Anda di halaman 1dari 13

ZAMAN YUNANI

Orang Yunani tidak menciptakan alfabet, meskipun kata "alfabet" sendiri diambil dari dua
huruf pertama pada aksara Yunani - "alpha" dan "beta".

Alfabet kemungkinan diciptakan antara abad ke-17 dan ke-15 SM, oleh bangsa Fenisia. Secara
lingustik, bahasa Fenisia termasuk dalam bahasa Semit, yang digunakan oleh orang-orang yang
tinggal di Fenika (Lebanon modern). Pendapat ini bertentangan dengan usulan bahwa bahasa
Yunani berkerabat dengan bahasa India-Eropa.

Yang diciptakan oleh orang Yunani adalah kumpulan karakter huruf khas mereka, selain itu
orang Yunani juga menambahkan huruf vokal pada alfabet, yang sebelumnya hanya berisi
konsonan. Seperti kita ketahui, bahasa Fenisia dan bahasa Semit tak memiliki huruf vokal.
Alfabet Yunani diciptakan antara abad ke-8 dan 7 SM, setelah invasi bangsa Doria, dan
kedatangan bangsa Hellen (contohnya orang-orang Yunani, seperti misalnya bangsa Doria,
Aiolia, dan Ionia).

Menurut sejarawan abad pertama SM, Diodorus Sikolos, adalah Kadmos yang
memperkenalkan alfabet Fenisia pada orang Yunani, dan kemudian menciptakan versi Yunani
dari situ. Ini berarti bahwa Alfabet Yunani buatan Kadmos jauh lebih tua dari usia yang
sebenarnya. Karena jika Kadmos memang benar-benar nyata dan pernah hidup, maka dia hidup
pada Zaman Perunggu, sekitar setidaknya enam generasi sebelum perang Argos-Thebes.

Alfabet Yunani banyak mempengaruhi berbagai sistem penulisan lainnya di Eropa. Alfabet
Latin atau Romawi secara langsung mengadaptasi alfabet Yunani, selain juga mengambil
beberapa unsur dari alfabet Etruria, namun alfabet Etruria juga sebenarnya ikut dipengaruhi
oleh alfabet Yunani.

Ada suatu masa di Republik Romawi ketika bahasa Yunani digunakan oleh orang-orang elit
dan cendekaiwan Romawi melebihi bahasa mereka sendiri, bahasa Latin. Alfabet Latin pada
gilirannya berhasil tersebar luas dan bahkan lebih berpengaruh daripada alfabet Yunani.
Beberapa bahasa yang dipengaruhi alfabet Latin adalah bahasa Jerman dan bahasa Inggris.

Meskipun alfabet Yunani relatif tak berubah sejak pertama kali diciptakan, namun selama
berabad-abad bahasa Yunani sendiri telah mengalami banyak perubahan secara regional dan
rasial sehingga tercipta berbagai dialek Yunani yang berbeda-beda.
Alfabet Huruf besar Huruf kecil Transliterasi
Alpha Α α a
Beta Β β b
Gamma Γ γ g
Delta Δ δ d
Epsilon Ε ε e
Zēta Ζ ζ z
Ēta Η η ē
Thēta Θ θ th
Thēta (simbol) - ϑ -
Iota I ι i
Kapa K κ k
Lambda Λ λ l
Mu M μ m
Nu N ν n
Xi Ξ ξ x
Omikron O ο o
Pi Π π p
Rho P ρ r
Sigma Σ σ s
Sigma (di akhir) - ς -
Tau T τ t
Upsilon Y υ u, i
Upsilon (simbol) - ϒ -
Phi Φ φ ph
Chi X χ kh, ch
Psi Ψ ψ ps
Ōmega Ω ω ō
ZAMAN ROMAWI

Pada awalnya perkembangan komunikasi yang terjadi di zaman Romawi (sebagai


perkembangan dari Yunani kuno sekitar tahun 500 SM-5 M) mengalami kendala, karena pada
masa itu Romawi mengalami masa kegelapan (dark ages). Padahal, masa kegelapan yang
terjadi di Eropa ini merupakan sisi lain dari masa keemasan peradaban Islam, dimana pada
masa ini perkembangan ilmu pengetahuan (termasuk aktifitas komunikasi) cukup signifikan.
Selain itu, perkembangan komunikasi juga sangat maju pesat di Cina yang telah dimulai pada
tahun 550 SM. Memang, aktifitas komunikasi dalam bentuk retorika yang berlangsung di Cina
dan Islam ini lebih menekankan pada penyebaran ajaran dan keyakinan. Berbeda di Yunani
dan Romawi yang lebih bersifat politis.

