Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

“MARASMUS”

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 1 :
Dwi Setia Mulyo (13211.19.001)

Fransiska Duko (13211.19.005)

Mita Hoga (13211.19.009)

Hasni Ainun Paramata (13211.19.007)

Feliyandika Kamaru (13211.19.003)

Nurtila Manusu (13211.19.011)

Salma Ibrahim (13211.19.013)

Sastria Ibrahim (13211.19.015)

PROGRAM STUDI S1-GIZI

STIKES BAKTI NUSANTARA GORONTALO

TAHUN AKADEMIK 2019-2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-nya tentunya
kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat yang di
berikannya,baik itu berupa sehat fisik maupun akan pikiran sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan makalah dari mata kuliah Pendidkan Kesehatan.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan yang terbatas.
Oleh karena itu,kritik dan saran di harapkan demi terciptannya makalah yang lebih
baik lagi di masa mendatang.

Gorontalo, 20Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………1

Kata Pengantar ……………………………………………………………………….2

Daftar Isi……………………………………………………………………………...3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG………………………………………………………..4
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………..4
C. TUJUAN……………………………………………………………………...5

BAB II

PEMBAHASAN

1. DEFINISI BELAJAR…………………………………………………………
6
2. PENGERTIAN PROSES BELAJAR…………………………………………
6
3. CIRI-CIRI BELAJAR…………………………………………………………
6
4. TEORI
BELAJAR…………………………………………………………….6
5. PENDIDIKAN
KESEHATAN……………………………………………………………..…
14

BAB III

PENUTUP

6. KESIMPULAN……………………………………………………………..19
7. SARAN………..……………………………………………………………19

DAFTAR PUSTAKA..……………………………………………………………..20

3
BAB 1
PENDAHULUAN

Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan
terhadap kesehatan dan gizi. Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalah
gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia. Dalam Repelita VI,
pemerintah dan masyarakat berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi
30%. Namun saat ini di Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berdampak
juga pada status gizi balita, dan diasumsi kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk
akan bertambah.

Selain di Indonesia, kasus gizi buruk atau penyakit yag disebabkan oleh malnutrisi
sering terjadi di negara berkembang, dimana angka kemiskinan masih tinggi. Gizi
buruk marak terjadi di daerah di Afrika dimana terjadinya masa kekeringan yang
berkepanjangan, sehingga rakyat sulit mendapatkan makanan.

Penyakit gizi buruk merupakan jenis penyakit non infeksi yang disebabkan oleh
kekurangan satu zat gizi atau lebih secara makro. Kwashiorkor, marasmus dan
marasmic kwashiorkor ialah penyakit-penyakit gizi buruk yang biasanya terjadi pada
waktu yang lama. Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat
diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun
(baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur
menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit
dibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah
standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk
kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Pardede, J, 2006).

Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan dan


pemberdayaan tenaga kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP berat/gizi
buruk secara terpadu ditiap jenjang administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanan
kesehatan seperti Rumah Sakit Umum, Puskesmas perawatan, puskesmas, balai
pengobatan (BP), puskesmas pembantu, dan posyandu/PPG (Pusat Pemulihan Gizi).

4
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak
tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan
sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa
mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah
KEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor.

Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi


Malnutrisi Energi Protein(MEP) ditetapkan dengan patokan perbandingan berat
badan terhadap umur anak sebagai berikut:

1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (MEP
berat)
(Ngastiyah, 1997)

Kwashiorkor adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi protein.


Penyakit kwashiorkor pada umumnya terjadi pada anak dari keluarga dengan status
sosial ekonomi yang rendah karena tidak mampu menyediakan makanan yang cukup
mengandung protein hewani seperti daging, telur, hati, susu dan sebagainya.
Makanan sumber protein sebenarnya dapat dipenuhi dari protein nabati dalam
kacang-kacangan tetapi karena kurangnya pengetahuan orang tua, anak dapat
menderita defisiensi protein.
Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan
sumber energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein.
Bila kekurangan sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup
lama maka anak dapat berlanjut ke dalam status marasmik kwashiorkor.

5
Penemuan kasus balita KEP dapat dimulai dari :

1. Posyandu/Pusat Pemulihan Gizi

Pada penimbangan bulanan di posyandu dapat diketahui apakah anak balita


berada pada daerah pita warna hijau, kuning, atau dibawah garis merah (BGM).

Bila hasil penimbangan BB balita dibandingkan dengan umur di KMS terletak


pada pita kuning, dapat dilakukan perawatan di rumah , tetapi bila anak
dikategorikan dalam KEP sedang-berat/BGM, harus segera dirujuk ke
Puskesmas.

2. Puskesmas

Apabila ditemukan BB anak pada KMS berada di bawah garis merah (BGM)
segera lakukan penimbangan ulang dan kaji secara teliti. Bila KEP Berat/Gizi
buruk (BB < 60% Standard WHO-NCHS) lakukan pemeriksaan klinis dan bila
tanpa penyakit penyerta dapat dilakukan rawat inap di puskesmas. Bila KEP
berat/Gizi buruk dengan penyakit penyerta harus dirujuk ke rumah sakit umum.

6
BAB 2
PEMBAHASAN
Seperti yang telah diutarakan pada pendahuluan, Gizi buruk adalah bentuk
terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara
sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur
maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan.
Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik.
Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar
dikatakan gizi buruk Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut
marasmus atau kwashiorkor (Dorland, 2000)

2.1. MARASMUS

Berikut ialah definisi Marasmus menurut para ahli,


 Marasmus adalah MEP berat yang
disebabkan oleh defisiensi makanan sumber
energi (kalori), dapat terjadi bersama atau
tanpa disertai defsiensi protein. Bila
kekurangan sumber kalori dan protein terjadi
bersama dalam waktu yang cukup lama maka
anak dapat berlanjut ke dalam status
marasmik kwashiorkor.( Mochtar, 2001).
 Marasmus adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan kalori protein.
(Suriadi, 2001:196).
 Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi
sering ada di daerah dengan makanan tidak
cukup atau higiene kurang. Sinonim
marasmus diterapkan pada pola penyakit
klinis yang menekankan satu ayau lebih
tanda defisiensi protein dan kalori.
http://teguhsubianto.blogspot.com

7
 Ciri-Ciri :
- Bayi cengeng dan sering merasa lapar.

- Iga gambang dan perut cekung

- Otot paha mengendor (baggy pant)

- Ubun-ubun cekung pada bayi

- Wajahnya tampak menua (old man/monkey face).

8
- Atrofi jaringan, otot lemah terasa kendor/lembek ini dapat dilihat pada
pahadan pantat bayi yang seharusnya kuat dan kenyal dan tebal.

-  Oedema (bengkak) tidak terjadi.

-  Warna rambut tidak berubah.

- Pada marasmus tingkat berat, terjadi retardasi


pertumbuhan, berat badan dibanding usianya sampai
kurang 60% standar berat normal. Sedikitnya jaringan
adipose pada marasmus berat tidak menghalangi
homeostatis, oksidasi lemak tetap utuh namun
menghabiskan cadangan lemak tubuh. Keberadaan
persediaan lemak dalam tubuh adalah faktor yang
menentukan apakah bayi marasmus dapat bertahan/survive

- Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan,


disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat
kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga
menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan
hilang dari bantalan pipi,

- Abdomen dapat kembung dan datar.

- Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, kemudian


lesu dan nafsu makan hilang.

- Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang


disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering,
tinja berisi mucus dan sedikit.

9
 KOMPLIKASI
 Defisiensi Vitamin A
 Dermatosis
 Kecacingan
 diare kronis
 tuberculosis

 PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia(kadar gula dalam darah rendah)
Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan
KEP berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah.
Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan
saring/cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat
minum) berikan air gula dengan sendok. Jika anak mengalami gangguan
kesadaran, berikan infus cairan glukosa dan segera rujuk ke RSU kabupaten.

2. Atasi/cegah hipotermia(suhu tubuh rendah)


Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360 C. Pada
keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau
orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode
Kanguru). Perlu dijaga agar anak tetap dapat bernafas.

Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan
meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi
sampai menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan pengukuran
suhu anak pada dubur (bukan ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak
sudah normal dan stabil, tetap dibungkus dengan selimut atau pakaian rangkap
agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan hipothermia. Tidak dibenarkan
penghangatan anak dengan menggunakanbotol berisi air panas.

10
3. Atasi/cegah dehidrasi
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk
dengan dehidrasi adalah :

 Ada riwayat diare sebelumnya

 Anak sangat kehausan

 Mata cekung

 Nadi lemah

 Tangan dan kaki teraba dingin

 Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

 Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali
tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral
dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan
sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal.
 Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,
lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan
NaCL dengan perbandingan 1:1.

4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit


Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit
diantaranya :

 Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.


 Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)

11
Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan
keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.

Berikan :

- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam.


- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan
penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita
KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral
( Zn, Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan
lumat/lunak.

Contoh bahan makanan sumber mineral :

Sumber Zink : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah,telurayam

Sumber Cuprum : daging, hati.

Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai.

Sumber Magnesium : kacang-kacangan, bayam.

Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang2an, apel, alpukat,bayam, daging


tanpa lemak.

5. Obati/cegah infeksi
Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya
infeksi seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP
berat/Gizi buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis
sebagai berikut :

12
KOTRIMOKSASOL AMOKSISILI
N
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
 Beri 3 kali
 Beri 2 kali sehari selama 5 hari
sehari
untuk 5
UMUR
hari
ATAU Tablet Tablet Anak Sirup/5ml Sirup
BERAT dewasa 20 mg trimeto 40 mg trimeto
BADAN 80 mg trimeto prim + 100 mg prim + 200 mg 125 mg
prim + 400 sulfametok sulfametok per 5 ml
mg sazol sazol
sulfametok
sazol
2 sampai 4 bulan
(4 - < 6 kg) ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
4 sampai 12
bulan ½ 2 5 ml 5 ml
(6 - < 10 Kg)
12 bln s/d 5 thn
(10 - < 19 Kg) 1 3 7,5 ml 10 ml

Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9 bulan
Catatan :
 Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita penyakit
infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi tidak menjadi
lebih parah. Bila tidak ada perbaikan atau terjadi komplikasi rujuk ke Rumah
Sakit Umum.
 Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan berkurang
dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Berikan
metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare berlanjut
segera rujuk ke rumah sakit

6. Mulai pemberian makanan


Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu :

Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi

13
Fase Stabilisasi ( 1-2 hari) :

Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena
keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.

Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma
basal saja.

Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco ½ yang


dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar
dapat mencapai prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai berikut :

- Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa


- Energi : 100 kkal/kg/hari
- Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari
- Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)
- Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO
75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu
lemah berikan dengan sendok/pipet
- Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau pengganti dan jadwal
pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak.
Keterangan :

 Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan
pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
 Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½
dalam sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik
( dibutuhkan ketrampilan petugas )
 Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari
 Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam
dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam
 Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)

14
Pantau dan catat :

- Jumlah yang diberikan dan sisanya


- Banyaknya muntah
- Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja
- Berat badan (harian)
- Selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan edema ,
mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan naik

7. Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”)


Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi :

Fase Transisi (minggu ke 2) :

 Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk


menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
 Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml)
dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100
ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat
digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
 Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula
tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200
ml/kgbb/hari).

Pemantauan pada fase transisi:


1. frekwensi nafas

2. frekwensi denyut nadi

Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25
kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume
pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti
di atas.

3. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan

15
Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:

- Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan


sering.
- Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari
- Protein 4-6 gram/kg bb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO
100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan
mencukupi untuk tumbuh-kejar.

Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :

- Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah tidak terbatas


dan sering
- Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari
- Protein 4-6 g/kgbb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan
Formula ( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi
untuk tumbuh-kejar.
- Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga

Pemantauan fase rehabilitasi :

Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan :

- Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.


- Setiap minggu kenaikan bb dihitung.
 Baik bila kenaikan bb  50 g/Kg bb/minggu.
 Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi
menyeluruh.

16
TAHAPAN PEMBERIAN DIET

FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI


FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75  FORMULA WHO
100 ATAU PENGGANTI
FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU PENGGANTI)

MAKANAN KELUARGA

8. Koreksi defisiensi nutrien mikro


Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan mineral.
Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi
(Fe). Tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya
pada minggu ke 2). Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat memperburuk
keadaan infeksinya.

Berikan setiap hari :

 Tambahan multivitamin lain


 Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat atau
sirup besi dengan dosis sebagai berikut :
Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi :
UMUR TABLET BESI/FOLAT
SIRUP BESI
DAN Sulfas ferosus 200 mg +
Sulfas ferosus 150 ml
0,25 mg Asam Folat
BERAT BADAN
 Berikan 3 kali sehari
 Berikan 3 kali sehari
6 sampai 12 bulan
¼ tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)
(7 - < 10 Kg)

12 bulan sampai 5
½ tablet 5 ml (1 sendok teh)
tahun

 Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis
tunggal sebagai berikut :

17
PIRANTEL PAMOAT
UMUR ATAU BERAT BADAN (125mg/tablet)

(DOSIS TUNGGAL)

4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg) ½ tablet

9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg) ¾ tablet

1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg) 1 tablet

3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg) 1 ½ tablet

 Vitamin A oral berikan 1 kali dengan dosis

Kapsul Vitamin A Kapsul Vitamin A


Umur
200.000 IU 100.000 IU

6 bln sampai 12 bln - 1 kapsul

12 bln sampai 5 Thn 1 kapsul -

Dosis tambahan disesuaikan dengan baku pedoman pemberian kapsul Vitamin A

9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental


Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan
perilaku, karenanya berikan :

- Kasih sayang
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)

10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.


Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat
di rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di desa.

18
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan
dirumah setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan seperti pada
lampiran 5, dan aktifitas bermain.

