Universitas Riau
2020
KATA PENGANTAR
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini.
Penyusun
Kelompok 3
(i)
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.....................................................................................................i
Daftar
Isi...................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan.....................................................................................1
BAB II Pembahasan.....................................................................................2
............................................................................................................3
...........................................................................................................5
3.1) Kesimpulan...........................................................................................10
3.2) Saran.....................................................................................................10
Daftar Pustaka...........................................................................................11
(ii)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1) LATAR BELAKANG
Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki peranan
penting dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang sebagai makhluk yang
paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk Allah SWT bahkan Allah menyuruh para
malaikat untuk bersujud kepada Adam Alaihi salam. Masyarakat barat memiliki pandangan
bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa dan raga serta dibekali dengan akal dan
pikiran.
Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia
hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat perpaduan antara
sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini.
Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal
dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya. Dalam
hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di
muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
(1)
BAB 2
PEMBAHASAN
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas,
bebas memilih dan bertanggung jawab. Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT
adalah makhluk paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainya, termasuk
diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dan lain-lainnya
Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWt yang memiliki peranan penting
dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang sebagai makhluk yang paling tinggi
derajatnya dibandingkan makhluk Allah SWT bahkan Allah menyuruh para malaikat untuk
bersujud kepada Adam Alaihi salam.
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-
naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah,
atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia
sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi
Adam.
Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk
yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran
dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Para sarjana islam sepakat bahwa manusia merupakan makhluk Allah yang terdiri dari
2 dimensi yaitu :dimensi jasmani dan rohani atau jiwa dan raga.
Islam tidak hanya memandang manusia dari segi pikiran atau kejiwaannya saja, tetapi
islam memandang manusia sebagai makhluk yang terdiri dari jasmani dan rohani. Yang mana
jasmani mempunyai tuntutan-tuntutan sendiri yang perlu dipenuhi begitu juga sebaliknya
agar manusia hidup harmonis.
(2)
Dalam surat al-Hijr ayat 28-29 dijelaskan bahwa:
Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fugsi tubuh dan
fisiologisnya. Fungsi kebinatangan di temukan oleh naluri, pola-pola tingkah laku yang khas,
yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan. Semakin tinggi tingkat
perkembangan binatang, semakin fleksibel pola tindakannya. Pada primata (bangsa monyet)
yang lebih tinggi dapat di temukan intelegensi, yaitu penggunaan pikiran guna mencapai
tujuan yang diinginkan, sehingga memungkinkan binatang melampaui pola kelakuan yang
telah di gariskan secara naluri. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-
elemen dasar ekstensinya yang tertentu masih tetap sama.
Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki
hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan di dukung oleh pengetahuan
dan kesadaran. Perbedaan di antara keduanya terletak pada dimensi pengtahuan, kesadaran,
dan tingkat tujuan. Di sinilah letak kelebihan dan keunggulan yang di banding dengan
makhluk lain.
Manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup di muka bumi merupakan makhluk
yang memiliki karakter yang paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan
binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling
utama antara manusia dengan makhluk yang lain adalah dalam kemampuannya melahirkan
kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang memilikinya, sedangkan binatang hanya
memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.
(3)
ت م َِن َو َر َز ْق َنا ُه ْم َو ْال َبحْ ِر ْال َبرِّ فِي َو َح َم ْل َنا ُه ْم آ َد َم َبنِي َكرَّ مْ َنا َولَ َقد َّ ِير َعلَ ٰى َو َفض َّْل َنا ُه ْم
ِ الط ِّي َبا ٍ َت ْفضِ ياًل َخلَ ْق َنا ِممَّنْ َكث
Terjemah Arti: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
Kami ciptakan.” (Q.S. Al-Isra’:70)
Di samping itu manusia memiliki akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu yang
diturunkan Allah, berupa al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah
menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmunya manusia di
lebihkan dari makhluk lainnya.
Manusia memiliki karakter yang khas, bahkan di bandingkan makhluk lain yang
paling mirip sekalipun. Kekhasan inilah yang menurut al-Quran menyebabkan adanya
konsekuensi kemanusiaan di antaranya kesadaran, tanggung jawab, dan pembalasan. Diantara
karakteristik manusia adalah:
1) Aspek kreasi
2) Aspek ilmu
3) Aspek kehendak
4) Pengarahan akhlak
Kata “Abdi” berasal dari kata bahasa Arab yang artinya “memperhambakan diri”,
ibadah (mengabdi/memperhambakan diri). Manusia diciptakan oleh Allah agar ia beribadah
kepada-Nya. Pengertian ibadah di sini tidak sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh
masyarakat pada umumnya, yakni kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi
seluas pengertian yang dikandung oleh kata memperhambakan dirinya sebagai hamba Allah.
Berbuat sesuai dengan kehendak dan kesukaann (ridha) Nya dan menjauhi apa yang menjadi
larangan-Nya.
