PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Beberapa tujuan yang akan dicapai dari pemaparan penulis dalam makalah ini
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sejarah dan pengertian wakaf
2. Mengetahui jenis-jenis wakaf
3. Mengetahui sasaran dan tujuan wakaf
4. Mengetahuidasar-dasar syariah
5. Mengetahui ketentuan bagi pengelola wakaf
6. Mengetahui akuntansi lembaga wakaf
7. Mengetahui permasalahan dalam praktik perwakafan
BAB II
PEMBAHASAN
1
Rohmah Suryaningsih,”makalah wakaf, ekonomi syariah”, diakses dari
http://fullindo.blogspot.com/2015/04/makalah-wakaf-ekonomi-syariah.html , pada tanggal
15 September 2018 pukul 22.00.
2. Masa dinasti-dinasti Islam
Pada masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah, pelaksanaan wakaf menjadi
lebih luas lagi, yaitu untuk turut membangun solidaritas umat dan
ekonomi masyarakat.Pada dinasti Abbasiyah, pengelolaan wakaf baik
secara administrasi dan independen dilakukan oleh lembaga disebut
dengan”shadr al-wuquf”.Pada masa Ayyubiyah, terjadi lompatan besar
dalam berwakaf. Dinasti utsmani, yang menguasai sebagian besar wilayah
Negara Arab, menerapkan syariah islam dengan lebih mudah termasuk
mengatur tentang wakaf yang mulai diberlakukan pada tanggal 19 Jumadil
Akhir tahun 1280 H (1859 M). Selanjutnya tahun 1287 H (1866 M)
dikeluarkan Undang-undang yang menjelaskan tentang kedudukan dan
tanah-tanah kekuasaan Turki Utsman dan tanah produktif yang berstatus
wakaf.Dari implementasi undang-undang tersebut di Negara-negara Arab
masih banyak tanh yang berstatus wakaf dan dipraktikan sampai sekarang.
B. Pengertian Wakaf
Kata wakaf berasal dari bahasa arab “waqafa” berarti menahan atau berhenti
atau diam di tempat atau tetap berdiri. Secara syariah, wakaf berarti menahan
harta dan memberikan manfaatnya di jalan Allah. Perbedaan pandangan
tentang terminology wakaf adalah sebagai berikut :
1. Mazhab Hanafi
Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum, tetap milik si
wakif/pewakaf dan mempergunakan manfaatnya untuk kebijakan.
2. Mazhab Maliki
Wakaf adalah menahan benda milik pewakaf(dari penggunaan secara
kepemilikan termasuk upah), tetapi membolehkan pemanfaatan hasilnya
untuk tujuan kebaikan yaitu pemberian manfaat benda secara wajar.
3. Mazhab Syafi’i dan Ahmad bin Hambal
Wakaf adalah menahan harta pewakaf untuk bisa dimanfaatkan di segala
bidang kemaslahatan dengan tetap melanggengkan harta tersebut sebagai
taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.
4. Pendapat Lain
Mazhab lain sama dengan mazhab ketiga, namun berbeda dari segi
kepemilikan atas benda yang diwakafkan yaitu menjadi milik
mauquf’alaih/penerima wakaf, meskipun ia tidak berhak melakukan suatu
tindakan atas benda tersebut, baik menjual/ menghibahkannya.
Wakaf Infak/shadaqah/hibah
Menyerahkan kepemilikan suatu Menyerahkan kepemilikan suatu
barang kepada orang lain barang kepada pihak lain
Hak milik atas barang dikembalikan Hak milik atas barang diberikan
kepada Allah kepada penerima shadaqah/hibah
Objek wakaf tidak boleh diberikan Objek shadaqah.hibah boleh
atau dijual kepada pihak lain diberikan atau dijual kepada pihak
lain
Manfaat barang biasanya dinikmati Manfaat barang dinikmati oleh
untuk kepentingan social penerima shadaqah/hibah
Objek wakaf biasanya kekal zatnya Objek shadaqah/hibah tidak harus
kekal zatnya
Pengelolaan objek wakaf diserhakan Pengelolaan obejek shadaqah/hibah
kepada administratur yang disebut diserahkan kepada si penerima
nadzir/mutawali
2
Kank Arie, “Makalah Wakaf”, diakses dari
https://kankarie1234.blogspot.com/2017/02/makalah-wakaf.html , pada tanggal 15
September 2018 pukul 22.00.
