Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Air Susu Ibu (ASI)


ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI
eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan makanan cairan
lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan
makanan padat , seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali
vitamin, mineral, dan obat (Prasetyono, 2009).
Menurut para ahli ada beberapa definisi tentang Air Susu Ibu (ASI). Air Susu Ibu
(ASI) adalah sumber nutrisi terpenting yang dibutuhkan oleh setiap bayi idealnya
diberikan secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan makanan pendamping sampai
usia 2 tahun (IDAI, 2010).
Menurut Mustofa & Prabandari (2010), ASI adalah emulsi lemak dalam larutan
protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu,
yang berguna sebagai makanan bagi bayinya.
B. Kandungan Dalam ASI
Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan
tumbuh kembang bayi. Menurut Wulandari & Iriana (2013), adapun kandungan dengan
komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, yaitu :
1. Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Decosahexanoic Acid (DHA) dan
Arachidonic Acid (AA) yang berperan penting dalam pertumbuhan otak. DHA dan
AA adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang
diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA
dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.
2. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktose, mempunyai kadar paling tinggi
dibanding susu mamalia lain. Laktose mempunyai manfaat lain yaitu mempertinggi
absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus. Laktobasilus
bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam
ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan
mikroorganisme seperti bakteri E.coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.
Laktobasilus mudah tumbuh cepat dalam usus bayi yang mendapat ASI.
3. Protein
Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang sulit dicerna) dan whey (protein
yang mudah dicerna). ASI lebih banyak mengandung whey daripada casein sehingga
protein ASI mudah dicerna sedangkan pada susu sapi kebalikannya.
4. Garam dan Mineral
ASI mengandung garam dan mineral lebih rendah dibanding susu sapi, bayi yang
mendapatkan susu sapi yang tidak dimodifikasi dapat menderita tetani karena
hipokalsemia. Ginjal neonatus belum dapat mengkonsentrasikan air kemih dengan
baik, sehingga diperlukan susu dengan kadar garam dan mineral yang rendah. ASI
mengandung kadar garam dan mineral lebih rendah dibanding susu sapi. Bayi yang
mendapat susu sapi atau susu formula dapat menderita tetani (otot kejang). Karena
hipokalsemia kadar kalsium dalam susu sapi lebih tinggi dibanding ASI, tetapi kadar
fosfornya jauh lebih tinggi, sehingga mengganggu penyerapan kalsium dan juga
magnesium.
5. Vitamin
Masing-masing dari vitamin tersebut memiliki fungsi dan manfaat tertentu. Vitamin
D untuk kekuatan tulangnya. Vitamin A berfungsi utamanya untuk indera penglihatan
bayi, menurut IDAI, vitamin A juga memiliki peran dalam kekebalan tubuh,
pembelahan sel, dan pertumbuhan. Vitamin B merupakan zat yang mudah larut dalam
cairan. Di dalam ASI, fungsi dari vitamin ini adalah sebagai pelengkap dalam
mencegah dari anemia (kekurangan darah), terlambatnya perkembangan, kurang
nafsu makan dan iritasi kulit. Dalam perkembangan saraf dan peremajaannya vitamin
C memilik fungsi besar. Selain itu vitamin C berpengaruh pada pertumbuhan gigi,
tulang dan kolagen, ia juga mampu mencegah bayi dari serangan penyakit. Vitamin E
utamanya untuk kesehatan kulit. Selain itu, vitamin E sebagai penambah sel darah
merah bayi yang bernama hemoglobin sehingga melindunginya dari anemia
(kekurangan darah).
C. Perubahan dalam kandungan ASI
Kandungan ASI tidak selalu sama, tetapi ada keragaman normal yang sering terjadi. ASI
juga akan sedikit beragam sesuai dengan diet yang dijalankan oleh sang ibu, tetapi
perubahan ini jarang menjadi masalah. Kadang-kadang seorang ibu mendapatkan bahwa
makanan yang tidak biasa dimakannya akan mengganggu bayinya, tapi banyak ibu dapat
terus makan makanan yang biasa saat menyusui. Bahkan bumbu yang keras, seperti
cabai, tidak akan mempengaruhi ASI atau mengganggu bayi.
Kandungan susu berubah selama pemberian ASI :
1. Susu awal
Susu ini muncul pada awal pemberian, berwama bim dan encer. Susu ini kaya akan
protein, laktosa, vitamin, mineral dan air.
2. Susu akhir
Susu ini muncul diakhir pemberian ASI. Terlihat lebih putih daripada susu awal
karena susu akhir mengandung lebih banyak lemak. Lemak ini membuat susu akhir
kaya akan energi. Lemak memasok lebih dari 50 % energi dalam ASI.
D. Manfaat Pemberian ASI
Keuntungan menyusui meningkat seiring lama pemberian ASI eksklusif hingga enam
bulan. Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan.
Menurut Wulandari & Iriana (2013) Manfaat ASI eksklusif adalah sebagai berikut:
1. Bagi Ibu
 Menyusui berarti memelihara hubungan emosional ibu dan bayi. Ketika
seorang ibu memeluk bayinya sambil bermain atau mendekapnya dalam
kenyamanan, maka tingkat oksitosin keduanya akan meningkat dan itu akan
memicu sistem penghargaan pada bagian otaknya. Kondisi ini akan
melahirkan dorongan bagi ibu untuk semakin banyak mencurahkan perhatian
dan kasih sayang kepada anak dan meningkatkan keterikatan antara bayi dan
ibunya.
 Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Apabila bayi disusui setelah
dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post
partum) akan berkurang. Ini terjadi karena ibu menyusui terjadi peningkatan
kadar oksitosin yang berguna juga untuk kontriksi (penutupan pembuluh
darah) sehingga peredaran darah akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan
menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan (Roesli, 2005 dalam
Raharjo, 2015).
2. Bagi Bayi
 Sebagai nutrisi makanan terlengkap untuk bayi, karena mengandung zat gizi
yang seimbang dan cukup serta diperlukan untuk 6 bulan pertama.
 ASI terutama kolostrum mengandung immunoglobulin yaitu secretory IgA
(SIgA), yang berguna untuk pertahanan tubuh bayi. Melindungi terhadap
penyakit diantaranya diare, gangguan pernapasan dan alergi karena tidak
mengandung zat yang dapat menimbulkan alergi.
 Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi yang diberi ASI ekslusif
akan lebih cepat bisa berjalan.
 Meningkatkan jalinan kasih sayang.
 Selalu siap tersedia, dan dalam suhu yang sesuai serta mudah dicerna dan zat
gizi mudah diserap.
 Mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi dalam 6 bulan pertama,
87% ASI adalah air.
 Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga
bayi ASI ekslusif potensial lebih pandai.
 Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan
spiritual dan hubungan sosial yang baik.
E. Hambatan Menyusui Secara Eksklusif Pada Ibu
Faktor penghambat pemberian ASI Ekslusif
1. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan tingkat pengetahuan
Teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2012) hambatan utama tercapainya ASI
eksklusif yang benar adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar
tentang ASI eksklusif pada para ibu. Adapun Pendidikan berkaitan dengan transmisi,
pengetahuan, sikap, kepercayaan, ketrampilan dan aspek kelakuan yang lain. Dengan
pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bertindak dan
mengambil keputusan yang sebaik-baiknya sehingga muncul sifat kedewasaan,
disamping itu hal yang mempengaruhi pemberian ASI adalah pengalaman, dan
pengalaman yang membuat Ibu tidak memberikan susu formula pada bayinya.
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang ibu ketahui mengenai
ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif, dan cara pemberian ASI eksklusif (Satino &
Setyorini, 2014). Alasan terbanyak ibu menghentikan pemberian ASI eksklusif
karena merasa ASI-nya tidak mencukupi kebutuhan bayi. Ibu menghentikan
pemberian ASI secara eksklusif pada beberapa minggu post partum karena merasa
ASI kurang dan bayi merasa tidak puas (Fikawati & Ahmad, 2012).
2. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan sikap
Sikap tentang pemberian ASI eksklusif merupakan faktor yang menentukan
seseorang untuk bersedia atau kesiapan untuk memberikan ASI secara eksklusif.
Dalam hubungannya dengan ASI eksklusif, sikap ibu adalah bagaimana reaksi atau
respon tertutup ibu menyusui terhadap ASI eksklusif. Jika ibu sudah memiliki sikap
yang kuat dalam memberikan ASI eksklusif, maka perilakunya menjadi lebih
konsisten.
3. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan aktivitas atau pekerjaan
Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak menyusui adalah
karena mereka harus bekerja. Menurut peneliti, ibu yang bekerja ada hubungan
dengan penghambat pemberian ASI eksklusif karena ibu yang bekerja di luar rumah
tidak mempunyai banyak waktu untuk memberian ASI eksklusif, sebaliknya ibu yang
tidak bekerja di luar rumah memiliki banyak waktu untuk memberikan ASI eksklusif.
Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan tingkat pengetahuan
(Susilawati & Maulina, R., 2014)
4. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan lingkungan keluarga
Teori yang mengatakan bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara eksklusif.
Keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar, dan sebagainya) perlu di informasikan
bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui
secara eksklusif. Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar
terhadap keberhasilan dan kegagalan menyusui adalah suami (IDAI, 2010).
5. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan sosial budaya
Menurut Setiawati, Dkk. (2015) angka ibu menyusui di Indonesia masih rendah
dikarenakan faktor sosial budaya yang belum mengetahui akan pentingnya ASI,
persaingan dengan publikasi susu formula di berbagai media juga menjadi
penghambat karena para ibu berfikir ada susu yang bisa menggantikan seluruh nutisi
yang terkandung dalam ASI.
F. Peran Perawat Keluarga
Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut.
1. Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga,terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
2. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat bertanggung jawab
memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif.
3. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan dapat diberikan
kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang
memiliki masalah kesehatan.
4. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan supervise ataupun
pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur.
5. Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk
melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.
6. Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka
hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi
masalah.
7. Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-
masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga.
8. Sebagai modifikasi lingkungan, perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi
lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan
sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat. (Sudiharto dan Sri Setyowati,
2007)
G. Peran Suami dan Keluarga pada ibu menyusui
Menyusui akan mempengaruhi seluruh keluarga khususnya suami. Suami harus
dilibatkan dalam keberhasilan menyusui secara eksklusif karena sikap suami dalam
memberikan dorongan atau sokongan moril dan material sangat penting untuk
menentukan kegagalan ataupun keberhasilan seorang ibu khususnya yang bekerja di luar
rumah dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya. Disamping itu dukungan dari orang
tua maupun anggota keluarga terdekat lain juga sangat mempengaruhi ibu dalam
memberikan ASI eksklusif. Menyusui secara penuh hanya berlangsung selama 4-6 bulan.
Selama masa itu banyak hal yang dapat dilakukan seorang ayah untuk menjalin hubungan
dengan bayinya. Dia dapat melakukan semua yang dilakukan seorang ibu kecuali
menyusui, untuk mempererat hubungan dengan bayinya. Suami perlu memberi dukungan
dan semangat pada istrinya yang menyusui dan si bayi. Penelitian menunjukkan bahwa
sikap positif suami terhadap kegiatan menyusui sangat penting untuk menentukan apakah
istri memilih akan menyusui si bayi, dan kemudian meneruskannya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data Keluarga
a. Identitas Keluarga
 Nama KK
 Jenis Kelamin
 Umur
 Pendidikan
 Agama
 Pekerjaan
 Alamat
 Suku/kebangsaan
 Jumlah anggota keluarga
b. Susunan Anggota Keluarga

