kurang selama 3 jam ansietas 1. Identifikasi saat
pengetahuan, stress dapat teratasi dengan tingkat anxietas
akan pembedahan kriteria hasil : berubah (mis.
Ansietas berkurang Kondisi, waktu,
sampai dengan stressor)
hilang 2. Monitor tanda
Tidak ada palpitasi anxietas (verbal dan
Tanda tanda vital non verbal)
dalam batas normal
Pasien mengerti Terapeutik
tentang informasi 1. Ciptakan suasana
yang diberikan terapeutik untuk
Pasien tampak menumbuhkan
tenang kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
3. Pahami situasi yang
dapat meningkatkan
ansietas
4. Lakukan Sign in
dengan tepat sebelum
prosedur pemberian
therapy anestesi
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
2. Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pelaksanaan tindakan
operasi
D. Implementasi Keperawatan Pra Operatif (Check In)
66
Diagnosa Tanggal
No Tindakan Paraf
Keperawatan dan Jam
1. Ansietas 14/12/2021
berhubungan 10.30 WIB - Mengidentifikasi saat tingkat
dengan anxietas berubah (mis. Kondisi,
kurang waktu, stressor)
pengetahuan, - Memonitor tanda anxietas
stress akan (verbal dan non verbal)
pembedahan - Menjelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
11.40 WIB - Menginformasikan secara
factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
Hasil : perawat menjelaskan
tentang keterlambatan operasi
- Menciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercayaan
14.55 WIB - Menemani pasien untuk
mengurangi kecemasan
- Melakukan Sign in dengan tepat
sebelum prosedur pemberian
therapy anestesi
67
P:
DP I : Masalah belum teratasi, Intervensi
lanjutkan
68
A:
DP I : Nyeri akut berhubungan dengan
tindakan pembedahan,
DP II : Resiko infeksi sehubungan dengan
terputusnya kontinuitas jaringan
P:
DP I : Masalah belum teratasi, Intervensi
lanjutkan di ruang pemulihan
DP II : Masalah belum teratasi, Intervensi Siti
lanjutkan di ruang pemulihan Nayati
Skore : Kriteria
Saturasi Oksigen
74
Skore : Kriteria
Pernapasan
2 : Mampu untuk nafas dalam dan batuk
1 : Dyspnea, nafas dangkal dan kemampuan terbatas
0 : Apnea
Sirkulasi
2 : Tekanan darah ± 20 mm Hg dari keadaan pre anestesi
1 : Tekanan darah ± 20 - 50 mm Hg dari keadaan pre anestesi
0 : Tekanan darah ± 50 mm Hg dari keadaan pre anestesi
Kesadaran
2 : Sadar Baik
1 : Sadar dengan cara dipanggil
0 : Tidak ada respon saat dipanggil.
Aktifitas
2 : Mampu menggerakkan ke-4 ekstremitas dengan sendirinya dan
diperintah
1 : Mampu menggerakkan ke-2 ekstremitas dengan sendirinya atau
diperintah
0 : Tidak mampu menggerakan ekstremitas
Hari/Tanggal/ DP
Catatan Perkembangan Paraf
Jam ke
Selasa, 1, S :
14 Desember 2 - Pasien mengatakan cemas berkurang,
2021 dan - Pasien mengatakan kedua penglihatan
16.35 WIB 3 masih buram.
- Pasien mengatakan sekarang lebih
tenang karena operasi dapat terlaksana
dengan lancar.
- Pasien mengatakan mata yang di operasi
terasa mengganjal dan perih.
O:
- Cemas pada pasien tampak berkurang
- VOD : 1/60 (melihat dari bawah)
- VOC : 4/60
- Terpasang kancing kuning
- Skala jatuh : 55 (resiko tinggi jatuh)
- Luka di mata yang di operasi (+), luka
ditutup dengan verban
- Rembesan darah pada penutup verban
minimal
- Luka di seklera tampak kemerahan.
A:
DP I : Masalah ansietas teratasi,
DP II : Resiko jatuh berhubungan dengan
penurunan tajam penglihatan akibat ablation
retina
DP III : Resiko Infeksi sehubungan dengan
inkontinuitas jaringan akibat tindakan
pembedahan
P:
DP I : hentikan intervensi
DP II :
- Hitung risiko jatuh dengan menggunakan
skala geriatri
- Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah.
- Anjurkan menggunakan alas kaki yang
tidak licin
- Pertahankan hand rail terpasang dengan
paten
- Libatkan keluarga dalam perawan pasca
78
operasi
DP III :
- Monitor tanda tanda vital
- Monitor tanda tanda infeksi
- Lakukan perawatan aseptic pada luka
- Lakukan pencegahan transmisi kontak
dengan cata mencuci tangan 5 moment
- Berikan edukasi perawat luka, perawatan
tidur telungkup sesuai dengan advice
dokter
- Berikan therapy sesuai dengan advice
dokter
I:
- Memfasilitasi transfer pasien dari kamar
16.30 WIB operasi ke ruang perawatan
- Memonitor keadaan umum dan keluhan
pasien
Hasil : Keadaan umum : baik, keluhan :
pasien mengatakan cemas berkurang,
penglihatan masih buram, luka di mata
yang di operasi terasa mengganjal dan
perih
- Mengkaji skala nyeri dan memonitor
tanda tanda vital
Hasil : Skala nyeri : 3 (ringan)
Tekanan darah : 136/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,1OC
SpO2 : 99%
pembedahan
P:
DP II :
- Hitung risiko jatuh dengan menggunakan
skala Geriatri
- Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah.
