Pengelolaan Das Dengan Pendekatan Model Hidrologi (Studi Kasus Das Konto Hulu Jawa Timur)
Pengelolaan Das Dengan Pendekatan Model Hidrologi (Studi Kasus Das Konto Hulu Jawa Timur)
net/publication/335169279
CITATIONS READS
0 789
1 author:
Adi Wijaya
Ministry of Marine Affairs and Fisheries
12 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Adi Wijaya on 14 August 2019.
Adi Wijaya
Balai Riset dan Observasi Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan
Email: awi_arema@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada DAS Konto Hulu yang bermuara di Waduk Selorejo. DAS
tersebut berfungsi sebagai pemasok air dan juga sedimen pada waduk tersebut. Guna mengetahui
pengelolaan lahan di DAS Konto Hulu perlu melihat karakteristik parameter fisik hidrologi yang
dihasilkan dengan menggunakan model hidrologi. Model yang digunakan adalah model hidrologi
terdistribusi. Model ini dapat mensimulasikan hubungan hujan dan limpasan. Satuan analisis
terkecil dari model adalah grid, dimana setiap grid memberikan kontribusi sesuai dengan
karakteristik yang dimiliki. Hasil penelitian menunjukkan besaran nilai koefisien aliran yang
terjadi pada pemanfaatan lahan di DAS Konto Hulu adalah 64% (termasuk tinggi). Luasan pada
tiap satuan lahan yang mempunyai nilai koefisien aliran rendah (1692,23 ha), normal (1046,07
ha), tinggi (690,65 ha), dan ekstrim (2754,80 ha). Distribusi dan luasan koefisien limpasan pada
kelas tinggi dan ekstrim diperlukan tindakan konservasi dengan mengubah jenis tanaman dan
sistem pengelolaan lahan. Jenis pengelolaan lahan yang dianjurkan dengan cara menutup lahan
pertanian terbuka dengan jerami, membuat teras-teras pada lereng > 15% dan menanam tanaman
yang berkanopi rapat, sebagai faktor pertimbangan adalah kelas kemampuan lahan. Hasil
simulasi dari kegiatan konservasi tersebut menghasilkan luaran limpasan < 50%.
Kata Kunci : pemanfaatan lahan, koefisien limpasan,konservasi, kemampuan lahan
PENDAHULUAN
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu ekosistem yang didalamnya
terjadi interaksi antara faktor-faktor abiotik (tanah dan iklim) dan biotik (vegetasi)
serta manusia dengan segala aktivitasnya. Interaksi tersebut dinyatakan dalam
bentuk keseimbangan antara masukan dan keluaran yang mencirikan keadaan
hidrologi suatu DAS (Seyhan, 1990). Dalam upaya pengelolaan DAS yang baik
diperlukan suatu perencanaan, untuk itu diperlukan suatu pendekatan model
hidrologi dalam pemanfaatan sumberdaya lahan secara optimal, yang dapat
menggambarkan kondisi fisik suatu DAS (Suprayogi, 2003).
Guna mengetahui Pengelolaan DAS yang optimal digunakan model
ANSWERS (Areal Non-point Source Watershed Environment Response
Simulation). Model ini merupakan model deterministik yang didasarkan pada
hipotesis bahwa pada sembarang titik dalam suatu DAS, akan berlaku hubungan
fungsional antara laju aliran air dengan parameter hidrologi seperti: intensitas
hujan, infiltrasi, topografi, jenis tanah, dan sebagainya. Laju aliran air dapat
436
digunakan sebagai dasar untuk mengetahui gejala perpindahan massa dalam
wilayah DAS. Konsep titik dalam hipotesis ini merupakan asumsi yang
mengambarkan area yang mempunyai keseragaman sifat hidrologis dan berlaku
pada setiap elemen luasan DAS (Pawitan, 2003).
Penelitian ini dilakukan di DAS Konto Hulu yang memiliki bentanglahan
perbukitan dan pegunungan dengan jenis tanah adalah andosol, latosol dan
kambisol. Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia dari Bakosurtanal skala 1 :
25.000 tahun 1999 Lembar Pujon, maka secara geografis DAS Konto Hulu
terletak antara 655000 665000 mT dan 9132000 9142000 mU dengan zone 49.
Jenis tanah ini baik untuk tanaman pertanian lahan kering, pesawahan dan hutan
(Wijaya, 2002). Jumlah penduduk yang ada dalam DAS berdasarkan hasil sensus
2000 adalah 46.028 jiwa dengan kepadatan penduduk 585 jiwa/km2. Hasil
pemantauan menunjukkan bahwa, karakteristik hidrologi pada DAS Konto Hulu
dari tahun 1996-2004 antara lain: 1) volume debit aliran berfluktuasi antara 785-
1.539 mm/th; 2) perubahan nilai debit maksimum dan minimum sebesar 0,010-
0,014 m3/dt/th; 3) volume debit sedimen berfluktuasi antara 8,89-40,91 ton/ha/th
(Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Brantas, 2004). Berdasarkan kenyataan
tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana pengelolaan DAS
dengan pendekatan model hidrologi di DAS Konto Hulu Jawa Timur.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei,
dengan pendekatan satuan lahan yang dibuat berdasarkan tumpang susun peta-
peta meliputi peta penutupan lahan, jenis tanah, dan kelas lereng dengan skala 1 :
50.000. Pengecekan lapangan secara intensif untuk menguji validasi satuan
pemetaan yang ada.
