Anda di halaman 1dari 23

1.

   Pendahuluan

1.1   Latar Belakang Masalah

Seperti telah kita ketahui pada awal tahun 2020, Covid-19 menjadi masalah
kesehatan dunia. Kasus ini diawali dengan informasi dari Badan Kesehatan
Dunia/World Health Organization (WHO) pada tanggal 31 Desember 2019 yang
menyebutkan adanya kasus kluster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Kasus ini terus berkembang hingga adanya
laporan kematian dan terjadi importasi di luar Cina. Pada tanggal 30 Januari 2020,
WHO menetapkan Covid-19 sebagai Public Health Emergency of International
Concern(PHEIC)/Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD). Pada tanggal 12 Februari 2020, WHO resmi menetapkan penyakit
virus Corona pada manusia ini dengan sebutan Coronavirus Disease (Covid-
19). Pada tanggal 2 Maret 2020 Indonesia telah melaporkan dua kasus konfirmasi
Covid-19. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan Covid-19
sebagai pandemi.

Virus Corona adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat. Diketahui ada dua jenis virus corona yang
menyebabkan dan menimbulkan penyakit gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab Covid-19 ini
dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan
dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing
luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan
yang menjadi sumber penularan Covid-19 ini sampai saat ini masih belum
diketahui.[1]

World Healt Organization (WHO) China Country Office melaporkan kasus


pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina,
pada tanggal 31 Desember 2019. Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak
diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus disease,
Covid-19) pada tanggal 7 Januari 2020. WHO telah menetapkan sebagai
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia/Public Health
Emergency of International Concern(KKMMD/PHEIC) pada tanggal 30 Januari
2020. Penambahan jumlah kasus Covid-19 berlangsung cukup cepat dan sudah
terjadi penyebaran antar negara. Sampai pada tanggal 23 Maret 2020, secara
global dilaporkan 338.724 kasus konfimasi di 192 negara, dengan rasio kematian
43,5%. Di antara kasus tersebut, sudah ada beberapa petugas kesehatan yang
dilaporkan terinfeksi dan meninggal dunia.[2]

1.2   Tujuan Penelitian 

Penelitian ini memiliki empat tujuan. Pertama, untuk menemukan dan


menganilisis perkembangan Covid-19 di dunia. Kedua, untuk memberikan
informasi risiko Covid-19 dan sejauh mana sudah keterlibatan negara, agama dan
masyarakat dalam kesiapsiagaan dan respon terhadap Covid-19. Ketiga, untuk
memberikan panduan informasi praktis kepada setiap orang dan tiap keluarga
menghadapi Covid-19 di Indonesia. Keempat, untuk menambah wawasan penulis
dan para pembaca.

2.   Landasan Teori Analisis

2.1   Definisi Covid-19

Novel Coronavirus (Covidn-19) adalah jenis virus baru penyebab penyakit saluran
pernafasan. Virus ini bermula dari Cina. Novel coronavirus merupakan salah satu
keluarga dengan virus penyebab SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan
MERS (Middle East Respiratory Syndrome).[3]

Tanda dan gejala umum infeksi Covid-19 antara lain gejala gangguan pernafasan
akut seperti demam, batuk, sesak nafas, sakit tenggorokan, pilek, pneumonia
ringan hingga berat. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi
terpanjang 14 hari. Pada kasus berat Covid-19 dapat menyebabkan pneumonia,
sindrom pernafasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan
gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam ?38?C,
kesulitan bernafas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di
kedua paru.[4]

Berdasarkan penelitian dan bukti ilmiah, Covid-19 dapat menular dari manusia ke
manusia melalui sentuhan fisik dan cairan batuk/bersin. Orang yang paling
berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien Covid-
19 termasuk yang merawat pasien Covid-19. Rekomendasi standar untuk
mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara teratur,
menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan
manusia, ternak, hewan liar dan menghindari kontak dekat dengan siapa pun yang
menunjukkan gejala penyakit pernafasan seperti batuk dan bersin. Selain itu,
menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) saat berada di fasilitas
kesehatan terutama unit gawat darurat.[5]

2.2   Operasional Covid-19 di dalam Tubuh Manusia 

Seorang dokter umum berkebangsaan Inggris bernama Dr. Clare Gerada memberi
penjelasan bagaimana Covid-19 menyerang tubuh manusia dan mengapa virus ini
membuat kondisi pasien menjadi sangat buruk hingga menelan korban jiwa.
Berikut deskripsi cara kerja Covid-19 di dalam tubuh manusia.[6]

Pada dasarnya, virus adalah sepotong materi genetik yang tidak dapat melakukan
banyak hal dengan sendirinya. Covid-19 sama seperti virus-virus lainnya
membutuhkan inang, dalam kasus ini, yakni tubuh manusia sebagai area
perkembangbiakan dan penyebarannya. Ia harus menyerang tubuh manusia agar ia
dapat berkembang biak. Karena, tanpa tubuh manusia, virus ini akan mati. Virus
dapat menggandakan dirinya apabila ia berhasil masuk ke dalam tubuh manusia.

Jalur penularan utama virus Corona adalah melalui cairan atau tetesan
batuk/bersin. Seseorang yang terinfeksi Covid-19 akan mengalami batuk dan
bersin yang mengeluarkan cairan mengandung virus. Virus tersebut akan masuk
ke tubuh orang lain saat bernafas atau menyentuh di mana tetesan tersebut
menempel. Selanjutnya, saat seseorang memegang wajah dengan tangan dan
bernafas, ia pun akan terpapar virus ini. 

Saat virus Corona telah masuk ke dalam tubuh, dengan cepat ia akan menuju
belakang tenggorokan dan hidung orang tersebut. Lapisan hidung dan tenggorokan
disebut sebagai mukosa. Di dalam lapisan hidung dan tenggorokan, virus
berbentuk paku ini akan menempelkan dirinya sebelum ia mulai bekerja. Ketika
mencapai bagian belakang hidung, virus ini akan mengambil alih sel-sel di lorong
hidung. Ia akan masuk ke dalam dan memprogram ulang untuk berhenti
melakukan pekerjaan apapun dan hanya fokus membuat lebih banyak virus.
Setelah sel tersebut menghasilkan lebih banyak virus daripada kapasitasnya, virus
pun akan meledak dan menempelkan diri ke sel-sel yang berdekatan. Kemudian
menggunakannya sebagai tempat untuk reproduksi, dan siklus kembali berulang.
Penghancuran sel-sel di hidung dan tenggorokan akan menyebabkan batuk kering
dan sakit ternggorokan. Rasa sakit yang dirasakan adalah tanda bahwa sel berada
dalam kesulitan dan sedang dihancurkan.

Tahap selanjutnya adalah demam. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh atau
imun telah menyadari adanya benda asing di dalam tubuh. Bahan kimia yang
disebut sebagai pirogen pun dilepaskan oleh sistem imun. Zat ini
menginstruksikan otak untuk menaikkan suhu tubuh, menyebabkan seseorang
mengalami demam tinggi, yaitu sekitar ?38?C. Demam membantu tubuh memicu
bagian lain dari sistem kekebalan tubuh untuk mulai bekerja dan juga menciptakan
lingkungan yang tidak menguntungkan atau berlawanan dengan virus. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa demam membantu melawan infeksi, tetapi
karena demam merupakan penanda tidak sehat, seseoorang mencoba untuk
menurunkannya dengan meminum obat penurun demam. Namun, gejala demam,
batuk, maupun sakit tenggorokan adalah waktu di mana gejala berakhir di
sebagian besar orang. Dalam waktu 5-7 hari, kekebalan tubuh akan memberikan
respon secukupnya untuk menghancurkan virus dan orang tersebut pun akan
pulih. 

