Anda di halaman 1dari 32

1

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional serta social dari setiap anggota keluarga. (Duval, 1986
dalam Andarmoyo, 2012).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergantung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya. ( Bailon dan Maglaya, 1978 dalam Andarmoyo, 2012 ).
2. Tipe keluarga
Gambaran tentang pembagian tipe keluarga sangat beraneka ragam,
tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan,
namun secara umum pembagian tipe keluarga menurut Friedman,
(2010)dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Pengelompokan secara Tradisional
Secara Tradisional, Tipe Keluarga dapat dikelompokkan dalam 2
macam, yaitu :
1) Keluarga Inti : keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
2) Keluarga Besar : keluarga inti ditambah sanak saudara misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dsb.
3) Keluarga Berantai : keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4) Keluarga Duda/Janda : keluarga yang terjadi karena perceraian atau
kematian.
2

5) Keluarga Berkomposisi : keluarga yang perkawinannya


berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
6) Keluarga Kabitas : dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga.
b. Pengelompokan secara Modern
Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan
meningkatnya rasa individualisme, maka tipe keluarga Modern dapat
dikelompokkan menjadi beberapa macam, diantaranya :
1) Tradisional Nuclear
Keluarga INTI (Ayah, Ibu dan Anak) yang tinggal dalam satu
rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, dimana salah satu atau keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
2) Niddle Age/Aging Couple
Suatu keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan istri di
rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, sedangkan anak-anak
sudah meninggalkan rumah karena sekolah/menikah/meniti karier
3) Dyadic Nuclear
Suatu keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak
mempunyai anak yang keduanya atau salah satunya bekerja di luar
rumah.
4) Single Parent
Keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai akibat
perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat
tinggal di rumah atau di luar rumah.
5) Dual Carrier
Keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya orang karier dan
tanpa memiliki anak.
6) Three Generation
Keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang tinggal
dalam satu rumah.
3

7) Comunal
Keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan suami-
istri atau lebih yang monogamy berikut anak-anaknya dan
bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
8) Cohibing Couple/Keluarga Kabitas/Cahabitation
Keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal
bersama tanpa ikatan perkawinan
9) Composite /Keluarga Berkomposisi
Sebuah keluarga dengan perkawinan poligami dan hidup/tinggal
secara bersama-sama dalam satu rumah.
10) Gay and Lesbian Family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin
sama.

3. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh
harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai
berikut
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga,sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
4

disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan


dalam keluarganya.
c. Peranan anak :
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
4. Fungsi Keluarga
Menurut Dion dan Betan (2013), yaitu :
a. Fungsi Afektif
Merupakan basis sentral bagi pembentukan dan keberlangsungan
unit keluarga yang dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikologis anggota keluarga. Komponen yang diperlukan dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah adanya saling asuh, menerima,
menghormati dan mendukung antar anggota keluarga, menaruh
perhatian, cinta kasih dan kehangatan, membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Merupakan fungsi yang mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial sbelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain. Anggota keluarga belajar disiplin,
norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interkasi
dalam lingkup keluarganya sendiri
c. Fungsi Ekonomi
Kebutuhan yang harus dipenuhi dalam keluarga mencakup
kebutuhan makan, pakaian, tempat berlindung yang aman dan nyaman
(rumah). Yang dilakukan keluarga dalam menjalani fungsinya adalah
mencari sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
mengatur penggunaan penghasilan keluarga, mengatur penggunaan
penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menabung
untuk memenuhi keluarga dimasa yang akan dating seperti pendidikan
anak dan jaminan hari tua.
5

d. Fungsi Reproduksi
Keluarga memiliki fungsi untuk menjaga keberlangsungan
masyarakat. Komponen yang dilaksanakan keluarga dalam
melaksanakan fungsinya adalah meneruskan keturunan, memelihara
dan membesarkan anak, memenuhi gizi keluarga, memelihara dan
merawat anggota keluarga.
e. Fungsi Perawatan Keluarga
Merupakan fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
5. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Menurut Friedman (1998), dalam (Murwani, 2007) membagi 5 tugas
keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila
menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan erjadinya,
perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar perubahannya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera
melakukan tindakan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau
bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya
meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga
c. Merawat anggota keluarga yang sakit
Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau ke
pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah
yang lebih parah tidak terjadi.
6

d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan


perkembangan anggota keluarga.
1) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki disekitar
lingkungan rumah.
2) Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan
manfaatnya.
3) Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan
rumah yang menunjang kesehatan.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam memanfaatkan sarana
kesehatan perlu dikaji tentang :
1) Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat
dijangkau keluarga.
2) Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan.
3) Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada.
4) Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga.

6. Tahap Perkembangan Keluarga usia pertengahan


Tahap ini dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Tugas
perkembangan keluarga :
a. Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan.
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua (lansia) dan anak-anak.
c. Memperkokoh hubungan perkawinan.
d. Persiapan masa tua/pensiun.
7

B. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian Scabies
Skabies adalah infestasi kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes
scabei var. hominis. Penyakit ini biasanya menyebar melalui kontak antar
kulit, terutama di antara anggota keluarga dan melalui kontak seksual
pada dewasa muda. Kadang terjadi epidemic dip anti asuhan dan institusi
perawatan serupa lainnya, tempat skabies menyebar melalui kontak
orang-ke-orang dan kemungkinan melalui busana dan sprei yang
tercemar. Diagnosis sering terlewatkan dan terapi sering tertunda untuk
waktu yang lama (Goodheart, 2013). Penyakit skabies pada manusia dapat
menimbulkan gejala klinis gatal, oleh karena itu dapat menyebabkan
kegelisahan pada penderita. Penyakit ini banyak dijumpai di daerah tropis
terutama dikalangan anak-anak dari masyarakat yang hidup dalam
lingkungan yang tertutup atau berkelompok, dengan tingkat sanitasi dan
sosial ekonomi yang relative rendah. Timbulnya penyakit ini disebabkan
oleh pola dan kebiasaan hidup yang kurang bersih dan benar, salah satu
faktor yang dominan yaitu, penyediaan air yang kurang atau kehidupan
bersama dengan kontakyang relative erat (Martadinata, 2000). Penyakit
ini disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian itch,
gudikan, gatal agogo, budukan, penyakit ampera. Skabies adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes Scabei varian hominis,
yang penularannya terjadi secara kontak langsung (Harahap, 2000). Pada
sebuah komunitas, kelompok atau keluarga yang terkena skabies akan
menimbulkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kenyamanan dalam
menjalani aktivitas kehidupannya. Penderita selalu mengeluh gatal,
terutama pada malam hari. Gatal yang terjadi terutama di sela-sela jari
tangan, di bawah ketiak, pinggang, alat kelamin, sekeliling siku, aerola
(area sekeliling putting susu) dan permukaan depan pergelangan, sehingga
akan timbul perasaan malu karena sangat mempengaruhi penampilan
seseorang (Aminah dkk, 2015). Skabies sering di jumpai pada orang-
orang yang seksual-aktif. Namun demikian, infestasi parasit ini tidak
8

bergantung pada aktivitas seksual karena kutu tersebut sering menjangkiti


jari-jari tangan, dan sentuhan tangan dapat menimbulkan infeksi. Pada
anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang terinfeksi atau sering
berganti pakaian dengannya dapat menjadi sumber infeksi. Petugas
kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan pasien skabies
juga dapat terinfeksi (Muttaqin dkk, 2011). Skabies sering diabaikan
karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas penanganannya rendah,
namun sebenarnya skabies kronis dan berat dapat menimbulkan
komplikasi yang berbahaya seperti infeksi sekunder. Hal inilah yang
harus di cegah dalam pola perilaku masyarakat yang menganggap enteng
suatu penyakit yang padahal bisa menjadi penyakit lain yang lebih serius.
Untuk itu, perlu sekali tindakan berupa penyuluhan untuk menambah
wawasan masyarakat dan juga tindakan pencegahan dari masyarakat agar
keadaan tidak menjadi memburuk (Prabowo, 2016). Diagnosis skabies
perlu dipertimbangkan jika seseorang mengeluh gatal hebat dan menetap,
terutama jika anggota keluarga lain, pasangan, atau sesama penghuni
suatu institusi, misalnya panti asuhan maupun sekolah, mengalami gejala
serupa. Meskipun skabies paling sering dijumpai pada kondisi lingkungan
yang kumuh dan padat namun penyakit ini terdapat di seluruh dunia dan
tidak terbatas pada mereka yang kurang mampu atau yang hygiene
perorangannya kurang. Orang Amerika-Afrika dan Afro-Karibia janrang
terjangkit skabies; penyebabnya tidak diketahui (Goodheart, 2013).

2. Etiologi
Widodo (2013) menyatakan penyebab skabies disebabkan oleh
tungau Sarcoptes scabiei, yang berbentuk bundar dan mempunyai empat
pasang kaki. Dua pasang kaki di bagian anterior menonjol keluar
melewati batas badan, dua pasang kaki bagian posterior tidak melewati
batas badan. Selain itu, penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang
kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan
yang lembab, dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung.
9

Penyakit skabies juga menular dengan cepat pada komunitas yang tinggal
bersama. Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi melalui
kontak fisik yang erat.
Penularan melalui pakaian dalam, handuk, seprei, tempat tidur,
perabot rumah, jarang terjadi. Kutu dapat hidup diluar kulit hanya 2-3 hari
dan pada suhu kamar 21°C dengan kelembapan relatif 40-80% (Harahap,
2000).
a. Morfologi Sarcoptes Scabiei Tungau betina berukuran sekitar 300-
450 mm, sedangkan yang jantan berukuran 150-250 mm. Secara
morfologi tubuh tungau terlihat berbentuk bulat berwarna keputihan.
Bagian dorsal tubuh tungau tertutup oleh sejumlah tonjolan-tonjolan
halus menyerupai duri (protuberances) dan beberapa rambut-rambut
kasar (bristles). Pada bagian dorsal dan ventral tubuh tungau terdapat
barisan duri-duri halus (striae). Pada tungau dewasa memiliki empat
pasang tungkai, dua pasangan tungkai pertama pada tungau betina
maupun jantan memiliki cakar empodium (empodial claws) dan alat
penghisap dengan tangkainya (sucker dan pulvillus). Alat penghisap
pada kaki berguna untuk membantu saat berjalan di kulit maupun di
terowongan kulit yang dibuatnya (Sucipto, 2011) Pada tungau jantan,
selain kedua pasangan tungkai pertama dan kedua, alat penghisap
juga terdapat pada pasangan tungkai keempat, tetapi tidak ada pada
pasangan tungkai ke tiga. Sedangkan pada tungau betina, pasangan
tungkai ketiga tidak memiliki alat penghisap (Sucipto, 2011).
Sedangkan menurut Handoko dalam buku Adhi Djuanda tungau
sarcoptes scabiei merupakan tungau kecil yang berbentuk oval,
punggungnya cembung, bagian perutnya rata, berwarna putih kotor,
dan tidak memiliki mata. Ukuran tungau betina antara 330-450
mikron x 250-350 mikron, sedangkan tungau jantan lebih kecil, yaitu
200-240 mikron x 150-200 mikron. Pada bentuk dewasa memiliki
mempunyai empat pasang kaki, dua pasang kaki di depan sebagai alat
untuk melekat dan dua pasang kaki kedua pada betina berakhir
10

