Makalah Marasmus
Makalah Marasmus
“MARASMUS”
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1 :
Dwi Setia Mulyo (13211.19.001)
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-nya tentunya
kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat yang di
berikannya,baik itu berupa sehat fisik maupun akan pikiran sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan makalah dari mata kuliah Pendidkan Kesehatan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan yang terbatas.
Oleh karena itu,kritik dan saran di harapkan demi terciptannya makalah yang lebih
baik lagi di masa mendatang.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………1
Daftar Isi……………………………………………………………………………...3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………………………………………………………..4
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………..4
C. TUJUAN……………………………………………………………………...5
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI BELAJAR…………………………………………………………
6
2. PENGERTIAN PROSES BELAJAR…………………………………………
6
3. CIRI-CIRI BELAJAR…………………………………………………………
6
4. TEORI
BELAJAR…………………………………………………………….6
5. PENDIDIKAN
KESEHATAN……………………………………………………………..…
14
BAB III
PENUTUP
6. KESIMPULAN……………………………………………………………..19
7. SARAN………..……………………………………………………………19
DAFTAR PUSTAKA..……………………………………………………………..20
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan
terhadap kesehatan dan gizi. Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalah
gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia. Dalam Repelita VI,
pemerintah dan masyarakat berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi
30%. Namun saat ini di Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berdampak
juga pada status gizi balita, dan diasumsi kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk
akan bertambah.
Selain di Indonesia, kasus gizi buruk atau penyakit yag disebabkan oleh malnutrisi
sering terjadi di negara berkembang, dimana angka kemiskinan masih tinggi. Gizi
buruk marak terjadi di daerah di Afrika dimana terjadinya masa kekeringan yang
berkepanjangan, sehingga rakyat sulit mendapatkan makanan.
Penyakit gizi buruk merupakan jenis penyakit non infeksi yang disebabkan oleh
kekurangan satu zat gizi atau lebih secara makro. Kwashiorkor, marasmus dan
marasmic kwashiorkor ialah penyakit-penyakit gizi buruk yang biasanya terjadi pada
waktu yang lama. Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat
diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun
(baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur
menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit
dibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah
standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk
kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Pardede, J, 2006).
4
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak
tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan
sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa
mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah
KEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor.
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (MEP
berat)
(Ngastiyah, 1997)
5
Penemuan kasus balita KEP dapat dimulai dari :
2. Puskesmas
Apabila ditemukan BB anak pada KMS berada di bawah garis merah (BGM)
segera lakukan penimbangan ulang dan kaji secara teliti. Bila KEP Berat/Gizi
buruk (BB < 60% Standard WHO-NCHS) lakukan pemeriksaan klinis dan bila
tanpa penyakit penyerta dapat dilakukan rawat inap di puskesmas. Bila KEP
berat/Gizi buruk dengan penyakit penyerta harus dirujuk ke rumah sakit umum.
6
BAB 2
PEMBAHASAN
Seperti yang telah diutarakan pada pendahuluan, Gizi buruk adalah bentuk
terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara
sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur
maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan.
Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik.
Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar
dikatakan gizi buruk Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut
marasmus atau kwashiorkor (Dorland, 2000)
2.1. MARASMUS
7
Ciri-Ciri :
- Bayi cengeng dan sering merasa lapar.
8
- Atrofi jaringan, otot lemah terasa kendor/lembek ini dapat dilihat pada
pahadan pantat bayi yang seharusnya kuat dan kenyal dan tebal.
9
KOMPLIKASI
Defisiensi Vitamin A
Dermatosis
Kecacingan
diare kronis
tuberculosis
Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia(kadar gula dalam darah rendah)
Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan
KEP berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah.
Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan
saring/cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat
minum) berikan air gula dengan sendok. Jika anak mengalami gangguan
kesadaran, berikan infus cairan glukosa dan segera rujuk ke RSU kabupaten.
Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan
meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi
sampai menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan pengukuran
suhu anak pada dubur (bukan ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak
sudah normal dan stabil, tetap dibungkus dengan selimut atau pakaian rangkap
agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan hipothermia. Tidak dibenarkan
penghangatan anak dengan menggunakanbotol berisi air panas.
10
3. Atasi/cegah dehidrasi
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk
dengan dehidrasi adalah :
Mata cekung
Nadi lemah
Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali
tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral
dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan
sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal.
Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,
lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan
NaCL dengan perbandingan 1:1.
11
Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan
keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.
