Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH EROPA

BAHASA DAN KESUSASTRAAN ABAD PERTENGAHAN

Dosen Pengampu : Yusana Sasanti Dadtun, S.S., M.Hum.

Oleh : SHOLEH DWI ATMOKO USTMAN AMRULLOH AL HANIIF C0511028 C0511032

JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

BAHASA DAN KESUSASTRAAN ABAD PERTENGAHAN Abad pertengahan membawa pengaruh yang sangat menentukan bagi bahasa bahasa dan kesusasteraan Eropa. Bahasa Yunani tetap dipakai di Byzantium. Bahasa Latin tetap hidup di Eropa Barat sebagai media ekspresi kesarjanaan. Namun, bahasa-bahasa orang-orang Kelt, Jerman, Slav, dan suku-suku lain, juga dipakai sebagai bahasa tulisan. Dan bahasa-bahasa tersebut juga mampu berfungsi sebagai media ekspresi setiap pikiran dan aspirasi. Jadi praktis semua literer Eropa modern terbentuk selama Abad Pertengahan. Bahasa adalah unsur dasar sekaligus permanen kebudayaan. Generasi silih berganti, adat kebiasaan diterima dan dibuang, tetapi bahasa hidup lebih lama daripada segalanya. Belajar berbahasa merupakan hal yang paling penting dalam pendidikan, karena hanya dengan bahasalah manusia dapat mengungkapkan segala pikiran dan perasaannya. Lebih dari itu, bahasalah yang menghubungkan diri kita dengan kebudayaan masa lampau. Bahasa Latin Klasik dan Pop Bahasa Latin Klasik adalah bahasa Latin kelas tinggi yang hanya dipakai oleh kelompok elit dalam Imperium Romawi. Rakyat biasa jarang menggunakan corak bahasa ini. Mereka lebih menggunakan bahasa Latin pop (Vulgar Latin) sebagai media komunikasi sehari-hari. Begitu pula propinsi-propinsi taklukanyang secara bertahap meninggalkan bahasa induk kuno mereka dan kemudian mengadopsi bahasa Latin pop tersebut. Corak bahasa Latin yang dipakai rakyat biasa ini sangat berbeda dengan corak bahsa Latin para pemikir dan penulis besar. Corak bahasa ini tidak sepenuhnya mengikuti kaidah-kaidah tatabahsa bahasa Latin klasik. Dalam perkembangan selajutnya, yakni ketika Romawi bagian barat mengalami kemuduran dan kelas-kelas penguasa Roma menghilang, bahasa Latin klasik tersebut semakin memudar. Tidak demikian halnya dengan bahasa Latin pop. Corak bahasa ini tetap bertahan dan bahkan berkembang selama Abad Pertengahan

Bahasa Latin Pop dan Bahasa-bahasa Romawi Bahasa Latin Pop dan Bahasa-bahasa Romawi, yang meliputi bahasa Spanyol, Portugis, Italia, Prancis dan Rumania. Berikut kata-kata bahasa Latin klasik dan pop dalam tabel menunjukan bagaimana bahasa Latin mengalami degenerasi : Latin Femina Homo Terra Liber Tempus Filius Sol Spanyol Feminil Fombre Tierra Libro Tiempo Bijo Sol Italia Femmina Uomo Terra Libro Tempo Figlio Sole Prancis Femme Homme Terre Livre Temps Fils Solei Timp Fiu Soare Rumania Femeine Inggris Feminine Homunculus Terrestrial Library Time Filial Solar

Dalam banyak kasus, kata-kata bahasa Latin pop sama sekali berbeda dari bahasa latin klasik. Dan bahasa-bahasa romawi pada umumnya bersumber dari corak Latin pop, sebagaimana tampak dalam ilustrasi tabel berikut : Latin Klasik Equus Domus Bellum Caballus Casa Guerra Cal Casa Guerre Cheval Chez Guerra Cavallo Casa Guerra Caballo Casa Guerrillia Chivalry Latin Pop Rumania Prancis Italia Spanyol Inggris

Bahasa-bahasa Germanik Bahasa-bahasa Germanik adalah kelompok bahasa yang kini tampak pada bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Denmark, Swedia, dan Norwegia. Bahasa-bahasa Germanik ini menjadi bahasa Literer selama paroh pertama Abad Pertengahan. Suku-suku bangsa Germanik yang berada di utara Danube dan Timur Rhein berkenalan dengan kebudayaan Romawi dan Yunani, yang disebarkan oleh para pedagang dan pelancong. Ketika orang