dengan rambut, sedangkan pada tungau jantan pasangan kaki ketiga


berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat
(Djuanda, 2007)
b. Siklus Hidup Sarcoptes Scabiei Sarcoptes betina yang berada di
lapisan kulit stratum corneum lucidum membuat terowongan ke
dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah sarcoptes betina
bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi
hypopi yaitu sarcoptes muda dengan tiga pasang kaki (Widodo,
2013). Siklus hidup tungai melalui perkawinan tungau sarcoptes yang
terjadi di permukaan kulit atau di terowongan kulit, mengikuti jalan
terowongan yang dibuat oleh tungau betina, dan tungau jantan akan
mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina ini menggali dan
makan epitel-epitel kulit maupun cairan yang berasal dari sel-sel kulit
yang digalinya di sepanjang stratum corneum. Kecepatan menggali
tungau mencapai 0,5 mm per hari atau 2-3 milimeter satu hari,
sedangkan kecepatan berjalan tungau diperkirakan mencapai lebih
dari 2,5 cm per menit. Bila diperhatikan panjang terowongan yang
dihuni tungau terlihat seperti garis-garis di bawah kulit, mulai
beberapa milimeter sampai sentimeter. Dalam menyelesaikan siklus
hidupnya, tungau mengalami empat tahapan stadium, yaitu dimulai
dari telur, larva, nimfa dan dewasa. Tungau betina meletakkan telur
1-3 butir perhari di dalam terowongan kulit yang dibuatnya. Masa
subur seekor tungau sekitar dua bulan (Sucipto, 2011). Dalam waktu
3-5 hari telur akan menetas menjadi larva yang memiliki enam kaki,
bentuknya sudah menyerupai tungau dewasa. Larva akan segera
keluar dari terowongan menuju permukaan kulit. Saat berada di
permukaan kulit banyak larva yang tidak bertahan hidup, beberapa
yang masih hidup akan masuk kembali ke stratum corneum atau
folikel rambut untuk membuat kantung-kantung tempat larva berganti
kulit. Setelah 2-3 hari larva berubah menjadi protonimfa. Protonimfa
11

kemudian berganti kulit menjadi deutonimfa, setelah beberapa hari


nimfa berganti kulit menjadi tungau dewasa. Beberapa tungau dewasa
kawin di kantung-kantung yang dibuat pada masa stadium larva atau
pindah permukaan kulit atau kawin di tempat tersebut. Betina yang
kawin dan mengandung telur segera menggali terowongan kulit untuk
meletakkan telur disana. Lama siklus hidupnya sejak telur sampai
tungau dewasa sekitar 10-19 hari. Tungau betina dapat hidup sekitar
satu bulan di kulit manusia, tetapi bila tidak berada di kulit maka
tungau hanya bertahan 2-4 hari. Sepanjang hidupnya tungau jantan
dapat ditemukan di terowongan-terowongan yang pendek, biasanya
kurang dari satu milimeter dari permukaan kulit untuk mencari betina
yang siap dibuahi (Sucipto, 2011). Sembel (2009) menyatakan tungau
skabies betina membuat terowongan yang panjang dalam kulit dan
mereka meletakkan 40-50 telur dalam terowongan. Siklus hidup
tungau mencapai 1-3 minggu tergantung dari kondisi lingkungan.

3. Epidemiologi Skabies
Skabies merupakan penyakit yang berkaitan dengan kebersihan
diri. Angka kejadian skabies meningkat pada kelompok masyarakat yang
hidup dengan kondisi kebersihan diri dan lingkungan di bawah standar
(Prabowo dkk, 2016). Insiden skabies di Negara berkembang
menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat
dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemic dan permulaan
epidemic berikutnya kurang lebih 10-15 tahun. Beberapa faktor yang
dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan, hygiene yang jelek,
seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi dan
derajat sensitasi individual. Insidennya di Indonesia masih cukup tinggi,
terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat. Amiruddin dkk.,
dalam penelitian skabies di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya,
menemukan insidens penerita skabies selama 1983-1984 adalah 2,7 %.
12

Abu A dalam penelitiannya di RSU Dadi Ujung Pandang mendapatkan


insidens skabies 0,67 % (1987-1988) (Harahap, 2000).
4. Patofisiologi
Kutu skabies dapat menyebabkan gejala transien pada manusia, tetapi
mereka bukan penyebab infestasi persisten. Cara penularan yang paling
efisien adalah melalui kontak langsung dan lama dengan seorang individu
yang terinfeksi. Kutu skabies dapat bertahan hingga tiap hari pada kulit
manusia sehingga media seperti tempat tidur atau pakaian merupakan
sumber alternative untuk terjadinya suatu penularan. Siklus hidup dari
kutu berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam epidermis manusia.
Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati dan kutu betina akan
membuat liang ke dalam lapisan kulit dan meletakkan total 60-90 telur.
Telur yang menetas membutuhkan 10 hari untuk menjadi larva dan kutu
dewasa.Kurang dari 10% dari telur yang dapat menghasilkan kutu
dewasa. Kutu skabies kemudian bergerak melalui lapisan atas kulit
dengan mengeluarkan protease yang mendegradasi stratum korneum.
Scybala (kotoran) yang tertinggal saat mereka melakukan perjalanan
melalui epidermis, menciptakan kondisi klinis lesi yang diakui sebagai
liang. Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit skabies,
termasuk pasien dengan gangguan immunodefisiensi primer dan
penurunan respons imun sekunder terhadap terapi obat, dan gizi buruk
(Mutaqqin, 2011).
5. Klasifikasi Skabies
Skabies berdasarkan tingkat keparahannya yaitu diantaranya:
a. Skabies pada orang bersih Skabies pada orang yang terdapat pada
orang yang tingkat kebersihannya cukup bisa salah didiagnosis.
Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang
akibat mandi secara teratur.
b. Skabies pada bayi dan anak Lesi skabies pada anak dapat mengenai
seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak
kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima
13

sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di


muka
c. Skabies yang ditularkan oleh hewan Sarcoptes scabiei varian canis
dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat
dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya
ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama
terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh sendiri bila
menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
d. Skabies noduler. Nodul terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat
yang sering dikenai adalah genitalia pria, lipat paha, dan aksila. Lesi
ini dapat menetap beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan
hingga satu tahun walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies.
e. Skabies incognito Obat steroid topical atau sistemik dapat
menyamarkan gejala dan tanda skabies, sementara infestasi tetap ada.
Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topical yang lama dapat pula
menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh
karena penurunan respons imun seluler.
f. Skabies terbaring di tempat tidur (bed-ridden) Penderita penyakit
kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas.
g. Skabies krustosa (Norwegian scabies) Lesinya berupa gambaran
eritrodermi, yang disertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi
kuku. Krusta terdapat banyak sekali. Krusta ini melindungi Sarcoptes
scabiei di bawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi
Sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol. Bentuk ini
sering salah didiagnosis, malahan kadang diagnosisnya baru dapat
ditegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang
banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita
retardasi mental (Down’s syndrome), sensasi kulit yang rendah (lepra,
syringomelia dan tabes dorsalis), penderita penyakit sistemik yang
berat (leukemia dan diabetes), dan penderita imunosupresif (misalnya
14

pada penderita AIDS atau setelah pengobatan glukokortikoid atau


sitotoksik jangka panjang) (Harahap, 2000).

6. Gejala Klinis Skabies


Menurut Djuanda (2008) ada 4 tanda cardinal terjadinya scabies
diantaranya :
a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab
dan panas. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok,
misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga
terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat
penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang
oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang keluar
anggota keluarnya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau,
tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai
pembawa (carrier).
b. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu
ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam
kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat
predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum
yang tipis, yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian
volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame
(wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut
bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak
kaki.
c. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini
15

7. Komplikasi
a. Stroke
b. Infark miokardium
c. Gagal ginjal
d. Ensefalotof

8. Pencegahan dan Pengobatan Skabies


Penyakit skabies ini dapat dicegah dengan cara pemberian obat topikal
yaitu dengan pemberian belerang endap (sulfur presipitatum) dengan
kadar 4-20% dalam bentuk salap atau krim. Preparat ini karena tidak
efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang
dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian
dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Pemberian Emulsi benzil-
benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi,
dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. Obat topikal Gama
Benzena Heksa Klorida (gameksan=gammexane) kadarnya 1% dalam
krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua
stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak
dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksis
terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika
masih ada gejala diulangi seminggu kemudian. Pemberian obat topikal
Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal: harus di jauhkan
dari mata, mulut dan uretra. Obat topikal yang lain adalah Permetrin
dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan,
efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam.
Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada
bayi dibawah umur 2 bulan (Djuanda, 2008). Selain pemberian obat terapi
ada beberapa cara yang dapat diterapkan agar mencegah terjadi penyakit
kulit skabies adalah dengan memperhatikan kebersihan tempat tinggal,
16

tempat bekerja dan berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal


dapat dilakukan dengan membersihkan jendela, menyapu dan mengepel
lantai, mencuci peralatan makan, membersihkan kamar serta membuang
sampah. Kebersihan lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan
halaman dan selokan, dan membersihkan jalan didepan rumah (Azizah,
2012).

9. Pemeriksaan Fisik
Melalui pemeriksaan fisik didapatkan: kulit diselangkangan tampak
kemerahan, gatal terutama pada malam hari, nyeri, terdapat luka bekas
garukan, dan demam.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
Proses pengkajian merupakan pengumpulan informasi yang
berkesinambungan, dianalisis dan diinterpretasikan secara mendalam.
Sumber daya pengkajian diperoleh dari anamnesa (wawancara),
pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik anggota keluarga dan data
dokumentasi (Dion, 2013).
Cara pengumpulan data :
a. Wawancara
Berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik,
mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan lain-lain.
b. Observasi pengamatan
Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena
sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja. Misalnya: yang
berkaiatan dengan lingkungan fisik (ventilasi, penerangan, kebersihan,
dan lain-lain).
c. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (head to toe)
17

Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah


kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik. Menurut
muttaqin (2008)

d. Data dokumentasi
Data dokumentasi yang dimaksud adalah pengkajian terhadap data
atau catatan kesehatan klien. Contoh : KMS, kartu keluarga dan
catatan lain yang ada hubungannya dengan klien.
Menurut Mubarak (2009). Pengkajian dalam keluarga meliputi :
1) Data umum
a) Identitas : nama kepala keluarga (KK), alamat dan telepon,
pekerjaan kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga dan
komposisi keluarga.
b) Tipe keluarga : menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga
berseta kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga tersebut.
c) Suku bangsa : mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut,
serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan.
d) Agama : mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
e) Status sosial ekonomi keluarga : status ekonomi keluarga
ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu, sosial ekonomi keluarga
ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan
oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki keluarga.
f) Aktifitas rekreasi keluarga : rekreasi keluarga tidak hanya
dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan
menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi.
18