(4)
Penyembahan manusia pada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap
terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang adil dan baik. Oleh karena itu
penyembahan harus dilakukan secara sukarela, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun
pada manusia termasuk pada ritual-ritual penyembahannya. Dalam hal ini Allah berfirman:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyambah-Ku.
Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya
mereka member aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha pemberi Rezeki yang
mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (az-Zaariyaat, 51:56-58).
“Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan degnan dekimikian itulah agama yang
lurus.” (Bayinnah, 98:5)
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan
Allah, diantaranya adalah :
1. Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada
ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2. Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah
maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu
Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan
3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya
untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri
dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
(5)
Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia:
Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada
Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada
nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau
melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah
Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum
dalam QS Az Dzariyat : 56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembahKu”
Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah
bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di
hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi
orang tuanya yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam.
Hal ini tercantum dalam QS Al A’raf : 172
“Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?”.
Mereka menjawab:”Betul (Engkau Tuhan Kami),kami menjadi saksi”.(Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)”
Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan misi
yang telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk memakmurkan
bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau
Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah di sini adalah seorang pemimpin
Islam yang mampu memakmurkan alam dengan syariah-syariah yang telah diajarkan
Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia yang beriman sejatilah yang mampu
memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali Allah yang mempusakai
dunia ini.
Menurut (‘abdullah), esensi dari ‘abd adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan
yang kesemuanya itu hanya layak diberikan manusia kepada Allah SWT. Ketundukan dan
ketaatan pada kodrat alamiah senantiasa berlaku bagi manusia. Ia terikat oleh hukum-hukum
Allah yang menjadi kodrat pada setiap ciptaannya, manusia menjadi bagian dari setiap
ciptaannya, dan ia bergantung pada pada sesamanya. Sebagai hamba Allah, manusia tidak
bisa terlepas dari kekuasaan-Nya. Sebab manusia mempunyai fitrah (potensi) untuk
beragama. Mulai dari manusia purba sampai kepada manusia modern sekarang yang
mengakui bahwa diluar dirinya ada kekuasaan transendental (Ramayulis&Samsul Nizar,
ibid).Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk
beragama sesuai dengan fitrahnya.
(6)
Firman Allah SWT menyebutkan :
Terjemah Arti: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(Q.S. Ar-Rum : 30)
Terjemah Arti: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (Q.S Az-Zariyat :56)
Berdasarkan ayat tersebut, tergambarkan bahwa seluruh tugas manusia dalam hidup
ini berakumulasi pada tanggung jawab mengabdi (beribadah) kepada Allah SWT. Pengakuan
manusia akan adanya Allah secara naluriahmenurut informasi Al-Quran disebabkan telah
terjadinya dialog antara Allah dan roh manusia tatkala berada di alam arwah.
Orang yang demikian ini mempunyai hak untuk tidak disiksa oleh Allah, bahkan akan
diberi pahala dengan pahala yang berlipat ganda, dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus
kali lipat bahkan dengan ganda yang tak terduga banyaknya oleh manusia. Dalam al-quran
kewajiban ini diformulasikan dengan :
1) Iman.
2) Amal saleh
Beriman dan beramal saleh itu dalam istilah lain disebut takwa. Dalam ayat (Q.S al-
baqorah ayat 177) iman dan amal saleh, yang disebut takwa dengan perincian :
1) Iman kepada Allah : kepada hari akhir, kepada malaikat-malaikat, kepada kitab-kitab,
dan kepada nabi-nabi.
(7)
2) Amal saleh :
a. Kepada sesama manusia : dengan memberikan harta yang juga senang terhadap harta
itu, kepada kerabatnya kepada anak-anak yatim kepada orang-orang miskin kepada
musafir yang membutuhkan pertolongan (ibnu sabil)
b. Kepada Allah : menegakan / mendirikan shalat, menunaikan zakat
c. Kepada diri sendiri : menempati janji apabila ia berjanji, sabar delam kesempitan,
penderitaan dan peperangan.
Kesemuanya itu adalah dalam rangka ibadah kepada allah memenuhi manusia terhadap
khalik.
Kata khalifah berasal dari kata “khalafa”, yang berarti mengganti atau melanjutkan.
Menurut QuraishShihab, istilah khalifah dalam bentuk mufrad (tunggal) berarti penguasa
politik dan religius. Istilah ini digunakan untuk nabi-nabi dan tidak digunakan untuk manusia
pada umumnya. Sedangkan untuk manusia biasa digunakan khala’if yang di dalamnya
mengandung makna yang lebih luas, yaitu bukan hanya sebagai penguasa dalam berbagai
bidang kehidupan.
