Pendahuluan
Seperti telah kita ketahui pada awal tahun 2020, Covid-19 menjadi masalah
kesehatan dunia. Kasus ini diawali dengan informasi dari Badan Kesehatan
Dunia/World Health Organization (WHO) pada tanggal 31 Desember 2019 yang
menyebutkan adanya kasus kluster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Kasus ini terus berkembang hingga adanya
laporan kematian dan terjadi importasi di luar Cina. Pada tanggal 30 Januari 2020,
WHO menetapkan Covid-19 sebagai Public Health Emergency of International
Concern(PHEIC)/Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD). Pada tanggal 12 Februari 2020, WHO resmi menetapkan penyakit
virus Corona pada manusia ini dengan sebutan Coronavirus Disease (Covid-
19). Pada tanggal 2 Maret 2020 Indonesia telah melaporkan dua kasus konfirmasi
Covid-19. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan Covid-19
sebagai pandemi.
Virus Corona adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat. Diketahui ada dua jenis virus corona yang
menyebabkan dan menimbulkan penyakit gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab Covid-19 ini
dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan
dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing
luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan
yang menjadi sumber penularan Covid-19 ini sampai saat ini masih belum
diketahui.[1]
1.2 Tujuan Penelitian
2.1 Definisi Covid-19
Novel Coronavirus (Covidn-19) adalah jenis virus baru penyebab penyakit saluran
pernafasan. Virus ini bermula dari Cina. Novel coronavirus merupakan salah satu
keluarga dengan virus penyebab SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan
MERS (Middle East Respiratory Syndrome).[3]
Tanda dan gejala umum infeksi Covid-19 antara lain gejala gangguan pernafasan
akut seperti demam, batuk, sesak nafas, sakit tenggorokan, pilek, pneumonia
ringan hingga berat. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi
terpanjang 14 hari. Pada kasus berat Covid-19 dapat menyebabkan pneumonia,
sindrom pernafasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan
gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam ?38?C,
kesulitan bernafas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di
kedua paru.[4]
Berdasarkan penelitian dan bukti ilmiah, Covid-19 dapat menular dari manusia ke
manusia melalui sentuhan fisik dan cairan batuk/bersin. Orang yang paling
berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien Covid-
19 termasuk yang merawat pasien Covid-19. Rekomendasi standar untuk
mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara teratur,
menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan
manusia, ternak, hewan liar dan menghindari kontak dekat dengan siapa pun yang
menunjukkan gejala penyakit pernafasan seperti batuk dan bersin. Selain itu,
menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) saat berada di fasilitas
kesehatan terutama unit gawat darurat.[5]
Seorang dokter umum berkebangsaan Inggris bernama Dr. Clare Gerada memberi
penjelasan bagaimana Covid-19 menyerang tubuh manusia dan mengapa virus ini
membuat kondisi pasien menjadi sangat buruk hingga menelan korban jiwa.
Berikut deskripsi cara kerja Covid-19 di dalam tubuh manusia.[6]
Pada dasarnya, virus adalah sepotong materi genetik yang tidak dapat melakukan
banyak hal dengan sendirinya. Covid-19 sama seperti virus-virus lainnya
membutuhkan inang, dalam kasus ini, yakni tubuh manusia sebagai area
perkembangbiakan dan penyebarannya. Ia harus menyerang tubuh manusia agar ia
dapat berkembang biak. Karena, tanpa tubuh manusia, virus ini akan mati. Virus
dapat menggandakan dirinya apabila ia berhasil masuk ke dalam tubuh manusia.
Jalur penularan utama virus Corona adalah melalui cairan atau tetesan
batuk/bersin. Seseorang yang terinfeksi Covid-19 akan mengalami batuk dan
bersin yang mengeluarkan cairan mengandung virus. Virus tersebut akan masuk
ke tubuh orang lain saat bernafas atau menyentuh di mana tetesan tersebut
menempel. Selanjutnya, saat seseorang memegang wajah dengan tangan dan
bernafas, ia pun akan terpapar virus ini.