Goth yang juga merupakan salah satu suku Germanik, menetap di kawasan subur Rusia Selatan menjalin hubungan dekat dengan orang-orang Yunani, mereka mengambil alih seni menulis dari bahasa yang disebutkan kemudian itu. Kitab Injil mereka terjemahkan kedalam bahasa Gothik tidak lama setelah mereka masuk Kristen. Penerjemahan ini merupakan hal yang penting bagi mereka yang hendak mempelajari bahasa-bahasa Germanik. Sebab dari penerjemahan itulah dapat direkonstruksikan kira-kira seperti apa bahasa Gothik pada Abad III. Bahasa Gothik memiliki corak yang berbeda dari bahasa-bahasa Germanik yang lain. Bahasa-bahasa Kelt Pada Abad Pertengahan, bahasa-bahasa Kelt juga muncul sebagai bahasa Literer. Orang-orang Kelt yang berada di Gaul (atau Prancis), Spanyil, dan Italia telah meninggalkan bahasa asli mereka ketika mereka mulai mengadopsi peradaban Romawi. Ketika Kekaisaran Romawi mengalami kemunduran, orang-orang Kelt yang tinggal di Kepulauan Inggris dihancurkan atau disergap oleh para penyerbu yang berasal dari Anglo-Saxon. Hanya sedikit orang asli Kelt yang yeyap bertahan di Wales, Cornwall, Irlandia, dan Skotlandia. Bahasa Briton waktu itu dan hingga sekarang masih digunakan sejumlah kecil orang Kelt di Britanny, yang selama abad XV berupaya mengusir para penyerbu dari Anglo-Saxon itu. Dengan proses sejarah yang demikian ini, bahasa-bahasa Kelt mempunyai sedikit perbedaan antara didaerah yang satu dengan yang lain. Salah satu bahasa Kelt yang kini benar-benar telah punah adalah bahasa Cornish. Sedang bahasa Skotlandia hingga kini masih digunakan oleh sekelompok kecil orang Skotlandia sendiri. Kesusasteraan Latin Abad Pertengahan Sepanjang Abad Pertengahan, bahasa Latin tetap dipakai sebagai bahasa gereja dan bahasa kaum terpelajar. Puisi, khotbah, surat-surat resmi, kronik, ensiklopedi, karya-karya ilmiah, risalah-risalah filosofi dan kisah hidup orang-orang suci semuanya disampaikan atau ditulis dalam bahasa Latin. Kesemuanya ini meliputi karya-karya Gregorius dari Tours (+594), Gregorius Agung (+604), Isidore dari Seville (+636), Bede (+735), Alcuin (+804) dan lain-lainnya. Sebagai besar karya tulis mereka

dikompilasi dan diterbitkan dalam Patrologia Latina, yang terdiri dari 221 volume, dan disusun oleh Migne. Kompilasi ini belum memuat karya para sejarah sesudah tahun 1300 yang jumlahnya tentu jauh lebih besar. Kadang-kadang orang mengatakan bahwa mereka yang mempelajari bahasa Latin yang digunakan Cicero dan Horacius, akan menilai bahwa bahasa Latin dalam kesusasteraan abad pertengahan itu berkualitas rendah. Bahasa Latin Cicero jelas memang berbeda dari bahasa latin yang dipakai para biarawan abad pertengahan, tetapi ini tidak berarti bahwa bahasa Latin mengalami degenerasi. Bahwa bahasa Latin abad pertengahan tidak sehalus bahasa latin yang dipakai Cicero, itu adalah wajar, meskipun demikian para pengarang abad pertengahan seperti Bede telah belajar menulis prosa dalam bahasa Latin yang indah dan mengena. Adalah suatu kekeliruan besar jika kita berasumsi bahwa bahasa suatu zaman membentuk apa yang merupakan norma bahasa lisan atau tertulis yang baik. Jelas merupakan sesuatu yang absurd jika kita dewasa ini hendak berbahasa inggris dengan baik menggunakan bahasa inggris yang dipakai pujangga besar seperti Shakespeare. Dengan kata lain, norma bahasa itu cenderung bersifat relatif untuk setiap zaman. Hymne Abad Pertengahan Pengaruh agama terhadap kebudayaan abad pertengahan sangat mendalam. Hal ini antara lain tampak dalam hymne-hymne suci, yang boleh dikatakan merupakan momentum peradaban abad pertengahan yang sangat penting. Bahkan sigfinikansinya jauh lebih tinggi daripada sastera yang terindah dari zaman manapun. Hymne sudah bukan merupakan hal yang asing sejak awal kehidupan gereja Kristen. Adalah St. Ambrosius, penyumbang sejumlah Hymne yang hingga kini masih dikenal umat Kristen. Selain itu juga Venantius Fortunatus (530-609), Uskup Poitriers, yang menyusun sejumlah lagu klasik yang lyirik karangannya berjudul O Gloriosa Virginum yang dikenal sampai kini. Epos Feodal : Chansons de Geste Karya-karya sastera sekular (non-agamawi) yang memakai bahasabahasa baru Abad Pertengahan cukup menarik kita amati. Jenis pertama yang menarik perhatian kita adalah epos kepahlawanan, yang contoh

awalnya adalah Song of Roland. Karya ini ditulis beberapa saat menjelang Perang Salib I (1096-1099). Karya ini mengungkapkan kehidupan, hasrat, dan ambisi para raja dan bangsawan yang mendominasi masyarakat Eropa. Sebagai karya sastra, karya ini barangkali dapat disejajarkan dengan eposeposnya Homerus dan Vergil. Song of Roland mengisahkan Karel Agung yang selama tujuh tahun mencoba mempertahankan Spanyol dari serbuan tentara Muslim. Ketika ia menyerah kalah diseluruh negeri, kecuali di Saragossa, Marsile, rajanya menawarkan perdamaian dan berjanji menjadi Kristen. Roland tidak setuju dengan tawaran yang berkhianat dan mendesak Karel Agung untuk melanjutkan peperangan, Ia begitu terpengaruh oleh pendapat Ganelon yang sangat iri ketika tahu Roland dipilih untuk memberikan pesan pengakuan itu kepada Marsile. Ganelon berbalik menjadi penghianat, menawarkan menyusun Roncevalles. Roland dan pengikutnya menyiapkan peperangan berikutnya. Turpin, sang Uskup agung menyampaikan suatu khotbah yang isinya tentang kecintaan para prajurit terhadap agama Kristen. Song of Roland merupakan karya sastra khas masyarakat abad XI dan XII, yang penuh diwarnai peperangan yang kejam dam ganas. Karya sastra semacam ini mengagungkan kabajikan akan kesetiaan terhadap jaminan yang dijanjikan, kesetiaan terhadap jaminan yang dijanjikan, kesetiaan vassal terhadap raja, peperangan yang hebat, kebencian terhadap penghianat, dan pengutukan terhadap kaum kafir, yang menurut prasangka-prasangka pada masa itu, dipandang sebagai kaum jahat yang sejahat-jahatnya. song of Roland adalah hasil gubahan para penyair yang bernyanyi menghibur para peziarah yang menyusuri jalan panjang dan berdebu dari Prancis melalui Spanyol ke makam St. James di Compostela. Lagu ini menjadi populer di kalangan para bangsawan feodal. Inilah jenis karya sastra yang utama, yang disebut chansons de gestes(lagu-lagu perbuatan heroik). Lagu semacam ini ada lebih dari seratus buah dan umumnya mengisahkan dirinya rencana bekerjasama penghancuran dengan Marsile, Ketika dan membantu Agung Roland. Karel

