Anda di halaman 1dari 2

TAREKAT TIJANIYAH

Tarekat Eksklusif Dan Kontroversial


Oleh: Drs. Syamsuri, MA.

Tarekat tijaniyah didirikan oleh syaikh ahmad bin muhammad al-tijani (1150-1230 H/1737-
1815 M) yang lahir di ‘ain madi, aljazair selatan, dan meninggal di fez, maroko, dalam usia 80 tahun. 1
syaikh ahmad tijani diyakini oleh kaum tijaniyah sebagai wali agung yang memiliki derajat tertimggi ,
dan memiliki banyak keramat, karena didukung oleh faktor genealogis, tradisi keluarga, dan proses
pempaan dirinya.

Menurut pengakuannya, ahmad tijani memiliki nasab sampai kepada nabi muhammad. Silsilah
dan garis nasabnya adalah sayyid ahmad bin muhammad bi al-mukhtar bin ahmad bin muhammad bin
salim bin al- ‘idl bin salim bin ahmad bin ‘ali bin sihaq bin zain al- ‘abidin bin ahmad bin abi talib, dari
garis siti fatimah al-zahra binti muhammad rasulallah saw.

Ahmad Tijani lahir dan dibesarkan dalam lingkungan tradisi keluarga yang taat beragama. A.
fauzan fathullah membagi riwayat hidup syaikh ahmad tijani ke dalam beberapa periode: 1) periode
kanak-kanak (sejak lahir (1150 M) usia 7 tahun); 2) periode menuntut ilmu (usia 7 belasan tahun); 3)
periode sufi (usia 21-23 tahun); 4) periode iyadhah dan mujahadah (usia 31-46 tahun); (5) periode al-
fath a;-akbatr (yahun 1196 H); dan (6) periode pengangkatan sebagai wali al-khatm (tahun 1214 H):
pada bulan muharram 1214 H mencapai al-quthbaniyah al- ‘uzm, dan pada tanggal 18 safar 1214 H
mencapai wali al-khtam wa al-maktum. Ketika memasuki usia dewasa, ia tenggelam dalam dunia sufi,
sehingga dapat mencapai derajat wali tertinggi.

Kelahiran tarekat tijaniyah sangat terkait dengan kedudukan syaikh ‘ahmad tijani sebagai wali
al-quthb al-a’zham. Derajat kewalian ahmad tijani sebagai al-quthb al-a’zham dan wali al-khatm al-
maktum diyakini oleh kaum tijaniyah dicapai melalui proses panjang. Sebelum diangkat sebagai wali
besar, pada usia 31 tahu syaikh ahmad tijani mulai mengamalkan ilmu-ilmu kesufian dan kewalian.
Sejak usia 46 tahun ia menenggelamkan diri dalam amalan-amalan para wali. Ia mengunjungi para wali
besar di berbagai negara seperti tunis, mesir, makkah, madinah, maroko, fez, dan abi samgum.
Kunjungan kepada para wali besar itu, selain dalam rangka silaturahmi, juga untuk mencari ilmu-ilmu
kewalian secara lebih luas, sehingga ia berhasil mencapai derajat kewalian yang sangat tinggi. Bahkan,
menurut pengakuannya, beberapa wali besar yang dikunjungi menyaksikan dan mengakui kebesaran
derajat kewalian syaikh ahmad tijani. Wali syaikh muhammad bin al-hasan al-wanajali isalnya,
mengatakan kepada syaikh ahmad tijani, “engaku mencapai maqam al-syadzili dan mukhasyafahnya.”

Kesaksian demikian bisa terjadi, karena di dalam tasawuf diakui bahwa seorang wali bisa
melihat wali, dan derajat kewalian hanya bisa diketahui oleh sesama wali, yang hakikatnya berasal dari
allah, anugerah dari allah, tidak dapat diketahui kecuali atas kehendak allah. Seotrang wali dengan ilmu
ma’rifah-nya dan atas anugerah allah, bisa mengetahui derajat sesama wali.

Proses panjang pengamalan ilmu-ilmju kewalian dan kunjungan syaikh ahmad tijani pada para
pembesar wali, dengan kesaksian-kesaksiannya, berakhir di daerah tempat wali besar abi samgun.
Diceritakan, sebelum di abi samgun, beliau sempat tinggal di tilimsan. Pada tahun 1196 H ia perhgi ke
sahara, tempat wali qutb abi samgun. Di tempat inilah syaikh ahmad tijani mencapai al-fath al-akbar
(terbukanya pintu martabat tertinggi dalam kewalian). Syaikh ahmad tijani mencapai mukasyafah, dia
melihat rasulallah secara yaqzhah (dalam keadaan sadar). Waktu itu, syaikh ahmad tijnani mendapat
talqin (pengajaran)tentang wirid-wirid dari rasulallah berupa istighfar 100 kali dan shalawat 100 kali,
yang kemudian disempurnakan dengan bacaan surah al-ikhlas. Empat tahun kemudian, pada tahun
1200 H, wirid itu disempurnakan lagi oleh rasulallah denganhailalah (la ilaha illa allah) 100 kali.
Wirid-wirid yang diajarkan langsung oleh rasulallah melalui al-fath, perjumpaan secara yaqzhah ini
memberikan kepada syaikh ahmad tijani otoritas ebagai pendiri tarekat sendiri.

Saat memberikan talqin, rasulallah juga menjelaskan ketinggian derajat dan kedudukan wirid
yang diajarkan kepada syaikh ahmad tijani. Karena kedudukan dan derajat ajaran wiridnya yangbsangat
tinggi, rasulallah memerintahkan kepada syaikh ahmad tijani agar hanya berkosentrasi pada
pengalaman wirid itu, dan meninggalkan wirid para wali yang lain. Dalam hal ini rasulallah bersabda:

“tak ada karunia bagi mahluk pun dari guru-guru tarekat atas kamu, akulah perantaramu dan
pembimbingmu dengan sebenarnya. Tinggalkanlah semua tarekat yang pernah kau ambil. Kemudian
rasulallah mengatakan: “

Anda mungkin juga menyukai