ٓ
َ ض فِى َخ ٰلَئ
ِف َج َعلَ ُك ْم ٱلَّذِى ه َُو َ ين َي ِزي ُد َواَل ۖ َم ْق ًتا إِاَّل َرب ِِّه ْم عِ ندَ ُك ْف ُر ُه ْم ْٱل ٰ َكف ِِر
ِ ْين َي ِزي ُد َواَل ۖ ُك ْف ُرهُۥ َف َعلَ ْي ِه َك َف َر فَ َمن ۚ ٱأْل َر َ ْٱل ٰ َكف ِِر
Terjemah Arti: Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa
yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang
yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan
kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka
belaka. (Q.S. Fatir : 39)
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi
khalifah, berarti manusia memperoleh mandate Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di
muka bumi.
(8)
Kekuasaan yang di berikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan
dirinya mengolah dan mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan
hidupnya sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan oleh Allah. Agar manusia bisa
menjalankan kekhalifahannya dengan baik, Allah telah mengajarkan kepadanya kebenaran
dalam segala ciptaan-Nya dan melalui pemahaman serta penguasaan terhadap hukum-hukum
yang terkandung dalam ciptaan-Nya, manusia bisa menyusun konsep-konsep serta melakukan
rekayasa membentuk wujud baru dalam alam kebudayaan.
Dua peran yang di pegang manusia di muka bumi. Sebagai khalifah dan ‘abd
merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup, yang
sarat dengan kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Oleh
karena itu hidup seorang muslim akan di penuhi dengan amaliah, kerja keras yang tiada henti,
sebab bekerja bagi seorang muslim adalah membentuk satu amal shaleh. Kedudukan manusia
di muka bumi sebagai khalifah dan sebagai makhluk Allah, bukanlah dula hal yang
bertentangan melainkan suatu kesatuan yang padu dan tidak terpisahkan. Kekhalifaan adalah
ralisasi dari pengabdiannya kepada Allah yang menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian
rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang
menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ke tingkat yang paling rendah.
Dengan demikian, manusia sebagai khalifah Allah merupakan satu kesatuan yang
menyampurnakan nilai kemanusiaan yang memiliki kebebasan berkreasi dan sekaligus
menghadapkannya pada tuntutan kodrat yang menempatkan posisinya pada ketrbatasan.
Perwujudan kualitas keinsanian manusia tidak terlepas dari konteks sosial budaya,
atau dengan kata lain kekhalifaan manusia pada dasarnya diterapkan pada konteks indvisu
dan sosial yang berporos pada Allah.
(9)
BAB 3
PENUTUP
3.1) KESIMPULAN
Berdasarkan berbagai aspek yang telah kami bahas, maka dapat kami simpulkan
bahwa hakikat manusia dalam pandangan islam yaitu sebagai khalifah di bumi Allah ini, kita
sebagai hamba hanya mampu menjalankannya. Yang mampu merubah bumi ini kearah yang
lebih baik. Hal yang menjadikan manusia sebagai khalifah adalah karena manusia memiliki
kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya, seperti akal dan perasaan, serta nafsu. Selain
itu manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Allah yang paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang lainnya.
Hakikat manusia dalam Islam sebagai hamba Allah sangat jelas, karna kita diciptakan
oleh Allah dan harus pula mengerjakan perintah serta menjauhi larangan-Nya sesuai dengan
aturan-Nya. Serta sebagai Khalifah yang menjadi generasi penerus baginda Rasulullah SAW
dengan terus belajar, mengamalkannya dan membudayakannya.
3.2) SARAN
Berdasarkan dari materi yang kami bahas ini, kami berharap kita sebagai umat yang
beragama, sepatutnya bisa menjalankan semua perintah yang diwajibkan untuk kita. Jangan
pernah sampai meninggal hal-hal yang wajib, seperti sholat salah satunya, karena kita hidup
di dunia ini hanya sementara. Jangan hanya memikirkan kehidupan dunia saja, karena kita
tidak akan pernah tau kapan kita akan dipanggil oleh yang Maha Kuasa. Kita sebagai hamba
yang taat harus tau apa saja tanggung jawab kita yang diatas, dan berusahalah untuk tetap
tunduk kepada Allah swt.
(10)
DAFTAR PUSTAKA
Jurnalilmiyah.blogspot.com/2017/11/pengertian-hakikat-manusia-menurut-islam.html
https://dalamislam.com/info-islami/konsep-manusia-dalam-islam
https://www.kompasiana.com/wrep/5529a92ef17e615d623ea/konsep-manusia-dalam-
pandangan-islam
https://ppdaruliman.com/artikel/read/konsep-manusia-dalam-islam
Referensi:https://tafsirweb.com/4674-quran-surat-al-isra-ayat-70-html
https://tafsirweb.com/7394-quran-surat-ar-rum-ayat-30.html
https://tafsirweb.com/37749-quran-surat-adz-dzariyat-ayat-56-58.html
https://tafsirweb.com/7905-quran-surat-fatir-ayat-39.html
(11)