Anda di halaman 1dari 14

Makalah Pendidikan Agama Islam

“Hakekat Manusia Menurut Islam”


D
I
S
U
S
U
N
Kelompok 3
 Bunga Edelwisha Arisandi
 Putri Martika
Prodi : Akuntansi

Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Universitas Riau

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul
"Hakekat Manusia Menurut Islam" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung


bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah


sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat
menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan
pada makalah-makalah selanjutnya.

                                                                          Pekanbaru, September 2020

                                                                                              

Penyusun

Kelompok 3

(i)
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar.....................................................................................................i                            

Daftar
Isi...................................................................................................................ii                              
          

BAB I Pendahuluan.....................................................................................1

1.1) Latar Belakang........................................................................................1                

1.2) Rumusan Masalah...................................................................................1   

1.3) Tujuan  Penulisan....................................................................................1                   

BAB II Pembahasan.....................................................................................2

HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM.............................................2

2.1) Konsep Manusia......................................................................................2

2.1.1 Siapa Manusia Itu......................................................................2

2.1.2 Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain.......

............................................................................................................3    

2.2) Eksistensi dan Martabat Manusia...........................................................4

2.2.1 Tujuan Penciptaan Manusia......................................................4

2.2.2 Fungsi dan Peranan yang diberikan Allah pada Manusia.........

...........................................................................................................5

2.3) Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah............6

2.3.1 Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah....................6

2.3.2 Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah..................8

BAB III Penutup........................................................................................10

3.1) Kesimpulan...........................................................................................10                 

3.2) Saran.....................................................................................................10

Daftar Pustaka...........................................................................................11

(ii)
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1) LATAR BELAKANG

Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki peranan
penting dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang sebagai makhluk yang
paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk Allah SWT bahkan Allah menyuruh para
malaikat untuk bersujud kepada Adam Alaihi salam. Masyarakat barat memiliki pandangan
bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa dan raga serta dibekali dengan akal dan
pikiran.

Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia
hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat perpaduan antara
sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini.
Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal
dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya. Dalam
hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di
muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.

1.2) RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas timbul beberapa masalah, diantaranya:

1. Siapkah manusia itu?


2. Apakah persamaan dan perbedaan manusia dan makhluk lainnya?
3. Apa tujuan penciptaan manusia?
4. Apa fungsi dan peranan yang diberikan Allah pada manusia?
5. Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah?
6. Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah?

1.3) TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari materi ini adalah:

1. Kita dapat memahami siapa manusia sebenarnya


2. Kita dapat memahami persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain
3. Kita dapat mengetahui tujuan penciptaan manusia sendiri
4. Kita dapat mengetahui fungsi dan peranan yang diberikan Allah pada manusia
5. Kita dapat mengetahui tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah
6. Kita dapat mengetahui tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah

(1)
BAB 2

PEMBAHASAN
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas,
bebas memilih dan bertanggung jawab. Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT
adalah makhluk paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainya, termasuk
diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dan lain-lainnya

2.1) KONSEP MANUSIA

2.1.1 Siapa Manusia itu

Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWt yang memiliki peranan penting
dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang sebagai makhluk yang paling tinggi
derajatnya dibandingkan makhluk Allah SWT bahkan Allah menyuruh para malaikat untuk
bersujud kepada Adam Alaihi salam.

Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-
naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah,
atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia
sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi
Adam.

Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk
yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran
dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.

Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,


psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak
biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.

Para sarjana islam sepakat bahwa manusia merupakan makhluk Allah yang terdiri dari
2 dimensi yaitu :dimensi jasmani dan rohani atau jiwa dan raga.

Islam tidak hanya memandang manusia dari segi pikiran atau kejiwaannya saja, tetapi
islam memandang manusia sebagai makhluk yang terdiri dari jasmani dan rohani. Yang mana
jasmani mempunyai tuntutan-tuntutan sendiri yang perlu dipenuhi begitu juga sebaliknya
agar manusia hidup harmonis.