Apabila sistem imun seseorang tidak kuat, dengan cepat virus ini akan terus
menyebar. Saat virus menggandakan diri dan menginfeksi lebih banyak sel di
dalam tubuh, ia turun menuju ke paru-paru. Di sini, virus menyerang sel-sel di
paru-paru. Kondisi ini membuat paru-paru kesulitan melakukan tugasnya
mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Paru-paru pun akan
bekerja lebih keras dan orang tersebut akan mengalami sesak nafas. Inilah yang
menyebabkan virus Corona dikaitkan dengan kesulitan bernafas. Saat virus
semakin banyak menyerang bagian paru-paru, maka akan terjadi peradangan.
Ketika peradangan semakin meningkat itu berarti cairan dan nanah sudah banyak
mengisi paru-paru, sehingga seseorang mengalami pneumonia. Selanjutnya,
apabila paru-paru terus membengkak dan terisi dengan banyak cairan dan nanah
dari virus ini, pasien membutuhkan ventilator (mesin yang berfungsi untuk
menunjang dan membantu membantu pernafasan). Saat paru-paru tidak mau
bekerja sekalipun dibantu oleh ventilator, pasien akan mengalami kematian.

Para peneliti di berbagai belahan dunia masih terus melakukan penelitian untuk
menciptakan vaksin. Hingga sekarang, situasi wabah masih terus berkembang dan
kajian tentang virus ini masih terus diperbarui. 

2.3   Kronologi Wabah Covid-19 di dunia

Temuan kasus penyakit akibat virus Corona telah menyebar ke berbagai belahan
dunia. Penulis akan memaparkan kronologi penting wabah Covid-19 di dunia
sebagaimana tertuang dalam tabel di bawah ini.[7]

Tabel I. Kronologi Covid-19 di dunia

Waktu dan Peristiwa

31 Desember 2019 : Cina mengirim peringatan ke WHO mengenai kemunculan


sejumlah kasus pneumonia janggal di kota Wuhan.
23 Januari 2020 : Cina menutup Wuhan dan sejumlah kota di Provinsi Hubei.

11 Februari : WHO merilis nama SARS-CoV-2, virus yang memicu penyakit


menular Covid-19.

26 Februari : Covid-19 menyebar ke 37 negara. Kasus wabah di Italia, Iran, dan


Korea Selatan meningkat drastis.

2 Maret : Dua kasus perdana Covid-19 terkonfirmasi di Indonesia.

9 Maret : Pemerintah Italia melakukan menutup negara untuk dikarantina.

11 Maret : WHO mengumumkan status pandemi Covid-19. Ini adalah pandemi


ketiga yang diumumkan WHO, setelah influenza pada 1918 dan H1N1 (flu babi)
pada 2009.

12 Maret : Pemerintah Denmark menutup negaranya untuk proses karantina


selama 14 hari. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membentuk Posko Tanggap
Covid-19.

13 Maret : Pemerintah Indonesia membentuk Gugus Tugas Penanganan Covid-19.


Pemerintah DKI Jakarta menutup semua tempat wisata. Pemerintah Kota Solo
menetapkan status Kejadian Luar Biasa Covid-19 serta menutup tempat publik dan
sekolah, membatalkan semua acara, hingga berupaya memusnahkan kelelawar.

2.4   Beberapa Protokol yang Dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa Coronavirus


Disease 2019 (Covid-19) sebagai Public Health Emergency of International
Concern (PHEIC)/ Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD), atas pertimbangan peningkatan kasus yang signifikan dari negara-
negara yang melaporkan kasus. Saat ini di Indonesia telah terdapat beberapa kasus
yang terkonfirmasi positif Covid-19. Pada tanggal 12 Maret 2020, Menteri
Kesehatan RI Dr. Terawan Agus Putranto telah mengeluarkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/104/2020 tentang Penetapan Infeksi
Novel Coronavirus (Infeksi 2019-ncov) sebagai penyakit yang dapat menimbulkan
wabah dan upaya penanggulangannya. Covid-19 telah ditetapkan sebagai penyakit
yang berpotensi mewabah di Indonesia, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah
penanggulangan termasuk aspek komunikasi penanganannya. 

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Republik Indonesia


mengeluarkan pernyataan, sebagaimana termuat dalam poin C, demikian:
“Penyebaran Covid-19 semakin meluas dan menyebabkan jatuhnya banyak korban
jiwa, kerugian harta benda, dampak psikologis pada masyarakat, serta mengancam
dan menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat.” Menyikapi situasi
keganasan virus Corona ini, BNPB menetapkan perpanjangan status keadaan
darurat bencana wabah penyakit akibat virus Corona di Indonesia, terhitung sejak
tanggal 29 Februari 2020 sampai dengan 29 Mei 2020.[8]

Kementerian Kesehatan telah menerbitkan beberapa protokol[9] penanganan


Covid-19, antara lain: Protokol Komunikasi Publik, Protokol Kesehatan, Protokol
di Area dan Transportasi Publik, Protokol di Area Institusi Pendidikan, Protokol di
Pintu Masuk Wilayah Indonesia (Bandara dan Pelabuhan Nasional, PLBDN),
Protokol dalam Lingkup Khusus Pemerintahan (VVIP), dan Protokol Isolasi Diri
Sendiri.[10]

2.4.1  Protokol Komunikasi Publik

Protokol komunikasi publik menjelaskan beberapa hal terkait komunikasi


penanganan Covid-19, sebagai respon atas berkembangnya angka pasien dan
korban jiwa dari Covid-19 yang terindentifikasi pertama kali di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, Cina. Dokumen ini memberikan petunjuk teknis untuk Indonesia
yang akan membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam
menanggapi dan menyampaikan informasi tentang Covid-19 kepada masyarakat.
Dokumen ini diperbarui sesuai dengan perkembangan informasi tentang Covid-19
di dunia. Protokol ini diadopsi dari beberapa protokol yang ada, khususnya yang
dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).[11]

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan empat pilar komunikasi


publik terkait Covid-19, antara lain: a) himbauan kepada masyarakat agar tetap
tenang dan waspada; b) koordinasi dengan instansi terkait; c) pemberian akses
informasi ke media; d) melaksanakan gerakan cuci tangan pakai sabun (CTPS).
Narasi utama dalam penyampaian komunikasi oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah kepada masyarakat adalah: “Pemerintah serius, siap dan
mampu menangani Covid-19. Masyarakat tetap tenang dan waspada. Covid-19
bisa sembuh”.[12]

