B. Studi Islam
Walaupun kita mengetahui tujuan kristenisasi yang jelas-jelas bersikap
memusuhi Islam, tetapi di akhir abad ke-17 sampai abad ke-18 dari pihak lain
kita melihat kecenderungan yang berbeda mengenai apa yang dilakukan oleh
kaum orientalis pada umumnya. Kelompok ini memandang Islam dengan
pandangan yang obyektif dan ada kecenderungan untuk condong kepada Islam.
Kondisi demikian telah memberikan dorongan bagi timbulnya suatu pergolakan
pemikiran yang baru di Eropa pada waktu itu, di mana pada umunya mereka
tidak sejalan dengan kebijaksanaan gereja.
Orang orientalis yang termasuk dalam kelompok ini adalah Richard
Simon, dalam bukunya “Sejarah kritik terhadap keyakinan dan adat istiadat
bangsa-bangsa Timur”(tahun 1684); ia menulis dalam buku itu mengenai
tradisi dan agama kaum muslimin secara jujur dan berimbang. Selanjutnya ia
memberikan respek dan menunjukkan kekagumannya terhadap tradisi-tradisi
Islam. Terhadap sikap Simon ini, Arnould menuduhnya sebagai berlebih-
lebihan dalam keobyektivitasannya terhadap Islam. Selanjutnya Simon
menganjurkan Arnould agar mau mencermati ajaran akhlaq mulia kaum
muslimin.
Demikian juga Filosuf Pierre Bayle, ia adalah seorang yang
mengagumi toleransi yang dimiliki Islam. Sikap ini nampak pada tulisannya
tentang kehidupan Muhammad Saw dalam kamus tarikh dan kritik yang terbit
untuk pertama kalinya di Rotterdam pada tahun 1697 M. Sedangkan Simon
Ockley (1678-1720 M) dalam bukunya “Sejarah Arab Muslim”, ia menulis
dengan jujur dan tidak berat sebelah. Ia memuji Timur dan Islam serta
mengangkatnya/ memujinya melebihi Barat.
Contoh-contoh tadi merupakan peralihan perlahan-perlahan ke arah
pandangan baru yang benar mengenai Islam. Adapun usaha sungguh-sungguh
yang pertama dilakukan untuk memperkenalkan Islam adalah oleh Andrianus
Relandus (wafat 1718 M), seorang guru besar bahasa-bahasa Timur di
Universitas Utrech Belanda. Ia telah menerbitkan sebuah buku dalam bahasa
Latin tentang Islam yang berjudul “Agama Muhammad” dalam dua jilid. Pada
jilid pertama ia mengemukakan tentang aqidah Islamiah yang referensinya dari
sumber buku Latin dan Arab. Sedangkan pada jilid yang kedua ia berupaya
meluruskan pandangan-pamdangan Barat tentang Islam.
Buku tersebut kemudian mendapatkan tanggapan yang negatif dari
pihak gereja, dan menuduhnya sebagai ikut berperan dalam kegiatan dakwah
Islam. Akhirnya gereja mengelompokkan buku tersebut sebagai buku-buku
terlarang, tetapi anehnya buku tersebut kemudian masih diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Belanda dan Spanyol
Pada abad ke-18 M, dunia orientalisme Jerman juga menyaksikan
contoh-contoh lain yang serupa di antaranya adalah J.J. Reiske (1716-1773 M).
Ia adalah seorang cendekiawan ahli bahasa Arab pada masanya, ia juga dikenal
sebagai orientalis Jerman yang pertama; ia mendapat tempat terhormat dan
menonjol dalam bidang pengajaran bahasa Arab di Jerman.
Tetapi zaman dan teman-teman sejawatnya bersikap apatis kepadanya.
Sejumlah cendekiawan Kristen menyerang dan menuduhnya sebagai munafiq;
mungkin karena sikapnya yang positif terhadap Islam. Ia memuji Islam dalam
bukunya yang ditulis dalam bahasa Latin. Ia menolak mengidentikkan Nabi
Saw dengan kebohongan dan kesesatan, atau menolak pemberian sifat agama
khurafat dan menggelikan kepada Islam, sebagaimana yang banyak dilakukan
orang pada waktu itu. Ia juga dengan tegas menolak pembagian sejarah dunia
menjadi sejarah suci dan sejarah yang bukan suci, yang meletakkan sejarah
Islam pada jantung sejarah dunia. Lebih dari itu ia telah mengungkapkan
pendapatnya dengan jelas dan terang-terangan tanpa memikirkan akibat yang
akan dihadapinya. Ia menghadapi cobaan-cobaan itu, sepanjang hidupnya
dilalui dengan kondisi ekonominya yang memprihatinkan. Ia wafat setelah
sengsara menghadapi penyakit paru-paru pada usia 58 tahun. Fueck
berkomentar tentang dia:
“Reiske telah menjadi syahid sastra Arab; hidupnya menjadi sejarah
dari kepedihan yang diabadikan dalam buku hariannya.......sungguh suatu hal
memalukan bahwa seorang yang sangat menonjol pada masanya tidak dikenali
potensi luar biasa yang dimiliki Reiske yang menjadi salah seorang ahli dalam
bahasa Arab”.