(2)
Dalam surat al-Hijr ayat 28-29 dijelaskan bahwa:

(28) ‫ق إِنِّي لِ ْل َمالئِ َك ِة َربُّكَ قَا َل َوإِ ْذ‬


ٌ ِ‫ش ًرا َخال‬
َ َ‫ال ِمنْ ب‬
ٍ ‫ص‬َ ‫ص ْل‬
َ ْ‫سنُو ٍن َح َمإٍ ِمن‬
ْ ‫َم‬
(29) ‫س َّو ْيتُهُ فَإِ َذا‬ ِ ‫ين لَهُ فَقَ ُعوا ُر‬
َ ُ‫وحي ِمنْ ِفي ِه َونَفَ ْخت‬ َ ‫اج ِد‬
ِ ‫س‬َ
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya
Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud . (al-hijr(15);28-29).

2.1.2 Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain

Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fugsi tubuh dan
fisiologisnya. Fungsi kebinatangan di temukan oleh naluri, pola-pola tingkah laku yang khas,
yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan. Semakin tinggi tingkat
perkembangan binatang, semakin fleksibel pola tindakannya. Pada primata (bangsa monyet)
yang lebih tinggi dapat di temukan intelegensi, yaitu penggunaan pikiran guna mencapai
tujuan yang diinginkan, sehingga memungkinkan binatang melampaui pola kelakuan yang
telah di gariskan secara naluri. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-
elemen dasar ekstensinya yang tertentu masih tetap sama.

Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki
hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan di dukung oleh pengetahuan
dan kesadaran. Perbedaan di antara keduanya terletak pada dimensi pengtahuan, kesadaran,
dan tingkat tujuan. Di sinilah letak kelebihan dan keunggulan yang di banding dengan
makhluk lain.

Manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup di muka bumi merupakan makhluk
yang memiliki karakter yang paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan
binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling
utama antara manusia dengan makhluk yang lain adalah dalam kemampuannya melahirkan
kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang memilikinya, sedangkan binatang hanya
memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.

Di banding makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itu


membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan menusia adalah kemampuan
untuk bergerak di darat, di laut maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak
di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang dapat hidup di darat dan di air, namun
tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan
manusia atau makhluk lain di tercantum dalam surat al-Isra ayat 70:

(3)
‫ت م َِن َو َر َز ْق َنا ُه ْم َو ْال َبحْ ِر ْال َبرِّ فِي َو َح َم ْل َنا ُه ْم آ َد َم َبنِي َكرَّ مْ َنا َولَ َقد‬ َّ ‫ِير َعلَ ٰى َو َفض َّْل َنا ُه ْم‬
ِ ‫الط ِّي َبا‬ ٍ ‫َت ْفضِ ياًل َخلَ ْق َنا ِممَّنْ َكث‬

Arab-Latin: Wa laqad karramnā banī ādama wa ḥamalnāhum fil-barri wal-baḥri wa


razaqnāhum minaṭ-ṭayyibāti wa faḍḍalnāhum 'alā kaṡīrim mim man khalaqnā tafḍīlā

Terjemah Arti: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
Kami ciptakan.” (Q.S. Al-Isra’:70)

Di samping itu manusia memiliki akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu yang
diturunkan Allah, berupa al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah
menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmunya manusia di
lebihkan dari makhluk lainnya.

Manusia memiliki karakter yang khas, bahkan di bandingkan makhluk lain yang
paling mirip sekalipun. Kekhasan inilah yang menurut al-Quran menyebabkan adanya
konsekuensi kemanusiaan di antaranya kesadaran, tanggung jawab, dan pembalasan. Diantara
karakteristik manusia adalah:

1) Aspek kreasi
2) Aspek ilmu
3) Aspek kehendak
4) Pengarahan akhlak

2.2) EKSISTENSI DAN MARTABAT MANUSIA

2.2.1 Tujuan Penciptaan Manusia

Kata “Abdi”  berasal dari kata bahasa Arab yang artinya “memperhambakan diri”,
ibadah (mengabdi/memperhambakan diri). Manusia diciptakan oleh Allah agar ia beribadah
kepada-Nya. Pengertian ibadah di sini tidak sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh
masyarakat pada umumnya, yakni kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi
seluas pengertian yang dikandung oleh kata memperhambakan dirinya sebagai hamba  Allah.
Berbuat sesuai dengan kehendak dan kesukaann (ridha) Nya dan menjauhi apa yang menjadi
larangan-Nya.