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi penanganan Covid-19, antara


lain: a) Instalasi Kesehatan Tingkat Pertama; b) Rumah Sakit Rujukan; c) Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kota/Kabupaten; d) Dinas Kominfo Provinsi dan
Kota/Kabupaten; e) Kementerian Kesehatan RI; f) Kementerian Komunikasi dan
lnformatika RI; g) Kantor Staf Presiden RI. Baik Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah bersama-sama menyusun dan menyebarkan produk
komunikasi secara nasional dan spesifik sesuai dengan daerah masing-masing.[13]
2.4.2  Protokol Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI membagi dalam dua klaster protokol ini, yakni untuk
mereka yang merasa tidak sehat dan yang masih sehat. Untuk klaster pertama,
kriteria tidak sehat menurut protokol ini memberi ciri-ciri, yakni demam >38°C
dan batuk/pilek/nyeri tenggorokan. Mereka yang tidak sehat disarankan
beristirahat di rumah dan meminum air yang cukup. Bila tetap merasa tidak
nyaman, keluhan berlanjut, atau disertai dengan kesulitan bernafas (sesak atau
nafas cepat), segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan
(fasyankes). Pada saat berobat ke fasyankes, harus melakukan tindakan berikut: a)
gunakan masker; b) apabila tidak memiliki masker, ikuti etika batuk/bersin yang
benar dengan cara menutup mulut dan hidung dengan tisu atau lengan atas bagian
dalam; c) usahakan tidak menggunakan transportasi massal.[14]

Klaster kedua, bagi mereka yang sehat, namun memiliki riwayat perjalanan 14
hari yang lalu ke negara dengan transmisi lokal Covid-19, sangat disarankan
melakukan self monitoringmelalui pemeriksaan suhu tubuh 2 kali. Jika muncul
demam >38°C atau gejala pernafasan seperti batuk/pilek/nyeri tenggorokan/sesak
nafas segera memeriksakan diri ke fasyankes. Apabila, seseorang merasa pernah
kontak dengan kasus konfirmasi Covid-19, disarankan agar segera melapor ke
petugas kesehatan dan memeriksa diri ke fasyankes. Selanjutnya petugas
kesehatan akan memeriksa spesimen Covid-19 dalam diri pasien.[15]

2.4.3  Protokol di Area dan Transportasi Publik[16]

Beberapa propotokol pencegahan penularan Covid-19 di area publik meliputi


pusat perbelanjaan, terminal, pelabuhan, stasiun, bandara, dan tempat-tempat
hiburan. Isi protokol tersebut, antara lain:

a.   Memastikan seluruh area publik bersih dengan cara melakukan pembersihan


lantai, permukaan pegangan tangga/eskalator, tombol lift, pegangan pintu, mesin
ATM, mesin kasir, alat pembayaran elektronik, metal detector, kaca etalase, area
bermain anak, musholla, toilet dan fasilitas umum lainnya dengan desinfektan
(cairan pembersih) secara berkala minimal 3 kali sehari.

b.   Menyediakan sarana cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir di
toilet dan menyediakan hand sanitizer di setiap pintu masuk, lift, dan tempat lain
yang mudah diakses.

c.   Tidak dianjurkan menyediakan dispenser di area yang banyak dilewati oleh


pengunjung.
d.  Memasang pesan-pesan kesehatan (cara mencuci tangan yang benar dan etika
batuk/bersin) di tempat-tempat strategis seperti di pintu masuk. Menginformasikan
kepada pengunjung untuk menggunakan alat-alat ibadah pribadi.

e.   Lakukan pemeriksaan suhu tubuh di setiap titik pintu masuk dan amati kondisi
umum pengunjung. Apabila terdapat pengunjung dengan suhu di atas 38°C, maka
tidak diizinkan untuk memasuki area dan segera menghubungi petugas kesehatan.
Apabila diamati ada pengunjung dengan gejala pilek, batuk, sesak nafas
disarankan untuk segera menghubungi petugas kesehatan.

f.    Pengelola area publik harus berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat


secara berkala.

2.4.4  Protokol di Area Institusi Pendidikan

Di sini akan dimuat dua protokol dalam bentuk tabel: satu yang dikeluarkan oleh
Menteri Kesehatan[17] dan satu lagi yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan RI.[18]

Tabel II. Protokol di Area Institusi Pendidikan dari

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Menteri Kesehatan

1.   Dinas Pendidikan melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat


untuk mengetahui rencana atau kesiapan daerah setempat dalam menghadapi
Covid-19.

1.   Memastikan ketersediaan sarana untuk cuci tangan pakai sabun (CTPS), alat
pembersih sekali pakai (tissue), dan/atau hand sanitizer di berbagai lokasi strategis
di lingkungan unit kerja.

2.   Menyediakan sarana untuk cuci tangan menggunakan air dan sabun atau
pencuci tangan berbasis alkohol di berbagai lokasi strategis di sekolah sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan. 

2.   Memastikan bahwa pegawai di lingkungan unit kerja Saudara untuk


menggunakan sarana CTPS (minimal 20 detik) dan pembersih sekali pakai (tisu)
serta berperilaku hidup bersih sehat (PHBS) lainnya.

3.   Menginstruksikan kepada warga sekolah melakukan cuci tangan menggunakan


air dan sabun atau pencuci tangan berbasis alkohol, dan menerapkan Perilaku
Hidup Bersih Sehat (PHBS) lainnya seperti makan jajanan sehat, menggunakan
jamban bersih dan sehat, olahraga yang teratur, tidak merokok, dan membuang
sampah pada tempatnya.

3.   Memastikan unit kerja melakukan pembersihan ruangan dan lingkungannya


secara rutin, khususnya handel pintu, saklar lampu, komputer, papan tik (keyboard
dan fasilitas lain yang sering terpegang oleh tangan).

4.   Membersihkan ruangan dan lingkungan sekolah secara rutin (minimal 1 kali


sehari) dengan desinfektan, khususnya handel pintu, saklar lampu, komputer,
meja, keyboard dan fasilitas lain yang sering terpegang oleh tangan. 

4.   Membatasi perjalanan dinas ke luar negeri serta menangguhkan perjalanan ke


luar negeri untuk keperluan yang dapat ditunda terutama ke negara-negara
terdampak Covid-19.

5.  Memonitor absensi (ketidakhadiran) warga sekolah. Jika diketahui tidak hadir


karena sakit dengan gejala demam/batuk/ pilek/sakit tenggorokan/sesak nafas
disarankan untuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk memeriksakan diri. 

5.   Melakukan pemeriksaan suhu badan seluruh pegawai dan pengunjung serta


pelaksanaannya tidak mengganggu kenyamanan dan ketertiban.

6.  Memberikan imbauan kepada warga sekolah yang sakit dengan gejala demam/
batuk/pilek/sakit tenggorokan/sesak nafas untuk mengisolasi diri dirumah dengan
tidak banyak melakukan kontak.

6.   Mengingatkan pegawai untuk menghindari kontak fisik secara langsung


seperti bersalaman, cium tangan, berpelukan, dan lain sebagainya.

7.   Jika terdapat ketidakhadiran dalam jumlah besar karena sakit yang berkaitan
dengan pernafasan, Dinas Pendidikan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan.

7.   Menyediakan papan pengumuman yang berisi informasi mengenai pencegahan


Covid-19.

8. Pihak institusi pendidikan harus bisa melakukan skrining (pemantauan) awal


terhadap warga pendidikan yang punya keluhan sakit, untuk selanjutnya
diinformasikan dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

8.   Mengimbau kepada seluruh pegawai dan pengunjung yang sedang batuk atau
pilek untuk menggunakan masker.
9.   Memastikan makanan yang disediakan di sekolah merupakan makanan yang
sehat dan sudah dimasak sampai matang.

9.   Bagi seluruh pegawai diharapkan senantiasa melakukan klarifikasi terhadap


semua informasi terkait Covid-19 yang diterima dan tidak menyebarluaskan
informasi terkait Covid-19 dari sumber yang tidak kredibel/valid atau hoaks.