Saat virus Corona telah masuk ke dalam tubuh, dengan cepat ia akan menuju
belakang tenggorokan dan hidung orang tersebut. Lapisan hidung dan tenggorokan
disebut sebagai mukosa. Di dalam lapisan hidung dan tenggorokan, virus
berbentuk paku ini akan menempelkan dirinya sebelum ia mulai bekerja. Ketika
mencapai bagian belakang hidung, virus ini akan mengambil alih sel-sel di lorong
hidung. Ia akan masuk ke dalam dan memprogram ulang untuk berhenti
melakukan pekerjaan apapun dan hanya fokus membuat lebih banyak virus.
Setelah sel tersebut menghasilkan lebih banyak virus daripada kapasitasnya, virus
pun akan meledak dan menempelkan diri ke sel-sel yang berdekatan. Kemudian
menggunakannya sebagai tempat untuk reproduksi, dan siklus kembali berulang.
Penghancuran sel-sel di hidung dan tenggorokan akan menyebabkan batuk kering
dan sakit ternggorokan. Rasa sakit yang dirasakan adalah tanda bahwa sel berada
dalam kesulitan dan sedang dihancurkan.
Tahap selanjutnya adalah demam. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh atau
imun telah menyadari adanya benda asing di dalam tubuh. Bahan kimia yang
disebut sebagai pirogen pun dilepaskan oleh sistem imun. Zat ini
menginstruksikan otak untuk menaikkan suhu tubuh, menyebabkan seseorang
mengalami demam tinggi, yaitu sekitar ?38?C. Demam membantu tubuh memicu
bagian lain dari sistem kekebalan tubuh untuk mulai bekerja dan juga menciptakan
lingkungan yang tidak menguntungkan atau berlawanan dengan virus. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa demam membantu melawan infeksi, tetapi
karena demam merupakan penanda tidak sehat, seseoorang mencoba untuk
menurunkannya dengan meminum obat penurun demam. Namun, gejala demam,
batuk, maupun sakit tenggorokan adalah waktu di mana gejala berakhir di
sebagian besar orang. Dalam waktu 5-7 hari, kekebalan tubuh akan memberikan
respon secukupnya untuk menghancurkan virus dan orang tersebut pun akan
pulih.
Apabila sistem imun seseorang tidak kuat, dengan cepat virus ini akan terus
menyebar. Saat virus menggandakan diri dan menginfeksi lebih banyak sel di
dalam tubuh, ia turun menuju ke paru-paru. Di sini, virus menyerang sel-sel di
paru-paru. Kondisi ini membuat paru-paru kesulitan melakukan tugasnya
mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Paru-paru pun akan
bekerja lebih keras dan orang tersebut akan mengalami sesak nafas. Inilah yang
menyebabkan virus Corona dikaitkan dengan kesulitan bernafas. Saat virus
semakin banyak menyerang bagian paru-paru, maka akan terjadi peradangan.
Ketika peradangan semakin meningkat itu berarti cairan dan nanah sudah banyak
mengisi paru-paru, sehingga seseorang mengalami pneumonia. Selanjutnya,
apabila paru-paru terus membengkak dan terisi dengan banyak cairan dan nanah
dari virus ini, pasien membutuhkan ventilator (mesin yang berfungsi untuk
menunjang dan membantu membantu pernafasan). Saat paru-paru tidak mau
bekerja sekalipun dibantu oleh ventilator, pasien akan mengalami kematian.
Para peneliti di berbagai belahan dunia masih terus melakukan penelitian untuk
menciptakan vaksin. Hingga sekarang, situasi wabah masih terus berkembang dan
kajian tentang virus ini masih terus diperbarui.