Berikan :
5. Obati/cegah infeksi
Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya
infeksi seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP
berat/Gizi buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis
sebagai berikut :
12
KOTRIMOKSASOL AMOKSISILI
N
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Beri 3 kali
Beri 2 kali sehari selama 5 hari
sehari
untuk 5
UMUR
hari
ATAU Tablet Tablet Anak Sirup/5ml Sirup
BERAT dewasa 20 mg trimeto 40 mg trimeto
BADAN 80 mg trimeto prim + 100 mg prim + 200 mg 125 mg
prim + 400 sulfametok sulfametok per 5 ml
mg sazol sazol
sulfametok
sazol
2 sampai 4 bulan
(4 - < 6 kg) ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
4 sampai 12
bulan ½ 2 5 ml 5 ml
(6 - < 10 Kg)
12 bln s/d 5 thn
(10 - < 19 Kg) 1 3 7,5 ml 10 ml
Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9 bulan
Catatan :
Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita penyakit
infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi tidak menjadi
lebih parah. Bila tidak ada perbaikan atau terjadi komplikasi rujuk ke Rumah
Sakit Umum.
Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan berkurang
dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Berikan
metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare berlanjut
segera rujuk ke rumah sakit
13
Fase Stabilisasi ( 1-2 hari) :
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena
keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma
basal saja.
Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan
pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½
dalam sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik
( dibutuhkan ketrampilan petugas )
Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari
Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam
dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam
Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)
14
Pantau dan catat :
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25
kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume
pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti
di atas.
15
Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:
16
TAHAPAN PEMBERIAN DIET
MAKANAN KELUARGA
12 bulan sampai 5
½ tablet 5 ml (1 sendok teh)
tahun
Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis
tunggal sebagai berikut :
17
PIRANTEL PAMOAT
UMUR ATAU BERAT BADAN (125mg/tablet)
(DOSIS TUNGGAL)
- Kasih sayang
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)
18
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan
dirumah setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan seperti pada
lampiran 5, dan aktifitas bermain.
Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase
stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil
memilih langkah mana yang sesuai untuk setiap fase. Tata laksana ini digunakan
pada pasien Kwashiorkor, Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor.
19
Hari ke 1-2 Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7
1 Hipoglikemia
2 Hipotermia
3 Dehidrasi
4 Elektrolit
5 Infeksi
6 MulaiPemberian
makanan
7 Tumbuh kejar
(Meningkatkan
Pemberian Makanan)
9 Stimulasi
10 Tindak lanjut
TINDAKAN PENCEGAHAN
20
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila
penyebab diketahui.Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan
prasaranakesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi
yang paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6
tahun ke atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu
kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat
merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang
endemiskurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.
21
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber karbohidrat Nasi, Roti, mie,
makaroni, cake, tarcis,
puding, pastri, dodol,
ubi, gula pasir.
Sumber protein Daging sapi, ayam, Dimasak dengan
ikan, telur, susu, keju, banyak minyak atau
yoghurt dan es krim. kelapa/santan kental.
Sumber protein nabati Semua jenis kacang- Dimasak dengan
kacangan, tempe, tahu banyak minyak atau
dan pindakas. kelapa/santan kental
Sayuran Semua jenis sayuran, Dimasak dengan
terutama jenis bayam, banyak minyak atau
daun singkong, kacang kelapa/santan kental.
panjang, labu siam, dan
wortel, dengan teknik
pengolahan direbus,
dikukus dan ditumis
Buah-buahan Semua jenis buah segar,
buah kaleng, buah
kering dan jus buah.
Lemak dan minyak Minyak goreng, Santan kental
mentega, margarin,
santan encer dan salad
dressing.
Minuman Soft drink, madu, sirup, Minuman rendah
teh dan kopi encer. energi.
Bumbu Bumbu tidak tajam Bumbu yang tajam
seperti bawang merah, seperti cabe dan merica.
bawang putih, laos,
salam dan kecap.
CONTOH MENU
22
BAB 3
PENUTUP
23
Gizi buruk merupakan masalah yang serius, karena terjadi kekurangan zat
gizi penting yang manyebabkan menurunnya fungsi kerja tubuh yang apabila
didiamkan terus menerus akan mengakibatkan masalah yang lebih rumit, bahkan
dapat mengakibatkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
24
Nestle. 1999. Energi – Protein: KEP dan Pencegahannya.
Health-cares Foundation. Kwashiorkor (kwash&180;eor’kor). Avaliable from :.
Wikimedia Foundation. Kwashiorkor. Avaliable from :.
LAMPIRAN
25
Marasmus
26
Kwasiorkor
27
28
Rambut Kemerahan dan Rontok
29
30
Rancangan Menu
31
32
33