PANDU PURNOMO
DEPARTEMEN FISIKA
BOGOR
2013
ii
ABSTRAK
Pada penelitian ini telah berhasil membuat serbuk α-Fe2O3 dengan ukuran partikel
202.64 nm. Sintesis menggunakan metode Sol-Gel dengan pelapisan SiO2 yang
berasal dari Si(OC2H5)4 pada suhu 750 oC selama 5 jam. Karakterisasi XRD
membuktikan sampel yang terbentuk adalah α-Fe2O3 (11 puncak) dan β-Fe2O3
(2 puncak) dengan ukuran kristal 20.69125 nm dan derajat kristalitas 44 %.
Struktur kristal yang terbentuk α-Fe2O3 adalah rhombohedral dan β-Fe2O3 adalah
heksagonal. Karakterisasi sifat optic memperlihatkan sampel menyerap cahaya
dengan baik pada panjang gelombang kurang dari 480 nm. Energi bandgap dari
pengukuran karakterisasi optik adalah 2.74 eV.
ABSTRAC
In this reseach was succeeded make powder α-Fe2O3 with particle size 202.64 nm.
Synthesis using Sol-Gel method with SiO2 coating derived from Si(OC2H5)4 at
temperature of 750 oC for 5 hours. Characterization XRD prove that sample form
is α-Fe2O3 (11 peaks) and β-Fe2O3 (2 peaks) with crystal size 20.69125 nm and
crystallization 44 %. The cystal structure of α-Fe2O3 is rhombohedral and β-Fe2O3
is hexsagonal. Optic characterization show that the sample absorbing light at
wavelength less than 480 nm. Bandgap energy of the optical characterization
measurments is 2.74 eV.
PANDU PURNOMO
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Fisika
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul : Sintesis a-Fe203 menggunakan metode sol gel
Nama: Pandu Purnomo
NRP : G74080037
Disetujui oleh
Pembimbing
Diketahui oleb
Disetujui oleh
Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus :
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada saya sebagai penulis sehingga saya
dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Sintesis dan Karakterisasi α-Fe2O3
menggunakan metode sol gel sebagai bahan fotokatalis. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
program sarjana di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat serbuk α–Fe2O3 berukuran nano
kemudian menguji sifat optiknya
Rumusan Masalah
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan oksida besi tersedia di alam dalam jumlah yang sangat besar. Ada 4
fasa oksida besi yang dapat terbentuk meliputi fasa magnetite (Fe3O4), fasa
maghemite (γ-Fe2O3), hematite (α-Fe2O3) dan wustite (FeO).3,17,18,19 Selain proses
sintesis secara alami (natural), bahan ini juga secara terkontrol dapat disintesis di
laboratorium.17 Perbedaan suhu kalsinasi akan menghasilkan berbagai bentuk fasa
oksida besi,3 Fe3O4 dapat terbentuk pada suhu ruang, γ-Fe2O3 pada kalsinasi
200 oC, α-Fe2O3 pada kalsinasi 300 oC – 600 oC dan FeO pada kalsinasi diatas
570 oC.20 Hematite (α-Fe2O3) merupakan fasa oksida besi yang paling stabil dan
termasuk dalam magnet ferrite. 4,5,13 Hematite mempunyai struktur heksagonal
atau rhombohedral.5,12,13 Hematite memiliki sifat anti ferromagnetik pada suhu
dibawa 260 K5,7 dan ferromagnetik lemah di atas 260 K.7
Hematite termasuk semikonduktor dengan bandgap rata-rata 2 eV,
menyerap 40 % - 45 % energi cahaya matahari pada spektrum cahaya tampak
antara 295 nm - 600 nm sehingga membuat α-Fe2O3 dapat diaplikasikan sebagai
fotokatalis.4,6-12 Koefisien absorbansi α-Fe2O3 sebesar 104 cm-1 sehingga α-Fe2O3
dapat digunakan sebagai elektroda semikonduktor8. Hematite juga memiliki
indeks bias yang tinggi 2.31, sehingga dapat menyerap panjang gelombang
pendek dan dapat diaplikasikan untuk filter interferensi optik, terutama filter
untuk gelombang panjang tertentu.14
Metode Sol-Gel
Metode sol-gel dikenal sebagai salah satu metode sintesis nanopartikel yang