2. Benda bergerak selain uang, terdiri atas :
- Benda digolongkan sebagai benda bergerak karena sifatnya yang dapat
berpindah atau dipindahkan atau karena ketetapan undang-undang.
- Benda bergerak terbagi dalam benda bergerak yang dapat dihabiskan
dan yang tidak dapat dihabiskan karena pemakaian.
- Benda bergerak yang dapat dihabiskan karena pemakaian tidak dapat
diwakafkan, kecuali air dan bahan bakar minyak yang persediaannya
berkelanjutan.
- Benda bergera karena sifatnya yang dapat diwakafkan (kapal, pesawat
terbang, kendaraan bermotor, mesin, logam dan batu mulia).
- Benda bergerakselain uang karena peraturan perundang-undangan
yang dapat diwakafkan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah (surat berharga, hak atas kekayaan intelektual, hak atas benda
bergerak lainnya).
3. Benda bergerak berupa uang (wakaf tunai, cash waqf) yang merupakan
inovasi dalam keuangan publik Islam (Islamic society finance), karena
jarang ditemukan pada fikih klasik. Berdasarkan beberapa dalil dan
pendapat para ulama maka MUI melalui komisi fatwa mengeluarkan
tentang wakaf uang yang intinya berisi sebagai berikut :
Wakaf uang (cash wakaf/waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan
oleh seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam
bentuk uang tunai;
- Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga;
- Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh);
- Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang
dibolehkan secara syar’i;
- Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh
dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan.
C. Berdasarkan Waktu
1. Muabbad, yaitu wakaf yang diberikan untuk selamanya.
2. Mu’aqqot, yaitu wakaf yang diberikan dalam jangka waktu tertentu.
3
Emas Kuwinggo, “Makalah Tentang Wakaf”, diakses dari
https://emaskuwinggo.blogspot.com/2016/08/makalah-tentang-wakaf.html , Pada Tanggal
15 September 2018 pukul 22.10.
4
Mohamad Ali Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta:Universitas
Indonesia,1988),hlm121-124
Dari ayat-ayat Al Qur’an dan hadits-hadits Nabi, disimpulkan bahwa Allah
dan Nabi Muhammad SAW menganjurkan manusia utnuk memberikan wakaf
untuk kemaslahatan umat manusia dan pahalanya akan tetap mengalir pada
pewakaf, sekalipun ia telah meninggal dunia, selama harta yang diwakafkan
masih memberikan manfaat. 5
C. Pewakaf
Kriteria pewakaf :
1. Merdeka
2. Berakal sehat
3. Dewasa (baligh)
4. Tidak berada di bawah pengampuan
5
Rohmah Suryaningsih,”makalah wakaf, ekonomi syariah”, diakses dari
http://fullindo.blogspot.com/2015/04/makalah-wakaf-ekonomi-syariah.html , pada tanggal
15 September 2018 pukul 22.00.
Ada kalanya seseorang mewakafkan hartanya, tetapi wakaf tersebut tidak
langsung terlaksana, dan pelaksanaannya dikaitkan dengan keberadaan orang
lain. Ada beberapa hukum wakaf yang berkaitan degan masalah ini:
1. Muslim
2. Berakal
3. Dewasa
4. Adil
5. Cakap hukum
E. Syarat Mauquf’alaih
Yang dimaksud mauquf’alaih adalah tujuan/peruntukkan wakaf.Wakaf harus
dimanfaatkan dalam batas-batas yang sesuai dan diperbolehkan syariat Islam.
Ada perbedaan pendapat dari para ahli fikih terkait dengan syarat peruntukkan
wakaf yaitu :
1. Mazhab Hanafi, menyaratkan agar peruntukkan wakaf ditujukan untuk
ibadah dan syiar Islam menurut pandangan Islam dan menurut keyakinan
pewakaf.
