Anda di halaman 1dari 8

Ringkasan Materi Kuliah

Teori Akuntansi
RPS 4 (Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi)
Dosen Pengampu : Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, M.Si., Ak, CA

Disusun Oleh :
Gusti Ayu Kade Risanti Darmawan (1807531160/19)
Putu Wahyu Eka Budi (1807531162/20)

Program Study S1 Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
STATEMENT OF FINANCIAL ACCOUNTING CONCEPT (SFAC) NO. 2

SFAC Nomor 2 “Qualitative Caracteristics of Accounting Information”, menjelaskan


tentang karakteristik informasi akuntansi agar bisa digunakan dalam pembuatan keputusan.
Para pembuat keputusan membutuhkan informasi untuk digunakan  dalam keputusan
investasi, kredit, dan keputusan yang serupa lainnya. SFAC ini diterbitkan oleh FASB pada
tahun 1980. Dalam Statement ini terdapat dua karakteristik utama yang membuat informasi
akuntansi bermanfaat dalam pembuatan keputusan, yaitu relevance dan reliability.
Menurut statement ini, informasi yang relevan harus tepat waktu dan harus memiliki
nilai prediktif atau nilai umpan balik atau keduanya. Sementara informasi yang reliabel harus
memiliki representational faithfulness dan harus dapat diverifikasi dan netral. Disisi
lain, statement ini juga memasukkan comparability yang mencakup consistency sebagai
kualitas skunder yang berhubungan dengan relevance dan reliability  untuk mendukung
kegunaan informasi.

A. Fundamental Quality
1. Fundamental Quality - Relevance
Menurut FASB dalam SFAC nomor 2:
“Relevant accounting information is capable of making a difference in a decision by helping
users to form predictions about the outcomes of past, present, and future events or to confirm
or  correct prior expectations. Information can make a difference to decisions by improving
decision makers' capacities to predict or by providing feedback on earlier expectations.”
(Informasi akuntansi yang relevan adalah mampu membuat perbedaan dalam sebuah
keputusan dengan membantu pengguna untuk membentuk prediksi tentang hasil dari
peristiwa masa lalu, sekarang, dan masa depan atau untuk mengkonfirmasi atau
membenarkan harapan sebelumnya. Informasi dapat membuat sebuah perbedaan terhadap
keputusan dengan meningkatkan kapasitas pembuat keputusan untuk memprediksi atau
dengan memberikan umpan balik terhadap harapan sebelumnya).
Dalam SFAC nomor 2, informasi yang relevan harus memiliki: feedback value, yakni
mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu; predictive value, yakni
dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan dating;
dan timeliness, yakni informasi harus disajikan kepada para pemakai sebelum informasi itu
kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan
Informasi disebut relevan, jika informasi keuangan tersebut mampu membuat perbedaan
dalam proses pengambilan keputusan. Financial information mampu membuat perbedaan jika
informasi tersebut memiliki predictive value, confirmatory value, atau keduanya.
a) Predictive value
Jika  informasi tersebut memiliki nilai sebagai input bagi proses prediktif, untuk
membentuk ekspektasi user terkait masa depan.
Contoh:
Jika investor potensial tertarik untuk membeli saham biasa dari PT Indonesia, maka mereka
akan menganalisis aset dan klaim atas aset tersebut, pembayaran dividen, dan kinerja
pendapatan tahun-tahun sebelumnya, untuk memprediksi nilai, waktu, dan tidak kepastian
dari arus kas PT Indonesia di masa mendatang.
b) Confirmatory value
Informasi relevan juga membantu para user untuk menkonfirmasi atau mengkoreksi
ekspektasinya.
Contoh:
Ketika PT Indonesia menerbitkan laporan keuangan akhir tahun, maka informasi keuangan
tersebut mengkonfirmasi atau merubah ekspektasi masa lalu (atau masa kini), yang
berdasarkan evaluasi sebelumnya.
Predictive value dan confirmatory value saling berkaitan. Contoh: informasi tentang
ukuran dan struktur aset dan liabilitas PT Indonesia membantu users untuk memperkirakan
kemampuannya untuk mengambil keuntungan atau untuk menghindari kerugian. Informasi
yang sama membantu untuk mengkonfirmasi atau mengkoreksi prediksi masa lalu terkait
kemampuan tersebut.
c) Materiality.
Informasi menjadi material, ketika tidak disajikan atau salah saji informasi tersebut akan
mempengaruhi keputusan user. Masing-masing individu perusahaan menentukan apakah
suatu informasi adalah material, dengan mempertimbangkan sifat dan ukuran dari item-item
tersebut. Singkatnya, informasi tersebut harus membuat perubahan, jika tidak maka
perusahaan tidak perlu mengungkapkannya. Suatu item menjadi material ketika
pengungkapan atau tidak disajikan item tersebut, akan mempengaruhi atau merubah
keputusan dari orang yang reasonable.
Contoh:
Pengeluaran peralatan Rp50 juta akan tidak material bagi perusahaan dengan aset Rp50
milyard (0,1%), sehingga diperlakukan sebagai beban (expense), tapi akan material bagi
perusahaan dengan aset Rp1 milyard (5%), sehingga diperlakukan sebagai aktiva tetap.
Perusahaan dan auditors umumnya menerapkan rule of thumb bahwa item yang bernilai < 5%
dari net income, dipertimbangkan immaterial. Namun, perusahaan tidak boleh menggunakan
alasan materiality dalam rangka mempertahankan positive earnings trend, mengkonversi
kerugian menjadi keuntungan, meningkatkan kompensasi manajemen, atau menyembunyikan
transasksi ilegal seperti suap. Dengan kata lain, perusahaan harus mempertimbangkan baik
faktor quantitative dan qualitative dalam penentuan apakah suatu item material atau tidak.