Peradaban Romawi seringkali dikelompokan sebagai "klasik antik" bersama dengan Yunani
kuno, sebuah peradaban yang menginspirasikan banyak budaya Romawi Kuno, salah satu
contohnya orang-orang yunani mengembangkan telegraf optik dengan menggunakan api obor
diatas benteng. Huruf- huruf dikirim dengan mengkombinasikan beberapa api obor tersebut.
Orang- orang kartago dan romawi kuno juga menggunakan cara-cara yang sama. Julius Caesar
dengan Bellum Gallicum-Nya mengisahkan tentang pembunuhan gelap terhadap orang-orang
Romawi diSenacum Orlean. Berita itu disampaikan melalui tembakan-tembakan.

orang romawi kuno menggunakan penomoran tersendiri yang sangat berbeda dengan sistem
penomeran pada jaman seperti sekarang. Angka romawi hanya terdiri dari 7 nomor dengan
simbol huruf tertentu di mana setiap huruf melangbangkan / memiliki arti angka tertentu, yaitu
:
I / i untuk angka satu / 1
V / v untuk angka lima / 5
X / x untuk angka sepuluh / 10
L / l untuk angka lima puluh / 50
C / c untuk angka seratus / 100
D / d untuk angka lima ratus / 500
M / m untuk angka seribu / 1000
Beberapa kekurangan atau kelemahan sistem angka romawi, yakni :
1. Tidak ada angka nol / 0
2. Terlalu panjang untuk menyebut bilangan tertentu
3. Terbatas untuk bilangan-bilangan kecil saja

Untuk menutupi kekurangan angka romawi pada keterbatasan angka kecil, maka dibuat pengali
seribu dengan simbol garis strip di atas simbol hurup (kecuali I).

V / v dengan garis di atas untuk angka lima ribu / 5000


X / x dengan garis di atas untuk angka sepuluh ribu / 10000
L / l dengan garis di atas untuk angka lima puluh ribu / 50000
C / c dengan garis di atas untuk angka seratus ribu / 100000
D / d dengan garis di atas untuk angka lima ratus ribu / 500000
M / m dengan garis di atas untuk angka satu juta / 1000000

Metode / Teknik Penomoran Angka Romawi :


1. Simbol ditulis dari yang paling besar ke yang paling kecil
2. Semua simbol besar ke kecil dijumlah kecuali kecil ke besar berarti ada pengurangan.

Contoh penulisan angka romawi kuno :


1. 16 = XVI
2. 35 = XXXV
3. 45 = XLV
4. 79 = LXXIX
5. 99 = IC
6. 110 = CX
7. 999 = CMXCIX
8. 1666 = MDCLXVI
9. 2008 = MMVIII

bangsa Romawi Kuno mengadopsi sebuah varian dari alfabet Yunani di Cumae, sebuah koloni
bangsa Yunani di Italia Selatan, pada abad ke-7 SM. (Gaius Julius Hyginus dalam Fab. 277
menyebutkan legenda bahwa Carmenta, seorang sibila Kimmeri, menyerap lima belas huruf
Yunani menjadi alfabet Latin, yang diperkenalkan lewat Latium oleh putranya, Evander,
sekitar 60 tahun sebelum perang Troya, namun tidak ada jejak sejarah mengenai kisah ini.)
Alfabet Yunani Kuno sendiri pada mulanya berasal dari abjad Fenisia. Dari alfabet Yunani di
Cumae, terciptalah alfabet Etruska dan selanjutnya bangsa Romawi mengadopsi 21 huruf dari
26 huruf dalam alfabet Etruska, sebagai berikut:

Setelah penaklukkan Yunani oleh Romawi pada abad pertama SM, alfabet Latin memungut
(atau mengadopsi kembali) huruf Yunani ⟨Y⟩ dan ⟨Z⟩ untuk menuliskan kata serapan dari
bahasa Yunani, sehingga ditempatkan di akhir susunan alfabet. Sebuah usaha oleh Kaisar
Claudius yang memperkenalkan tiga huruf tambahan tidak berhasil. Maka dari itu pada masa
klasiknya, alfabet Latin hanya mengandung 23 huruf:

Beberapa nama huruf tersebut dalam bahasa Latin masih diragukan. Bagaimanapun, umumnya
bangsa Romawi tidak menggunakan nama-nama tradisional seperti dalam alfabet Yunani
(yang pada dasarnya diturunkan dari rumpun abjad Semitik: Fenisia, Ibrani, Suryani, Arab).
Untuk huruf-huruf yang melambangkan konsonan plosif (B, C, G, dsb.), bangsa Romawi
menambahkan bunyi vokal /eː/ dalam penamaannya (kecuali ⟨K⟩ dan ⟨Q⟩, yang memerlukan
vokal berbeda agar dapat dibedakan dengan ⟨C⟩) dan nama-nama untuk huruf yang
melambangkan konsonan malaran dapat memakai bunyi lugas atau konsonan yang diawali
dengan bunyi /e/. Huruf ⟨Y⟩ saat diperkenalkan mungkin disebut “hy” /hyː/ seperti dalam
bahasa Yunani, sementara nama upsilon masih belum digunakan, namun kemudian diubah
menjadi “i Graeca” (huruf I Yunani) karena penutur bahasa Latin kesulitan membedakan bunyi
vokal /y/ dengan /i/. ⟨Z⟩ diberi nama sesuai namanya dalam bahasa Yunani, zeta.

Huruf kursif Romawi Kuno, juga disebut huruf kursif kapital, adalah bentuk tulisan tangan
sehari-hari, yang digunakan untuk keperluan bisnis bagi para pedagang, untuk pembelajaran
alfabet Latin bagi para anak-anak, dan untuk menuliskan titah oleh Kaisar Romawi. Gaya
penulisan yang lebih resmi berdasarkan pada Capitalis Monumentalis, sementara huruf kursif
digunakan untuk penulisan yang lebih cepat dan informal. Huruf ini lazim digunakan sejak
sekitar abad pertama SM hingga ke-3 M, namun mungkin kemunculannya lebih awal daripada
masa tersebut. Huruf ini merupakan dasar bagi huruf Unsial, suatu jenis huruf kapital yang
digunakan pada abad ke-3 hingga ke-8 M oleh para juru tulis Latin dan Yunani.

Huruf kursif Romawi Baru, juga dikenali sebagai huruf kursif kecil, digunakan sejak abad ke-
3 hingga ke-7 M, dan menggunakan bentuk huruf yang lebih mudah dikenali di masa kini; ⟨a⟩,
⟨b⟩, ⟨d⟩, dan ⟨e⟩ mengambil bentuk yang lebih familier, dan huruf lainnya proporsional antara
satu sama lain. Huruf ini berkembang hingga Abad Pertengahan sebagai aksara Merovingian
dan Carolingian.
Merpati pos digunakan sejak zaman romawi kuno untuk mengirimkan pesan jarak jauh. Burung
merpati dipilih karena bisa dilatih, pintar, memiliki daya ingat yang kuat dan kemampuan
navigasi yang jauh. Naluri alamiahnya yang bisa mengenali wilayah dan kembali ke sarang
membuatnya jarang tersesat. Orang-orang Romawi Kuno melatih burung merpati untuk
mengirim pesan pada pasukan militer. Untuk mengirim pesan sebelumnya burung merpati
harus diatih dahulu agar dapat melakukan tugasnya. Kemampuan merpati ini mengispirasi D.
Waitzman pada tahun 1990 mengeluarkan dokumen RFC1149 – A Standard for the
Transmission of IP Datagrams on Avian Carriers. Dokumen ini menerangkan sebuah
eksperimen dengan membungkus Data kemudian mengirimkanya ke lokasi tertentu dengan
bantuan burung. Dalam konsep ini, Data berupa informasi dengan format hexadecimal yang
dicetak pada kertas kemudian digulung dan dibungkus dalam sebuah pipa, kemudian diikatkan
pada kaki burung untuk dikirim ke daerah tujuan. Setelah sampai pada penerima, kertas dibuka
dari pipa dan informasi didalamnya diterjemahkan.