Temuan kasus penyakit akibat virus Corona telah menyebar ke berbagai belahan
dunia. Penulis akan memaparkan kronologi penting wabah Covid-19 di dunia
sebagaimana tertuang dalam tabel di bawah ini.[7]
Kementerian Kesehatan RI membagi dalam dua klaster protokol ini, yakni untuk
mereka yang merasa tidak sehat dan yang masih sehat. Untuk klaster pertama,
kriteria tidak sehat menurut protokol ini memberi ciri-ciri, yakni demam >38°C
dan batuk/pilek/nyeri tenggorokan. Mereka yang tidak sehat disarankan
beristirahat di rumah dan meminum air yang cukup. Bila tetap merasa tidak
nyaman, keluhan berlanjut, atau disertai dengan kesulitan bernafas (sesak atau
nafas cepat), segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan
(fasyankes). Pada saat berobat ke fasyankes, harus melakukan tindakan berikut: a)
gunakan masker; b) apabila tidak memiliki masker, ikuti etika batuk/bersin yang
benar dengan cara menutup mulut dan hidung dengan tisu atau lengan atas bagian
dalam; c) usahakan tidak menggunakan transportasi massal.[14]
Klaster kedua, bagi mereka yang sehat, namun memiliki riwayat perjalanan 14
hari yang lalu ke negara dengan transmisi lokal Covid-19, sangat disarankan
melakukan self monitoringmelalui pemeriksaan suhu tubuh 2 kali. Jika muncul
demam >38°C atau gejala pernafasan seperti batuk/pilek/nyeri tenggorokan/sesak
nafas segera memeriksakan diri ke fasyankes. Apabila, seseorang merasa pernah
kontak dengan kasus konfirmasi Covid-19, disarankan agar segera melapor ke
petugas kesehatan dan memeriksa diri ke fasyankes. Selanjutnya petugas
kesehatan akan memeriksa spesimen Covid-19 dalam diri pasien.[15]
b. Menyediakan sarana cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir di
toilet dan menyediakan hand sanitizer di setiap pintu masuk, lift, dan tempat lain
yang mudah diakses.
e. Lakukan pemeriksaan suhu tubuh di setiap titik pintu masuk dan amati kondisi
umum pengunjung. Apabila terdapat pengunjung dengan suhu di atas 38°C, maka
tidak diizinkan untuk memasuki area dan segera menghubungi petugas kesehatan.
Apabila diamati ada pengunjung dengan gejala pilek, batuk, sesak nafas
disarankan untuk segera menghubungi petugas kesehatan.
Di sini akan dimuat dua protokol dalam bentuk tabel: satu yang dikeluarkan oleh
Menteri Kesehatan[17] dan satu lagi yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan RI.[18]
1. Memastikan ketersediaan sarana untuk cuci tangan pakai sabun (CTPS), alat
pembersih sekali pakai (tissue), dan/atau hand sanitizer di berbagai lokasi strategis
di lingkungan unit kerja.
2. Menyediakan sarana untuk cuci tangan menggunakan air dan sabun atau
pencuci tangan berbasis alkohol di berbagai lokasi strategis di sekolah sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan.
6. Memberikan imbauan kepada warga sekolah yang sakit dengan gejala demam/
batuk/pilek/sakit tenggorokan/sesak nafas untuk mengisolasi diri dirumah dengan
tidak banyak melakukan kontak.
7. Jika terdapat ketidakhadiran dalam jumlah besar karena sakit yang berkaitan
dengan pernafasan, Dinas Pendidikan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan.
8. Mengimbau kepada seluruh pegawai dan pengunjung yang sedang batuk atau
pilek untuk menggunakan masker.
9. Memastikan makanan yang disediakan di sekolah merupakan makanan yang
sehat dan sudah dimasak sampai matang.
14. Warga sekolah dan keluarga yang bepergian ke negara dengan transmisi lokal
Covid-19 dan mempunyai gejala demam atau gejala pernafasan seperti
batuk/pilek/sakit tenggorokan/sesak nafas diminta untuk tidak melakukan
pengantaran, penjemputan, dan berada di area sekolah.