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a) Tahap perkembangan keluarga saat ini : tahap perkembangan
keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga, serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti : menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluaraga inti, yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status
imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan
keluarga, serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan.
d) Riwayat kesehatan sebelumnya : dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
3) Lingkungan
a) Karakteristik rumah : karakteristik rumah didefinisikan dengan
melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah
jendela, pemanfaatan ruangan, peletakkan perabotan rumah
tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air,
sumber air minum yang digunakan sera denah rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas setempat : menjelaskan
mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat
yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau
kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
memenuhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga : mobilitas geografis keluarga
ditentukan dengan kebiasaan keluarga yang melakukan
perpindahan tempat tinggalnya.
19

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :


menjelaskan tentang waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana keluarga tersebut melakukan interaksi dengan
masyarakat.
e) Sistem pendukung keluarga : yang termasuk pada sistem
pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang
sehat dan fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan.
4) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif : diantara anggota keluraga terdapat perasaan
saling menyayangi dan menghargai satu sama lainnya.
b) Fungsi sosial : hubungan sosial terjalin dengan baik selalu
mengikuti perkumpulan di masyarakat.
c) Fungsi perawatan kesehatan : bila ada angggota keluarga yang
menderita sakit biasanya keluarga merasa cemas dan
membelikan obat di apotik bila tidak sembuh baru dibawa ke
fasilitas kesehatan. Keluarga mampu menyebutkan penyebab
penyakit yang terjadi pada anaknya dan mampu merawat anak
yang sedang sakit.
d) Fungsi reproduksi : keluarga dikaruniai anak.
e) Fungsi ekonomi : keluarga mecakup kebutuhan makanan,
tempat berlindung yang aman dan nyaman.
5) Stress dan koping keluarga
a) Stresor jangaka pendek dan pajang : stressor jangka pendek
yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan. Stressor jangka
pajang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan.
20

b) Strategi koping yang digunakan : bila ada masalah keluarga


selalu membicarakan satu sama lain untuk mencari jalan
keluar.

6) Masalah kesehatan keluarga


Dalam masalah kesehatan keluarga terdapat tiga kelompok
masalah, berguna untuk membedakan masalah diagnosa
permasalahan :
a) Diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang sedang
dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat
dengan cepat.
b) Diagnosa resiko / resiko tinggi adalah masalah keperawatan
yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah
keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak
segera mendapat bantuan perawat.
c) Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari
keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat ditingkatkan (Mubarok, 2009).
Diagnosa keperawatan ditegakan dengan menggunakan
formulasi PES (Problem Etiologi Symptom).
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : kesimetrisan, tekstur rambut, warna rambut.
2) Mata : kesimetrisan, keadaan konjungtiva, keadaan kelopak mata.
3) Hidung : kesimetrisan, terdapat skret atau tidak.
4) Mulut : kesimetrisan, kelembaban bibir.
5) Dada : kesimetrisan, taktil premitus, ekspansi dada, penggunaan
otot bantu pernapasan.
6) Ekstermitas : akral, kapilary refill time, turgor kulit, kelembaban
kulit.
21

2. Diagnosa keperawatan
Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan langkah
selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah kesehatan keperawatan
keluarga. Untuk menentukan masalah, perawat dapat menggunakan skala
prioritas (Dion, 2013). Dalam menyusun prioritas masalah keperawatan
keluarga harus didasarkan kepada beberapa kriteria yaitu :
a. Sifat masalah
Dikelompokan menjadi ancaman kesehatan, tidak/kurang sehat dan
keadaan sejahtera.
b. Kemungkinan masalah dapat diubah
Kemungkinan keberhasilan mengurangi masalah atau mencegah
masalah bila dilakukan tindakan keperawatan dan kesehatan,
dikelompokkan menjadi mudah, sebagian dan tidak dapat diubah.
c. Potensi masalah dapat dicegah
Adalah bagaimana sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang
dapat dikurangi dan dicegah melalui tindakan keperawatan dan
kesehatan. Dikelompokkan menjadi tinggi, cukup dan rendah.
d. Masalah yang menonjol
Adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal
beratnya dan mendesaknya suatu masalah untuk diatasi melalui
intervensi keperawatan dan kesehatan.
Perumusan diagnosa keperawatan meliputi :
1) Masalah (Problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau angota
keluarga (individu) keluarga.
2) Penyebab (Etiologi) adalah suatu penyataan yang dapat
menyebabkan masalah dengan mengacu pada lima tugas keluarga,
yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat,
merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
22

3) Tanda (Sign) adalah sekumpulan data subyektif dan objektif yang


diperoleh peawat dari keluarga secara langsung atau tidak
langsung yang mendukung masalah dan penyebab.
(Dion, 2013).
Tabel 2.1 Skala
Untuk Menentukan Prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga (Dion, 2013)

No Kriteria Komponen Skor Bobot


.
1. Sifat masalah Tidak/kurang sehat 3 1
Ancaman 2
kesehatan
Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan Mudah 2 2
masalah dapat Sebagian 1
diubah Tidak dapat
3. Potensi masalah Tinggi 3 1
dapat dicegah Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya Berat, segera 2 1
masalah ditangani
Ada masalah, tidak 1
perlu segera
ditangai
Tidak dirasakan 0
ada masalah

Skor
x Bobot
Angka Tertinggi

Skoring :
1) Tentukan skror untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
3) Jumlah skor untuk kriteria
4) Skor tertinggi adalah 5 dan semua untuk seluruh bobot.
Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Skabies 50

No Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi


keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
1 Nyeri (lesi pada Setelah Setelah dilakukan 4 kali
epidermis di dilakukan Kunjungan rumah selama
selangkangan) kunjungan 30 menit setiap pertemuan
Berhubungan rumah diharapkan keluarga
dengan selama 4 dapat:
Ketidakmampuan/ hari, nyeri TUK1 : 1.Kaji ulang pengetahuan keluarga
ketidaktahuan/ teratasi Mengenal masalah yang Keluaragadapat tentang penyebab nyeri dan
ketidakmauan Dihadapi oleh keluarganya menyebutkan pengertian manajemen nyeri
Responverbal
keluargadalam: nyeri, penyebab nyeri, 2.Diskusikan dengan keluarga tentang
1. Mengenal tanda dan gejala nyeri, penyebab dan manajemen nyeri
kesehatanyang dan manajemen nyeri 3.Evaluasi pemahaman keluarga
dialami tentang penjelasan yang diberikan
keluarganya 4.Berikan reinforcement yang positif
2. Mengambil Jika jawaban sesuai standar
TUK2:
keputusanyang Keluarga dapat mengambil Keluargamerasanyaman
tepat bagi keputusan yang tepat untuk karenamengetahui 1. Kaji ulang pengetahuan keluarga
keluarganya membuat keputusan untuk cara mengatasinyeri manfaat tehnik relaksasi napas dalam
3. Merawat mengatasi masalah yaitudengan cara tehnik 2. Diskusikan dengan keluarga manfaat
anggota Respon tehnik relaksasi napas dalam
relaksasinapasdalam
keluarga afektif 3. Evaluasi pemahaman keluarga
yaitu:
dengan •Tariknapasmelalui tentang penjelasan yang telah
masalah nyeri hidung diberikan
4. Memodifikasi • Tahan2-3detik 4. Berikan reinforcement positif jika
lingkungan • Lalukeluarkanmelalui Jawaban sesuai standar
keluarga untuk mulutsecaraperlahan
menjamin • Dapat dilakukan
kesehatan beberapakali
keluarga.
5. Menggunakan TUK 3: 1. Kaji ulang pengetahuan keluarga
Melakukan tindakan Keluarga merawat tentang tehnik relaksasi napas dalam
fasilitas Respon anggota keluargadengan 2.Berikan penjelasan tentang cara tehnik
pelayanan perawatan yang tepat bagi psikomotor
klien skabies diantaranya skabies dengan cara relaksasi nafas dalam
kesehatan mendemonstrasikan tehnik 3.Diskusikan dengan keluarga terhadap
mendemonstrasikan
relaksasi napas dalam dan relaksasi napas dalam. penjelasan yang telah diberikan
distraksi 4.Berikan reinforcement positif jika
Jawaban sesuai
standar.
2 Resiko tinggi Setelah Setelah dilakukan4kali
Terhadap penurunan dilakukan4 kunjungan rumah selama
curahjantung kali 30 menitsetiappertemuan
berhubungandengan kunjungan keluargadapat:
Ketidakmampuan/ rumah
ketidaktahuan/ selama30
ketidakmauan menitsetiap TUK1:
keluargadalam: pertemuan Mengenalmasalah
1. Mengenal resikotinggi hipertensidiantaranya Keluargadapat 1. Kaji ulang pengetahuan keluarga
kesehatanyang penurunan dengan cara : Menyebutkanpengertian tentangpengertianhipertensitanda
dialami jantung tidak Keluargadapat penyakithipertensi gejala, penyebab faktor resiko,
keluarganya terjadi menyebutkanpengertian adalah: carapencegahandankomplikasi.
2. Mengambil Responverbal a.Pengertianhipertensi 2. Diskusikan dengan keluarga
penyebab,tandagejala,
keputusanyang faktorresiko, cara hipertensiadalahtekanan tentangpengertianhipertensi,
tepat bagi pencegahandan darahdiatas140/90 mmHg tandagejala,penyebabfaktor
keluarganya komlpikasi. yangdiukurpalingtidakpada resiko,carapencegahandan
3. Merawat tigakesempatanberbeda. komplikasihipertensi.
anggota 3. Evaluasi pemahaman keluarga
keluarga tentangpenjelasanyang telah
b.Tandagejalahipertensi
dengan diberikan
adalah:
masalahnyeri 4. Berikanreinforcementpositifjika
1. Sakitkepala(rasaberat
4. Memodifikasi jawabansesuai standar.
ditengkuk)
lingkungan
2. Kelelahan
keluarga untuk
3. Keringatberlebih
menjamin
4. Tremorotot
kesehatan
5. Mual,muntah
keluarga.
6. Sulitbernafassetelah
bekerjakeras
7. Penglihatankabur
8. Jantungberdebardebar

c. penyebabatau
faktorrisikohipertensi:
1. Genetik:
2. Jeniskelamindan
usia.
3. Diet.
4. Obesitas
5. Gayahidup
5. Menggunakan
fasilitas d. Komplikasi
pelayanan 1. Stroke
kesehatan 2. Gagal jantung
3. Gagalginjal
4. Kerusakan
penglihatan