10.  Menghimbau seluruh warga sekolah untuk tidak berbagi makanan, minuman,


termasuk peralatan makan, minum dan alat musik tiup yang akan meningkatkan
risiko terjadinya penularan penyakit.

11.   Menginstruksikan kepada warga sekolah untuk menghindari kontak fisik


langsung (bersalaman, cium tangan, berpelukan).

12.   Menunda kegiatan yang mengumpulkan banyak orang atau kegiatan di


lingkungan luar sekolah (seperti berkemah, studi, wisata, dan lain-lain).

13.   Melakukan skrining awal berupa pengukuran suhu tubuh terhadap semua


tamu yang datang ke institusi pendidikan.

14.  Warga sekolah dan keluarga yang bepergian ke negara dengan transmisi lokal
Covid-19 dan mempunyai gejala demam atau gejala pernafasan seperti
batuk/pilek/sakit tenggorokan/sesak nafas diminta untuk tidak melakukan
pengantaran, penjemputan, dan berada di area sekolah.

2.4.5  Protokol di Pintu Masuk Wilayah Indonesia (Bandara, Pelabuhan,


PLBDN) 

Isi protokol ini hampir sama dengan poin 2.4.3 di atas. Beberapa tambahan
penting yang mau disoroti dalam protokol ini. Pertama, petugas bandara dan
pelabuhan tidak melakukan stigmatisasi dan diskriminasi kepada pelaku
perjalanan dari negara tertentu terkait Covid-19. Kedua, dalam melakukan proses
wawancara, para petugas bertindak kooperatif menyampaikan pertanyaan,
sedangkan para pengunjung secara jujur memberikan jawaban kepada para
petugas dan mengikuti arahan sesuai dengan protokol penanganan Covid-19.
Ketiga, para pengunjung mengikuti alur skrining Covid-19.[19]

2.4.6  Protokol dalam Lingkup Khusus Pemerintahan[20]

Dokumen ini memuat beberapa protokol dalam lingkup khusus pemerintahan,


yakni:
a.   memastikan adanya pembersih tangan berbasis alkohol pada pintu masuk
gedung dan wilayah umum. 

b.   Memastikan setiap orang yang memasuki bangunan/lingkungan untuk mencuci


tangan dengan pembersih tangan berbasis alkohol.

c.   Melakukan pembersihan dan disinfeksi wilayah umum minimal 3 kali sehari


(terutama pada jam padat aktivitas), khususnya pada bagian-bagian yang sering
disentuh, misalnya toilet, elevator, pegangan pintu, tempat air, dan sebagainya.

d.  Melakukan pemeriksaan temperatur pada orang dan pengunjung yang


memasuki gedung.

e.   Menempatkan media komunikasi, informasi dan edukasi terkait upaya


pencegahan Covid-19, termasuk cara mencuci tangan dan etika batuk/bersin yang
benar pada wilayah umum, seperti toilet, lift, dan koridor. 

2.4.7  Protokol Isolasi Diri Sendiri[21]

Tabel III. Isolasi Diri Sendiri

Himbauan dan Tindakan

1.   Jika sakit, tetap di rumah. Jangan pergi bekerja, ke sekolah, atau ke ruang
publik untuk menghindari penularan Covid-19 ke orang lain di masyarakat.

2.   Isolasi diri sendiri:

a.   Tinggal di rumah, jangan pergi bekerja dan ke ruang publik.

b.   Gunakan kamar terpisah. Upayakan menjaga jarak setidaknya 1 meter dari


anggota keluarga.

c.   Gunakan selalu masker.

d.   Ukur suhu tubuh dan observasi gejala batuk atau sesak nafas.

e.   Terapkan perilaku sehat dan bersih.


f.    Berada di ruang terbuka dan berjemur di bawah sinar matahari setiap pagi.

g.   Jaga kebersihan rumah dengan desinfektan (cairan pembersih).

h.   Hubungi petugas kesehatan jika sakit memburuk.

3.   Orang dalam pemantauan (ODP) adalah mereka yang tidak menujukkan


gejala, tetapi pernah memiliki kontak erat dengan pasien positif Covid-19, riwayat
dari negara atau area transmisi lokal virus ini.

a.   Lakukan observasi diri sendiri di rumah.

b.   Ukur suhu tubuh dan observasi gejala batuk atau sesak nafas.

c.   Jika gejala muncul, laporkan ke petugas kesehatan terdekat.

d.  Jika hasilnya positif, maka lakukan isolasi diri sendiri dan selanjutnya tempuh
tindakan medis.

2.5   Tindakan Preventif-Kontradiktif  

2.5.1  Lockdown

Wabah Covid-19 yang semakin mengganas membuat sejumlah negara mengambil


keputusan untuk melakukan lockdown. Negara-negara tersebut antara lain China,
Italia, Spanyol, Prancis, Irlandia, El-Savador, Belgia, Polandia, Argentina,
Belanda, Denmark, Malaysia, Filipina dan Libanon.[22] Lima belas negara ini
telah menutup akses masuk ke negara mereka. Namun demikian, Presiden
Indonesia lebih memilih social distancing measure sebagai langkah membendung
Covid-19. 

Para pakar kesehatan Indonesia telah menuliskan rekomendasi yang diterbitkan


pada tanggal 14 Maret 2020, meminta pemerintah Indonesia segera
melakukan lockdown nasional, untuk mengurangi potensi pandemik Covid-19 di
Indonesia. Realisasi rekomendasi ini bertujuan untuk memperkecil peluang
penularan. Salah satu alasan lockdown adalah hanya beberapa saja rumah sakit
yang memiliki peralatan dan deteksi dini. Karena itu, mereka mendesak Presiden
Joko Widodo untuk memberlakukan sistem lockdown karena potensi penularan
penyakit Covid-19 ini semakin lama semakin meningkat. Akan tetapi, pemerintah
memberikan dalih bahwa Indonesia adalah negara kepulauan, mustahil bisa
menerapkan lockdown.[23] Akibatnya pun langsung nyata di negara kita ini,
angka pasien positif Covid-19 dan angka kematian karena Covid-19 semakin
bertambah jumlahnya. 

Presiden Jokowi, dalam akun facebooknya, menulis status demikian: 


“Saya menerima pertanyaan, mengapa kita tidak mengambil
kebijakan lockdown saat pandemik korona ini? Pemerintah juga telah mempelajari
kebijakan setiap negara dalam menghadapi pandemi ini. Setiap negara memiliki
karakter, budaya, dan tingkat kedisplinan yang berbeda-beda. Dengan
pertimbangan karakter, budaya, dan kedisiplinan itulah, kita tidak memilih
jalan lockdown. Di negara kita, yang paling tepat adalah physical distancing -
meminta setiap warga menjaga jarak aman satu dengan yang lain. Kalau ‘jaga
jarak’ ini bisa kita lakukan dengan disiplin, saya yakin bahwa kita akan bisa
mencegah penyebaran Covid-19 ini. Soal kedisiplinan ini, terutama untuk mereka
yang sudah diisolasi. Saya membaca berita, ada yang sudah diisolasi masih
membantu tetangga yang mau hajatan, ada yang masih jalan untuk
belanja handphone dan ke pasar. Begitu juga kalau dilakukan isolasi terbatas
terhadap satu RW atau satu kelurahan, harus dilakukan dengan kedisiplinan yang
kuat.”[24]

Mencermati status Presiden kita ini, terdapat kemungkinan bahwa Indonesia tidak
akan memberlakukan sistem lockdown dalam mencegah pandemi Covid-19. 

Keputusan Presiden Jokowi untuk tidak memberlakukan sistem lockdown di


Indonesia mengacu pada kajian Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Kekarantinaan Kesehatan. Undang-undang ini mengatur beberapa, antara lain
tanggung jawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, hak dan kewajiban,
kedaruratan kesehatan masyarakat, penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di
pintu masuk, penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di wilayah, dokumen
karantina kesehatan, sumber daya kekarantinaan kesehatan, informasi
kekarantinaan kesehatan, pembinaan dan pengawasan, penyidikan, dan ketentuan
pidana. Di dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan tidak ditemukan adanya istilah lockdown, namun terdapat beberapa
istilah antara lain karantina, isolasi, karantina rumah, karantina rumah sakit,
karantina wilayah dan pembatasan sosial berskala besar. 

Selanjutnya, apakah istilah lockdown ini masih relevan? Tentunya masih relevan.


Mari kita mencermati tabel berikut:

Tabel IV. Definisi lockdown

Cambridge Dictionary

Lockdown is a situation in which people are not allowed to enter or leave a


building or area freely because of an emergency; The Secret Service is imposing a
virtual lockdown on the city. The school has been placed on lockdown this
morning while authorities investigate a bomb threat.[25]
Merriam Webster

1. Lockdown is the confinement of prisoners to their cells for all or most of the
day as a temporary security measure.

2. Lockdown is an emergency measure or condition in which people are


temporarily prevented from entering or leaving a restricted area or building (such
as a school) during a threat of danger.[26]

Wikipedia

A lockdown is an emergency protocol that usually prevents people or information


from leaving an area. The protocol can usually only be initiated by someone in a
position of authority. Lockdowns can also be used to protect people inside a
facility or, for example, a computing system, from a threat or other external event.
Of buildings, a drill lockdown usually means that doors leading outside are locked
such that no person may enter or exit. A full lockdown usually means that people
must stay where they are and may not enter or exit a building or rooms within said
building. If people are in a hallway, they should go to the nearest safe, enclosed
room.[27]

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka lockdown mengarah pada kondisi


prosedur darurat dimana orang harus tetap di tempatnya dan tidak boleh masuk
atau keluar dari gedung atau kamar di dalam bangunan tersebut. Contoh di Italia.
Pemerintah disana melakukan pengawasan ketat di semua wilayah negara untuk
mencegah penularan Covid-19.

Tindakan lockdown yang telah dilakukan oleh Italia adalah menutup semua toko,


kecuali toko makanan dan apotek. Lockdown ini menyebabkan orang-orang yang
sudah lanjut usia di seluruh negeri itu dipisahkan dari orang-orang yang mereka
cintai. Italia telah menerapkan pembatasan drastis untuk mencegah penularan.
Polisi juga menghentikan orang-orang berjalan di jalanan kecuali mereka memiliki
urusan penting. Pemerintah Italia menghimbau dengan tegas agar para warganya
membatasi kegiatannya. Mereka yang diizinkan keluar rumah dihimabu menjaga
jarak dengan orang lain minimal 1 meter. Penduduk yang melanggar aturan ini
dikenakan denda, bahkan dipenjara beberapa bulan. 

Beberapa kota di China, seperti pusat bisnis Wenzhou dan sekolah ditutup, dan
warga diminta tetap tinggal di rumah mereka masing-masing. Di Kota Wuhan
warga takut keluar rumah. Pemerintah setempat membantu pengurusan kebutuhan
makanan sehari-hari warganya. Polisi melakukan penjagaan khusus jika ada warga
yang ingin keluar dari rumah.

Persoalan lockdown (karanatina wilayah) di Indonesia dibahas dalam rapat para


pakar kesehatan dengan staf khusus Jokowi dan Gugus Tugas Covid-19. Anggota
Dewan Pakar Indonesia Strategic Institute Sidrotun Naim mengatakan semua
pakar tak setuju dengan isolasi kota secara total. Kebijakan lockdownbelum
diputuskan karena lockdown berarti membatasi wilayah. Kebijakan itu memiliki
implikasi ekonomi, sosial, dan keamanan. Pemerintah sepertinya sangat
mempertimbangkan kondisi ekonomi terkait lockdown, dengan alasan di
Indonesia banyak sekali pekerja upah harian. Forum ini menganjurkan modifikasi
skema isolasi dengan menutup batas kota, namun tetap mengizinkan mobilitas
warga untuk mengantar logistik dan mengakses fasilitasi kesehatan. Para pakar
yang hadir dalam forum ini mendesak pemerintah mengadakan rapid test.[28]

2.5.2  Social Distancing

Social distancing adalah suatu tindakan menghindari kerumunan orang dan


pertemuan besar. Kerumunan orang yang dimaksud adalah himpunan orang yang
bergerak di lokasi pusat perbelanjaan, bioskop, stadion, tempat wisata, dan
sebagainya. Acara-acara yang mengundang perhatian banyak orang harus
dibatalkan. Ruang untuk berkumpul-kumpul harus dihindari, sekurang-kurangnya
menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain. Tujuannya untuk memutus atau
memperlambat penyebaran Covid-19. 

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam social distancing, yakni tetap tinggal di
rumah dan bekerja dari rumah, menghentikan kegiatan tatap muka di
sekolah/kampus dan beralih ke metode belajar online, bertemu orang lain melalui
telepon atau video call, dan membatalkan atau menunda konferensi dan rapat.
Aktivitas belajar, bekerja, dan beribadat dilakukan di rumah masing-masing.[29]

2.5.3  Isolasi Diri

Isolasi diri adalah tindakan pencegahan efektif dari seseorang untuk melindungi
orang-orang di sekitarnya, seperti keluarganya dan temannya, agar tidak tertular
Covid-19. Seseorang mengambil langkah-langkah sederhana dan masuk akal
untuk menghindari kontak dekat dengan orang lain sebanyak mungkin. Ini
merupakan saat yang menegangkan, tetapi mengambil tindakan ini akan
membantunya melindungi keluarga dan orang lain dari penyakit menular Covid-
19. Sebisa mungkin, tiap orang harus membatasi kontak dengan orang lain
sekurang-kurangnya 1 meter. Tiap orang tidak boleh berbagi piring, gelas
minuman, peralatan makan, handuk, bantal atau barang-barang lainnya dengan
orang lain di rumahnya. Setelah menggunakan barang-barang ini, harus
mencucinya dengan sabun dan air mengalir. Penghuni rumah tangga tidak perlu
mengisolasi diri asalkan tindakan pencegahan ini diikuti.[30]

Isolasi diri berlaku bagi mereka yang menunjukkan gejala virus Corona, seperti
batuk kering dan suhu tubuh tinggi. Mereka harus mengambil tindakan
pencegahan ekstra. Mereka harus tinggal di rumah dan jika mungkin tidak
meninggalkannya dengan alasan apa pun, selain berolahraga (tetap menjaga jarak
dengan orang lain). Jika memungkinkan, mereka tidak boleh keluar bahkan untuk
membeli makanan atau kebutuhan pokok sekalipun. Masa isolasi diri berlangsung
selama 14 hari.[31]

