PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu
a. Mengidentifikasi daya anti bakteri dari beberapa antiseptic tertentu terhadap
bakteri.
b. Mengetahui prinsip uji daya hambat mikroba
c. Mengetahui zat anti bakteril dalam menghambat atau membunuh pertumbuhan
bakteri secara invintro
1.4. Manfaat
a. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi anti bakteri
b. Untuk mengetahui cara uji daya hambat mikroba
c. Untuk mengetahui zat anti bakteri dalam menghambat pertumbuhan
BAB II
PENDAHULUAN
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, tetapi juga
akan mempengaruhi keadaan lingkungan. Misal bakteri Termogenesis menimbulkan panas di
dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari medium tempat ia
hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat
dibagi atas factor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Faktor-faktor biotik terdiri atas
mahluk -mahluk hidup, sedangkan faktor-faktor alam (fisika) dan faktor-faktor kimia
(Dwidjoseputro, 2005).
Pada umumnya metode yang digunakan dalam uji sensivitivitas bakteri adalah metode
difusi agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh
ekstrak yang diketahui dari daerah disekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi
oleh mikroorganisme. Zona hambta pertumbuhan inilah yang menunjukan sensivitas bakteri
terhadap bahan antibaktri (Dwidjoseputro, 2005).
Berdasarkan daya kerjanya, senyawa antibakteri dibagi menjadi dua sifat, yaitu :
Antibakteri yang efektif bagi banyak spesies, baik kokus, basil maupun spiril,
dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk
spesies tertentu, disebut antibiotik yang spketrumnya sempit. Penisilis hanya efektif untuk
memberantas terutama jenis kokus, oleh karena itu penisilin dikatakan mempunyai spectrum
yang sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu oleh karena
tetrasiklin dikatakan mempunyai spektrum luas (Dwidjoseputro, 2005).
Zat yang dapat membunuh bakteri disebut desinfektan, germisida atau bakterisida.
Apakah suatu kimia itu merupakan suatu antiseptik atau germisida, hal ini kebanyakan kali
bergabtung kepada persenan konsentrasi dan lamanya kena zat tersebut (Dwidjoseputro,
2005).
Pada umumnya bakteri yang muda itu kurang daya tahannya terhadap desinfektan
daripada bakteri yang tua. Pekat encernya konsentrasi, lamanya berada dibawah pengaruh
desinfektan, merupakan factor-faktor yang masuk pertimbangan pula. Kenaikan temperatur
menambah daya desinfektan, selanjutnya medium dapat juga menawar daya desinfektan susu,
plasma darah, dan zat-zat lain yang serupa protein sering melindungi bakteri terhadap
pengaruh desinfektan tertentu (Dwidjoseputro, 2005).
a. pH lingkungan
b. Komponen-komponen medium
c. Stabilitas obat
d. Takaran inakalum
e. Lamanya inkubasi
f. Aktifitas metabolisme mikroorganisme (Irianto, 2006).
Daya kerja bakterisidal berbeda dengan bakteri ostatik. Bakteriostatik berjalan searah
yaitu bakteri yang telah mati tidak dapat berkembangbiak lagi meskipun bahan antibakteri
telah dihilangkan bakteriostatik mempunyai karakteristik bila bahan antibakterinya
dihilangkan maka bakteri tersebut dapat tumbuh lagi (Lay, 1992).
Istilah antibiotik pertama kali digunakan oleh Waksman (1945) sebagai nama dari
suatu golongan substansi yang berasal dari bahan biologis yang kerjanya antagonistik
terhadap mikroorganisme (Irianto, 2006).
Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan zat – zat dalam
jumlah yang sedikitpun mempunyai daya hambat penghambat kegiatan mikroorganisme yang
lain (Dwidjoseputro, 2005).
Zat-zat seperti H2O2, Na2BO4, KMnO4 mudah benar melepaskan O2 untuk
menimbulkan oksidasi. Klor didalam air menyebabkan bebasnya O2, sehingga zat ini
merupakan desinfektan. Hubungan klor langsung dengan protoplasma pun dapat
menyebabkan oksidasi (Dwidjoseputro, 2005).
Zat seperti air raksa, perak, tembaga dan zat-zat organik seperti fenol, formaldehida,
etanol menyebabkan penggumpalan protein yang merupakan konsitutuen dari protoplasma.
Protein yang telah menggumpal itu protein yang mengalami denatirasi, dan didalam keadaan
yang demikian itu protein tidak berfungsi (Dwidjoseputro, 2005).
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetapi hidup merupakan hal yang
penting. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang factor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan tersebut sangat penting untuk mengendalikan hubungan antara mikroorganisme-
makanan-manusia (Buckle, 1987).
Hingga sekarang semakinbanyak zat-zat kimia yang dipakai untuk membunuh atau
mengurangi jumlah mikroorganisme dan penemuan-penemuan bar uterus muncul dipasaran.
Oleh karena itu, tidak ada bahan kimia yang ideal atau yang dapat dipergunakan untuk segala
macam keperluan, maka pilihan jatuh pada bahan kimia yang mampu membunuh organisme
yang ada dalam waktu yang tersingkat dan tanpa merusak segala bahan yang didisinfeksi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi secara kimia:
Rongga yang perlu cukup diantara alat-alat yang didisinfeksi. Sehingga seluruh
permukaan alat tersebut dapat berkontak dengan disinfektan. Lamanya disinfeksi harus tepat
alat-alat yang didisinfeksi jangan diangkat sebelum waktunya. Sebaiknya menyediakan hand
lotion untuk merawat tangan setelah berkontak dengan disinfektan.