Penyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 13
Daftar Pustaka................................................................................................ 14
Lampiran ........................................................................................................ 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Upaya agar kebutuhan zat gizi seseorang dapat diperoleh secara optimal
adalah dengan diadakannya penyelenggaraan makanan yang dikelola dengan
menerapkan disiplin-disiplin ilmu seperti ilmu gizi, manajemen, dietetika serta
dilakukan dengan menerapkan prinsip efisiensi dan efektivitas karena tujuan dari
penyelenggaraan makanan adalah menghasilkan makanan yang berkualitas baik
dan sesuai dengan kebutuhan (Mukrie, 1990).
1
Pada tahun 1988 Departemen Kesehatan bekerjasama dengan Departemen
Kehakiman melakukan studi mengenai menu makanan dibeberapa institusi rumah
tahanan negara dan lembaga pemasyarakatan, memberikan informasi bahwa
52,7% konsumsi makanan yang disediakan di rutan dan lapas bagi warga binaan
masih kurang dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan menurut kelompok umur dan jenis kelamin yaitu untuk konsumen laki-
laki dan perempuan dengan golongan usia dewasa yang memerlukan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) sekitar 2.250 kalori. Selanjutnya, hasil studi tentang
kesehatan warga binaan di rutan dan lapas yang dilakukan Departemen Kesehatan
dan Departemen Kehakiman pada tahun 1990 yang membawahi divisi
pemasyarakatan bagian perawatan untuk penyelenggaraan makanan di lapas yang
menunjukkan bahwa prevalensi penyakit-penyakit avitaminosis dan kurang gizi
adalah 14,3 % anemia 8,2% dan prevalensi penyakitpenyakit yang berhubungan
dengan gizi mencapai 40,9 % (Pedoman Penyelenggaraan Makanan Bagi WBP,
2009).
Status gizi masyarakat sangat dipengaruhi oleh kualitas dan jumlah zat gizi
yang dikonsumsi serta ada tidaknya penyakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi
status gizi masyarakat tersebut sangat terkait dengan tingkat ketersediaan pangan
di tingkat rumah tangga dan pola asuh anak serta akses ke pelayanan kesehatan,
yang dipengaruhi oleh daya beli keluarga, tingkat pengetahuan dan pendidikan,
sanitasi dasar, perilaku masyarakat akan pentingnya pelayanan kesehatan (health
care seeking) dan lain sebagainya. Perlindungan terhadap setiap warga negara
termasuk yang berada di lembaga pemasyarakatan atau Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) merupakan Hak Asasi Manusia (HAM). Oleh karena itu,
dengan meningkatkan kualitas dan jumlah zat gizi yang dikonsumsi sangat
berperan dalam meningkatkan status gizi masyarakat, termasuk Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) di lembaga pemasyarakatan (Pedoman Penyelenggaraan
Makanan Bagi WBP, 2009).
2
Pelaksanaan Biaya Bahan Makanan Bagi Napi/Tahanan Negara/Anak dan Surat
Edaran No.E.PP.02.05-02 Tanggal 20 September 2007 tentang Peningkatan
Pelayanan Makanan Bagi Penghuni Lapas/Rutan/Cabang Rutan. Terpenuhinya
pelayanan makanan sesuai standar gizi yang maksimal akan membantu tugas
pokok Lapas/Rutan dibidang pembinaan, pelayanan dan keamanan. Sehingga
diharapkan angka kesakitan, kematian WBP akan menurun dan derajat kesehatan
meningkat. Dalam rangka manajemen penyelenggaraan makanan di lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan yang memenuhi syarat kecukupan gizi,
higiene sanitasi dan citarasa diperlukan pedoman penyelenggaraan makanan di
lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara (Pedoman Penyelenggaraan
Makanan Bagi WBP, 2009).
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui dan Mengkaji Klasifikasi Manajemen Sistem
Penyelenggaraan Makanan Institusi di Jank-Jank.
2. Mengetahui dan Mengkaji Tipe Manajemen Sistem Penyelenggaraan
Makanan Institusi di Jank-Jank.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
manajemen yang baik dalam perencanaan dan pelaksanaan serta memiliki ahli gizi
sebagai konsultan terhadap menu makanan. Konsumsi rata-rata zat gizi contoh
relatif sama pada contoh putri dan putra. Sebagian besar contoh (75%) memiliki
status gizi normal (Rani, 2008).
Menurut Djuarni (1998:273) yang dikuti oleh Deden (2010)
mengemukakan bahwa penyelenggaraan makanan sebagai proses pengolahan
makanan, mulai dari perencanaan menu, pengadaan bahan makanan dan
perawatannya, persiapan dan pengolahan serta pelayanan.
5
2.3 Klasifikasi PMI Berdasarkan Sifatnya
Sedangkan sifat penyelenggaraan makanan dapat dikelompokkan menjadi
2 (dua), yaitu penyelenggaraan makanan komersial dan non komersial.
Penyelenggaraan makanan komersial didirikan untuk umum dan beroperasi untuk
mendapat keuntungan, institusi ini mensuplai makanan umum secara teratur.
Penyelenggaraan makanan non komersial yang meliputi organisasi sekolah,
industri, pemerintahan, rumah sakit, dan lain-lain merupakan institusi yang
mengoperasikan penyelenggaraan makanan sendiri sebagai pelayanan untuk
melengkapi aktivitas mereka dalam mencapai tujuan organisasi dan kelompok ini
mungkin dapat atau tidak mencari keuntungan dari penyelenggaraan makanan
setidaknya impas. Secara umum tujuan penyelenggaraan makanan pada kelompok
komersial dan non komersial mempunyai kesamaan yaitu tersedianya makanan
yang memuaskan klien, dengan manfaat setinggi-tingginya bagi institusi (Mukrie,
1996).