3.   Refleksi Kritis

Pandemi Covid-19 belum selesai dan bahkan dari waktu ke waktu semakin
meningkat jumlah korban keganasan virus ini. Cepatnya penularan dan
penyebaran Covid-19 meneror ratusan negara. Para pemimpin bangsa-bangsa
berjuang bersama melawan makhluk renik ini. Kerja sama internasional ini telah
dilaksanakan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Darurat G-20 melalui
konferensi daring, Kamis (26/3/2020). KTT G-20 adalah suatu forum bagi 20
negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Kedua puluh anggota G-20, yakni
Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Tiongkok, Prancis, Jerman, India, Indonesia,
Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki,
Britania, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.[32]

Bapa Suci Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik di seluruh dunia, melakukan
berbagai kegiatan spiritual dalam menghadapi pandemi Covid-19. Pada tanggal 8
Maret 2020, dalam doa Malaikat Tuhan (Angelus), Paus berdoa bagi mereka yang
menderita epidemi virus Corona. Pada tanggal 11 Maret 2020, Paus memanjatkan
doa kepada Perawan Maria, Salus Populi Romani (Penyelamat Rakyat Roma).
Pada tanggal 20 Maret 2020, Penitensaria Apostolik mengeluarkan dekrit
pemberian indulgensi penuh kepada umat beriman penderita Covid-19, petugas
kesehatan, anggota keluarga dan semua orang yang dengan kapasitas apa pun,
termasuk melalui doa, merawat para penderita virus Corona. Pada tanggal 25
Maret 2020, Paus mengajak seluruh umat beriman mendoakan Doa Bapa Kami.
Pada tanggal 27 Maret 2020, Paus Fransiskus memimpin adorasi Sakramen
Mahakudus dan memberikan Berkat Urbi et Orbi (berkat untuk Kota [Roma] dan
Dunia) serta indulgensi penuh.[33]

Penulis akan memuat secara khusus bahan meditasi Paus Fransiskus pada tanggal
27 Maret 2020, yang saya lansir dari situs vaticannews.va dan mencoba
menerjemahkannya.[34]
Berkat Urbi et Orbi dan Meditasi dari Bapa Suci Paus Fransiskus

 “Tuhan mengubah segalanya menjadi kebaikan kita” 

Paus Fransiskus memberikan berkat luar biasa “Untuk Kota dan Dunia” pada hari
Jumat, 27 Maret 2020, pukul 18.00 waktu Italia, untuk berdoa mengakhiri
pandemi Covid-19. Biasanya berkat Urbi et Orbi hanya diberikan pada Hari Raya
Natal dan Hari Raya Paskah. Berkat luar biasa ini diberikan mengingat gentingnya
situasi global saat ini. Dalam meditasinya, Paus merenungkan kata-kata Yesus
kepada para murid-Nya: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak
percaya?” 

Bahan Meditasi Bapa Suci: Markus 4:35-41

Pada suatu hari, ketika hari sudah petang, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
“Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak yang
ada di sana lalu bertolak, dan membawa Yesus dalam perahu itu di mana Ia telah
duduk; dan perahu-perahu lain pun menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang
sangat dahsyat, dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu
itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah
tilam. Maka murid-murid membangunkan Yesus dan berkata kepada-Nya, “Guru,
Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Yesus pun bangun, menghardik angin itu
dan berkata kepada danau, “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau pun
menjadi teduh sekali. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Mengapa
kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” 

Teks Lengkap Meditasi Bapa Suci Paus Fransiskus

“Ketika hari sudah petang” (Mrk 4:35). Perikop Injil yang baru saja kita dengar
dimulai seperti ini. Selama berminggu-minggu sekarang sudah malam. Kegelapan
tebal telah berkumpul di alun-alun kita, jalan-jalan kita dan kota-kota kita; ia telah
mengambil alih hidup kita, mengisi segala sesuatu dengan keheningan yang
memekakkan telinga dan kekosongan yang menyusahkan, yang menghentikan
segalanya saat itu berlalu; kita merasakannya di udara, kita memperhatikan
gerakan mereka, pandangan mereka memberi mereka. Kita menemukan diri kita
takut dan tersesat. Seperti para murid dalam Injil, kita terperangah oleh badai yang
tak terduga dan bergejolak. Kita menyadari bahwa kita berada di perahu yang
sama, kita semua rapuh dan kehilangan arah, tetapi pada saat yang sama dan
penting diperlukan, kita semua dipanggil untuk mendayung bersama-sama,
masing-masing dari kita membutuhkan penghiburan dari yang lain. Di kapal ini ...
kita semua. Sama seperti para murid itu, yang berseru dengan nada kecemasan
yang sama, mengatakan “Kita binasa” (ayat 38), jadi kita juga telah menyadari
bahwa kita tidak dapat terus memikirkan diri kita sendiri, tetapi hanya melalui
kebersamaan kita dapat melakukan ini. 

Kita mudah untuk mengenali diri kita sendiri dalam kisah ini. Yang lebih sulit
untuk dipahami adalah sikap Yesus. Sementara para muridnya secara alami
waspada dan putus asa, Dia berdiri di buritan, di bagian kapal yang tenggelam
lebih dulu. Dan apa yang Dia lakukan? Meskipun terjadi badai, Dia tidur nyenyak,
percaya pada Bapa; ini merupakan satu-satunya waktu dalam Injil kita melihat
Yesus tertidur. Ketika Dia bangun, setelah menenangkan angin dan danau, Dia
berpaling kepada para murid dengan suara mencela: “Mengapa kamu begitu
takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (ayat 40).

Mari kita mencoba mengerti. Dalam apakah kekurangan iman para murid, berbeda
dengan kepercayaan Yesus? Mereka tidak berhenti percaya pada-Nya; bahkan,
mereka memanggil-Nya. Tetapi kita melihat bagaimana mereka memanggilnya:
“Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” (ayat 38). Apakah Engkau tidak
peduli: para murid berpikir bahwa Yesus tidak menaruh perhatian kepada mereka,
tidak peduli kepada mereka. Salah satu hal yang paling menyakitkan kita dan
keluarga kita saat mendengar ungkapan: “Apakah engkau tidak peduli padaku?”
Ini merupakan ungkapan yang melukai dan melepaskan badai di hati
kita. Ungkapan yang sama ini akan menggerakkanYesus juga. Karena Dia, lebih
dari siapa pun, peduli pada kita. Memang, begitu para murid memanggil-Nya, Dia
menyelamatkan murid-murid-Nya dari keputusasaan mereka. 

Badai menyingkap kerapuhan kita dan mengungkap kepastian palsu dan


berlebihan yang kita miliki dalam rutinitas, pekerjaan, kebiasaan, dan prioritas
kita. Ini menunjukkan kepada kita bagaimana kita membiarkan hal-hal yang
membosankan, melemahkan, dan memperkuat hidup kita dan masyarakat kita
menjadi tumpul dan lemah. Badai itu mengungkapkan semua gagasan kita yang
sudah terstruktur sebelumnya dan mengabaikan makanan jiwa kita; segala upaya
membius cara berpikir dan bertindak kita yang seharusnya “menyelamatkan” kita,
tetapi sebaliknya terbukti tidak mampu menempatkan kita pada sumber hidup kita
dan menjaga kenangan mereka yang telah berpulang. Kita menghilangkan antibodi
yang kita butuhkan saat menghadapi kesulitan. 

