Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH BAHASA INGGRIS

Pendahuluan

Bahasa Inggris merupakan bahasa yang sudah sangat dikenal sebagai bahasa
internasional dunia. Bahasa Inggris di Indonesia secara umum diajarkan sebagai bahasa asing.
Istilah 'bahasa asing' dalam bidang pengajaran bahasa berbeda dengan 'bahasa kedua'.

Bahasa asing adalah bahasa yang yang tidak digunakan sebagai alat komunikasi di negara
tertentu di mana bahasa tersebut diajarkan. Sementara bahasa kedua adalah bahasa yang bukan
bahasa utama namun menjadi salah satu bahasa yang digunakan secara umum di suatu negara.

Di Indonesia, kebijakan pengajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing berubah seiring
waktu dan pergantian kebijakan yang kebanyakan dipengaruhi ekonomi dan politik. Bahasa
Inggris secara resmi diajarkan sebagai bahasa asing di sekolah-sekolah Indonesia seiring dengan
keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1967. Sejak saat itu, perubahan
menteri, kurikulum, keadaan politik, ekonomi dan perkembangan ilmu pendidikan, terus
mewarnai perkembangan pengajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonesia.

Kondisi politik 1960-an di mana faham komunis berjaya, membuat sebagian besar tenaga
pengajar asing (khususnya dari negara barat) meninggalkan Indonesia, dan menciptakan
kesenjangan proses perkembangan pendidikan. Kontroversi pengajaran Bahasa Inggris di
Sekolah Dasar. Sebagian pihak berpendapat mengajarkan bahasa Inggris pada siswa SD akan
sangat bagus bagi perkembangan anak ke depannya. Namun di sisi lain, perbedaan kondisi
sosial, ekonomi dan geo-politik daerah-daerah di Indonesia, menciptakan perbedaan kualitas
sekolah dan latar belakang siswa, sehingga ada siswa-siswa yang jangankan berbahasa Inggris,
bahasa Indonesia dasar saja mereka belum menguasai secara baik.

Bahasa Inggris adalah bisnis yang besar. Jutaan dolar mengalir ke negara produsen
material pengajaran Bahasa Inggris (USA, UK, Australia) dalam bentuk pembelian materi audio-
visual, buku, sumber daya manusia dan lain-lain.

Sejarah Bahasa Inggris

Sejarah bahasa Inggris bermula dari migrasi Anglo-Saxon ke pulau Britania pada sekitar
1.500 tahun yang lalu. Bahasa Inggris adalah sebuah bahasa Jermanik Barat yang berasal dari
dialek-dialek Anglo-Frisia yang dibawa ke pulau Britania oleh para imigran Jermanik dari
beberapa bagian barat laut daerah yang sekarang disebut Belanda dan Jerman. Pada awalnya,
bahasa Inggris Kuno adalah sekelompok dialek yang mencerminkan asal usul beragam kerajaan-
kerajaan Anglo-Saxon di Inggris. Salah satu dialek ini, Saxon Barat akhirnya yang berdominasi.
Lalu bahasa Inggris Kuno yang asli kemudian dipengaruhi oleh dua gelombang invasi.

Gelombang invasi pertama adalah invasi para penutur bahasa dari cabang Skandinavia
keluarga bahasa Jerman. Mereka menaklukkan dan menghuni beberapa bagian Britania pada
abad ke-8 dan ke-9. Lalu gelombang invasi kedua ini ialah suku Norman pada abad ke-11 yang
bertuturkan sebuah dialek bahasa Prancis. Kedua invasi ini mengakibatkan bahasa Inggris
"bercampur" sampai kadar tertentu (meskipun tidak pernah menjadi sebuah bahasa campuran
secara harafiah).Hidup bersama dengan anggota sukubangsa Skandinavia akhirnya menciptakan
simplifikasi tatabahasa dan pengkayaan inti Anglo-Inggris dari bahasa Inggris.

Gambar halaman pertama Beowulf, sebuah teks dalam bahasa Inggris Kuno.
Bahasa Inggris Purba (Bahasa Inggris Proto)

Suku-suku bangsa Jermanik yang memelopori bahasa Inggris (suku Anglia, Saxon,
Frisia, Jute dan mungkin juga Frank), berdagang dengan dan berperang dengan rakyat
Kekaisaran Romawi yang menuturkan bahasa Latin dalam proses invasi bangsa Jermanik ke
Eropa dari timur. Dengan itu banyak kata-kata Latin yang masuk kosakata bangsa-bangsa
Jermanik ini sebelum mereka mencapai pulau Britania. Contohnya antara lain adalah camp
(kamp), cheese (keju), cook (memasak), dragon (naga), fork (porok, garpu), giant (raksasa), gem
(permata), inch (inci), kettle (ketel), kitchen (dapur), linen (kain linen), mile (mil), mill (kincir
angin), noon (siang), oil (oli, minyak), pillow (bantal), pin (paku), pound (pon), soap (sabun),
street (jalan), table (meja), wall (tembok), dan wine (anggur). Bangsa Romawi juga memberi
bahasa Inggris beberapa kata yang mereka sendiri pinjam dari bahasa-bahasa lain seperti kata-
kata: anchor (jangkar), butter (mentega), cat (kucing), chest (dada), devil (iblis), dish (piring,
makanan), dan sack (saku).

Menurut Anglo-Saxon Chronicle, sekitar tahun 449, Vortigern, Raja Kepulauan Britania,
mengundang "Angle kin" (Suku Anglia yang dipimpin oleh Hengest dan Horsa) untuk
menolongnya dalam penengahan konflik dengan suku Pict. Sebagai balasannya, suku Angles
diberi tanah di sebelah tenggara Inggris. Liet5uryi 5u6 wsdalu pertolongan selanjutnya
dibutuhkan dan sebagai reaksi "datanglah orang-orang dari Ald Seaxum dari Anglum dari Iotum"
(bangsa Saxon, suku Anglia, dan suku Jute). Chronicle ini membicarakan masuknya banyak
imigran atau pendatang yang akhirnya mendirikan tujuh kerajaan yang disebut dengan istilah
heptarchy. Para pakar modern berpendapat bahwa sebagian besar cerita ini merupakan legenda
dan memiliki motif politik. Selain itu identifikasi para pendatang di Inggris dengan suku Angle,
Saxon, dan Jute tidak diterima lagi dewasa ini (Myres, 1986, p. 46 dst.), terutama setelah
diterima bahwa bahasa Anglo-Saxon ternyata lebih mirip dengan bahasa Frisia daripada bahasa
salah satu sukubangsa yang disebut di atas ini.

Bahasa Inggris Kuno

Para pendatang yang menginvasi pulau Britania mendominasi penduduk setempat yang
menuturkan bahasa Keltik. Bahasa Keltik akhirnya bisa lestari di Skotlandia, Wales dan
Cornwall. Dialek-dialek yang dipertuturkan oleh para pendatang yang menginvasi Britania pada
zaman sekarang disebut dengan nama bahasa Inggris Kuno, dan akhirnya bahasa Anglo-Saxon.
Kemudian hari, bahasa ini dipengaruhi bahasa Jermanik Utara; bahasa Norwegia Kuno yang
dipertuturkan oleh kaum Viking yang menginvasi dan akhirnya bermukim di sebelah timur laut
Inggris (lihat Jórvík). Para pendatang yang bermukim lebih awal menuturkan bahasa-bahasa
Jermanik dari cabang yang berbeda. Banyak dari akar kosakata mereka memang sama atau
mirip, meski tatabahasanya agak lebih berbeda termasuk prefiks (awalan), sufiks (akhiran), dan
hukum infleksi (takrifan) dari banyak kata-kata. Bahasa Jermanik dari orang-orang Britania yang
berbahasa Inggris Kuno ini, terpengaruhi kontak dengan orang-orang Norwegia yang menginvasi
Britania. Hal ini kemungkinan besar merupakan alasan daripada penyederhanaan morfologis
bahasa Inggris Kuno, termasuk hilangnya jenis kelamin kata benda dan kasus (kecuali
pronominal). Karya sastra ternama yang masih lestari dari masa Inggris Kuno ini adalah sebuah
fragmen wiracarita "Beowulf". Penulisnya tidak diketahui, dan karya ini sudah dimodifikasi
secara besar oleh para rohaniwan Kristen, lama setelah digubah.

Kemudian introduksi agama Kristen di Britania menambah sebuah gelombang baru yang
membawa banyak kata-kata pinjaman dari bahasa Latin dan bahasa Yunani. Selain ada yang
berpendapat bahwa pengaruh bahasa Norwegia berlangsung sampai pada Abad Pertengahan
awal.

Masa Inggris Kuno secara resmi berakhir dengan Penaklukan Norman, ketika bahasa
Inggris secara drastik dipengaruhi bahasa kaum Norman ini yang disebut bahasa Norman dan
merupakan sebuah dialek bahasa Prancis. Penggunaan istilah Anglo-Saxon untuk
mendeskripsikan pembauran antara bahasa serta budaya Anglia dan Saxon merupakan sebuah
perkembangan modern. Menurut Lois Fundis, (Stumpers-L, Jum’at, 14 Des 2001)

 "The first citation for the second definition of 'Anglo-Saxon', referring to early English
language or a certain dialect thereof, comes during the reign of Elizabeth I, from an
historian named Camden, who seems to be the person most responsible for the term
becoming well-known in modern times."
 "Kutipan pertama untuk definisi kedua 'Anglo-Saxon', merujuk pada bahasa Inggris awal
atau dialek tertentu dari bahasa ini, muncul selama pemerintahan Elizabeth I, dari
seorang sejarawan bernama Camden, yang kelihatannya menjadi orang paling
bertanggung jawab untuk menjadi terkenalnya istilah ini pada masa modern."