e. Carapencegahan
1. Mengurangi
makanan asin dan
berlemak
2. Meningkatkan
asupanseratdan
kalsium
3. Menghentikan
kebiasaanburuk
sepertimerokok,
4. mengurangikopi
danalkohol
5. Olahraga secara
teratur
TUK2: Responverbal Akibat lnjut dari resiko
1. Kajiulangpengetahuankeluarga
Keluargadapatmengambil penurunancurahjantung
mengenai akibat resikopenurunan
keputusanuntukmerawat adalahvasokontriksidan
curah jantung
anggota keluargadengan hipertropiventricular
2.Berikan penjelasan tentang akibat
masalahresikotinggi
lanjutdari resikopenurunancurah
penurunancurahjantung
jantung
dengan cara : Keluargadapat 3.Berikankesempatankeluargauntuk
Keluargadapat memutuskanuntuk bertanya
menyebutkan akibat merawatanggotakeluarga 4.Evaluasi terhadap penjelasan yang
lanjutdariresiko denganmasalahresiko telahdiberikan
penurunancurah penurunancurah jangtung 5.Berikan reinforcement positif atas
jantung Caraperawatan: kebersediaankeluarga
Keluargadapat -Berikanlingkungan
memutuskanuntuk tenangdannyaman
merawatanggota - Pertahankan
keluargadengan Responverbal
pembatasanaktifitas
masalahresiko sepertiistirahatdi 1. Motivasikeluargauntukmerawat
penurunancurah tempattidu/kursi anggotakeluargadenganmasalah
jantung - Bantu melakukan resikopenurunancurah jantung
aktifitas 2. Berikanreinforcementpositifatas
- Lakukantindakanyang keputusankeluarga
nyamansepertpijat
punggungdanleher

TUK3: Kliendapat 1.Kaji ulang pengetahuan keluarga


Melakukantindakan mendemonstrasikan cara mengenaicaraperawatandengan
kesehatanyangtepatbagi Respon Verbal pijatpunggungdanleher masalahresikopenurunancurah
klien hipertensi Dengan caranya: jantung.
diantaranyadengan cara: 2.Berikan penjelasan tentang cra
Berikanlingkunganyang
Keluargdapat perawatananggota keluargadengan
tenangdannyaman
menyebutkancara resikopenurunancurah jantung.
Dudukdi kursi/posisi
perawatananggota 3.Berikankesempatankeluargauntuk
tidur
keluargadenganmasalah bertanyamengenaimasalahyang
Aturpolanapas
resiko penurunan curah diberikan.
Berikan pijatan pada
jantung
punggungatauleher 4.Evaluasiterhadapmateriyangtelah
Dengantenagayang diberikan
secukupnya 5.Berikan reinforcement atas setiap
Sesudahmelakukan jawabanyangbenar
pijatanlaluistirahatkan.
Keluargamenyediakan
lingkungan yang tenang
dannyaman

1.Ajarkanpadakliendankeluargacara
pijatpunggungatauleher
2.Demonstrasikan pada klien dan
Keluargamerawatanggota keluarga cara pijat punggung atau
Klien dapat melakukan Respon keluargadenganhipertensi leher
pijatpunggungdanleher psikomotor dengan 3.Berikan kesempatan pada klien dan
caramendemonstrasikan keluargauntukmencobamelakukan
tehnikpijatpunggungdan pijatpunggungatauleher
leher. 4.Berikan reinforcement positif atas
usahayangdilakukankeluarga
5.Pastikan keluarga akan melakukan
tindakanyangdiajarkan

TUK4: Keluargadapat
Keluargadapat menyebutkanlingkungan 1.Kaji ulang pengetahuan keluarga
memodifikasi yang sehat: xmengenai sumberyangdimilikioleh
lingkunga yang Lingkunganyangsehat keluargadisekitarlingkunganrumah
menunjangkesehatan adalahlingkunganyang 2.Dorongkeluargauntuk
memenuhi syarat syarat memanfaatkansumberyangadadi
sekitarrumah
Responverbal
Keluargadapat kesehatanseperti
menyebutkanciri–ciri :penataanruanganyang
lingkunganyangsehat rapi,peneranganyang
cukup,lantaitidaklicin,
terdapatventilasi.

Untukmengatasimasalah
TUK5:
kesehatanyangdapat 1.Kaji ulang pengetahuan keluarga
Keluargadapat
digunakanadalah mengenaikeberadaanfasilitas
menggunakanfasilitas
puskesmas pelayanankesehatanyangdapatdi
kesehatan untuk
Tigakeuntungan jangkaukeluarga
mengatasimasalah
pelayanankesehatan: 2.Kajipengetahuankeluargamengenai
resikopenurunancurah Responverbal
jantung Dapat denganmudah manfaatkunjunganke fasilitas
memeriksakesehatan kesehatan
Biayaterjangkau 3.Keuntungan yang diperoleh dari
Tempatmudah fasilitaskesehatan
Keluargadapat terjangkau 4.Evaluasi terhadap materi yang di
menyebutkan berikan
keuntungandari fasilitas 5.Berikan reinforcement positif atas
kesehatan keberhasilan.

Respon
Klien memeriksa tekanan psikomotor Klienmemeriksatekanan
1.Motivasi klien dan keluarga untuk
darah kepuskesmas darahnyaselama
pemeriksaantekanan darahrutin
pengobatanhipertensi,1
2.Beri reinforcement positif atas
hari1 kali.
keberhasilan.
Setelah dilakukan 4 kali Potensial perubahan
kunjungan rumah selama Responverbal perfusijaringanadalah
30 menit tiap pertemuan keadaandimanaindividu 1.Kajipengetahuan keluarga
keluargadapat: mengalami atau beresiko mengenaipengertian,penyebab,
tandagejalapotensialperubahan
perfusijaringan.
56