Penentuan titik pengamatan dan sampel dilakukan dengan teknik stratified
purposive sampling. Berdasarkan teknik tersebut diambil sampel tanah sebanyak 8
sampel yang mewakili karakteristik fisik setiap jenis tanah. Pengamatan
penutupan lahan dilakukan pada perbedaan kondisi lereng dan jenis pemanfaatan
lahan dengan sampel sebanyak 20.
Analisis menggunakan metode Cook guna mengetahui distribusi dan
besaran koefisien limpasan pada satuan lahan. Metode ini digunakan untuk
437
mengetahui pengaruh kondisi lahan dan pemanfaatannya terhadap respon
hidrologi serta mengetahui lokasi pemanfaatan lahan untuk tindakan konservasi
dari aspek hidrologi. Untuk melakukan pengelolaan DAS menggunakan model
ANSWERS sebagai dasar pembuatan simulasi dengan memperhatikan kelas
kemampuan lahan. Keluaran model berupa hidrograf aliran langsung pada setiap
simulasi.
438
Tabel 1. Hasil pembobotan parameter koefisien limpasan dengan Metode Cook
Luas
No Koefisien Aliran Nilai Koefisien Limpasan (%)
Ha Prosentase
1 Ekstrim 0-25 2754,80 45
2 Tinggi 25-50 690,65 11
3 Normal 50-75 1046,07 17
4 Rendah 75-100 1692,23 27
Jumlah 6183,75 100
439
Besarnya koefisien limpasan menurut Cook sangat dipengarui oleh sistem
pembobotan yang relatif besar pada parameter relief. Di daerah penelitian dengan
luas daerah 6183,75 ha memiliki kelas lereng > 30% mempunyai luasan 39,4%,
lereng 10-30% dengan lusan 30,2%, lereng 5-10% dengan luasan 16,3% dan
lereng 0-5% dengan luasan 14,1%. Selain itu kondisi penutupan lahan pada daerah
penelitian kurang baik, untuk hutan luasnya 26% dengan kondisi tutupan baik,
semak luasnya 6% dengan kondisi tutupan jarang, permukiman luasnya 17%
dengan kondisi tutupan jarang, tegalan luasnya 20% dengan kondisi tutupan
sedang, sawah 10% dengan kondisi tutupan baik dan kebun campuran 20%
dengan kondisi tutupan baik.
Sedangkan koefisien aliran permukaan yang dihasilkan dengan kondisi
lahan tersebut menghasilkan kelas koefisien aliran sebagai berikut yang termasuk
kelas ekstrim dengan luas 45%, tinggi 11%, normal 17% dan rendah 27%. Dengan
mengetahui besaran dan distribusi koefisien limpasan di daerah penelitian, maka
perlu dilakukan simulasi pemanfaatan lahan untuk mencari bentuk tindakan
konservasi yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi aliran
langsung pada daerah yang mempunyai koefisien limpasan tinggi.
440
Teknologi yang direkomendasikan harus dapat dilakukan oleh masyarakat
setempat dengan melihat sumberdaya lokal, dapat diterapkan dan dapat diterima
masyarakat secara sosial ekonomi (Fakhrudin, 2001). Jenis tanaman dan pola
tanam yang direkomendasikan disesuaikan dengan kondisi biofisik wilayah dalam
artian kesesuaian aspek lahan, permintaan pasar dan dapat diterima oleh
masyarakat setempat. Oleh karena itu jenis tanaman yang direkomendasikan untuk
DAS Konto Hulu adalah jenis tanaman yang biasa diusahakan seperti, tanaman
wortel, kol, kubis, jagung, apel, kacang tanah yang merupakan tanaman musiman
dan ada juga tanaman tahunan. Sedangkan secara teknologi masyarakat setempat
sudah ada yang menerapkan teknik konservasi yaitu dengan membuat teras
guludan dengan tanaman penguat, teras bangku, penanaman mengikuti garis
kontur, dan menggunakan mulsa. Hasil perhitungan koefisien limpasan pada tiap
skenario menunjukan kemampuan tiap skenario dalam melakukan konservasi
sumberdaya air dalam hal ini menurunkan aliran langsung. Sehingga dapat
diambil suatu tindakan dalam pemanfaatan lahan yang optimal dalam aspek
hidrologi dengan melihat respon tiap skenario yang dilakukan.