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian


penyembahan kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya
membayangkan aspek ritual yang tercermin salam solat saja. Penyembahan berarti
ketundukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik
ibadah ritual yang menyangkut hubungan vertical (manusia dengan Tuhan) maupun ibadah
sosial yang menyangkut horizontal ( manusia dengan alam semesta dan manusia).

(4)
Penyembahan manusia pada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap
terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang adil dan baik. Oleh karena itu
penyembahan harus dilakukan secara sukarela, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun
pada manusia termasuk pada ritual-ritual penyembahannya. Dalam hal ini Allah berfirman:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyambah-Ku.
Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki  supaya
mereka member aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha pemberi Rezeki yang
mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (az-Zaariyaat, 51:56-58).

“Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan degnan dekimikian itulah agama yang
lurus.” (Bayinnah, 98:5)

Penyembahan yang sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan  dirinya


sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta.
Keseimbangan alam dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan
pada kehidupan manusia tidak sekedar akan menghancurkan bagian-bagian alam semesta
yang lain, inilah tujuan penciptaan manusia di tengah-tengah alam.

2.2.2 Fungsi dan Peranan yang diberikan Allah pada Manusia

Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah


sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk
menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang
dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan
Allah, diantaranya adalah :

1. Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada
ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2. Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah
maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu
Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan
3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya
untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri
dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

(5)
Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia:

 Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada
Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada
nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau
melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah
Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum
dalam QS Az Dzariyat : 56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembahKu”
 Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah
bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di
hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi
orang tuanya yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam.
Hal ini tercantum dalam QS Al A’raf : 172
 “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?”.
Mereka menjawab:”Betul (Engkau Tuhan Kami),kami menjadi saksi”.(Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)”
 Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan misi
yang telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk memakmurkan
bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau
Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah di sini adalah seorang pemimpin
Islam yang mampu memakmurkan alam dengan syariah-syariah yang telah diajarkan
Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia yang beriman sejatilah yang mampu
memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali Allah yang mempusakai
dunia ini.

2.3) TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH ALLAH

2.3.1 Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah

Manusia Sebagai Hamba Allah

Menurut (‘abdullah), esensi dari ‘abd adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan
yang kesemuanya itu hanya layak diberikan manusia kepada Allah SWT. Ketundukan dan
ketaatan pada kodrat alamiah senantiasa berlaku bagi manusia. Ia terikat oleh hukum-hukum
Allah yang menjadi kodrat pada setiap ciptaannya, manusia menjadi bagian dari setiap
ciptaannya, dan ia bergantung pada pada sesamanya. Sebagai hamba Allah, manusia tidak
bisa terlepas dari kekuasaan-Nya. Sebab manusia mempunyai fitrah (potensi) untuk
beragama. Mulai dari manusia purba sampai kepada manusia modern sekarang yang
mengakui bahwa diluar dirinya ada kekuasaan transendental (Ramayulis&Samsul Nizar,
ibid).Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk
beragama sesuai dengan fitrahnya.

(6)
Firman Allah SWT menyebutkan :

‫ين َوجْ َه َك فَأَقِ ْم‬ ْ ِ‫اس َف َط َر ٱلَّتِى ٱهَّلل ِ ف‬ ٰ ٰ


ِ ‫ط َرتَ ۚ َحنِيفً لِل ِّد‬ ِ ‫اس أَ ْك َث َر َولَكِنَّ ْٱل َق ِّي ُم ٱل ِّدينُ َذل َِك ۚ ٱهَّلل ِ لِ َخ ْل‬
َ ‫ق تَ ْب ِدي َل اَل ۚ َعلَ ْي َها ٱل َّن‬ ِ ‫ُون اَل ٱل َّن‬
َ ‫َيعْ لَم‬

Terjemah Arti: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(Q.S. Ar-Rum : 30)

Berdasarkan ayat di atas, semuasuku bangsa manusia kapanpundimanapun mengakui


adanya Dzat Yang Maha Kuasa di luar dirinya. Allah SWT juga berfirman :

ُ ‫نس ْٱل ِجنَّ َخلَ ْق‬


‫ت َو َما‬ َ ِ ‫لِيَ ْعبُدُو ِن إِاَّل َوٱإْل‬

Terjemah Arti: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (Q.S Az-Zariyat :56)

Berdasarkan ayat tersebut, tergambarkan bahwa seluruh tugas manusia dalam hidup
ini berakumulasi pada tanggung jawab mengabdi (beribadah) kepada Allah SWT. Pengakuan
manusia akan adanya Allah secara naluriahmenurut informasi Al-Quran disebabkan telah
terjadinya dialog antara Allah dan roh manusia tatkala berada di alam arwah.