Nasehatkan kepada orang tuauntuk :

- Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di


Puskesmas
- Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk memperoleh PMT-
Pemulihan selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan (lihat lampiran 5)
dan berat badan anak selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di
posyandu/puskesmas.
- pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang
padat
- penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu
- Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal
- Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau 100.000
SI ) sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.

Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase
stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil
memilih langkah mana yang sesuai untuk setiap fase. Tata laksana ini digunakan
pada pasien Kwashiorkor, Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor.

Bagan dan Jadwal Pengobatan :

No FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITASI

19
Hari ke 1-2 Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7

1 Hipoglikemia

2 Hipotermia

3 Dehidrasi

4 Elektrolit

5 Infeksi

6 MulaiPemberian

makanan

7 Tumbuh kejar

(Meningkatkan

Pemberian Makanan)

8 Mikronutrien Tanpa Fe dengan Fe

9 Stimulasi

10 Tindak lanjut

 TINDAKAN PENCEGAHAN

20
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila
penyebab diketahui.Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan
prasaranakesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi
yang paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6
tahun ke atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu
kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat
merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang
endemiskurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.

 SYARAT DIET PENDERITA MARASMUS ENERGI TINGGI PROTEIN


TINGGI (ETPT) :
1. Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB.
2. Protein tinggi, yaitu 2,0-2,5 g/kg BB.
3. Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
5. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal.
6. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna.

Bahan Makanan Yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan :

21
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber karbohidrat Nasi, Roti, mie,
makaroni, cake, tarcis,
puding, pastri, dodol,
ubi, gula pasir.
Sumber protein Daging sapi, ayam, Dimasak dengan
ikan, telur, susu, keju, banyak minyak atau
yoghurt dan es krim. kelapa/santan kental.
Sumber protein nabati Semua jenis kacang- Dimasak dengan
kacangan, tempe, tahu banyak minyak atau
dan pindakas. kelapa/santan kental
Sayuran Semua jenis sayuran, Dimasak dengan
terutama jenis bayam, banyak minyak atau
daun singkong, kacang kelapa/santan kental.
panjang, labu siam, dan
wortel, dengan teknik
pengolahan direbus,
dikukus dan ditumis
Buah-buahan Semua jenis buah segar,
buah kaleng, buah
kering dan jus buah.
Lemak dan minyak Minyak goreng, Santan kental
mentega, margarin,
santan encer dan salad
dressing.
Minuman Soft drink, madu, sirup, Minuman rendah
teh dan kopi encer. energi.
Bumbu Bumbu tidak tajam Bumbu yang tajam
seperti bawang merah, seperti cabe dan merica.
bawang putih, laos,
salam dan kecap.
 CONTOH MENU

22
BAB 3
PENUTUP

23
Gizi buruk merupakan masalah yang serius, karena terjadi kekurangan zat
gizi penting yang manyebabkan menurunnya fungsi kerja tubuh yang apabila
didiamkan terus menerus akan mengakibatkan masalah yang lebih rumit, bahkan
dapat mengakibatkan kematian.

Marasmus, kwashiorkor, dan marasmic-kwashiorkor adalah serangkaian


penyakit yang dialami oleh bayi hingga balita karena mengalami kekurangan protein,
kekurangan energi, dan komplikasi dari keduanya, kekurangan energi dan
karbohidrat.

Dalam proses penanganannya lebih spesifik karena penderita penyakit ini


harus dirawat secara intens dan dipantau secara terus-menerus, dan waktu yang
diperlukan untuk mengobati penyakit-penyakit ini tidaklah sebentar.

Makanan yang dikonsumsipun disarankan makanan yang tinggi energi tinggi


protein. Jika keadaan lebih memburuk, selain makanan yang tinggi energi tinggi
protein biasanya ditambahkan serum tertentu untuk memnuhi kebutuhan gizinya atau
dirawat secara intens karena memerlukan perlakuan khusus.

DAFTAR PUSTAKA

24
 Nestle. 1999. Energi – Protein: KEP dan Pencegahannya.
 Health-cares Foundation. Kwashiorkor (kwash&180;eor’kor). Avaliable from :.
 Wikimedia Foundation. Kwashiorkor. Avaliable from :.

LAMPIRAN

25
 Marasmus

Pertumbuhan Terhambat Marasmus Pada Usia Dewasa

Marasmus pada Balita Kulit Pantat Berkeriput (Baggy Pants)

26
 Kwasiorkor

27
28
Rambut Kemerahan dan Rontok

Oedema Pada kaki Dermatitis


 Marasmic Kwasorkor

29
30
 Rancangan Menu

31
32
33

Anda mungkin juga menyukai