DIARE
Kelompok 1 :
1. Ikbal Mustofa
2. Siska Dwi Marliyanti
3. Gyyana Windya Andiani
4. Linda Nur Herlina
5. Winda Yunita Sari
6. Mashanif Ali Shahdan
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
A. PENGERTIAN DIARE
Diare didefenisikan sebagai suatu kondisi di mana terjadi perubahan dalam kepadatan dan
karakter tinja dan tinja air di keluarkan tiga kali atau lebih per hari ( Ramaiah, 2007: 13 ).
Diare tejadi akibat pencernaan bakteri E.COLI terhadap makanan. Bakteri ini sangat senang
berada dalam tinja manusia, air kotor, dan makanan basi. Untuk mencegah terjadinya diare,
makanan yang diberikan kepada anak harus hygenis. Jangan lupa juga untuk selalu mencuci
tangan dengan bersih. ( Widjaja. 2005:26 ).
Sedangkan menurut Suriadi ( 2006:80 ) menyatakan bahwa diare adalah kehilanangn cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuiensi satu kali atau lebih buang air bentuk
tinja encer atau cair.
B. JENIS-JENIS DIARE
Ada tiga jenis diare yaitu ( Ramaiah 2007: 14 ) :
D. PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya diare terjadi oleh karena terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit
di saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5 kemungkinan sebagai berikut :
1. Diare Osmotik
Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa keadaan :
a. Intoleransi makanan, baik sementara maupun menetap.
Situasi ini timbul bila seseorang makan berbagai jenis makanan dalam jumlah yang besar
sekaligus.
b. Waktu pengosongan lambung yang cepat
Dalam keadaan fisiologis makanan yang masuk ke lambung selalu dalam keadaan hipertonis,
kemudian oleh lambung di campur dengan cairan lambung dan diaduk menjadi bahan isotonis
atau hipotonis. Pada pasien yang sudah mengalami gastrektomi atau piroplasti atau
gastroenterostomi, makanan yang masih hipertonik akan masuk ke usus halus akibatnya akan
timbul sekresi air dan elektrolit ke usus. Keadaan ini mengakibatkan volume isi usus halus
bertambah dengan tiba-tiba sehingga menimbulkan distensi usus, yang kemudian mengakibatkan
diare yang berat disertai hipovolumik intravaskuler. Sindrom malabsorbsi atau kelainan proses
absorbsi intestinal.
c. Defisiensi enzim
Contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim laktase. Laktase adalah enzim yang disekresi oleh
intestin untuk mencerna disakarida laktase menjadi monosakarida glukosa dan galaktosa.
Laktase diproduksi dan disekresi oleh sel epitel usus halus sejak dalam kandungan dan
diproduksi maksimum pada waktu lahir sampai umur masa anak-anak kemudian menurun
sejalan dengan usia. Pada orang Eropa dan Amerika, produksi enzim laktase tetap bertahan
sampai usia tua, sedang pada orang Asia, Yahudi dan Indian, produksi enzim laktase cepat
menurun. Hal ini dapat menerangkan mengapa banyak orang Asia tidak tahan susu, sebaliknya
orang Eropa senang minum susu.
d. Laksan osmotik
Berbagai laksan bila diminum dapat menarik air dari dinding usus ke lumen. Yang memiliki sifat
ini adalah magnesium sulfat (garam Inggris). Beberapa karakteristik klinis diare osmotik ini
adalah sebagai berikut:
- Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium diserap secara aktif. Kadar
natrium dalam darah cenderung tinggi, karena itu bila didapatkan pasien dehidrasi akibat laksan
harus diperhatikan keadaan hipernatremia tersebut dengan memberikan dekstrose 5 %.
- Nilai pH feses menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri.
- Diare berhenti bila pasien puasa. Efek berlebihan suatu laksan (intoksikasi laksan) dapat diatasi
dengan puasa 24-27 jam dan hanya diberikan cairan intravena.