Dalam badai ini, stereotip-stereotip utama yang dengannya kita menyamarkan ego
kita, yang akhirnya mengaburkan citra kita, telah menghilang, mengungkap sekali
lagi bahwa kebersamaan merupakan hal tidak dapat kita hilangkan: kepemilikan
kita sebagai saudara dan saudari.
“Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Sabda-Mu pada
malam ini menyentak dan menyapa kami semua. Di dunia ini, cinta-Mu melebihi
cinta kami, kami telah maju dengan sangat cepat, merasa kuat dan mampu
melakukan apa saja. Serakah demi keuntungan, kami membiarkan diri kami
terjebak dalam aneka hal, dan terpikat dengan tergesa-gesa. Kami tidak berhenti
mencela Engkau, kami tidak terguncang oleh perang atau ketidakadilan di seluruh
dunia, kami juga tidak mendengarkan seruan orang miskin dan planet yang kami
sakiti. Kami terus melanjutkan, berpikir kami akan tetap sehat di dunia yang
sakit. Sekarang kami berada di lautan badai, kami mohon kepada-Mu: “Bangun,
Tuhan!” 

Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Tuhan, Engkau


memanggil kami, memanggil kami untuk beriman. Kami yang tidak percaya ini,
datang kepada-Mu dan percaya pada-Mu. Pada masa Prapaskah ini seruan-Mu
bergema dengan mendesak: “Bertobatlah!”, “Kembalilah kepadaku dengan
sepenuh hati” (Yoel 2:12). Engkau menyerukan kepada kami untuk menggunakan
waktu pencobaan ini sebagai waktu untuk memilih. Ini bukan
waktu penghakiman-Mu, tetapi penghakiman bagi kami: waktu untuk memilih apa
yang penting dan apa yang berlalu, waktu untuk memisahkan apa yang perlu dari
apa yang tidak penting. Ini adalah waktu untuk mengembalikan hidup kami ke
jalan yang Tuhan kehendaki dan sesama. Kami dapat melihat begitu banyak
sahabat teladan untuk perjalanan, yang, meskipun takut, telah bertindak dengan
memberikan hidup mereka. Ini karena kekuatan Roh yang dicurahkan dan
dibentuk melalui penyangkalan diri yang berani dan murah hati. Kehidupan dalam
Rohlah yang dapat menebus, menghargai, dan menunjukkan bagaimana kehidupan
kita bersama dijalin dan didukung oleh orang-orang biasa - yang sering dilupakan
orang-orang - yang tidak muncul dalam berita utama surat kabar dan majalah,
tetapi yang tanpa ragu-ragu pada saat ini menuliskan peristiwa-peristiwa yang
menentukan zaman kita: dokter, perawat, pegawai supermarket, petugas
kebersihan, pengasuh, penyedia transportasi, aparat penegak hukum dan undang-
undang, sukarelawan, para gembala, para religius dan banyak lagi lainnya yang
telah mengerti bahwa tidak seorang pun mencapai keselamatan dengan
sendirinya. Dalam menghadapi begitu banyak penderitaan, di mana perkembangan
otentik dari bangsa kita dinilai, kita mengalami doa agung Yesus: “Supaya mereka
semua menjadi satu” (Yoh 17:21). Betapa banyak orang yang menunjukkan
kebesaran hati dan menawarkan harapan setiap hari, berhati-hati untuk tidak
menyebarkan tetapi tanggung jawab bersama. Betapa banyak ayah, ibu, kakek
nenek, dan guru yang menunjukkan kepada anak-anak kita, dalam tindakan
sederhana setiap hari, bagaimana menghadapi dan menanggapi krisis dengan
menyesuaikan rutinitas mereka, mengarahkan pandangan mereka dan
membina doa. Betapa banyak yang berdoa, mempersembahkan dan menengahi
untuk kebaikan semua. Doa dan pelayanan yang tulusmenjadi senjata kemenangan
kita.    
“Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Iman dimulai
ketika kita menyadari bahwa kita membutuhkan keselamatan. Kita tidak hidup
sendiri; mengandalkan diri sendiri adalah awal dari sebuah kehancuran: kita
membutuhkan Tuhan, seperti navigator kuno yang membutuhkan bintang-
bintang. Marilah kita mengundang Yesus ke dalam perahu kehidupan kita. Mari
kita serahkan ketakutan kita kepada-Nya sehingga Dia bisa menaklukkan wabah
ini. Seperti para murid, kita akan mengalami bahwa bersama Yesus kapal kita
tidak akan karam. Karena ini adalah kekuatan Tuhan: beralih ke semua hal-hal
baik yang kita alami, bahkan hal-hal buruk. Dia membawa ketenangan ke dalam
badai hidup kita, karena bersama dengan Tuhan hidup kita tidak pernah mati. 

Tuhan bertanya kepada kita dan di tengah-tengah badai hidup kita, Dia
mengundang kita untuk membangunkan kembali dan mempraktikkan solidaritas
dan harapan yang mampu memberikan kekuatan, dukungan, dan makna pada
masa-masa ini ketika segala sesuatu tampak menggelepar. Tuhan bangun untuk
membangkitkan dan membangkitkan kembali iman Paskah kita. Kita memiliki
jangkar: melalui salib-Nya kita telah diselamatkan. Kita memiliki kemudi: melalui
salib-Nya kita telah ditebus. Kita memiliki harapan: melalui salib-Nya kita telah
disembuhkan dan dipeluk sehingga tidak seorang pun dapat memisahkan kita dari
kasih-Nya yang menebus. Di tengah keterasingan ketika kita menderita karena
kurangnya kelembutan dan kesempatan untuk bertemu, dan kita mengalami
kehilangan banyak hal, marilah kita sekali lagi mendengarkan sabda-Nya yang
menyelamatkan kita: Dia bangkit dan hidup bersama kita. Melalui salib-Nya,
Tuhan meminta kita untuk menemukan kembali kehidupan yang menanti kita,
untuk memandang mereka yang memandang kita, untuk menguatkan, mengenali
dan menumbuhkan rahmat yang hidup di dalam kita. Janganlah kita
memadamkan sumbu yang pudar nyalanya (lih. Yes 42:3) yang tidak pernah
goyah, dan mari kita beri harapan untuk dinyalakan kembali. 

Merangkul salib-Nya berarti menemukan keberanian untuk merangkul semua


kesulitan saat ini, meninggalkan sejenak keinginan kita untuk kekuasaan dan harta
untuk memberikan ruang bagi kreativitas yang hanya Roh mampu
menginspirasikannya. Itu berarti menemukan keberanian untuk menciptakan ruang
di mana setiap orang dapat mengenali bahwa mereka dipanggil, dan menemukan
bentuk-bentuk baru keramahan, persaudaraan dan solidaritas. Melalui salib-Nya
kita telah diselamatkan untuk merangkul harapan dan membiarkan-Nya
memperkuat dan mempertahankan semua langkah dan semua jalan yang mungkin
untuk membantu kita melindungi diri kita sendiri dan orang lain. Merangkul
Tuhan untuk merangkul harapan: itulah kekuatan iman, yang membebaskan kita
dari rasa takut dan memberi kita harapan.

Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Saudara-saudariku


yang terkasih, di tempat yang menceritakan tentang keteguhan iman Petrus ini,
malam ini saya ingin mempercayakan kalian semua kepada Tuhan, melalui
perantaraan Maria, keselamatan semua orang dan Bintang Lautan yang
berangin. Dari barisan tiang ini yang merangkul Roma dan seluruh
dunia, semoga berkat Tuhan turun atas kamu sebagai pelukan penghiburan. Tuhan,
semoga Engkau memberkati dunia, memberikan kesehatan bagi tubuh kami dan
menghibur hati kami. Engkau meminta kami untuk tidak takut. Namun iman kami
lemah dan kami takut. Tetapi Engkau, Tuhan, tidak akan meninggalkan kami di
bawah kekuasaan badai. Katakan lagi: “Jangan takut” (Mat 28:5). Dan kami,
bersama-sama dengan Petrus, “membuang semua kecemasan kami kepada-Mu,
karena Engkau peduli kepada kami” (lih. 1Ptr 5:7). 

Pandemi Covid-19 menyerang dimensi kehidupan manusia dalam berbagai aspek.


Dalam aspek kesehatan, virus Corona telah menjangkiti jutaan manusia dan
menewaskan ratusan ribu jiwa yang tak menghendaki kematian karena Covid-19,
serta telah menyebar ke berbagai belahan dunia.[35]Dalam aspek ekonomi,
wabah Corona telah menghantam perekonomian dunia, diperkirakan bisa
mencapai US$ 2,4 triliun.[36]Dalam aspek psikis, virus Corona menimbulkan
kecemasan dan ketakutan. Perasaan primordial manusia, “takut bersentuhan”,
menjadi tiran keseharian karena orang dan barang menjadi berbahaya. Yang intim
dengan tangan kita, misalnya pegangan pintu, uang, tombol, layar ponsel,
sekonyong-konyong menjadi ancaman. Bahkan tangan sendiri dapat menjadi suatu
ancaman, “tangan dilarang memegang wajah dan hidung”. Ego menjadi egois.
Dalam aspek sosio-religius, Covid-19 menyadarkan setiap orang bahwa
segalanya merupakan konstruksi manusia. Tempat kerja, kampus, tempat ibadah,
dan tempat kerumunan orang, ditangguhkan. Kota dan negara di-lockdown,
karyawan dirumahkan, sekolah dan kampus ditutup sementara, tempat-tempat
ibadah dikosongkan, jadwal pertemuan akbar dibatalkan. Perayaan-perayaan Suci
keagamaan dilaksanakan secara live streaming melalui kanal youtube, facebook,
Tv, dan radio. Dalam aspek metafisis, makhluk renik ini mengingatkan kerapuhan
hidup manusia yang berakhir dengan kematian. Manusia tidak takut kematian
yang bermakna, tetapi ia akan sulit menerima kematian karena virus Corona.
Kematian sebagai karya murung dari kehendak buta yang menganiaya.[37]

Para pasien Covid-19 bukan hanya merasakan keterancaman keutuhan raganya,


tetapi juga aneka dimensi kehidupan relasionalnya, intelektualnya, afektifnya dan
spiritualnya. Mereka mengharapkan kepedulian dan perhatian kita bersama.
Mereka membutuhkan perawatan, dukungan, dan cinta. Di samping setiap orang
yang sakit, juga ada keluarga dan para tenaga medis, yang dengan sendirinya ikut
menderita dan membutuhkan dukungan serta solidaritas dari kita.

4.   Relevansi
Luasnya wilayah yang terkena dampak dan jumlah korban yang semakin melonjak
itulah yang membuat Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan penyebaran
virus Corona baru sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat berskala
internasional (public health emergency of international concern atau PHEIC pada
tanggal 30 Januari 2020. Penetapan status PHEIC menunjukkan perlunya kerja
sama dan solidaritas yang lebih kuat baik global maupun nasional untuk mengatasi
Covid-19 ini.

Pandemi Covid-19 merupakan bagian ambivalensi kehidupan manusia. Ia meneror


harapan hidup manusia untuk menikmati kebersamaan dengan yang lain. Slogan
“Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” pada saat ini rasanya tidak relevan untuk
diterapkan. Slogan yang relevan saat ini adalah “Bersatu kita mati, bercerai kita
selamat”. Slogan terakhir ini ada benarnya, karena bertujuan untuk memutus
penyebaran dan penularan virus Corona. 

Pemerintah Indonesia harus transparan dalam menangani persoalan Covid-19. Jika


memang ada rakyat Indonesia yang terjangkit, negara harus membuka data
sebenarnya – berapa jumlah orang dalam pemantauan (ODP), berapa pasien dalam
pengawasan (PDP), berapa pasien positif, di teritori mana virus ini dominan, dan
bagaimana cara peneluran virus ini. Pemerintah perlu meningkatkan rasionalitas
penanganan virus ini. 

Tenaga medis telah berjibaku menangani para pasien Covid-19 dengan peralatan
serba minim, sementara jumlah pasien terus melonjak naik. Mereka mengalami
kelelahan, bahkan 6 dokter dilaporkan meninggal dunia akibat terpapar virus ini,
satu diantaranya meninggal akibat kelelahan. Menyikapi situasi ini, pemerintah
seharusnya menjamin ketersediaan alat pelindung diri untuk para dokter, perawat,
dan petugas medis. Mereka peran kunci dan garda depan penyelamat para pasien
Covid-19. “Di mana ada bahaya, di sana tumbuh juga kekuasaan untuk
menyelamatkan”, kata penyair Jerman Friedrich Hlderlin. 

Bapa Suci Paus Fransiskus dalam kapasitas spiritualnya juga telah mengajak dunia
untuk berdoa bersamanya. Paus memohon kepada Allah agar mengakhiri pandemi
Covid-19, menerima para arwah, menguatkan para dokter, perawat, tim medis dan
para peneliti. 

Hingga selesai penulisan artikel ini, pada tanggal 5 Mei 2020, kasus positif Covid-
19 secara global mencapai angka 3.673.221, dengan angka kematian 253.391,
angka kesembuhan 1.211.216.[38] Di Indonesia sendiri kasus positif Covid-19
mencapai angka 12.071, dengan angka kematian 872, dan angka kesembuhan 872.
[39] Angka kasus Covid-19 ini akan masih terus bertambah.

Covid-19 ini bukanlah masalah sepele. Ini masalah hidup dan mati. Karena itu,
dihimbau agar masyarakat tidak menganggap remeh virus ini. Jangan semaunya
sendiri. Ini masalah kita bersama yang harus kita selesaikan juga dengan
kebersamaan. Ikuti aturan pemerintah. Anda berdiam di rumah, kita semua sehat.
TINGGAL DI RUMAH !!!. Yang ada di kota jangan pergi ke desa. Karena Anda
rawan terpapar virus selama dalam perjalanan. Jadi, yang ada di kota tetaplah
berada dan tinggal di kota. Jangan ke kampung! Sekali lagi, TINGGAL DI
RUMAH !!! Atau Anda nekat, kita semua terancam tidak selamat. Jalan terbaik
yang dapat kita lakukan sekarang adalah memutus penyebaran virus ini.

Daftar Pustaka

Sumber Buku:

Badan Nasional Penanggulangan Bencana Republik Indonesia. Keputusan Kepala


Badan Nasional Penanggulangan Bencana Republik Indonesia Nomor 13.A Tahun
2020. Jakarta: Direktorat BNPB.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan dan


Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19). Jakarta: Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2020.

---------. Panduan Pencegahan Penularan Covid-19 di Tempat dan Fasilitas Umum.


Jakarta: Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan, 2020.

Anda mungkin juga menyukai