Teori Akuntansi
RPS 4 (Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi)
Dosen Pengampu : Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, M.Si., Ak, CA
Disusun Oleh :
Gusti Ayu Kade Risanti Darmawan (1807531160/19)
Putu Wahyu Eka Budi (1807531162/20)
A. Fundamental Quality
1. Fundamental Quality - Relevance
Menurut FASB dalam SFAC nomor 2:
“Relevant accounting information is capable of making a difference in a decision by helping
users to form predictions about the outcomes of past, present, and future events or to confirm
or correct prior expectations. Information can make a difference to decisions by improving
decision makers' capacities to predict or by providing feedback on earlier expectations.”
(Informasi akuntansi yang relevan adalah mampu membuat perbedaan dalam sebuah
keputusan dengan membantu pengguna untuk membentuk prediksi tentang hasil dari
peristiwa masa lalu, sekarang, dan masa depan atau untuk mengkonfirmasi atau
membenarkan harapan sebelumnya. Informasi dapat membuat sebuah perbedaan terhadap
keputusan dengan meningkatkan kapasitas pembuat keputusan untuk memprediksi atau
dengan memberikan umpan balik terhadap harapan sebelumnya).
Dalam SFAC nomor 2, informasi yang relevan harus memiliki: feedback value, yakni
mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu; predictive value, yakni
dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan dating;
dan timeliness, yakni informasi harus disajikan kepada para pemakai sebelum informasi itu
kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan
Informasi disebut relevan, jika informasi keuangan tersebut mampu membuat perbedaan
dalam proses pengambilan keputusan. Financial information mampu membuat perbedaan jika
informasi tersebut memiliki predictive value, confirmatory value, atau keduanya.
a) Predictive value
Jika informasi tersebut memiliki nilai sebagai input bagi proses prediktif, untuk
membentuk ekspektasi user terkait masa depan.
Contoh:
Jika investor potensial tertarik untuk membeli saham biasa dari PT Indonesia, maka mereka
akan menganalisis aset dan klaim atas aset tersebut, pembayaran dividen, dan kinerja
pendapatan tahun-tahun sebelumnya, untuk memprediksi nilai, waktu, dan tidak kepastian
dari arus kas PT Indonesia di masa mendatang.
b) Confirmatory value
Informasi relevan juga membantu para user untuk menkonfirmasi atau mengkoreksi
ekspektasinya.
Contoh:
Ketika PT Indonesia menerbitkan laporan keuangan akhir tahun, maka informasi keuangan
tersebut mengkonfirmasi atau merubah ekspektasi masa lalu (atau masa kini), yang
berdasarkan evaluasi sebelumnya.
Predictive value dan confirmatory value saling berkaitan. Contoh: informasi tentang
ukuran dan struktur aset dan liabilitas PT Indonesia membantu users untuk memperkirakan
kemampuannya untuk mengambil keuntungan atau untuk menghindari kerugian. Informasi
yang sama membantu untuk mengkonfirmasi atau mengkoreksi prediksi masa lalu terkait
kemampuan tersebut.
c) Materiality.
Informasi menjadi material, ketika tidak disajikan atau salah saji informasi tersebut akan
mempengaruhi keputusan user. Masing-masing individu perusahaan menentukan apakah
suatu informasi adalah material, dengan mempertimbangkan sifat dan ukuran dari item-item
tersebut. Singkatnya, informasi tersebut harus membuat perubahan, jika tidak maka
perusahaan tidak perlu mengungkapkannya. Suatu item menjadi material ketika
pengungkapan atau tidak disajikan item tersebut, akan mempengaruhi atau merubah
keputusan dari orang yang reasonable.
Contoh:
Pengeluaran peralatan Rp50 juta akan tidak material bagi perusahaan dengan aset Rp50
milyard (0,1%), sehingga diperlakukan sebagai beban (expense), tapi akan material bagi
perusahaan dengan aset Rp1 milyard (5%), sehingga diperlakukan sebagai aktiva tetap.
Perusahaan dan auditors umumnya menerapkan rule of thumb bahwa item yang bernilai < 5%
dari net income, dipertimbangkan immaterial. Namun, perusahaan tidak boleh menggunakan
alasan materiality dalam rangka mempertahankan positive earnings trend, mengkonversi
kerugian menjadi keuntungan, meningkatkan kompensasi manajemen, atau menyembunyikan
transasksi ilegal seperti suap. Dengan kata lain, perusahaan harus mempertimbangkan baik
faktor quantitative dan qualitative dalam penentuan apakah suatu item material atau tidak.