Perkembangan komunikasi di zaman romawi kuno tidak berkembang secara pesat, terbukti dari
Perkembangan komunikasi sebagai ilmu yang dikaitkan dengan aktifitas retorika yang terjadi
di zaman Yunani kuno, sehingga menimbulkan pemahaman bagi pemikir-pemikir barat.
ZAMAN BIZANTIUM
Yunani abad pertengahan, juga dikenal sebagai Yunani Bizantium, adalah panggung
dari bahasa Yunani antara akhir Zaman kuno klasik di abad ke-5 hingga ke-6 dan di akhir
abad Abad Pertengahan, bertanggal secara konvensional Penaklukan Ottoman atas
Konstantinopel pada tahun 1453.
Sejak abad ke-7 dan seterusnya, bahasa Yunani adalah satu-satunya bahasa administrasi dan
pemerintahan di Kekaisaran Bizantium. Tahap bahasa ini dengan demikian digambarkan
sebagai bahasa Yunani Bizantium. Studi tentang bahasa dan sastra Yunani Abad Pertengahan
adalah cabang dari Studi Bizantium, studi tentang sejarah dan budaya Kekaisaran Bizantium.
Awal bahasa Yunani Abad Pertengahan kadang-kadang berasal dari awal abad ke-4, entah ke
330 M, ketika pusat politik Rum dipindahkan ke Konstantinopel, atau sampai 395 M,
pembagian kekaisaran. Namun, pendekatan ini agak sewenang-wenang karena lebih
merupakan asumsi perkembangan politik, bukan budaya dan bahasa. Memang, pada saat ini
bahasa lisan, khususnya pelafalan, sudah bergeser ke bentuk modern.[2]
Penaklukan Alexander yang Agung, dan selanjutnya Periode Helenistik, telah menyebabkan
bahasa Yunani menyebar ke seluruh orang Anatoliadan Mediterania Timur, mengubah
pengucapan dan struktur bahasa lisan.
Bahasa Yunani Abad Pertengahan adalah penghubung antara bahasa daerah ini, yang dikenal
sebagai Yunani Koine, dan Yunani Modern. Padahal sastra Yunani Bizantium masih sangat
dipengaruhi oleh Loteng Yunani, itu juga dipengaruhi oleh bahasa Yunani Koine yang
merupakan bahasa daerah Perjanjian Baru dan bahasa liturgi Gereja Ortodoks Yunani.

• Huruf ‘A’

Balikkan huruf "A" dan kamu akan memiliki pemahaman yang baik tentang bentuk dan makna
aslinya saat diperkenalkan sekitar 1800 SM. Saat dibalik huruf 'A' ini akan menyerupai kepala
binatang dengan tanduk atau tanduk, arti asli dari huruf dalam bahasa Semit kuno adalah
“lembu.”
• Huruf ‘B’

Balikkan "B" di perutnya dan kamu melihat sebuah rumah, lengkap dengan pintu, kamar, dan
atap. Sekarang kamu memiliki beberapa gagasan mengapa 4.000 tahun yang lalu di Mesir, "B"
(yang terdengar seperti "h") adalah hieroglif yang berarti "tempat berlindung."

• Huruf ‘C’

Bentuk "C" pertama kali muncul dalam bahasa Fenisia dan melambangkan tongkat pemburu
atau bumerang. Orang Yunani menamakannya sebagai "gamma" dan saat mereka beralih
membaca dari kanan ke kiri ke kiri ke kanan pada 500 SM, mereka membalik bentuknya.

Saat huruf itu menyebar ke Italia, bentuknya lebih seperti bulan sabit, dan huruf C seperti yang
kita kenal sekarang ada.

• Huruf ‘D’

Sekitar 800 SM, Fenisia mulai menggunakan "dalet", atau segitiga kasar menghadap ke kiri,
yang diterjemahkan ke pintu. Orang Yunani mengadopsinya dan menamainya "delta."

Bangsa Romawi lalu menambahkan serif dan memvariasikan ketebalan garis, melunakkan satu
sisi menjadi setengah lingkaran.

• Huruf ‘E’

"E" dari 3.800 tahun silam, diucapkan "h" dalam bahasa Semit, menyerupai tongkat dengan 2
tangan dan kaki yang dimaksudkan untuk menandakan bentuk manusia.

Orang-orang Yunani membaliknya pada 700 SM dan mengubah suaranya menjadi "ee."

• Huruf ‘F’

Huruf "F" pada zaman Fenisia menyerupai huruf "Y" dan terdengar seperti "waw". Orang
Yunani kuno lantas mengubahnya menjadi "digamma" dan membalik "Y" agar terlihat seperti
versi mabuk dari "F" kita.