cukup sederhana dan mudah. Metode ini merupakan salah satu “wet method”
karena pada prosesnya melibatkan larutan sebagai medianya. Pada metode sol-gel,
sesuai dengan namanya larutan mengalami perubahan fase menjadi sol (koloid
yang mempunyai padatan tersuspensi dalam larutannya) dan kemudian menjadi
gel (koloid tetapi mempunyai fraksi solid yang lebih besar daripada sol). Metode
sol gel cocok untuk preparasi thin film dan material berbentuk powder. Tujuan
preparasi ini agar suatu material keramik dapat memiliki fungsional khusus
(elektrik, opik, magnetik, dll). Metode sol gel memiliki keuntungan antara lain:
3
Bandgap
Sifat optik material dapat diketahui dari lebar celah pita energinya
(bandgap) menggunakan prinsip penyerapan cahaya. Prinsip ini sangat berguna
dalam mempelajari dasar mekanisme optik induksi transisi dari material kristal
dan non kristal. Bandgap α-Fe2O3 diperoleh dengan perhitungan reflektansi
menggunakan hubungan [ln(Rmax-Rmin)/(R-Rmin)]2 dan energi foton yang
datang di tunjukkan pada persamaan :
= [(Rmax-Rmin)/(R-Rmin)] 2 (2.1)
-1
keterangan: adalah koefisien absorbansi (cm ), R adalah nilai reflektansi (%),
dan d adalah ketebalan film (cm).
Jika bandgap antara 1 eV - 6 eV termasuk bahan semikonduktor. Jika
bandgap-nya lebih dari 6 eV termasuk bahan isolator.
Gambar 2.1 Struktur kristal rhombohedral.21 Gambar 2.2 Struktur kristal heksagonal.20
METODE PENELITIAN
Prosedur penelitian
Pembuatan Fe2O3
Sumber Fe berasal dari FeCl3.6H2O 99 %. Sebanyak 3 gram FeCl3.6H2O
diexstrak FeCl3. FeCl3 yang terbentuk kemudian di tambah dengan NaOH sedikit
demi sedikit sambil stiring pada kecepatan 1200 rpm hingga terbentuk presipitat.
Presipitat yang terbentuk dicuci menggunakan aquades murni untuk
menghilangkan NaCl. Setelah dicuci dilakukan proses kalsinasi pada suhu 60 oC
selama 2 jam. Proses ini dapat menghasilkan serbuk berwarna coklat hitam yaitu
Fe2O317.
5
Proses annealing
Proses annealing dilakukan agar orientasi krsital α-Fe2O3 akan semakin
teratur. Proses ini menggunakan Vulcan TM 3-130 pada suhu 750 oC selama 5 jam.
Proses annealing dimulai pada suhu ruang hingga 750 oC dengan kenaikan
5 oC/menit. Setelah annealing dilakukan pendinginan hingga suhu ruang
Karakterisasi XRD
Karakterisasi XRD digunakan untuk mengetahui susunan atom-atom dalam
suatu kristalin sehingga akan diketahui struktur kristal, orientasi dan ukuran
kristal3. Data dari karakterisasi kemudian diolah dengan bantuan Microsoft excel
luntuk menentukan indeks Miller dari pola difraksi sinar-x, menghitung parameter
kisi dan menghitung parameter kristal.
Karakterisasi PSA
Karakterisasi PSA dilakukan untuk mengetahui sebaran ukuran partikel
α-Fe2O3 yang terbentuk. Ukuran partikel ini digunakan sebagai acuan bila
material ini akan diaplikasikan.
Serbuk α-Fe2O3
Hasil XRD
Serbuk α-Fe2O3– SiO2 dikarakterisasi dari sudut 2θ= 10o sampai 80o dengan
step size 0.02o. Berdasarkan data hasil karakterisasi serbuk α-Fe2O3– SiO2 setelah
proses annealing 750 oC selama 5 jam memiliki puncak α-Fe2O3, β-Fe2O3 (105)
(226). Munculnya puncak β-Fe2O3 disebabkan suhu annealing yang melebihi
suhu literature (400 oC).3 Gambar 4.1 menunjukkan pola XRD darri α-Fe2O3
beserta data standar JCPDS No. 33-0664. Dengan mengacu pada data standar
,struktur kristal α-Fe2O3 yang terbentuk adalah rhombohedral. Sedangkan struktur
kristal β-Fe2O3 adalah hexagonal dan terbentuk amorf SiO2
Berdasarkan pola difraksi yang terbentuk, dapat diperoleh indeks Miller
dengan mencocokkan data hasil karakterisasi XRD dengan data standar JCPDS.