Secara moral manusiawi manusia mempunyai kewajiban Allah sebagai khaliknya,


yang telah memberi kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya. Jadi berdasarkan hadits AL-
Lu’lu uwal kewajiban manusia kepada Allah pada garis besar besarnya ada 2 :

1) Mentauhidkan-Nya yakni tidak memusyrik-Nya kepada sesuatu pun.


2) Beribadat kepada-Nya

Orang yang demikian ini mempunyai hak untuk tidak disiksa oleh Allah, bahkan akan
diberi pahala dengan pahala yang berlipat ganda, dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus
kali lipat bahkan dengan ganda yang tak terduga banyaknya oleh manusia. Dalam al-quran
kewajiban ini diformulasikan dengan :

1) Iman.
2) Amal saleh

Beriman dan beramal saleh itu dalam istilah lain disebut takwa. Dalam ayat (Q.S al-
baqorah ayat 177) iman dan amal saleh, yang disebut takwa dengan perincian :

1) Iman kepada Allah : kepada hari akhir, kepada malaikat-malaikat, kepada kitab-kitab,
dan kepada nabi-nabi.

(7)
2) Amal saleh :
a. Kepada sesama manusia : dengan memberikan harta yang juga senang terhadap harta
itu, kepada kerabatnya kepada anak-anak yatim kepada orang-orang miskin kepada
musafir yang membutuhkan pertolongan (ibnu sabil)
b. Kepada Allah : menegakan / mendirikan shalat, menunaikan zakat
c. Kepada diri sendiri : menempati janji apabila ia berjanji, sabar delam kesempitan,
penderitaan dan peperangan.

Kesemuanya itu adalah dalam rangka ibadah kepada allah memenuhi manusia terhadap
khalik.

2.3.2 Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah

Manusia Sebagai Khalifah Allah

Kata khalifah berasal dari kata “khalafa”, yang berarti mengganti atau melanjutkan.
Menurut QuraishShihab, istilah khalifah dalam bentuk mufrad (tunggal) berarti penguasa
politik dan religius. Istilah ini digunakan untuk nabi-nabi dan tidak digunakan untuk manusia
pada umumnya. Sedangkan untuk manusia biasa digunakan khala’if yang di dalamnya
mengandung makna yang lebih luas, yaitu bukan hanya sebagai penguasa dalam berbagai
bidang kehidupan.
ٓ
َ ‫ض فِى َخ ٰلَئ‬
‫ِف َج َعلَ ُك ْم ٱلَّذِى ه َُو‬ َ ‫ين َي ِزي ُد َواَل ۖ َم ْق ًتا إِاَّل َرب ِِّه ْم عِ ندَ ُك ْف ُر ُه ْم ْٱل ٰ َكف ِِر‬
ِ ْ‫ين َي ِزي ُد َواَل ۖ ُك ْف ُرهُۥ َف َعلَ ْي ِه َك َف َر فَ َمن ۚ ٱأْل َر‬ َ ‫ْٱل ٰ َكف ِِر‬

‫َخ َسارً ا إِاَّل ُك ْف ُر ُه ْم‬

Terjemah Arti: Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa
yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang
yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan
kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka
belaka. (Q.S. Fatir : 39)

Ayat tersebut, disamping menjelaskan kedudukan manusia di alam raya sebagai


khalifah dalam arti yang luas, juga memberi isyarat tentang perlunya sikap moral atau etika
yang harus ditegakkan dalam melaksanakan fungsi kekhalifahannya.

Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus di pertanggung


jawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang di pikul manusia di muka bumi adalah tugas
kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan
memelihara alam.

Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi
khalifah, berarti manusia memperoleh mandate Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di
muka bumi.