Menu yang seimbang dan bervariasi perlu mendapat tekanan dari pihak
penyelenggara makanan. Menu untuk Makanan Institusi dibuat berdasarkan “
Rotasi menu” dalam jarak 10 hari yang bertujuan meminimalkan rasa bosan
mengkonsumsi makanan yang sejenis secara berulang. Syarat menyusun menu
perlu memperhatikan variasi bahan makanan yang digunakan, musim bahan
makanan, variasi rasa masakan, variasi warna- aroma- tekstur- dan konsistensi
makanan, serta kemampuan tenaga pelaksana dan pesawat dapur yang memadai
untuk mengejar jam waktu makan yang tepat. Harga yang layak dalam makanan
institusi menjadi pertimbangan penting lainnya meningat pemberian makan dalam
periode waktu yang cukup lama bahkan hampr sepanjang waktu dimana karyawan
itu berada di lembaganya. Sanitasi itu sendiri bermakna memutus mata rantai
kerusakan dan keracunan makanan oleh mikroorganisme pathogen dan lainnya
penyebab infeksi, dan keracunan makanan pada manusia. Untuk kepentingan
kesehatan makanan pihak pelaksana produksi dan distribusi makanan perlu
memiliki kemampuan yang berkaitan dengan sanitasi dan hygiene makanan.
6
Penyelenggaraan makanan di industri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
7
8. Perencanaan yang kurang baik akan menyebabkan tidak maksimalnya
penyelenggaraan makanan dalam institusi tersebut.
9. Tenaga pelaksana yang kurang professional akan menghasilkan makanan
yang tidak sesuai harapan.
8
BAB III
3.1 Hasil
3.2 Pembahasan
Jank jank wings lovers merupakan kuliner yang menyajikan aneka varian
chiken wings sebagai sajian utamanya. Chiken wings digoreng yang kemudian
disiram dengan berbagai pilihan saus, seperti teriyaki, curry, hot curry, black
pepper, BBQ dan chesee. Pilihan saus dapat disajikan secara pedas atau tidak
pedas sesuai selera pengunjung. Jank jank jember merupakan cabang dari malang.
Jank jank jember berlokasi di jl. Kalimantan; jember kode pos 68122 lebih
tepatnya berada diruko kalimantan dekat dengan campus resto. Dengan struktur
organisasi tingkat tertinggi yaitu owner (pemilik restaurant) sejumlah 3 orang,
kemudian dibawahnya terdapat manager, kemudian dibawahnya bagian keuangan,
kemudian dibawahnya bagian pengolahan makanan, kemudian dibawahnya
karyawan yang terbagi menjadi 3 sub bagian yaitu penyaji, kasir, dan bagian
dapur.
9
penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di
tempat usahanya. Sedangkan, rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial
yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk
umum di tempat usahanya.
10
diakomodir oleh sistem konvensional. Sistem makanan terpusat memiliki
fleksibilitas ragam penggunaan dapur, diantaranya yaitu terdapat dapur sentral,
dapur satelit, dapur saji dan dapur lainnya tergantung penggunaan. Semua
makanan dibuat di pabrik sentral lalu didistribusikan ke cabang-cabang. Dalam
sistem ini diatur sedemikian rupa di dapur sentral agar rasa, ukuran, bentuk serta
kualitasnya sama. Sistem ini banyak digunakan oleh restoran francished, katering,
dan restoran (yang memiliki banyak cabang). Keuntungan sistem terpusat ,
Menggunakan teknologi tinggi sehingga kualitas dan kebersihannya terjaga, Rasa,
ukuran, bentuk dan kualitasnya konsisten. Kerugian sistem terpusat yaitu ,
Keselamatan makanan serta distribusinya harus selalu diperhatikan agar makanan
masih berkualitas ketika diterima di cabang-cabang, Membutuhkan pekerja
dengan kemampuan yang lebih tinggi untuk mengatur teknik pembuatan
makanannya, Membutuhkan alat-alat dengan teknologi yang canggih,
Membutuhkan alat-alat untuk pendistribusian dan mahal. Jank-jank wings lovers
juga termasuk tipe penyelenggaraan makanan Ready prepare berdasarkan
informasi yang kelompok kami peroleh , bahan seperti sayap ayam dibuat dalam
satu waktu tertentu kemudian disimpan dalam lemari pendingin kemudian akan
dipanaskan (digoreng) pagi hari sebelum resto buka. Ready prepare pada dasarnya
sistem ini hampir sama dengan sistem konvensional. Namun pada sistem ini
makanan disiapkan sebelum hari penyajian lalu disimpan di alat pendingin.
Setelah itu dilakukan pemanasan kembali sebelum disajikan. Sehingga institusi
atau organisasi yang menggunakan sistem ini dapat memiliki stok makanan.
Contohnya antara lain, katering, penjualan makanan rumahan, restoran dan hotel.
Keuntungan sistem ready prepared yaitu Institusi atau organisasi yang memakai
sistem ini dapat mempunyai stok untuk disajikan, Mengurangi beban kerja karena
telah dilakukan pada hari sebelumnya, Dapat memenuhi deadline pemesanan,
Kerugian sistem ready prepared yaitu, Perlu alat untuk penyimpanan makanan,
Perlu kontrol untuk memastikan kualitas makanan yang disimpan, Butuh oven
microwave untuk memanaskan (ANONIM 2).
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
RI.
13
LAMPIRAN
A. Dokumentasi
14
Gambar 3. Tempat penyimpanan
15
Gambar 5. Tempat penyajian
16
Gambar 7. Layout Dapur
17