Isi protokol ini hampir sama dengan poin 2.4.3 di atas. Beberapa tambahan
penting yang mau disoroti dalam protokol ini. Pertama, petugas bandara dan
pelabuhan tidak melakukan stigmatisasi dan diskriminasi kepada pelaku
perjalanan dari negara tertentu terkait Covid-19. Kedua, dalam melakukan proses
wawancara, para petugas bertindak kooperatif menyampaikan pertanyaan,
sedangkan para pengunjung secara jujur memberikan jawaban kepada para
petugas dan mengikuti arahan sesuai dengan protokol penanganan Covid-19.
Ketiga, para pengunjung mengikuti alur skrining Covid-19.[19]
1. Jika sakit, tetap di rumah. Jangan pergi bekerja, ke sekolah, atau ke ruang
publik untuk menghindari penularan Covid-19 ke orang lain di masyarakat.
d. Ukur suhu tubuh dan observasi gejala batuk atau sesak nafas.
b. Ukur suhu tubuh dan observasi gejala batuk atau sesak nafas.
d. Jika hasilnya positif, maka lakukan isolasi diri sendiri dan selanjutnya tempuh
tindakan medis.
2.5 Tindakan Preventif-Kontradiktif
2.5.1 Lockdown
Mencermati status Presiden kita ini, terdapat kemungkinan bahwa Indonesia tidak
akan memberlakukan sistem lockdown dalam mencegah pandemi Covid-19.
Cambridge Dictionary
1. Lockdown is the confinement of prisoners to their cells for all or most of the
day as a temporary security measure.
Wikipedia
Beberapa kota di China, seperti pusat bisnis Wenzhou dan sekolah ditutup, dan
warga diminta tetap tinggal di rumah mereka masing-masing. Di Kota Wuhan
warga takut keluar rumah. Pemerintah setempat membantu pengurusan kebutuhan
makanan sehari-hari warganya. Polisi melakukan penjagaan khusus jika ada warga
yang ingin keluar dari rumah.
2.5.2 Social Distancing
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam social distancing, yakni tetap tinggal di
rumah dan bekerja dari rumah, menghentikan kegiatan tatap muka di
sekolah/kampus dan beralih ke metode belajar online, bertemu orang lain melalui
telepon atau video call, dan membatalkan atau menunda konferensi dan rapat.
Aktivitas belajar, bekerja, dan beribadat dilakukan di rumah masing-masing.[29]
2.5.3 Isolasi Diri
Isolasi diri adalah tindakan pencegahan efektif dari seseorang untuk melindungi
orang-orang di sekitarnya, seperti keluarganya dan temannya, agar tidak tertular
Covid-19. Seseorang mengambil langkah-langkah sederhana dan masuk akal
untuk menghindari kontak dekat dengan orang lain sebanyak mungkin. Ini
merupakan saat yang menegangkan, tetapi mengambil tindakan ini akan
membantunya melindungi keluarga dan orang lain dari penyakit menular Covid-
19. Sebisa mungkin, tiap orang harus membatasi kontak dengan orang lain
sekurang-kurangnya 1 meter. Tiap orang tidak boleh berbagi piring, gelas
minuman, peralatan makan, handuk, bantal atau barang-barang lainnya dengan
orang lain di rumahnya. Setelah menggunakan barang-barang ini, harus
mencucinya dengan sabun dan air mengalir. Penghuni rumah tangga tidak perlu
mengisolasi diri asalkan tindakan pencegahan ini diikuti.[30]
Isolasi diri berlaku bagi mereka yang menunjukkan gejala virus Corona, seperti
batuk kering dan suhu tubuh tinggi. Mereka harus mengambil tindakan
pencegahan ekstra. Mereka harus tinggal di rumah dan jika mungkin tidak
meninggalkannya dengan alasan apa pun, selain berolahraga (tetap menjaga jarak
dengan orang lain). Jika memungkinkan, mereka tidak boleh keluar bahkan untuk
membeli makanan atau kebutuhan pokok sekalipun. Masa isolasi diri berlangsung
selama 14 hari.[31]
3. Refleksi Kritis
Pandemi Covid-19 belum selesai dan bahkan dari waktu ke waktu semakin
meningkat jumlah korban keganasan virus ini. Cepatnya penularan dan
penyebaran Covid-19 meneror ratusan negara. Para pemimpin bangsa-bangsa
berjuang bersama melawan makhluk renik ini. Kerja sama internasional ini telah
dilaksanakan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Darurat G-20 melalui
konferensi daring, Kamis (26/3/2020). KTT G-20 adalah suatu forum bagi 20
negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Kedua puluh anggota G-20, yakni
Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Tiongkok, Prancis, Jerman, India, Indonesia,
Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki,
Britania, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.[32]
Bapa Suci Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik di seluruh dunia, melakukan
berbagai kegiatan spiritual dalam menghadapi pandemi Covid-19. Pada tanggal 8
Maret 2020, dalam doa Malaikat Tuhan (Angelus), Paus berdoa bagi mereka yang
menderita epidemi virus Corona. Pada tanggal 11 Maret 2020, Paus memanjatkan
doa kepada Perawan Maria, Salus Populi Romani (Penyelamat Rakyat Roma).
Pada tanggal 20 Maret 2020, Penitensaria Apostolik mengeluarkan dekrit
pemberian indulgensi penuh kepada umat beriman penderita Covid-19, petugas
kesehatan, anggota keluarga dan semua orang yang dengan kapasitas apa pun,
termasuk melalui doa, merawat para penderita virus Corona. Pada tanggal 25
Maret 2020, Paus mengajak seluruh umat beriman mendoakan Doa Bapa Kami.
Pada tanggal 27 Maret 2020, Paus Fransiskus memimpin adorasi Sakramen
Mahakudus dan memberikan Berkat Urbi et Orbi (berkat untuk Kota [Roma] dan
Dunia) serta indulgensi penuh.[33]
Penulis akan memuat secara khusus bahan meditasi Paus Fransiskus pada tanggal
27 Maret 2020, yang saya lansir dari situs vaticannews.va dan mencoba
menerjemahkannya.[34]
Berkat Urbi et Orbi dan Meditasi dari Bapa Suci Paus Fransiskus
Paus Fransiskus memberikan berkat luar biasa “Untuk Kota dan Dunia” pada hari
Jumat, 27 Maret 2020, pukul 18.00 waktu Italia, untuk berdoa mengakhiri
pandemi Covid-19. Biasanya berkat Urbi et Orbi hanya diberikan pada Hari Raya
Natal dan Hari Raya Paskah. Berkat luar biasa ini diberikan mengingat gentingnya
situasi global saat ini. Dalam meditasinya, Paus merenungkan kata-kata Yesus
kepada para murid-Nya: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak
percaya?”
Pada suatu hari, ketika hari sudah petang, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
“Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak yang
ada di sana lalu bertolak, dan membawa Yesus dalam perahu itu di mana Ia telah
duduk; dan perahu-perahu lain pun menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang
sangat dahsyat, dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu
itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah
tilam. Maka murid-murid membangunkan Yesus dan berkata kepada-Nya, “Guru,
Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Yesus pun bangun, menghardik angin itu
dan berkata kepada danau, “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau pun
menjadi teduh sekali. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Mengapa
kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”
“Ketika hari sudah petang” (Mrk 4:35). Perikop Injil yang baru saja kita dengar
dimulai seperti ini. Selama berminggu-minggu sekarang sudah malam. Kegelapan
tebal telah berkumpul di alun-alun kita, jalan-jalan kita dan kota-kota kita; ia telah
mengambil alih hidup kita, mengisi segala sesuatu dengan keheningan yang
memekakkan telinga dan kekosongan yang menyusahkan, yang menghentikan
segalanya saat itu berlalu; kita merasakannya di udara, kita memperhatikan
gerakan mereka, pandangan mereka memberi mereka. Kita menemukan diri kita
takut dan tersesat. Seperti para murid dalam Injil, kita terperangah oleh badai yang
tak terduga dan bergejolak. Kita menyadari bahwa kita berada di perahu yang
sama, kita semua rapuh dan kehilangan arah, tetapi pada saat yang sama dan
penting diperlukan, kita semua dipanggil untuk mendayung bersama-sama,
masing-masing dari kita membutuhkan penghiburan dari yang lain. Di kapal ini ...