(8)
Kekuasaan yang di berikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan
dirinya mengolah dan mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan
hidupnya sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan oleh Allah. Agar manusia bisa
menjalankan kekhalifahannya dengan baik, Allah telah mengajarkan kepadanya kebenaran
dalam segala ciptaan-Nya dan melalui pemahaman serta penguasaan terhadap hukum-hukum
yang terkandung dalam ciptaan-Nya, manusia bisa menyusun konsep-konsep serta melakukan
rekayasa membentuk wujud baru dalam alam kebudayaan.

Dua peran yang di pegang manusia di muka bumi. Sebagai khalifah dan ‘abd
merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup,  yang
sarat dengan kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Oleh
karena itu hidup seorang muslim akan di penuhi dengan amaliah, kerja keras yang tiada henti,
sebab bekerja bagi seorang muslim adalah membentuk satu amal shaleh. Kedudukan manusia
di muka bumi sebagai khalifah dan sebagai makhluk Allah, bukanlah dula hal yang
bertentangan melainkan suatu kesatuan yang padu dan tidak terpisahkan. Kekhalifaan adalah
ralisasi dari pengabdiannya kepada Allah yang menciptakannya.

Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian
rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang
menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ke tingkat yang paling rendah.

Dengan demikian, manusia sebagai khalifah Allah merupakan satu kesatuan yang
menyampurnakan nilai kemanusiaan yang memiliki kebebasan berkreasi dan sekaligus
menghadapkannya pada tuntutan kodrat yang menempatkan posisinya pada ketrbatasan.

Perwujudan kualitas keinsanian manusia tidak terlepas dari konteks sosial budaya,
atau dengan kata lain kekhalifaan manusia pada dasarnya diterapkan pada konteks indvisu
dan sosial yang berporos pada Allah.

(9)
BAB 3

PENUTUP

3.1) KESIMPULAN

Berdasarkan berbagai aspek yang telah kami bahas, maka dapat kami simpulkan
bahwa hakikat manusia dalam pandangan islam yaitu sebagai khalifah di bumi Allah ini, kita
sebagai hamba hanya mampu menjalankannya. Yang mampu merubah bumi ini kearah yang
lebih baik. Hal yang menjadikan manusia sebagai khalifah adalah karena manusia memiliki
kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya, seperti akal dan perasaan, serta nafsu. Selain
itu manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Allah yang paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang lainnya.

Hakikat manusia dalam Islam sebagai hamba Allah sangat jelas, karna kita diciptakan
oleh Allah dan harus pula mengerjakan perintah serta menjauhi larangan-Nya sesuai dengan
aturan-Nya. Serta sebagai Khalifah yang menjadi generasi penerus baginda Rasulullah SAW
dengan terus belajar, mengamalkannya dan membudayakannya.

3.2) SARAN

Berdasarkan dari materi yang kami bahas ini, kami berharap kita sebagai umat yang
beragama, sepatutnya bisa menjalankan semua perintah yang diwajibkan untuk kita. Jangan
pernah sampai meninggal hal-hal yang wajib, seperti sholat salah satunya, karena kita hidup
di dunia ini hanya sementara. Jangan hanya memikirkan kehidupan dunia saja, karena kita
tidak akan pernah tau kapan kita akan dipanggil oleh yang Maha Kuasa. Kita sebagai hamba
yang taat harus tau apa saja tanggung jawab kita yang diatas, dan berusahalah untuk tetap
tunduk kepada Allah swt.

(10)
DAFTAR PUSTAKA
Jurnalilmiyah.blogspot.com/2017/11/pengertian-hakikat-manusia-menurut-islam.html

https://dalamislam.com/info-islami/konsep-manusia-dalam-islam

https://www.kompasiana.com/wrep/5529a92ef17e615d623ea/konsep-manusia-dalam-
pandangan-islam

https://ppdaruliman.com/artikel/read/konsep-manusia-dalam-islam

Referensi:https://tafsirweb.com/4674-quran-surat-al-isra-ayat-70-html

https://tafsirweb.com/7394-quran-surat-ar-rum-ayat-30.html

https://tafsirweb.com/37749-quran-surat-adz-dzariyat-ayat-56-58.html

https://tafsirweb.com/7905-quran-surat-fatir-ayat-39.html

(11)

Anda mungkin juga menyukai