Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PBL

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

KONSEP DASAR ARITMIA

DOSEN PENDAMPING

Ns. Andi Mursyidah, M.Kes

OLEH

KELAS B
KELOMPOK 3

WAHYUDIN N. HASAN 841419044


SUKMA RANTI PULUMODUYO 841419051
NUR RISKIANA 841419053
LISYA MUKSIN 841419056
FATMAWATI ISHAK 841419060
RAHMA DWI ASTUTI YUSUF 841419074
ASYULNI ALMAIDA ADJID 841419075
INTAN JULIA RUPANG 841419082
NURAFNI BIGA 841419083
SRI AIN CLARADIKA MOHAMAD 841419077
RUSLI HIOLA 841419107

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-
Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan PBL Keperawatan
Medikal Bedah I ”KONSEP DASAR ARITMIA”.
Dalam penulisan laporan ini kami menyampaikan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini khususnya kepada
Ns. Andi Mursyidah, M.Kes selaku dosen pendamping.
Dalam penulisan laporan ini kami merasa masih banak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak kami harapkan.

Gorontalo, 21 September 2020

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
KONSEP MEDIS...............................................................................................................1
A. Definisi..................................................................................................................1
B. Etiologi..................................................................................................................1
C. Maninfestasi Klinis...............................................................................................2
D. Patofisiologi atau Patomekanisme.......................................................................2
E. Klasifikasi.............................................................................................................3
F. Prognosis...............................................................................................................6
G. Pemeriksaan penunjang.......................................................................................6
H. Penatalaksanaan...................................................................................................7
I. Komplikasi............................................................................................................8
J. Pencegahan...........................................................................................................9
BAB II.............................................................................................................................10
KONSEP KEPERAWATAN...........................................................................................10
A. Pengkajian..........................................................................................................10
B. Pathway...............................................................................................................12
C. Diagnosa Keperawatan......................................................................................13
D. Rencana Intervensi Keperawatan.....................................................................13
E. Implementasi Keperawatan...............................................................................16
F. Evaluasi...............................................................................................................17
G. Dokumentasi.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19

ii
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang


sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah
perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh
konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia
timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial
aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan
irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi
juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
Sistem konduksi jantung yang berawal dari otomatisitas sel-sel P di
nodus SA, depolarisasi atrium, depolarisasi nodus atrioventrikular (AV),
propagasi impuls sepanjang berkas His dan sistem Purkinje hingga
depolarisasi ventrikel merupakan rangkaian konduksi impuls yang teratur
dan presisi.
B. Etiologi

1. Peradangan pada jantung, misalnya demam reumatik, peradangan


miokard (miokarditis karena infeksi).
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat
anti aritmia lainnya.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung.

1
C. Maninfestasi Klinis

1. Perubahan TD seperti, hipertensi atau hipotensi; nadi mungkin tidak


teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat, edema; haluaran
urin menurun bila curah jantung menurun berat.
2. sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan; kedalaman pernafasan;
bunyi nafas tambahan (krekels, ronkhi, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
5. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

D. Patofisiologi atau Patomekanisme


Apabila terjadi perubahan tonus susunan saraf pusat otonom atau
karena suatu penyakit di Nodus SA sendiri maka dapat terjadi aritmia.
Dalam keadaan normal, pacu untuk deyut jantung dimulai di
denyut nodus SA dengan irama sinur 70-80 kali per menit, kemudian di
nodus AV dengan 50 kali per menit, yang kemudian di hantarkan pada
berkas HIS lalu ke serabut purkinje.
Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan pimpinan
dan sentrum yang memimppin ini disebut pacemaker. Dlam keadaan
tertentu, sentrum yang lebih rendah dapat juga bekerja sebagai
pacemaker, yaitu :
1. Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, atau bila sentrum
AV membentuk pacu lebih besar.
2. Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak diteruskan

2
k BIndel HIS akibat adanya kerusakan pada system hantaran atau
penekanan oleh obat.
Aritmia terjasi karena ganguan pembentukan impuls (otomatisitas
abnormal atau gngguan konduksi). Gangguan dalam pembentukan pcu
antara lain:
1. Gangguan dari irama sinus, seperti takikardi sinus, bradikardi
sinus dan aritmia sinus.
2. Debar ektopik dan irama ektopik :
a. Takikardi sinus fisiologis, yaitu pekerjaan fisik, emosi, waktu
makana sedang dicerna.
b. Takikardi pada waktu istirahat yang merupakan gejala
penyakit, seperti demam, hipertiroidisme, anemia, lemah
miokard, miokarditis, dan neurosis jantung.

E. Klasifikasi

Berdasarkan mekanismenya, aritmia dibagi menjadi takiaritmia


dan bradiaritmia, sedangkan berdasarkan letaknya aritmia dibagi menjadi
supraventrikular aritmia dan ventrikular aritmia.

a. Supraventrikular Takikardi (SVT)


Supraventrikular takikardi adalah seluruh bentuk takikardi yang
muncul dari berkas HIS maupun di atas bifurkasi berkas HIS
1. Sinus Takikardi Sinus takikardi adalah irama sinus dengan
kecepatan denyut jantung >100x/menit.
2. Atrial fibrilasi adalah bentuk aritmia yang paling sering
terjadi.Pada atrial fibrilasi, impuls listrik tidak dimulai dari nodus SA,
melainkan dari bagian lain di atrium atau di dekat v.pulmonalis. Hal
ini akan menimbulkan impuls yang cepat dan tak beraturan sehingga
atrium akan berdenyut secara tepat dan tak beraturan pula. Ketika
impuls listrik sampai di nodus AV, nodus AV akan meneruskan

3
impuls tersebut walaupun tidak secepat impuls awalnya sehingga
ventrikel juga akan berdenyut cepat namun tidak secepat atrium. Oleh
karena itu, atrium dan ventrikel tidak lagi berdenyut bersamaan. Hal
ini menyebabkan darah di atrium tidak terpompa menuju ventrikel
sebagaimana seharusnya.
3. Atrial flutter dapat disebabkan karena adanya perlukaan pada
jantung akibat penyakit jantung atau prosedur operasi jantung. Pada
atrial flutter impuls listrik tidak dimulai dari nodus SA melainkan dari
atrium kanan dan melibatkan sirkuit besar yang meliputi daerah dekat
katup trikuspid. Hal ini akan menyebabkan atrium berdenyut cepat
dan memacu ventrikel untuk berdenyut cepat pula. Atrial flutter pada
umumnya terjadi pada penderita penyakit jantung, seperti penyakit
jantung kongestif, penyakit katup rematik, penyakit jantung
kongenital atau kondisi medis lainnya, seperti emfisema paru dan
hipertensi.
4. Atrial ekstrasistol sering muncul pada jantung normal, namun pada
umumnya berhubungan dengan penyakit jantung struktural dan
frekuensinya meningkat seiring pertambahan usia. Pada gambaran
EKG ditandai dengan adanya gelombang P yang timbul sebelum
gelombang P pada sinus normal muncul.Pada APC yang terjadi terlalu
dini dapat menyebabkanpemanjangan interval PR dan beberapa dapat
pula tidak dikonduksikan ke ventrikel sehingga denyut menjadi tidak
teratur.
b. Ventrikel takikardi
Ventrikel Takikardi adalah ventrikel ekstrasistol yang
timbul ≥ 4x berturut- turut. Merupakan salah satu aritmia lethal
(berbahaya) karena mudah berkembang menjadi ventrikel fibrilasi dan
dapat menyebabkan henti jantung (cardiac arrest) Ventrikel takikardi
disebabkan oleh keadaan yang mengganggu sistem konduksi jantung,
seperti kekurangan pasokan O2 akibat gangguan pada pembuluh darah
koroner, kardiomiopati,sarcoidosis, gagal jantung, dan keracunan

4
digitalis.Diagnosis ditegakkan jika ditemukan denyut jantung 150-
210x/menit dan ditemukan gejala berupa sakit kepala, kepala terasa
ringan, kehilangan kesadaran, dan henti jantung yang muncul secara
tiba-tiba dan tidak pernah terjadi sebelumnya.
c. Ventrikel Fibrilasi
Ventrikel fibrilasi merupakan jenis aritmia yang paling berbahaya
.Jantung tidak lagi berdenyut melainkan hanya bergetar sehingga
jantung tidak dapat memompa darah dengan efektif. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya henti jantung (cardiac arrest). Gejala yang
timbul berupa tanggapan pasien berkurang, pasien sudah tidak
bernafas atau hanya gasping, henti jantung yang muncul secara tiba-
tiba (Sudden Cardiac Arrest).
d. Ventrikel Ekstrasistol
Ventrikel Ekstrasistol adalah gangguan irama berupa timbulnya
denyut jantung prematur yang berasal dari 1 atau lebih fokus di
ventrikel. Merupakan kelainan irama jantung yang paling sering
ditemukan. Ventrikel ekstrasistol dapat disebabkan oleh iskemia
miokard, infark miokard akut, gagal jantung, sindrom QT memanjang,
prolaps katup mitral, cerebrovascular accident, keracunan digitalis,
hipokalemia, miokarditis, kardiomiopati. Namun dapat juga timbul
pada jantung yang normal. Gambaran EKG menunjukkan komples
QRS lebar dan bizzare serta tidak didahului dengan gelombang P.
e. Bradikardi
Bradikardi adalah gangguan irama jantung di mana jantung
berdenyut lebih lambat dari normal, yaitu 60x/menit. Bradikardi
disebabkan karena adanya gangguan pada nodus SA, gangguan
sistem konduksi jantung, gangguan metabolik (hipotiroidisme), dan
kerusakan pada jantung akibat serangan jantung atau penyakit
jantung.28 Gejala yang timbul bervariasi, dariasimtomatik hingga
muncul gejala sinkop/hampir sinkop, dispneu, nyeri dada, lemah,
dan pusing.

5
F. Prognosis
Sebagian besar aritmia tidak menyebabkan gejala atau menganggu
kemampuan jantung untuk memompa darah. Jadi biasanya aritmia
menimbulkan resiko yang sedikit atau tidak ada, meskipun aritmia dapat
menyebabkan kecemasan yang besar , jika seseorang menyadari aritmia.
Prognosis aritmia bergantung pada tipe yang timbul dan adanya
komorniditas. Apabila pasien aritmia juga memiliki penyakit jantung
koroner, gagal jantung kongestif, dan kelainan otot jantung lainnya,
prognosis aritmia menjadi lebih buruk.
Prognosis fibrilasi ventrikel adalah sangat buruk, karena tanpa
pengobatan yang segera, fibrilasi ventrikel dapat lansung menyebabkan
kematian. Berbeda dengan aritmia atrial yang memiliki prognosis lebih
baik.
Sejak adanya alat pacu jantung dan ketersediaan obat yang baik,
prognosis blokade jantung telah menjadi sangat baik, bahkan pada AV
blok derajat III yang merupakan bentuk paling serius.
G. Pemeriksaan penunjang

1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.


Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan
untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea
iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan

6
latihan yang menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat menyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung,
adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis,
quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi
akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat
menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
H. Penatalaksanaan
6. Terapi medis

Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :


1) Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
a. Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan
untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan
aritmi yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang.
b. Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT.
c. Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi.
2) Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)Atenolol,
Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan

7
hipertensi.
3) Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation) Amiodarone, indikasi
VT, SVT berulang.
4) Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) Verapamil, indikasi
supraventrikular aritmia
7. Terapi mekanis
1) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan
gawat darurat.
3) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau
pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus
listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
I. Komplikasi
Aritmia tertentu dapat meningkatan risiki mengembangkan kondisi
seperti ini :
 Stroke. Ketika jantung Anda, tidak dapat memompa darah secara
efektif, yang dapat menyebabkan darah melambat. Hal ini dapat
menyebabkan gumpalan darah terbentuk. Jika bekuan darah
terbawa, dapat melakukan perjalanan ke dan menghalangi arteri
otak, menyebabkan stroke. Ini dapat merusak sebagian otak Anda
atau menyebabkan kematian. Bagi orang yang memiliki fibrilasi
atrium, obat warfarin (Coumadin) atau etexilate (Pradaxa) dapat
membantu mencegah penggumpalan darah, yang dapat
menyebabkan stroke.
 Gagal jantung. Hal ini dapat terjadi jika jantung Anda memompa
tidak efektif dalam waktu lama karena bradycardia atau

8
tachycardia, seperti atrial fibrilasi.Kadang-kadang, mengontrol
laju aritmia yang menyebabkan gagal jantung, dapat
meningkatkan fungsi jantung Anda. ( Gagal jantung: Gagal
jantung hasil dalam ketidakmampuan jantung untuk pompa efisien
dan konsisten, menyebabkan kelebihan cairan untuk
mengumpulkan di kaki dan paru-paru). Tanpa perawatan medis
yang segera, takikardia ventrikel berkelanjutan seringkali
memburuk menjadi fibrilasi ventrikel. Tekanan darah menurun
secara drastis, dapat merusak organ vital, termasuk otak, yang
sangat membutuhkan suplai darah.Dalam kasus yang parah, irama
jantung dapat menjadi begitu kacau sehingga menyebabkan
kematian mendadak.

J. Pencegahan
Sebagaimana telah dijelaskan diatas, banyaka faktor yang
menyebabkan aritmia. Oleh karena itu, pencegahannya tergantung pada
penyebab aritmia tersebut. Secara umum, aritmia dapat dicegah dengan
menjaga kesehatan jantung, yaitu dengan :
8. Berhenti merokok.
9. Mengonsumsi makanan sehat.
10. Menjaga berat badan ideal.
11. Berolahraga secara teratur.
12. Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan menghindari konsumsi
obat tanpa petunjuk dokter.
Penderita penyakit jantung perlu melakukan kontrol rutin ke dokter
agar kondisi penyakitnya tidak semakin memburuk dan menimbulkan
aritmia. Penderita juga perlu mengonsumsi obat secara teratur sesuai
anjuran dokter, dan segera ke dokter begitu gejala memburuk.

9
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Analisa Data
Problem Etiologi Symtoms
DS : Perubahan irama Penurunan curah
- Pasien aritmia akan jantung jantung
megalami perubahan
frekuensi dan irama
jantung abnormal
- Penderita aritmia
mengeluh mudah lelah.
- Penderita aritmia
mengeluh dispnea

DO :
- Penderita aritmia
mengalami takikardi/
bradikardi
- Gambaran EKG
penderita menunjukkan
aritmia
- Penderita aritmia
mengalami edema
- Penderita aritmia
mengalami hipertensi/
hipotensi
- Penderita aritmia
mengalami kulit pucat/
sianosis

D.S : Ketidakseimbangan Intoleransi Aktivitas


 Penderita mengeluh antara suplai dan
lelah kebutuhan oksigen
 penderita aritmia
mengeluh nyeri di dada
 Pasien aritmia mudah
merasa lemah

10
D.O :
 Gambaran penderita
menunjukan iskemia
 Gambaran EKG
penderita menunjukan
Agen pencedera
aritmia fisiologis (iskemia, Nyeri Akut
 penderita aritmia neoplasma)
mengalami sianosis
 Tekanan darah berubah
> 20% dari kondisi
istirahat

D.S :

- Penderita
mengeluh
nyeri
D.O :

- Tampak
meringis
Gelisah
- Frekuensi
nadi
meningkat
- Tekanan
darah
meningkat

11
B. Pathway
Ketidakseimbangan
Gangguan sirkulasi Intosikasi obat- elektrolit (Hipo/Hiper Gangguan pengaturan
Peradangan Jantung
koroner obatan kalemi) sistem saraf autonom

Perubahan Frekuensi dan


irama jantung

Aritmia

Curah jantung Gagal jantung kiri Nadi tidak teratur


(bradikardi/takikardi Hipertensi dan
menurun berat (Ventrikel kiri) hipotensi

Perubahan irama dan Kerja jantung


bunyi nafas Edema paru meningkat Gelisah
tambahan (Ronkhi)

Kulit pucat/sianosis Nyeri dada ringan


Sesak nafas
Sesak nafas sampai berat

Penurunan curah
jantung
Intoleransi aktivitas Nyeri akut
12
A. Penurunan curah jantung
B. Intoleransi aktivitas
C. Nyeri Akut

1. Intervensi
Diagnosa keperawatan Rencana Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1.Penurunan Curah Curah Jantung Manajemen Aritmia
Jantung (D.0008) Kriteria Hasil :
Setelah di lakukan tindakan Observasi
Definisi : keperawatan selama 3x24 jam  Periksa onset dan
Ketidakadekuatan jantung masalah dapat teratasi dengan pemicu aritmia
memompa darah untuk indicator :  Identifikasi jenis
memenuhi kebutuhan aritmia
metabolism tubuh  Monilor frekuensi
dan durasi aritmia
-
 Monitor keluhan
nyeri dada
(intesitas, lokasi,
faktor pencetus
dan faktor
pereda) - Monitor
respon
hemodinamik
akibat aritmia
 Monitor saturasi
oksigen
 Monitor kadar
elektrolit
Terapeutik
 Berikan
lingkungan yang

13
tenang
 Pasang jalan
napas buatan
(mis. OPA, NPA,
LMA, ETT). jika
perlu
 Pasang akses
intravena Pasang
monitor jantung
Rekam EKG 12
sadapan
 Periksa interval
QT sebelum dan
sesudah
pemberian obat
yang dapat
memperpanjang
interval QT
 Lakukan
maneuver
Valsava
 Lakukan masase
karotis unilateral
 Berikan oksigen,
sesuai indikasi
 Siapkan
pemasangan ICD
(Implantable
Cardioverter
Defibrillalor)
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
antiaritmla, jika

14
pertu
 Kolaborasi
pemberian
kardioversi, jika
perlu
 Kolaborasi
permberian
defibrilasi, jika
perlu
Manajemen Energi
(I.05178)

Definisi :

Mengidentifikasi dan
mengelola penggunaan
energi untuk mengatasi atau
mencegah kelelahan dan
mengoptimalkan proses
pemulihan.

Tindakan :

Observasi:

1. Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan

2. Monitor kelelahan fisik


dan emosional

3. Monitor pola dan jam


tidur

4. Monitor lokasi dan


ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas

15
Terapeutik:

1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)

2. Lakukan latihan rentang


gerak pasif dan/atau aktif

3. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan

4. Fasilitasi duduk di sisi


tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah dan
berjalan.

Edukasi:

1. Anjurkan tirah baring

2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang

4. Anjurkan strategi koping


untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi:

1. Kolaborasi dengan ahli


gizi tentang cara
meningkatkan asupan

16
makanan.

2.Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)


(D.0056) Kriteria Hasil :
Definisi :
Setelah di lakukan tindakan
Definisi : keperawatan selama 3x24 jam Mengidentifikasi dan mengelola
Ketidakcukupan energi masalah dapat teratasi dengan penggunaan energi untuk
untuk melakukan aktivitas indicator : mengatasi atau mencegah
sehari-hari kelelahan dan mengoptimalkan
- proses pemulihan.

Tindakan :

Observasi:

- Identifikasi
gangguan fungsi
tubuh yang
mengakibatkan
kelelahan
- Monitor kelelahan
fisik dan emosional
- Monitor pola dan
jam tidur
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas

Terapeutik:

- Sediakan
lingkungan nyaman
dan rendah
stimulus (mis.
Cahaya, suara,
kunjungan)
- Lakukan latihan

17
rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di
sisi tempat tidur,
jika tidak dapat
berpindah dan
berjalan.

Edukasi:

- Anjurkan tirah
baring
- Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
- Anjurkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan

Kolaborasi:

- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan.

3.Nyeri akut (D.0077) Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)

18
Definisi: Kriteria Hasil : Definisi:
Pengalaman sensorik Setelah di lakukan tindakan
Mengidentifikasi dan
atau emosional yang keperawatan selama 3x24 jam
mengelola pengalaman
berkaitan dengan masalah dapat teratasi dengan
sensorik atau emosional yang
kerusakan jaringan indicator :
berkaitan dengan kerusakan
actual atau fungsional,
jaringan atau fungsional
dengan omset mendadak
dengan onset mendadak atau
atau lambat dan
lambat dan berintensitas
berintensitas ringan
ringan hingga berat dan
hingga berat yang
konstan.
berlangsung kurang dari
3 bulan. Tindakan

Observasi:

- Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas , intensitas
nyeri

- Identifikasi skala nyeri

- Identifikasi faktor yang


memperberat dan
memperingan nyeri

Terapeutik:

- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau dingin,
terapi bermain.

- Kontrol lingkungan yang

19
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan pencahayaan,
kebisingan)

- Fasilitasi istirahat dan


tidur

- Pertimbangkan jenis dan


sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri.

Edukasi:

- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri

- Jelaskan strategi
meredakan nyeri

- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri

- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

- Anjurkan teknik non


farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi:

- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.

2. Implementasi dan Evaluasi


Diagnosis keperawatan Implementasi Evaluasi
1.Penurunan Curah S = klien mengatakan

20
Jantung (D.0008) keluhannya telah teratasi
O = Tanda yang dialami
klien telah normal
A = Masalah Telah teratasi
P = intervensi dihentikan
2.Intoleransi Aktivitas S = klien mengatakan
(D.0056) keluhannya telah teratasi
O = Tanda yang dialami
klien telah normal
A = Masalah Telah teratasi
P = intervensi dihentikan
3.Nyeri akut (D.0077) S = klien mengatakan
keluhannya telah teratasi
O = Tanda yang dialami
klien telah normal
A = Masalah Telah teratasi
P = intervensi dihentikan

3. Dokumentasi

21
DAFTAR PUSTAKA

Academia.edu.ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN IRAMA


JANTUNG/ARITMIA. Diakses pada 21 september 2020

Alodokter.com.Aritmia-Gejala,Penyebab dan Mengobati. Diakses pada 21


September 2020

Alomedika.com.Penyakit Kardiologi Aritmia Prognosis. Diakses pada 21


September 2020

Eprints.undip.ac.id.GAMBARAN GANGGUAN IRAMA JANTUNG YANG


DISEBABKAN KARENA HIPERTIROID. Diakses pada 21 September
2020

Ejournal.unsrat.ac.id.2016.Gambaran aritmia pada pasien penyakit jantung


koroner di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2015-
31 Desember 2015. Diakses pada 21 September 2020

Jurnal.ui.ac.id.2017. Mengatasi Aritmia, Kematian Mendadak . Diakses pada 21


September 2020

22

Anda mungkin juga menyukai