2. Mazhab Maliki, mensyaratkan agar peruntukkan wakaf untuk ibadat
menurut pandangan pewakaf.
3. Mazhab Syafi’i dan Hambali, mensyaratkan agar peruntukkan wakaf
adalah ibadat menurut pandangan Islam saja, tanpa memandang keyakinan
pewakaf.
Syarat sahnya shighat ijab, baik berupa ucapan maupun tulisan ialah :
1. Shighat harus munajah (terjadi seketika/selesai). Maksudnya ialah shighat
menunjukkan terjadi dan terlaksananya wakaf seketika setelah shighat ijab
diucapkan atau ditulis. Shighat harus singkat dan tidak bertele-tele, jelas,
dan tegas.
2. Shighat tidak diikuti syarat batil (palsu). Maksudnya ialah syarat yang
menodai dasar atau meniadakan hukum wakaf.
3. Shighat tidak mengandung suatu pengertian untuk mencabut kembali
wakaf yang sudah dilakukan. Tidak ada syarat yang mengikat, yang bisa
mempengaruhi hakikat wakaf dan bertentangan dengan ketentuan wakaf.
6
Abdurrohman Kasdi,Fikih Wakaf(Yogyakarta:Idea Press,2017),hlm.49-70
2.5 Dalil-Dalil Tentang Wakaf
Ada beberapa dalil yang membahas tentang disyariatkannya wakaf, baik dari al-
Qur’an, sunnah, maupun ijma.
A. Dalil al-Qur’an
Allah berfirman :
ْ Uُُّون َو َما تُنفِق
إِ َّن ٱهَّلل َ بِ ِهۦUَ ۡي ٖء فUوا ِمن َشU ْ ُوا ۡٱلبِ َّر َحتَّ ٰى تُنفِق
َ ۚ وا ِم َّما تُ ِحب ْ ُلَن تَنَال
٩٢ يمٞ َِعل
Artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa
saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”(QS.
Ali Imran:92)
B. Sunnah Nabawiyah
Hadis\ riwayat Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :
Telah meriwayatkan kepada kami, Yahya bin Ayyub, Qutaibah dan Ibn ujr,
mereka berkata, ‘Telah meriwayatkan kepada kami Isma‘il dari al-‘Ala’ dari
ayahnya dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda, “Jika
seorang manusia meninggal, maka terputuslah seluruh amalnya, kecuali tiga
perkara: sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak salih yang
mendoakannya (HR. Muslim, 1929: 68).
Imam Syafi‘i mengatakan : “Bahwa ada 80 orang sahabat Nabi dari kalangan
Ansar yang mengeluarkan sadaqah dengan adaqah mulia. Imam Tirmizi juga
meriwayatkan bahwa wakaf telah diamalkan oleh para ulama, baik dari
kalangan sahabat Nabi maupun yang lainnya, ia tidak melihat ada perbedaan
pendapat di kalangan ulama mutaqaddimin tentang bolehnya wakaf, baik
wakaf tanah maupun wakaf yang lainnya (Tirmizi, 1359 H: 1376)”.
1. Tidak melakukan dominasi atas harta wakaf, karena dua pihak yang
bertransaksi tidak bolehterkumpul pada satu orang ( misalnya, pengelola
wakaf merangkap sebagai penyewa harta wakaf ). Pengelola wakaf juga tidak
boleh menyewakan harta wakaf kepada orang yang tidak diterima atau
diragukan kesaksiannya, baik orang tua, anak atau istrinya, untuk mencegah
timbulnya fitnah dan untuk berhati-hati dalam melakukan tindakan.
2. Tidak boleh berutang atas nama wakaf, baik melalui pinjaman ataupun dengan
membeli keperluan yang dibutuhkan untuk perawatan harta wakaf secara
kredit. Di mana ia berjanji untuk membayar harganya setelah adanya
keuntungan yang dihasilkan dari harta wakaf. Hal ini untuk menghindari sita
atas harta wakaf atau hasil yang didapatkan untuk dapat melunasi hutangnya,
sehingga harta wakaf menjadi hilang dan para mustahik tidak dapat
mendapatkan keuntungan darinya.
3. Tidak boleh menggadaikan harta wakaf dengan membebankan biaya tebusan
kepada kekayaan wakaf, atau dirinya, atau kepada salah seorang mustahik.
Hal tersebut dapat mengakibatkan hilangnya harta wakaf, dan dapat
menghilangkan manfaat dari harta wakaf itu sendiri.
4. Tidak boleh mengizinkan seseorang menggunakan harta wakaf tanpa bayaran,
kecuali dengan alasan hukum. Apabila pengelola wakaf menempatkan
seseorang di rumah wakaf tanpa bayaran, maka orang yang emnempati rumah
tersebut haus membayar ongkos sewa dengan harga yang pantas, baik rumah
dalam kondisi siap pakai maupun tidak.
5. Tidak boleh meminjamkan harta wakaf kepada pihak yang tidak termasuk
dalam golongan peruntukkan wakaf. Sebab, tindakannya itu termasuk dalam
pemakaian harta secara gratis yang menyebabkan tidak adanya keuntungan
bagi wakaf dan mengabaikan hak-hak para mustahik. Orang yang telah
meminjam harat wakaf dan mengambil manfaat darinya harus membayar
ongkos sewa dengan harga yang pantas.
Pengelola wakaf tidak wajib memberikan ganti rugi apabila harta atau sumber
wakaf rusak jika penyebabnya adalah kekuatan besar yang sulit dihindari atau
bencana yang tidak bisa dicegah, sementara dia tidak lalai dalam menjaga harta
wakaf tersebut. Pengelola wakaf diperbolehkan memakan sebagian dari hasil
wakaf itu, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar : “Dan tidak
ada halangan bagi orang yang mengurusinya untuk memakan sebagian darinya
dengan cara yang ma’ruf (besaran yang wajar).”
3.1 Kesimpulan
Wakaf berarti menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan Allah SWT
atau dapat dikatakan juga perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah
dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.Masih cukup banyak harta benda
wakaf, terutama yang berupa tanah, yang belum dikelola secara baik dan
maksimal.Untuk itu perlu dirumuskan strategi pengelolaan dan menerapkannya
dalam rangka pengembangan wakaf secara berkesinambungan.Hal ini perlu
dilakukan untuk mencapai tujuan wakaf secara umum yaitu untuk kemaslahatan
manusia, dengan mendekatkan diri kepada Allah, serta memperoleh pahala dari
pemanfaatan harta yang diwakafkan yang akan terus mengalir walaupun pewakaf
sudah meninggal dunia serta fungsi sosial yang dimiliki dari wakaf, karena
sasaran wakaf bukan sekedar untuk fakir miskin tetapi juga untuk kepentingan
publik dan masyarakat luas. Sehingga wakaf menjadi salah satu alternatif
pemberdayaan kesejahteraan umat secara keseluruhan. Hal ini juga tidak lepas
dari peranan nadzir sebagai pihak yang mengelola wakaf untuk menciptakan
wakaf yang mempunyai potensi sebagai sarana untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat muslimsecara optimal.
3.2 Saran
Pemberitahuan mengenai hukum wakaf sangat diperlukan karena pada umumnya
masyarakat belum memahami hukum wakaf dengan baik dan benar, baik dari segi
rukun dan syarat wakaf, maupun maksud disyariatkan wakaf. Seperti pengetahuan
mengenai benda yang diwakafkan adalah benda tidak bergerak (tanah), padahal
benda yang diwakafkan dapat berupa benda bergerak dan benda tidak bergerak.
Lalu mempertimbangkan kemampuan nadzir atau dapat dikatakan telah
memenuhi standar kualifikasi untuk mengelola harta wakaf sehingga tujuan wakaf
untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan umat akan
optimal.Pengelolaan dan manajemen wakaf yang baik dapat mengakibatkan
pengelolaan harta wakaf optimal, harta wakaf terurus dengan baik, dan harta
wakaf tidak hilang.Dengan demikian pengelolaan harta wakaf tentu akan bisa
berkembang dan diberdayakan dengan baik serta maksimal sebagaimana
diharapkan bersama.