Pada skenario pertama, dilakukan simulasi perubahan bentuk pemanfaatan
lahan dengan memperhatikan kelas kemampuan lahan. Kegiatan konservasi yang
digunakan dengan merubah penutup lahan yang terbuka dengan jerami pada
daerah yang mempunyai koefisien aliran tinggi dan ekstrim. Perhitungan
parameter tutupan lahan masing-masing pemanfaatan lahan menghasilkan
perubahan bentuk hidrograf aliran. Hasil keluaran model menunjukan bahwa
kegiatan ini dapat menurunkan koefisien limpasan menjadi 0,41.
Pada skenario kedua, dilakukan dengan kegiatan pembuatan teras-teras
yang ditempatkan pada daerah yang mempunyai lereng > 15%. Teras berfungsi
untuk mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga dapat mengurangi
kecepatan aliran dan jumlah aliran permukaan, dan memungkinkan penyimpanan
air oleh tanah. Penerapan teknik teras perlu memperhatikan berbagai aspek,
diantaranya adalah sifat fisik dan kedalaman tanah serta drajat kemiringan lereng
dengan memperhatikan kelas kemampuan lahan. Dengan perubahan nilai lereng
dan pengolahan, maka bentuk hidrograf aliran yang dihasilkan juga berbeda. Pada
441
skenario ini, keluaran hasil model menunjukan penurunan koefisien limpasan
menjadi 0,44.
Pada skenario ketiga, dilakukan upaya menutup lahan dengan tanaman
yang berkanopi rapat pada lahan yang memiliki tingkat koefisen aliran tinggi dan
ekstrim. Pemilihan jenis tanaman memperhatikan kelas kemampuan lahan,
sebagai wadah media perakaran bagi tanaman. Pemilihan jenis tanaman
didasarkan pada tanaman pertanian semusim dan tahunan yang disesuaikan
dengan program dari dinas pertanian setempat. Pada skenario ini, luaran model
dapat menurunkan koefisien limpasan menjadi 0,42.
Pada skenario keempat, dilakukan kegiatan pengelolaan lahan menurut
kelas kemampuan lahan. Kelas kemampuan lahan ditentukan pada masing-masing
informasi biofisik lahan dengan memperhatikan potensi dan penggunaan.
Pemilihan alternatif pengelolaan tanah dan tanaman didasarkan atas pertimbangan
keefektifan dalam menekan erosi dan limpasan permukaan. Pada skenario ini,
kegiatan pengolahan lahan menurut kelas kemampuan lahan, dan pemilihan
tanaman penutup sesuai dengan kondisi sekarang, akan tetapi dibedakan
berdasarkan peruntukannya baik untuk petanian dan non pertanian. Hasil yang
didapatkan pada keluarannya menunjukkan penurunan koefisien limpasan 0,46.
Untuk lebih jelas hasil simulasi yang berupa hidrograf dapat dilihat pada Gambar
2 dan nilai koefisien aliran dapat dilihat pada Tabel 3 serta luasan tiap
pemanfaatan lahan pada setiap skenario Tabel 4.
16
14
12
Eksisting
10
Skenario-1
8 Skenario-2
Skenario-3
6
Skenario-4
4
0
720 810 900 990 1080
Waktu (menit ke- )
442
Tabel 3. Hasil perhitungan koefisien aliran simulasi pemanfaatan lahan
443
Gambar 3. Peta koefisien aliran hasil simulasi pemanfaatan lahan di DAS Konto Hulu
KESIMPULAN
Pengelolaan DAS di daerah penelitian menunjukan bahwa DAS Konto
Hulu memiliki nilai koefisien aliran 0,64, sehingga diperlukan suatu pengelolan
DAS yang baik. Berdasarkan simulasi pemanfaatan lahan dengan cara penutupan
lahan dengan jerami, membuat teras-teras pada lereng > 15% dan menanam
tanaman yang berkanopi rapat, dan memperhatikan kelas kemampuan lahan
sebagai dasar tindakan konservasi menghasilkan limpasan < 50%.
DAFTAR PUSTAKA
Chow, V.T. 1988. Applied Hydrology. Mc. Graw-Hill Book Company. New
York.
444
View publication stats
DISKUSI
Penanya : Foni Agus Setiawan (Puslit Limnologi - LIPI)
Pertanyaan : Bagaimana penjelasan mengenai metode ANSWERS yang
digunakan?
Jawaban : Metode ANSWERS menggunakan DOS berbasis Fortran.
Parameter yang digunakan diantaranya kondisi fraksi tanah,
lereng dan jaringan sungai. Keluaran model adalah erosi dari
ujung masuk ke aliran sampai outlet. Terkait dengan kalibrasi
model sering digunakan di Kementerian Kehutanan dan terbukti
sudah bisa diterapkan di Indonesia.
CATATAN
Penggunaan satuan volume debit aliran dan perubahan nilai debit
maksimum - minimum lebih baik menggunakan rasio.
445