meninggalkan Spanyol, sisa-sisa prajurit yang dipimping Roland diserang di

cerita-cerita romantik para pahlawan feodal semacam Roland. Karya semacam itu biasa dibawa oleh para pesulap, yang berkelana dari Istana ke istana untuk mencari penghidupan dengan bermain sulap untuk bangsawan. Mereka juga menyayikan lagu-lagu perbuatan heroik dengan menari, dan ber-acting seperti orang bermain drama. Troubadour dan Lyriknya Pada abad XII muncul jenis sastra baru, yakni puisi yang lyriknya dinyanyikan para troubadour. Bangsawwan wanita lebih tertarik pada lyrik para troubadour, karena isinya tentang cinta. Seorang troubadour yang terkenal adalah Duke William IX, yang berasal dari Aquitaine. Puisi lyriknya bertemakan tentang cinta akan keindahan, kegembiraan hidup, dan persahabatan yang baik Puisi Goliardik Kaum sarjana kelana tanpa ragu menyebut diri mereka goliard, yakni Putra-putra Goliath. Goliard sama dengan Philistine atau kaum yang berbudaya rendah. Archpoet yang tinggal di Jerman pada masa pemerintahan Kaisar Frederick Barbosa, membuat puisi tentang sulitnya menjalani hidup di luar kalangan bangsawan. Fabel Fabel adalah cerita cerita pendek yang penuh dengan sindiran tajam dan jenaka. Jenis sastra ini berkembang selama abad pertengahan. Fabel muncul di kalangan penduduk daerah perkotaan. Jenis sastra ini sering di sebut bourgeois. Epos tentang Binatang Buas Orang Eropa abad pertengahan memang hidup dekat dengan binatang, dan dengan cermat mereka mengamati watak watak binatang. Puisi yang paling terkenal adalah yang berjudul Reynard the Fox (Reynard si Rubah). Puisi yang berasal dari Flanders ini berisi tentang Reynard yang senag mencari keuntungan lewat kekerasan seperti seekor rubah yang licik. Cerita-cerita Roman Pada akhir abad XII epos-epos lama mulai tergeser oleh cerita-cerita roman. Cerita-cerita roman sangat popular didalam masyarakat yang sudah lebih menghormati kesatuan. Dalam cerita-cerita roman penggambaran

tentang kesatuan social sangat menonjol. Geoffrey of Monmouth adalah penulis pertama yang mengangkat kisah kisah tentang raja Arthur. Sastrawan inggris ini terkenal dengan karyanya yang berjudul History of the Kings of Britain (Sejarah Raja-raja Inggris). Cerita-cerita roman semacam itu dalam perkembangan selanjutnya menjadi bacaan popular di kalangan kelas bangsawan Eropa. Kronik Kronik adalah semacam kisah sejarah. Biasanya dibentuk dalam bentuk prosa tetapi kadang berbentuk puisi. Kronik ditulis para biarawan. Salah satu hal yang membedakan Kronik dengan karya sastra lain adalah bahwa peristiwa disusun menurut angka tahun. Fakta disajikan secara kronologis, bukan secara logis. Contoh kronik yang terkenal adalah Chronicle karya Matthew Paris dan Two Cities karya Otto von Freising. Dante Alighieri Dante menghasilkan Alighieri sebuah (1265-1321) karya yang adalah penulis terbesar tentang yang puncak komorehensif

kebudayaan abad pertengahan. Ia adalah orang yang diasingkan oleh penguasa kota Florence. Ia kemudian mengambil keputusan mencurahkan sisa hidupnya untuk menulis. Karya Dante yang pertama adalah Vita Nouva (Kehidupan Baru). Karya terbesar Dante adalah Divine Comedy. Puisi ini ditulis dalam bentuk terza rima (sajak tiga baris. Puisi ini dibagi ke dalam tiga bagian, yakni tentang Inferno (Neraka), Purgatorio (Api Penyucin Dosa), dan Paradiso (Surga). Tema karya besar ini mengungkapkan pengalaman spiritual Dante. Divine Comedy menunjukan betapa dalamnya andil semua elemen masyarakat abad pertengahan. Geofffrey Chaucer Geoffrey Chaucer (1343-1400) adalah orang inggris yang tinggal di London. Dia adalah penyair besar tetapi tidak sebesar Dante. Karya yang paling terkenal adalah Canterbury Tales, yang mengisahkan tentang tiga puluh peziarah yang berangkat ke Canterbury untuk mengunjungi makam St. Thomas a Beket. Karya ini berisi tentang alam pikiran, gagasan-gagasan ideal, adat kebiasaan, dan institusi-institusi masyarakat Inggris abad pertengahan.

William Langland William Langland tidak seterkenal Chaucer dan Dante. Keterangan tentang penyair ini sangat terbatas. Langland adalah penulis buku berjudul Vision of Piers Ploman. Puisi ini mengungkapkan pandangan kritis sang penyair terhadap kondisi yang ada, yang kemudian dikontraskan dengan kondisi ideal yang sempurna. Vision of Piers Plowman ini melukiskan tentang kehidupan sosial, politik, dan keagamaan pada zamanya, beserta etis dan moralnya. Kesustraan abad pertengahan adalah bagian dari kompleks kebudayaan zaman melahirkanya. Kita tidak dapat memahami karya sastra modern tanpa memiliki kerangka pengetahuan yang memadai tentang karya-karya sastra yang mendahuluinya.

Anda mungkin juga menyukai