2. Diare sekretorik
Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Ada 2 kemungkinan timbulnya
diare sekretorik yaitu diare sekretorik aktif dan pasif.
Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan aliran (absorpsi) dari lumen usus ke dalam
plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Sperti diketahui dinding usus selain
mengabsorpsi air juga mengsekresi sebagai pembawa enzim. Jadi dalam keadaan fisiologi terdapat
keseimbangan dimana aliran absorpsi selalu lebih banyak dari pada aliran sekresi.
Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan karena terjadi pada
ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada peninggian tekanan vena mesenterial,
obstruksi sistem limfatik, iskemia usus, bahkan proses peradangan.
3. Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit
Diare jenis ini terdapat pada penyakit celiac (gluten enteropathy) dan pada penyakit sprue tropik.
Kedua penyakit ini menimbulkan diare karena adanya kerusakan di atas vili mukosa usus, sehingga
terjadi gangguan absorpsi elektrolit dan air.
4. Diare akibat hipermotilitas (hiperperistaltik)
Diare ini sering terjadi pada sindrom kolon iritabel (iritatif) yang asalnya psikogen dan
hipertiroidisme. Sindrom karsinoid sebagian juga disebabkan oleh hiperperistaltik.
5. Diare eksudatif
Pada penyakit kolitif ulserosa, penyakit Crohn, amebiasis, shigellosis, kampilobacter, yersinia dan
infeksi yang mengenai mukosa menimbulkan peradangan dan eksudasi cairan serta mukus.
vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berabu amis.
Disenteriform : tinja belendir dan berdarah
Sedangkan menurut Widjaja ( 2005 :26 ) menjelaskan bahwa ada beberapa gejala terjadinya
diare :
Buang-buang air
Nyeri atau mulas di lambung
Dehidrasi
Mata cekung
Kulit berkerut
Anak menjadi cengeng dan haus
Air kencing sedikit
Menurut Ramaih ( 2007: 18-19 ) menyatakan ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko
diare sebagai berikut :
1. faktor lingkungan
a. pasokan air tidak memadai
b. air terkontaminasi oleh tinja
c. fasilitas kebersihan kurang
d. kebersihan pribadi buruk : mis tidak mencuci tangan setelah buang air
e. kebersihan rumah buruk : mis tidak membuang tinja anak di WC
f. penyiapan dan penyimpana makanan yang tidak hygenis
2. faktor individu
a. kurang gizi, frekuensi, durasi, dan keparahan diare lebih tinggi pada anak-anak
yang kurang gizi.
b. Buruk dan kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh.
c. Produksi asam lambung berkurang
d. Gerakan pada usus berkurang, yang mempengaruhi aliran makanan yang normal.
G. AKIBAT DIARE
Diare yang berlangsung terus selama berhari-hari dapat membuat tubuh penderita mengalami
kekurangan cairan atau dehidrasi. Jika dehidrasi yang dialami tergolong berat, misalnya karena
diarenya disertai muntah-muntah, risiko kematian dapat mengancam. Orang bisa meninggal
dalam beberapa jam setelah diare dan muntah yang terus-menerus. Dehidrasi akut terjadi
akibat penderita diare terlambat ditangani.
H. PENCEGAHAN DIARE
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat.
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempst
tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa
membawa makanan sendiri saat ke sekolah
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih dan
jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara jamban
(juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak
terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan
sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
I. PERTOLONGAN PERTAMA
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat.
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempst
tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa
membawa makanan sendiri saat ke sekolah
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih dan
jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara jamban
(juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak
terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan
sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
http://liacholiyana.blogspot.com/2014/10/makalah-sistem-
pencernaan_18.html
http://ikhsanbeck.blogspot.com/2015/05/makalah-tentang-penyakit-
diare.html
http://obatpenyakit.id/patofisiologi-tentang-penyakit-diare/
http://pugud.blogspot.com/2008/05/patofisiologi-diare.html