Bangsa Romawi mengatur penulisan huruf itu berabad-abad kemudian. Menggambar garis
silang di bagian sudut siku-siku geometris yang tegas, juga memberinya suara "fff".

• Huruf ‘G’
"G" berasal dari huruf Yunani "zeta," sebuah huruf yang terlihat seperti "I" kita tetapi
diucapkan sebagai "zzz."

Sekitar 250 SM, orang Romawi mengubah bentuk huruf aneh ini agar lebih terlihat seperti "E"
tanpa lengan horizontal tengah dan kemudian menerapkan suara "g" karena mereka tidak
membutuhkan suara "z" dalam bahasa Latin.

Seiring berjalannya waktu, menjadi seperti bulan sabit melengkung.

• Huruf ‘H’

Berdasarkan hieroglif pagar Mesir, itu adalah salah 1 huruf paling kontroversial dalam bahasa
Inggris. Melansir melalui nypost, suara napas yang terkait dengan surat itu membuat para
akademisi berpendapat bahwa huruf itu tidak perlu, dan banyak sarjana Latin dan Inggris mulai
menjatuhkan "H" pada tahun 500 M.

Terlepas dari kontroversi, "H" mengamankan tempat di alfabet kita.

• Huruf ‘I’

Sekitar 1000 SM silam, huruf "I" adalah "yod," yang berarti lengan dan tangan. Orang Yunani
mengadopsi huruf tersebut sebagai "iota" mengubahnya menjadi coretan vertikal.

Pada 700 SM, "I" menjadi garis lurus yang kita gunakan saat ini.

• Huruf ‘J’

"I" adalah huruf yang populer dan sering kali menggantikan bunyi "j".

"J" hanya diperkenalkan dalam ejaan standar pada abad ke-15 oleh Spanyol dan hanya muncul
secara konsisten di media cetak sekitar tahun 1640.

• Huruf ‘K’

Apa yang tampak seperti tangan terulur dengan 1 jari dan ibu jari terlihat muncul di hieroglif
Mesir sekitar 2000 SM. Orang Semit kuno menyebutnya sebagai "kaph" yang berarti "telapak
tangan", dan terdengar seperti "K" kita.

Sekitar 800 SM, orang Yunani membalikkannya dan menganggapnya sebagai "kappa" mereka
sendiri.
• Huruf ‘L’

Sebuah huruf berbentuk kait, disebut sebagai "El," yang berarti "Tuhan" muncul dalam prasasti
Semit kuno sekitar 1800 SM.

Orang Fenisia meluruskan kail, membalikkan posisinya, dan menyebutnya “lamed” (“lah-
med”), yang berarti tusukan ternak. Sekali lagi orang Yunani membalik surat tersebut dan
menamainya "lamda."

Sementara, orang Romawi meluruskan kaki di bagian bawah ke sudut kanan.

• Huruf ‘M’

4000 tahun yang lalu, orang Mesir menggambar garis bergelombang vertikal dengan 5 puncak
untuk menunjukkan "air." Namun kemudian, bangsa Semit mengurangi jumlah gelombang
menjadi 3 pada 1800 SM.

Fenisia melanjutkan tren itu dengan menghapus 1 gelombang lagi. Hingga pada 800 SM,
puncaknya menjadi zig-zag dan strukturnya dibuat horizontal, "M" dalam suara dan
penampilan.

• Huruf ‘N’

Sekitar waktu yang sama dengan "M," "N" muncul di Mesir dengan riak kecil di atas dan yang
lebih besar di bawah. Kata yang diterjemahkan menjadi ”ular” atau ”kobra”.

Semit kuno memberinya suara "n", yang berarti ikan. Kemudian sekitar 1000 SM, tanda itu
hanya berisi 1 gelombang dan diberi nama “nu” oleh orang Yunani.

• Huruf ‘O’

"O" memulai hidupnya pada hieroglif Mesir (sekitar waktu sebagai "M" dan "N") sebagai
"mata." Semit kala itu menyebutnya "ayin."

Tetapi dengan suara serak yang terdengar seperti "ch" (pikirkan nama Ibrani Chaim).
Sementara, orang Fenisia mengecilkan mata menjadi hanya bentuk pupil, "O" kami.

• Huruf ‘P’
Bentuk "V" terbalik muncul dalam bahasa Semit awal 3.800 tahun silam, terdengar seperti "pe"
dan berarti "mulut." Orang Fenisia menyesuaikannya dengan bentuk kait diagonal di bagian
atas.