3 Potensial perubahan Setelah Tinggimengalami 2.Berikan penjelasan mengenai


perfusi jaringan dilakukan 4 penurunannutrisi dan pengertian,penyebab,tandagejala
berhubungan dengan kali pernafasantingkatperifer potensialperubahanperfusi jaringan.
ketidakmampuan/keti kunjungan dalamsuplaidarah kapiler. 3.Berikankesempatankeluargauntuk
daktahuan/ rumah TandadanGejala: bertanyatentang materiyang
ketidakmauan selama30 Lemas,jalantidaktegap diberikan.
keluargadalam: menitsetiap cemas TDmeningkat. 4.Evaluasiterhadapmateriyangtelah
1. Mengenal pertemuan diberikan.
kesehatanyang potensial 5.Berika reinforcement positif atas
dialami perubahan jawabanyang benar
keluarganya perfusi
2. Mengambil jaringan 1.Motivasi keluarga untuk dapat
keputusanyang tidakterjadi TUK 1 : membuat keputusan yang tepat
Keluargadapatmengambil
tepat bagi mengenal untukmengatasimasalahdengan
Responafektif keputusanyangtepatuntuk
keluarganya masalahpotensial potensial perubahan perfusijaringan
mengatasimasalahdengan
3. Merawat perubahanperfusijaringan 2.Berikan reinforcement positif atas
potensiperubahanperfusi
anggota usahakeluarga
jaringan
keluarga
dengan TUK2:membuat Respon
masalahnyeri keputusan yang tepat psikomotor Keluargadapatmerawat 1.Motivasi keluarga untuk merawat
4. Memodifikasi untukmencegah anggotakeluargadengan anggotakeluarga denganpotensial
lingkungan komplikasi masalah potensialperubahan perubahanperfusijaringan
keluarga untuk hipertensi jaringan serebral. 2.Berikan reinforcement positif atas
menjamin keputusankeluarga.
kesehatan
keluarga. Respon Kliendapat
5. Menggunakan TUK3: melakukan Verbal punggungdanleher
fasilitas tindakanperawatan Dengan caranya:
pelayanan kesehatandengankeluarga 1.Kaji ulang pengetahuan keluarga
Berikanlingkunganyang
hipertensi mengenaicaraperawatandengan
tenangdannyaman
masalahresikoperubahan perfusi
Dudukdi kursi/posisi
jaringan.
tidur
2.Berikan penjelasan tentang cra
Aturpolanapas
perawatananggota keluargadengan
Berikan pijatan pada
resikoperubahan perfusi jaringan.
57

 Dengantenagayang 4.Evaluasiterhadapmateriyangtelah
secukupnya diberikan
 Sesudahmelakukan 5.Berikan reinforcement atas setiap
pijatanlaluistirahatkan. jawabanyangbenar
 Keluargamenyediakan
lingkungan yang
tenang dannyaman

Keluargamerawatanggota
Respon 1.Ajarkanpadakliendankeluargacara
Klien dapat melakukan keluargadenganhipertensi
psikomotor pijatpunggungatauleher
pijatpunggungdanleher dengan
2.Demonstrasikan pada klien dan
caramendemonstrasikan
keluarga cara pijat punggung atau
tehnikpijatpunggungdan
leher
leher.
3.Berikan kesempatan pada klien dan
keluargauntukmencobamelakukan
pijatpunggungatauleher
4.Berikan reinforcement positif atas
usahayangdilakukankeluarga
5.Pastikan keluarga akan melakukan
tindakanyangdiajarkan
TUK4:
Keluargadapat Responverbal Keluargadapat
memodifikasilingkunga menyebutkanlingkungan
1.Kaji ulang pengetahuan keluarga
yang yang sehat:
mengenai sumberyangdimilikioleh
menunjangkesehatan Lingkunganyangsehat
adalahlingkunganyang keluargadisekitarlingkunganrumah
memenuhi syarat 2.Dorongkeluargauntuk
Keluargadapat memanfaatkansumberyangadadise
syaratkesehatanseperti:penat
menyebutkanciri–ciri kitarrumah
aanruanganyang
lingkunganyangsehat
rapi,peneranganyang
cukup,lantaitidaklicin,
terdapatventilasi.
58

TUK5: Untukmengatasimasalah 1.Kaji ulang pengetahuan keluarga


kesehatanyangdapat mengenaikeberadaanfasilitas
Keluargadapat Responverbal digunakanadalah pelayanankesehatanyangdapatdi
menggunakanfasilitas jangkaukeluarga
puskesmas
kesehatan untuk 2.Kajipengetahuankeluargamengenai
mencegah komplikasi Tigakeuntungan manfaatkunjunganke fasilitas
hipertensi pelayanankesehatan: kesehatan
Dapat denganmudah 3.Keuntungan yang diperoleh dari
memeriksakesehatan fasilitaskesehatan
Biayaterjangkau 4.Evaluasi terhadap materi yang di
Tempatmudah berikan
terjangkau 5.Berikan reinforcement positif atas
keberhasilan.
Keluargadapat
Respon Klienmemeriksatekanan 1.Motivasi klien dan keluarga untuk
menyebutkan
psikomotor darahnyaselama pemeriksaantekanan darahrutin
keuntungandari
pengobatanhipertensi,1 2.Beri reinforcement positif atas
fasilitas kesehatan
keberhasilan.
hari1 kali.
Klien memeriksa Responverbal 1.Kajipengetahuan keluarga
Potensial perubahan mengenaipengertian,penyebab,
tekanan darah
perfusijaringanadalah tandagejalapotensialperubahan
kepuskesmas keadaandimanaindividu perfusijaringan
mengalami atau beresiko
b. Implementasi Keperawata

Implementasi yang merupakan komponen proses keperawatan adalah

kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk

mencapai tindakan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan

dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2010).

Implementasi menuangkan rencana asuhan kedalam tindakan setelah


rencana dikembangkan, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas klien, perawat
melakukan intervensi keperawatan spesifik, yang mencangkup tindakan
perawat.rencana keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi.tujuan
dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai peningkatan
kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri ataupun kolaborasi dan rujukan
(Potter, 2005)

c. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap

tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Tahap

akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan tujuan dengan

melihat perkembangan klien. Evaluasi klien PJK dilakukan berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan dan menggunakan

SOAP (subjektif, objektif, analisa dan perencanaan) ( Potter & perry, 2012).

Anda mungkin juga menyukai