kita semua. Sama seperti para murid itu, yang berseru dengan nada kecemasan
yang sama, mengatakan “Kita binasa” (ayat 38), jadi kita juga telah menyadari
bahwa kita tidak dapat terus memikirkan diri kita sendiri, tetapi hanya melalui
kebersamaan kita dapat melakukan ini.
Kita mudah untuk mengenali diri kita sendiri dalam kisah ini. Yang lebih sulit
untuk dipahami adalah sikap Yesus. Sementara para muridnya secara alami
waspada dan putus asa, Dia berdiri di buritan, di bagian kapal yang tenggelam
lebih dulu. Dan apa yang Dia lakukan? Meskipun terjadi badai, Dia tidur nyenyak,
percaya pada Bapa; ini merupakan satu-satunya waktu dalam Injil kita melihat
Yesus tertidur. Ketika Dia bangun, setelah menenangkan angin dan danau, Dia
berpaling kepada para murid dengan suara mencela: “Mengapa kamu begitu
takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (ayat 40).
Mari kita mencoba mengerti. Dalam apakah kekurangan iman para murid, berbeda
dengan kepercayaan Yesus? Mereka tidak berhenti percaya pada-Nya; bahkan,
mereka memanggil-Nya. Tetapi kita melihat bagaimana mereka memanggilnya:
“Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” (ayat 38). Apakah Engkau tidak
peduli: para murid berpikir bahwa Yesus tidak menaruh perhatian kepada mereka,
tidak peduli kepada mereka. Salah satu hal yang paling menyakitkan kita dan
keluarga kita saat mendengar ungkapan: “Apakah engkau tidak peduli padaku?”
Ini merupakan ungkapan yang melukai dan melepaskan badai di hati
kita. Ungkapan yang sama ini akan menggerakkanYesus juga. Karena Dia, lebih
dari siapa pun, peduli pada kita. Memang, begitu para murid memanggil-Nya, Dia
menyelamatkan murid-murid-Nya dari keputusasaan mereka.
Dalam badai ini, stereotip-stereotip utama yang dengannya kita menyamarkan ego
kita, yang akhirnya mengaburkan citra kita, telah menghilang, mengungkap sekali
lagi bahwa kebersamaan merupakan hal tidak dapat kita hilangkan: kepemilikan
kita sebagai saudara dan saudari.
“Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Sabda-Mu pada
malam ini menyentak dan menyapa kami semua. Di dunia ini, cinta-Mu melebihi
cinta kami, kami telah maju dengan sangat cepat, merasa kuat dan mampu
melakukan apa saja. Serakah demi keuntungan, kami membiarkan diri kami
terjebak dalam aneka hal, dan terpikat dengan tergesa-gesa. Kami tidak berhenti
mencela Engkau, kami tidak terguncang oleh perang atau ketidakadilan di seluruh
dunia, kami juga tidak mendengarkan seruan orang miskin dan planet yang kami
sakiti. Kami terus melanjutkan, berpikir kami akan tetap sehat di dunia yang
sakit. Sekarang kami berada di lautan badai, kami mohon kepada-Mu: “Bangun,
Tuhan!”