Bangsa Romawi menutup lingkaran, dan membaliknya ke kanan, pada 200 SM sehingga
menjadi "P"

• Huruf ‘Q’

Sekitar 1000 SM, "Q," yang terdengar seperti "qoph," bisa berarti "monyet" atau "bola wol."

Menurut Rosen, akademisi masih terbelah. "Q" kemudian menjadi lingkaran dengan garis
vertikal melaluinya.

Sebuah "Q" muncul dalam prasasti Romawi pada 520 SM, saat itulah aturan "u setelah q"
ditemukan.

• Huruf ‘R’

"R" pertama kali muncul dalam bahasa Semit kuno dalam bentuk profil manusia. Diucapkan
"resh" itu diterjemahkan ke (tidak mengherankan) "kepala."

Orang Romawi membaliknya ke kanan dan menambahkan ekor, "mungkin untuk


membedakannya dari 'P'.

• Huruf ‘S’

Awal "S" muncul 3.600 tahun silam sebagai bentuk "W" horizontal melengkung, dimaksudkan
untuk menunjukkan busur pemanah.

Fenisia menambahkan angularitas yang lebih mirip "W". Pada tahap ini dikenal sebagai "shin"
yang berarti "gigi." Lalu orang Yunani awal memutarnya ke vertikal dan menyebutnya "sigma"
dengan suara "s", dan orang Romawi membaliknya.

• Huruf ‘T’

"T" dalam bentuk huruf kecil yang modern, ditemukan di seluruh prasasti Semit kuno. Pada
1000 SM, orang Fenisia menyebutnya sebagai "taw", yang berarti "tanda", dengan suara "tee"
kita saat ini.
Orang Yunani menamakannya sebagai "tau" dan menambahkan goresan silang di bagian atas
untuk membedakannya dari "X."

• Huruf ‘U’

Ada banyak kebingungan di antara huruf "U," "V" dan "W." Menurut Rosen, orang Fenisia
mulai menggunakan huruf yang mirip dengan huruf “Y” kita sekitar tahun 1000 SM.

Mereka menyebutnya "waw" yang berarti "pasak." Orang Yunani lalu mengadopsi ini pada 700
SM dan menyebutnya "upsilon."

• Huruf ‘V’

Bangsa Romawi tidak membedakan antara suara "V" dan "U", jadi Venus sebenarnya
diucapkan "Weenus." Bahkan Shakespeare menggunakan "U" sebagai ganti "V" dalam drama
dan puisinya.

Huruf kapital “V” di awal kata mulai muncul pada tahun 1400-an.

• Huruf ‘W’

Selama Abad Pertengahan, juru tulis Charlemagne menempatkan dua "U" berdampingan
dengan spasi di antara (seperti dalam "U ganda"), sebuah huruf baru yang terdengar seperti
"V."

Baru sekitar tahun 1700 W sebagai huruf unik (bukan dua "U" atau dua "V" yang ditempatkan
berdampingan) muncul di mesin cetak di seluruh Eropa. Dalam bahasa Prancis, huruf ini masih
disebut "V ganda."

• Huruf ‘X’

Orang Yunani kuno memiliki huruf "ksi" yang terdengar seperti "X" kita. Huruf kecil "x"
datang melalui manuskrip tulisan tangan awal abad pertengahan dan printer Italia akhir abad
ke-15.

• Huruf ‘Y’
Huruf "Y" asli dimasukkan ke dalam alfabet sebagai "upsilon" atau "U" kita. Sekitar 100 AD
Romawi menambahkan "Y" ke alfabet mereka, biasanya untuk menunjukkan sesuatu yang
berasal dari Yunani.

• Huruf ‘Z’

"Z" mungkin huruf terakhir dari alfabet, namun itu adalah penatua. 3000 tahun silam orang
Fenisia menggunakan huruf yang disebut "zayin," yang berarti "kapak."

Terlihat seperti huruf besar "I" dengan serif atas dan bawah. Orang Yunani lalu mengadopsinya
sebagai "zeta" sekitar 800 SM, ketika itu berkembang menjadi bentuk "Z" modern kita (dan
juga mengarah pada penciptaan "G" kita) dengan suara "dz."

Huruf itu tidak digunakan selama beberapa abad, sampai orang Prancis Norman tiba dengan
kata-kata yang menggunakan suara "Z".

Anda mungkin juga menyukai