N Nama Umu Sex Hubungan Pendidika Pekerjaa Ke


o r dengan n n t
KK

c. Tipe Keluarga
d. Genogran 3 generasi
e. Suku Bangsa dan Agama
f. Status Sosial dan Ekonomi
 Penghasilan Keluarga
 Pemanfaatan Dana Keluarga
 Sosial Keluarga
g. Aktifitas Rekreasi
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
b. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
c. Riwayat Kesehatan Keluarga Saat ini
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
3. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
b. Struktur Kekuatan Keluarga
c. Struktur Peran
d. Nilai dan Norma Keluarga
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis
 Keadaan Kesehatan
 Kebersihan Perseorangan
 Penyakit yang Sering Diderita
 Penyakit Keturunan
 Penyakit Kronis/Menular
 Kecacatan Anggota Keluarga
 Pola Makan dan Minum
 Pola Aktivitas dan Istirahat
b. Fungsi Psikologis
 Keadaan Emosi
 Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
 Pengambilan Keputusan
 Ketergantungan Obat/Bahan
 Mencari Pelayanan Kesehatan
c. Fungsi Sosial
 Tingkat Pendidikan
 Hubungan antar Anggota Keluarga
 Hubungan dengan Orang Lain
 Kegiatan Organisasi Sosial
d. Fungsi Spiritual
e. Fungsi Kultural
 Pengambilan Keputusan
 Adat yang Berpengaruh terhadap Kesehatan
f. Fungsi Reproduksi
g. Fungsi Ekonomi
 Tulang Punggung
 Penghasilan Keluarga
 Pengelolaan Dana Keluarga
 Pemanfaatan Dana Keluarga
 Status Sosial Ekonomi Keluarga
h. Fungsi Perawatan Kesehatan
 Mengenal Masalah Keluarga
 Mengambil Keputusan yang Tepat
 Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
 Memelihara Lingkungan Rumah yang Mendukung
Kesehatan
 Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan
5. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor Jangka Pendek dan Jangka Panjang
b. Kemampuan Berespon Terhadap Stress
c. Strategi Koping Yang Digunakan
d. Strategi Adaptasi Disfungsional
6. Faktor Lingkungan dan Masyarakat
a. Karakteristik Rumah
 Denah Rumah
 Keadaan Lingkungan Dalam Rumah
 Keadaan Lingkungan Sekitar Rumah : Kondisi
halaman rumah, Pemanfaatan halaman, Sumber air
minum, Pembuangan air kotor/limbah, Pembuangan
sampah, Jamban, Sumber pencemaran, Sanitasi
rumah.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
c. Mobilitas Geografi Keluarga
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
e. Sistem Pendukung Keluarga/Fasilitas Keluarga
7. Harapan Keluarga
a. Persepsi Terhadap Masalah
b. Harapan Terhadap Masalah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Dinamika Menyusui Bayi
2. Diskontinuitas Pemberian ASI
3. Kesiapan Meningkatkan Pemberian ASI

Anda mungkin juga menyukai