Dawny et al tellah mensintesis nanopartikel α-Fe2O3 menggunakan behan FeCl3
dengan metode hidrotermal pada suhu annealing 600 oC selama 2 jam, diperoleh
7 puncak difraksi α-Fe2O3 yang bersesuaian juga dengan data standar JCPDS No.
33-0664.4 α-Fe2O3 yang ditumbuhkan oleh Avila-Gracia et al dengan metode
sol-gel deposition juga telah terbentuk pada suhu annealing 500 oC selama
2 jam.11 begitu pun dengan Wenting Dong et al15 dan Doruk22 yang mendapatkan
α-Fe2O3 dengan metode sol-gel dan mikroemulsi pada suhu dan lama annealing
masing-masing 500 oC dan 600 oC selama 6 jam.
Parameter kisi diperoleh dengan menggunakan metode Cohen. Berdasarkan
metode tersebut, parameter kisi a dan c dari α-Fe2O3 dihitung dari analisis pola
difraksi sinar-x dan diperkirakan dari persamaan sistem heksagonal,
( ) (4.1)
α-Fe2O3
104
110
β-Fe2O3
105
012
226
116
214
024
306
300
018
10 10
113
Berdasarkan pola difraksi dari α-Fe2O3 gambar 4.1, intensitas puncak (110)
relatif lebih tinggi dari puncak yang lain. Hal tersebut menunjukkan α-Fe2O3
memiliki kristalitas lebih baik. Ketajaman dan intensitas puncak pada spektrum
menunjukkan kualitas kristal berupa puncak tajam (sharp) dan meiliki derajat
keteraturan yang tinggi. Sedangkan pada amorf , puncak-puncak yag dihasilkan
sangat landai karena memiliki derajat keteraturan yang sangat rendah. Proses
annealing dilakukan agar orientasi kristal α-Fe2O3 semakin teratur. Proses
aneealing juga dapat mempengaruhi ukuran grain kristal.
Ukuran kristal dihitung menggunakan persamaan Debye-Scherrer. Dari
perhitungan Debye-Scherrer diperoleh ukuran kristal α-Fe2O3 untuk puncak (104)
dan (110) masing masing sebesar 20.8971 nm dan 20.6922 nm. Benny et al3 telah
mensintesis α-Fe2O3 dengan metode sol-gel pada suku kalsinasi 400 oC selama
3 jam, diperoleh ukuran kristal sebesar 5.4 nm. Perhitungan ukuran kristal
berdasarkan puncak difraksi (012) pada α-Fe2O3 juga dilakukan oleh Mammah et
al5 menggunakan metode ACG pada suhu 350 oC sebesar 17.4 nm. Sedangkan
ukuran kristal α-Fe2O3 yang disintesis Dawny et al4 mengggunakan metode
hidrotermal pada suhu annealing 600 oC selama 2 jam sebesar 12.76 nm. Semakin
tinggi suhu annealing, semakin besar ukuran grain.15 Pertumbuhan grain terjadi
karena peningkatan suhu memperbesar energy vibrasi termal, yang kemudian
mempercepat difusi atom melintasi batas grain dari grain yang kecil menuju
grain yang besar. Selain itu, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kristal
adalah adanya pertumbuhan kristal lain (crystal growth), sehingga pertumbuhan
kristal terhambat. Hal ini terlihat dari data XRD dimana tumbuhnya puncak
β-Fe2O3 dan beberapa puncak α-Fe2O3 (polikristal). Selain mempengaruhi
pertumbuhan kristal, suhu annealing dapat juga menyebabkan perubahan fasa.
Perubahan fasa dari Fe2O3 dari suhu rendah ke tinggi mengikuti alur γ→δ→α. β
memiliki puncak yang hampir sama dengan Fe3O4.
memiliki absorbansi yang baik pada panjang gelombangdi bawah 500 nm dan di
atas 900 nm seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.3.