2. Fundamental Quality – Faithful Representation


Faithful representation berarti bahwa angka-angka dan deskripsi-nya sesuai dengan apa
yang sebenarnya ada atau terjadi. Contoh: ketika PT Indonesia melaporkan penjualan
$60,510 million, ketika penjualan sebenarnya $40,510 million, maka Laporan Keuangan PT
Indonesia tidak jujur dalam menyajikan nilai penjualan sebenarnya. Agar faithful
representation, informasi harus lengkap, neutral, dan bebas dari kesalahan material.
a) Completeness.
Completeness berarti bahwa seluruh informasi yang diperlukan untuk faithful
representation, disajikan. Contoh, ketika PT Indonesia gagal menyediakan informasi yang
dibutuhkan untuk menilai value allowance dari receivables, informasi tersebut tidak lengkap,
dan maka tidak faithful representation.
b) Neutrality.
Neutrality berarti bahwa perusahaan tidak memilih informasi tertentu yang hanya
menguntungkan pihak tertentu, tetapi tidak menguntungkan bagi yang lain. Contoh: dalam
notes to financial statements, perusahaan rokok seharusnya tidak menyembunyikan informasi
terkait beberapa tuntutan hukum yang dihadapi karena masalah kesehatan,—meskipun
pengungkapan tersebut dapat merusak perusahaan.
c) Free from Error.
Item informasi yang bebas dari error akan lebih akurat (faithful)
representation. Contoh, jika PT Indonesia salah saji kerugian atas pinjamannya, laporan
keuangannya akan misleading dan tidak faithful representation. Contoh, management harus
mengestimasi nilai uncollectible accounts untuk menentukan bad debt expense.
B. Enhancing Qualities
Membedakan antara more-useful information dari less-useful information. Enhancing
qualitative characteristics merupakan pelengkap dari fundamental qualitative characteristics.
Karakteristik ini membedakan antara more-useful information dari less-useful information.
Enhancing characteristics: comparability, verifiability, timeliness, and understandability.
1. Comparability.
Comparability merupakan karakteristik kualitatif yang memungkinkan pengguna
mengidentifikasi dan memahami persamaan dan perbedaan antara dua item ataupun dua
perangkat fenomena ekonomi, misalnya dua perangkat statemen keuangan yang
merepresentasi kegiatan dua badan usaha (Suwardjono, 2012). 
Contoh, agar dapat dibandingkan, informasi aset PT Indonesia dan PT Singapura, maka
informasi tersebut perlu diukur dan dilaporkan dengan perlakuan akuntansi yang simiar.
Tipe lainnya dari comparability adalah consistency, dimana perusahaan menerapkan
perlakuan akuntansi yang sama untuk kejadian yang similar, dari periode ke periode. Contoh,
ketika perusahaan menggunakan metode FIFO untuk menilai inventoriesnya, maka perlakuan
tersebut seharusnya diterapkan seterusnya dari periode ke periode, kecuali terjadi perubahan
yang justified.
2. Verifiability.
Verifiability terjadi pihak independen yang mengukur, dengan menggunakan metode
yang sama, akan mendapatkan hasil yang sama. Verifiability terjadi dalam situasi sbb:
a) Dua auditor independen yang berbeda menghitung persediaan PT Indonesia dan
mendapatkan hasil yang sama terkait perhitungan fisik persediaan. Verifikasi nilai dari suatu
aset dapat terjadi dengan menghitung persediaan (disebut sebagai direct verification).
b) Dua auditor independen yang berbeda menghitung nilai persediaan PT Indonesia pada
akhir tahun dengan menggunakan metode FIFO. Verifikasi dapat terjadi dengan menguji
input (kuantitas dan biaya) dan menghitung ulang output (nilai persediaan akhir) dengan
menggunakan konvesi atau metodologi akuntansi yang sama (disebut sebagai indirect
verification).
3. Timeliness.
Timeliness berarti menyediakan informasi kepada decision-makers sebelum informasi
tersebut kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan. Contoh, jika PT Indonesia
menunggu untuk melaporkan hasil interim-nya setelah 9 bulan dari akhir periode, informasi
tesebut akan kurang bernilai bagi tujuan decision making.
4. Understandability.
Decision-makers sangat bervariasi terkait tipe keputusan yang mereka buat, bagaimana
mereka membuat keputusan, informasi yang telah mereka miliki atau informasi yang dapat
mereka peroleh dari sumber lainnya, dan kemampuan mereka untuk memproses informasi
tersebut. Agar informasi menjadi berguna, perlu ada hubungan (linkage) antar user dan
keputusan yang mereka buat.  Hubungan ini, understandability, merupakan kualitas dari
informasi yang membuat informed user melihat signifikansi informasi tersebut.
Understandability meningkat ketika informasi diklasifikasikan, dikarakteristikan, disajikan
secara jelas dan padat.
Contoh, asumsikan PT Indonesia menerbitkan laporan triwulan yang menunjukan
pendapatan interim telah turun secara signifikan. Laporan interim ini memberikan informasi
yang relevant dan faithfully represented untuk tujuan decision-making. Bagi yang paham
informasi keuangan, mereka akan menjual saham PT Indonesia, namun bagi yang tidak
paham, mereka akan mengabaikan informasi tersebut. Maka, meskipun PT Indonesia telah
menyajikan informasi relevant dan faithful representation, informasi tersebut kurang berguna
bagi mereka yang tidak paham informasi keuangan.
 
DAFTAR PUSTAKA

D. E. Kieso, J. J. Weygandt, T. D. Warfield, Intermediate Accounting, 14th, 2012 John Wiley


& Sons, Inc. 
http://www.auditcorner.com/2014/12/ifrs-financial-report-framework.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai