Makalah Ilmu Pndikn - Kel 2
Makalah Ilmu Pndikn - Kel 2
Disusun Oleh :
1. Ita Amalia Arumdiyah 1910310044
2. Mujahidah Salimatus S. 1910310045
3. Laela Noor Sya’adah 1910310046
FAKULTAS TARBIYAH
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Filsafat dan ilmu pada dasarnya adalah dua kata yang saling terkait, baik secara
substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat
telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris
menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar
dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan
bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi. Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang
selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan
sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala ilmu
membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi,
epistimologi dan axiologi. Maka Filsafat Ilmu menurut Jujun Suriasumantri merupakan
bagian dari epistimologi (filsafat ilmu pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat
ilmu (pengetahuan ilmiah)1. Dalam pokok bahasan ini akan diuraikan pengertian filsafat
ilmu, obyek kajian serta latar belakang lahirnya yang menjadi cakupannya.
1. Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta 2003, hlm
33.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Lahirnya Filsafat Ilmu
7 Burhanuddin Sala, Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik), PT. Rineka Cipta : Jakarta, 2997,
hlm.18-20
8 Q.S Al-Alaq ayat 1-5
9 Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Bumi Aksara: Jakarta,2008,hlm.28.
untuk berfaedah terhadap objek didiknya. Jadi dilihat dari maksud dan tujuannya,
ilmu mendidik boleh disebut “ilmu yang raktis”, sebab ditujukan kepada praktik dan
perbuatan-perbuatan yang mempengaruhi anak didiknya. Jadi, dari praktik-praktik
pendidikan disusun pemikiran-pemikiran secara teoritis. Pemikiran teoritis ini disusun
dalam satu sistem pendidikan yang biasanya disebut ilmu mendidik sistematis. Jadi
sebenarnya kedua istilah itu mempunyai arti yang sama yaitu teoritis sama saja
dengan sistematis. Dalam rangka membicarakan ilmu mendidik teoritis, perlu di
perhatikan sejarah pendidikan. Dengan mempelajari sejarah pendidikan itu terlihat
telah tersusun pandangan-pandangan teoritis yang dapat dipakai sebagai peringatan
untuk menyusun teori pendidikan selanjutnya. Dapat disimpulkan bahwa mendidik
sistematis mendahului ilmu mendidik historis. Akan tetapi ilmu mendidik historis
memberikan bantuan dan memperkaya ilmu mendidik sistematis. Kedua-duanya
membantu para pendidik agar berhati-hati dalam praktik-praktik pendidikan.10
Objek Material Ilmu
Objek Material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu12. Dalam filsafat ilmu, objek material adalah ilmu
pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan
Objek Formal
Objek Formal adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot 17. Seperti
fisika, kedokteran, agama, sastra, seni, sejarah, dan sebagainya. Sudut pembahasan inilah
yang dikenal sebagai objek formal. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu
pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem ilmu
pengetahuan, seperti: apa hakikat ilmu, apa fungsi ilmu pengetahuan, dan bagaimana
memperoleh kebenaran ilmiah. Problem inilah yang di bicarakan dalam
13 Rizal Mustansyir & Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003, hlm 44.
14 Mohammad Adib, Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011,
hlm 54.
15 A. Susanto, Filsafat Ilmu (Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis), Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm 11
16 http://septian.blog.fisip.uns.ac.id/2013/02/21/objek-material-dan-formal-filsafat-ilmu, 20.00 wib
17 Surajiyo, Ilmu Filsafat (Suatu pengantar), Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm 7.
landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan
aksiologis18.
Dengan kata lain, objek formal merupakan sudut pandang atau cara memandang
terhadap objek material (termasuk prinsip-prinsip yang digunakan)19. Sehingga tidak hanya
memberi keutuhan suatu ilmu, namun juga membedakannya dari bidang-bidang lain. Objek
formal ini bersifat menyeluruh (umum) sehingga dapat mencapai hakikat dari objek
materialnya.
Obyek material suatu ilmu dapat saja sama, indentik. Tetapi obyek formal ilmu tidak
sama. Sebab subyek formal ialah sudut pandang, tujuan penyelidikan. Sebagai contohnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini Dengan demikian pada dasarnya, untuk mengenal esensi
suatu ilmu, bukanlah pada obyek materialnya, melainkan pada obyek formalnya20.
Obyek pendidikan adalah anak didik (siswa murid). Anak didik adalah mereka yang
sedang mengalami proses didik. Mereka adalah manusia muda yang belum dewasa, dalam
menuju proses menuju kedewasaan, manusia yang sedang dalam proses memanusiakan
dirinya menjadi manusia seutuhya, manusia yang sedang dalam proses pemnudayaan atau
membudayakan dirinya menuju manusia yang beradab. Menurut Drost mereka itulah
manusia yang perlu dibentuk : kanak-kanak, anak, remaja, pemuda, usia antara 0 sampai 20
tahun. Ia menegaskan bahwa kalau sesudah usia 20 tahun masih harus di didik artiny
pendidikan gagal. Dalam arti umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima
pengarug dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.
Dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan
kepada tanggungjawab pendidik.
18 Rizal Mustansyir, & Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003, hlm 45.
19 A. Susanto, Filsafat Ilmu (Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis), Bumi
Aksara, Jakarta, 2011, hlm 79.
20 http://septian.blog.fisip.uns.ac.id/2013/02/21/objek-material-dan-formal-filsafat-ilmu, 20.00 wib.
demikian, anak didik juga sebagai subjek, yang menentukan dirinya sendiri dan menjadi
pokok, fokus dalam proses pendidikan.
Subyek Pendidikan
Subyek pendidikan adalah pendidik (pengajar, pembelajar). Dalam pendidikan umum,
yang disebut pendidik adalah orang dewasa yang susila atau manusia yang telah menjadi
pribadi seutuhnya atau manusia yang telah berbudaya. Hal ini sejalan dengan definisi
pendidikan yang mengatakan bahwa pendidikan adalah proses pendewasaan anak muda yang
belum dewasa (Langeveld), atau definisi pendidikan oleh Drijarkara, yaitu memanusiakan
manusia (hominisasi) lewat pembudayaan (humanisasi). Hanya manusia deawasa yang susila,
pribadi yang utuh dan berbudaya yang mampu melakukan tindakan mendidik, sebagai subjek
pendidikan. Orang yang belum dewasa, tidak susila, bukan pribadi yang utuh dan berbudaya
tidak mungkin menjadi pendidik. Mendidik adalah memberikan apa yang dimiliki,
menstransfer (transmisi dan transformasi) nilai-nilai, yaitu nilai kedewasaan, kesusilaan,
kepribadian atau kemanusiaann dan kebudayaan. Hanya orang yang memiliki nilai-nilai
sebagai tindakan mendidik. Siapakah pendidik itu ? ia adalah orang tua!
Orang tua adalah pendidik pertama dan utama. Orang tua memperoleh otoritas
mendidik langsung dari Allah sendiri, sebagai hak dasar atau hak asasi manusia. Hal ini
sebagai konsekuensi dari anak yang mereka lahirkan. Anak adalah anugerah Allah, ciptaan
Allah lewat orang tua, yang dipercayakan Allah kepada orang tua. Maka orang tua wajib
mendidik anak sebagai wujud kebaktian/ibadah kepada Allah, sebagai wujud dari iman.
Karena orang tua tidak mungkin melakukan pendidikan seutuhnya kepada anak demi
memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman
(IPTEKS), maka orang tua menyerahkan sebagian otoritas mendidik anaknya kepada pihak
lain, yaitu masyarakat, bangsa atau Negara. Sesuai dengan kodratnya, peran orang tua dalam
pendidikan tak tergantikan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Filsafat ilmu secara umum dapat difahami dari dua sisi, yaitu sebagai disiplin ilmu
dan sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan. Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat
ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membicarakan obyek khusus, yaitu ilmu
pengetahuan yang memiliki sifat dan kharakteristik tertentu hampir sama dengan filsafat
pada umumnya. Sementara itu, filsafat ilmu sebagai landasan filosofis bagi proses
keilmuan, ia merupakan kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri.
Ilmu pendidikan termasuk ilmu pengetahuan empiris yang diangkat dari pengalaman
pendidikan, kemudian disusun secara teoritis untuk digunakan secara praktis. Sebagai ilmu,
ilmu pendidikan mempunyai sifat diantaranya:
1. Ilmu Pendidikan Bersifat Empiris
2. Ilmu Pendidikan Bersifat Normatif
3. Ilmu Pendidikan Bersifat Historisitas
4. Ilmu Pendidikan Bersifat Teoritis-Praktis
5. Ilmu Pendidikan yang Berdimensi Rohani/Lahiriyah dan Batiniyah
Objek kajian adalah sasaran yang menjadi fokus bahasan dalam sebuah kajian.
Filsafat Ilmu terbagi menjadi dua bagian, yaitu objek material dan objek formal. Objek
Material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan
itu. Objek Formal adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot.
Obyek pendidikan adalah anak didik (siswa murid). Anak didik adalah mereka yang
sedang mengalami proses didik. Mereka adalah manusia muda yang belum dewasa, dalam
menuju proses menuju kedewasaan, manusia yang sedang dalam proses memanusiakan
dirinya menjadi manusia seutuhya, manusia yang sedang dalam proses pemnudayaan atau
membudayakan dirinya menuju manusia yang beradab.
Subyek pendidikan adalah pendidik (pengajar, pembelajar). Dalam pendidikan umum,
yang disebut pendidik adalah orang dewasa yang susila atau manusia yang telah menjadi
pribadi seutuhnya atau manusia yang telah berbudaya.
DAFTAR PUSTAKA
Adib Mohammad, 2011. Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Achmad Munib,dkk,2006. Pengantar Ilmu Pendidikan,Semarang : UNNES Press
Burhanuddin Sala, 1997, Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik), Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Mustansyir Rizal & Misnal Munir, 2003, Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Susanto, 2011, Filsafat Ilmu (Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologis). Jakarta : Bumi Aksara.