- Pertahankan hand rail terpasang dengan
paten
- Libatkan keluarga dalam perawatan
pasien
DP III :
- Monitor tanda tanda vital
- Monitor tanda tanda infeksi
- Lakukan perawatan aseptic pada luka
- Lakukan pencegahan transmisi kontak
dengan cata mencuci tangan 5 moment
- Berikan edukasi perawat luka, perawatan
tidur telungkup sesuai dengan advice
dokter
- Berikan therapy sesuai dengan advice
dokter
I:
- Melakukan serah terima pasien dari
21.00 WIB perawat shift sore
- Memonitor keadaan umum dan keluhan
pasien
Hasil : Keadaan umum : baik, keluhan :
pasien tampak beristirahat dengan posisi
tidur telungkup
- Memotivasi pasien untuk meningkatkan
22.00 WIB istirahat
- Menganjurkan kepada pasien untuk
melakukan tidur telungkup secara
bertahap sesuai dengan kemampuan dan
kenyamanan
- Mengkaji ulang skala jatuh, skala nyeri
Rabu, 15 dan memonitor tanda tanda vital
Desember Hasil :
2021 Skala jatuh : 55 (resiko tinggi
05.00 WIB jatuh)
Skala nyeri : 3 (ringan)
Tekanan darah : 132/79 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,6OC
81
SpO2 : 99%
07.25 WIB E:
DP II : Masalah resiko jatuh teratasi
sebagian, intervensi lanjutkan
DP III : Masalah resiko infeksi teratasi
sebagian, Intervensi lanjutkan
R:
DS :
- pasien mengatakan merasa tidak nyaman
karena tidur telungkup yang lama, terasa
pegal dan kaku pada leher
82
DO :
- pasien mendapatkan program terapeutik
tidur telungkup selama 10 jam dalam 10
hari
Rabu, 2, S :
15 Desember 3 - Pasien mengatakan pegal karena tidur
2021 dan telungkup.
07.30 WIB 4 - Pasien mengatakan penglihatan masih
terasa buram.
O:
- Pasien tampak beristirahat dengan posisi
tidur telungkup
- Terpasang kancing kuning
- Skala jatuh : 55 (resiko tinggi jatuh)
- Skala nyeri : 3 (ringan)
- Tekanan darah : 132/79 mmHg
- Nadi : 89 x/menit
- Respirasi : 18 x/menit
- Suhu : 36,6OC
- SpO2 : 99%
A:
DP II : Masalah resiko jatuh teratasi sebagian
DP III : Masalah resiko infeksi tetasi
sebagian
DP IV : Gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan program terapeutik : tidur telungkup
P:
DP II :
- Libatkan keluarga dalam perawatan
pasien
- Ciptakan lingkungan yang aman dan
nyaman
DP III :
- Monitor tanda tanda infeksi
- Lakukan pencegahan transmisi kontak
dengan cata mencuci tangan 5 moment
- Berikan edukasi perawat luka, perawatan
tidur telungkup sesuai dengan advice
dokter
- Berikan therapy sesuai dengan advice
dokter
83
DP IV :
- Berikan edukasi cara tidur telungkup
yang benar
- Berikan bantalan untuk bagian anggota
tubuh yang menonjol dan menekan pada
tempat tidur
- Anjurkan tidur telungkup secara selang
seling dengan durasi total 10 jam dalam
sehari selama 10 hari
07.30 WIB I:
- Melakukan timbang terima pasien dari
perawat shift malam
- Mengkaji keadaan umum dan keluhan
pasien
Hasil : keadaan umum tenang, keluhan :
pegal karena tidur telungkup
- Melibatkan keluarga dalam perawatan
pasien
- Memberikan rasa nyaman dengan
merapihkan tempat tidur dan
08.00 WIB menciptakan lingkungan yg aman
- Berkolaborasi dalam pemeriksaan
dengan dokter penanggung jawab
pelayana
Hasil : ACC untuk pulang, therapy
dilanjutkan, tidur telungkup dilanjutkan
- Memberikan edukasi perawatan lanjutan
di rumah
- Memberikan edukasi tujuan tidur
telungkup, cara tidur telungkup yang
benar sesuai dengan instruksi.
10.30 WIB E:
DP II : Masalah resiko jatuh teratasi,
intervensi hentikan
DP III : Masalah resiko infeksi teratasi,
intervensi hentikan
DP IV : Masalah gangguan rasa nyaman
teratasi, intervensi hentikan
84
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem indra (gangguan penglihatan) akibat ablatio retina di Ruang Dahlia
Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung maka tim penulis
membuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Dapat terlaksana pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem indra (gangguan penglihatan) akibat ablatio retina di Ruang Dahlia.
2. Dapat terlaksana permusuan diganosa keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem indra (gangguan penglihatan) akibat ablatio retina di
Ruang Dahlia berdasarkan hasil pengkajian yang kemudian dilakukan
analisa data.
3. Dapat tersusun intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem indra (gangguan penglihatan) akibat ablatio retina di Ruang Dahlia
4. Dapat terlaksana implementasi keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem indra (gangguan penglihatan) akibat ablatio retina di Ruang Dahlia
5. Dapat terlaksanan evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem indra (gangguan penglihatan) akibat ablatio retina di Ruang Dahlia
B. Saran
Berdasarkan hasil dari asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan
pada pasien dengan gangguan sistem indra (gangguan penglihatan) akibat
ablatio retina di Ruang Dahlia maka tim penulis memberikan saran kepada :
1. Peserta pelaksana pelatihan
Peserta pelaksana pelatihan diharapkan dapat mengimplementasikan
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem indra (gangguan
penglihatan) terutama pada klien dengan ablation retina secara
komprehensif meliputi bio-psiko-sosial-kultural- spiritual.
82
83
DAFTAR PUSTAKA