Bahasa Inggris Pertengahan

Selama 300 tahun setelah invasi kaum Norman di Britania pada tahun 1066, raja-raja
Norman dan kaum bangsawan hanya menuturkan bahasa Prancis dialek Norman saja yang
disebut dengan nama bahasa Anglo-Norman. Sementara itu bahasa Inggris berlanjut sebagai
bahasa rakyat. Sementara Anglo-Saxon Chronicle tetap ditulis sampai tahun 1154, sebagian besar
karya sastra lainnya dari masa ini ditulis dalam bahasa Prancis Kuno atau bahasa Latin.

Sejumlah besar kata-kata Norman dipinjam dalam bahasa Inggris Kuno dan
menghasilkan banyak sinonim (sebagai contoh diambil ox/beef (sapi), sheep/mutton (kambing),
dan lain-lain). Pengaruh Norman ini memperkuat kesinambungan perubahan-perubahan bahasa
Inggris pada abad-abad selanjutnya dan menghasilkan sebuah bahasa yang sekarang disebut
dengan istilah bahasa Inggris Pertengahan. Salah satu perubahannya adalah meningkatnya
pemakaian sebuah aspek unik tatabahasa Inggris yang disebut dengan istilah continuous tense
dengan imbuhan atau sufiks -ing.

Ejaan bahasa Inggris juga dipengaruhi bahasa Prancis pada periode ini. Bunyi-bunyi /θ/
dan /ð/ sekarang dieja sebagai th dan bukan dengan huruf Inggris Kuno þ and ð, yang tidak ada
dalam bahasa Prancis.

Selama abad ke-15, bahasa Inggris Pertengahan berubah lebih lanjut lagi. Perubahan ini
disebut sebagai The Great Vowel Shift ("Pergeseran Vokal Besar"), dan dimulai dengan
penyebaran dialek London bahasa Inggris yang mulai dipakai oleh pemerintahan dan munculnya
buku-buku cetak. Bahasa Inggris modern sendiri bisa dikatakan muncul pada masa William
Shakespeare. Penulis ternama dari masa Inggris Pertengahan ini ialah Geoffrey Chaucer, dengan
karyanya yang terkenal The Canterbury Tales.

Banyak sumber sezaman menyatakan bahwa dalam kurun waktu lima puluh tahun setelah
Invasi kaum Norman, sebagian besar kaum Norman di luar istana berganti bahasa dan
menuturkan bahasa Inggris. Bahasa Prancis kala itu tetap menjadi bahasa resmi pemerintahan
dan perundang-undangan yang bergengsi di luar dinamika sosial. Sebagai contoh, Orderic
Vitalis, seorang sejarawan yang lahir pada tahun 1075 dan seorang anak ksatria Norman,
menyatakan bahwa ia hanya mempelajari bahasa Prancis sebagai bahasa kedua.

Sastra Inggris mulai muncul kembali pada sekitar tahun 1200M ketika perubahan iklim
politik dan jatuhnya bahasa Anglo-Norman membuat hal ini lebih bisa diterima. Pada akhir abad
tersebut, bahkan kalangan kerajaan sudah berganti menuturkan bahasa Inggris. Sedangkan
bahasa Anglo-Norman masih tetap dipakai pada kalangan tertentu sampai agak lama, namun
akhirnya bahasa ini juga tidak merupakan bahasa hidup lagi.

Bahasa Inggris Modern Awal

Mulai dari abad ke-15, bahasa Inggris berubah menjadi bahasa Inggris Modern, yang
sering kali ditarikh bermula dengan Great Vowel Shift (“Pergeseran Bunyi Besar”).
Setelah itu bahasa Inggris mulai banyak mengambil kata-kata pungutan dari bahasa-
bahasa asing, terutama bahasa Latin dan bahasa Yunani semenjak zaman Renaisans. Karena
banyak kata-kata dipinjam dari bahasa yang berbeda-beda, dan ejaan bahasa Inggris bisa
dikatakan tidak konsisten, maka risiko pelafalan salah kata-kata cukup tinggi. Namun sisa-sisa
dari bentuk-bentuk yang lebih kuno masih ada pada beberapa dialek regional, terutama pada
dialek-dialek di West Country.

Pada tahun 1755 Samuel Johnson menerbitkan kamus penting bahasa Inggris pertama,
yang berjudul Dictionary of the English Language.

Daftar Pustaka

Project Gutenberg's Beowulf translation by Francis Gummere

John C. Wells (1982). Accents of English. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-521-
22919-7 (vol. 1), ISBN 0-521-24224-X (vol. 2), ISBN 0-521-24225-8 (vol. 3).

J.N.L. Myres (1986), The English Settlements (Oxford History of England), Oxford University
Press, ISBN 0-19-821719-6.

Anda mungkin juga menyukai