Bandgap diperoleh dengan cara menarik garis seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 4.5 yaitu 2.7 eV. Besarnya nilai bandgap dipengaruhi oleh grand size.
Menutut Yen huan12 bandgap meningkat seiring dengan menurunya grand size.
Avila11 dengan metode spin on sol gel mendapatkan α-Fe2O3 dengan bandgap
sebesar 2.2 eV pada suhu 400 oC dengan grand size 31 nm. Yen hua12 dengan
metode magneton sputtering depotition memperoleh nilai energy bandgap 2.77 eV
dengan grand size 17 nm. Perbedaan nilai bandgap dan grand size dipengaruhi
oleh metode pembuatan α-Fe2O3 yang berbeda.
2.5
2
Absorbansi
1.5
1
0.5
0
400 500 600 700 800 900 1000
Panjang Gelombang (nm)
60
40
20
0
400 500 600 700 800 900 1000
Panjang Gelombang (nm)
bandgap
Gambar 4.5 Bandgap α-Fe2O3 reflektansi
Hasil PSA
Simpulan
20.69125 nm. Struktur kristal α-Fe2O3 yang telah disesuaikan dengan data JCPDS
menunjukkan struktur rhombohedral dengan parameter kisi yang mendekati data
JCPDS (a=5.035, c=13.74), selain itu puncak β-Fe2O3 memiliki struktur
heksagonal.
Ukuran partikel yang diperoleh dari penelitian ini masih tergolong besar
yaitu 202.64 nm. Ukuran ini adalah hasil dari perhitungan antara alat dan program
PSA.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
peak
h k l 2Ѳ Ѳ α α² Γ γ² αγ sin²2Ѳ sin²Ѳ δ δ² γδ αδ αsin²Ѳ γsin²Ѳ δsin²Ѳ
no
1 0 1 2 24.192 12.096 1 1 4 16 4 0.1678 0.0439 1.6777 2.8148 6.7109 1.6777 0.0439 0.1755 0.0736
2 1 0 4 33.192 16.596 1 1 16 256 16 0.2994 0.0815 2.9943 8.9657 47.9086 2.9943 0.0815 1.3040 0.2440
3 1 1 0 35.622 17.811 3 9 0 0 0 0.3389 0.0935 3.3893 11.4875 0.0000 10.1680 0.2804 0.0000 0.3168
4 1 1 3 40.878 20.439 3 9 9 81 27 0.4279 0.1218 4.2795 18.3139 38.5153 12.8384 0.3655 1.0965 0.5214
5 0 2 4 49.500 24.750 4 16 16 256 64 0.5778 0.1751 5.7778 33.3835 92.4455 23.1114 0.7004 2.8018 1.0118
6 1 1 6 54.198 27.099 3 9 36 1296 108 0.6573 0.2073 6.5734 43.2091 236.6411 19.7201 0.6219 7.4633 1.3627
7 0 1 8 57.384 28.692 1 1 64 4096 64 0.7090 0.2303 7.0901 50.2697 453.7673 7.0901 0.2303 14.7381 1.6327
8 2 1 4 62.622 31.311 7 49 16 256 112 0.7881 0.2698 7.8808 62.1066 126.0923 55.1654 1.8888 4.3172 2.1264
9 3 0 0 63.936 31.968 9 81 0 0 0 0.8065 0.2801 8.0650 65.0447 0.0000 72.5853 2.5205 0.0000 2.2587
10 1 0 10 72.000 36.000 1 1 100 10000 100 0.9041 0.3452 9.0413 81.7458 904.1337 9.0413 0.3452 34.5189 3.1210
11 3 0 6 78.192 39.096 9 81 36 1296 324 0.9578 0.3973 9.5785 91.7473 344.8252 86.2063 3.5761 14.3044 3.8060
Σ 258 17553 819 469.0885 2251.0399 300.5983 10.6545 80.7195 16.4751
14
15
( ) (1)
Menurut Bragg:
(2)
( )
atau
( )
( )
( ) ( )
Keterangan:
( )
[ ] [ ] [ ]
| | | |
| | | |
| | | |
√ √
Nilai parameter kisi c
√
17
( ) (3)
Menurut Bragg:
(4)
( )
atau
( )
( )
( )
(5)
( )
18
(6)
RIWAYAT HIDUP