Tuhan bertanya kepada kita dan di tengah-tengah badai hidup kita, Dia
mengundang kita untuk membangunkan kembali dan mempraktikkan solidaritas
dan harapan yang mampu memberikan kekuatan, dukungan, dan makna pada
masa-masa ini ketika segala sesuatu tampak menggelepar. Tuhan bangun untuk
membangkitkan dan membangkitkan kembali iman Paskah kita. Kita memiliki
jangkar: melalui salib-Nya kita telah diselamatkan. Kita memiliki kemudi: melalui
salib-Nya kita telah ditebus. Kita memiliki harapan: melalui salib-Nya kita telah
disembuhkan dan dipeluk sehingga tidak seorang pun dapat memisahkan kita dari
kasih-Nya yang menebus. Di tengah keterasingan ketika kita menderita karena
kurangnya kelembutan dan kesempatan untuk bertemu, dan kita mengalami
kehilangan banyak hal, marilah kita sekali lagi mendengarkan sabda-Nya yang
menyelamatkan kita: Dia bangkit dan hidup bersama kita. Melalui salib-Nya,
Tuhan meminta kita untuk menemukan kembali kehidupan yang menanti kita,
untuk memandang mereka yang memandang kita, untuk menguatkan, mengenali
dan menumbuhkan rahmat yang hidup di dalam kita. Janganlah kita
memadamkan sumbu yang pudar nyalanya (lih. Yes 42:3) yang tidak pernah
goyah, dan mari kita beri harapan untuk dinyalakan kembali.
4. Relevansi
Luasnya wilayah yang terkena dampak dan jumlah korban yang semakin melonjak
itulah yang membuat Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan penyebaran
virus Corona baru sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat berskala
internasional (public health emergency of international concern atau PHEIC pada
tanggal 30 Januari 2020. Penetapan status PHEIC menunjukkan perlunya kerja
sama dan solidaritas yang lebih kuat baik global maupun nasional untuk mengatasi
Covid-19 ini.
Tenaga medis telah berjibaku menangani para pasien Covid-19 dengan peralatan
serba minim, sementara jumlah pasien terus melonjak naik. Mereka mengalami
kelelahan, bahkan 6 dokter dilaporkan meninggal dunia akibat terpapar virus ini,
satu diantaranya meninggal akibat kelelahan. Menyikapi situasi ini, pemerintah
seharusnya menjamin ketersediaan alat pelindung diri untuk para dokter, perawat,
dan petugas medis. Mereka peran kunci dan garda depan penyelamat para pasien
Covid-19. “Di mana ada bahaya, di sana tumbuh juga kekuasaan untuk
menyelamatkan”, kata penyair Jerman Friedrich Hlderlin.
Bapa Suci Paus Fransiskus dalam kapasitas spiritualnya juga telah mengajak dunia
untuk berdoa bersamanya. Paus memohon kepada Allah agar mengakhiri pandemi
Covid-19, menerima para arwah, menguatkan para dokter, perawat, tim medis dan
para peneliti.
Hingga selesai penulisan artikel ini, pada tanggal 5 Mei 2020, kasus positif Covid-
19 secara global mencapai angka 3.673.221, dengan angka kematian 253.391,
angka kesembuhan 1.211.216.[38] Di Indonesia sendiri kasus positif Covid-19
mencapai angka 12.071, dengan angka kematian 872, dan angka kesembuhan 872.
[39] Angka kasus Covid-19 ini akan masih terus bertambah.
Covid-19 ini bukanlah masalah sepele. Ini masalah hidup dan mati. Karena itu,
dihimbau agar masyarakat tidak menganggap remeh virus ini. Jangan semaunya
sendiri. Ini masalah kita bersama yang harus kita selesaikan juga dengan
kebersamaan. Ikuti aturan pemerintah. Anda berdiam di rumah, kita semua sehat.
TINGGAL DI RUMAH !!!. Yang ada di kota jangan pergi ke desa. Karena Anda
rawan terpapar virus selama dalam perjalanan. Jadi, yang ada di kota tetaplah
berada dan tinggal di kota. Jangan ke kampung! Sekali lagi, TINGGAL DI
RUMAH !!! Atau Anda nekat, kita semua terancam tidak selamat. Jalan terbaik
yang dapat kita lakukan sekarang adalah memutus penyebaran virus ini.
Daftar Pustaka
Sumber Buku: